Anda di halaman 1dari 14

Dampak Pertambangan Batu Bara Terhadap Lingkungan Sekitar

TUGAS MAKALAH
TENTANG
KEADAAN LINGKUNGAN DI SEKITAR AREA PERTAMBANGAN BATU BARA


DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP LINGKUNGAN
DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA PADA LINGKUNGAN

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energy yang
sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120
juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki
cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah
kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik
batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia
sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber
energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.
Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang
cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat
memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan perlindungan
terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang
ditaatinya norma-norma hukum administrasi ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan
yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum
administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi
hukum pidana sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan
lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan.
Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih
kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik
tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam
rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul
akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.
v Jenis Batubara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara.
Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya
adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai ciri-ciri
warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air
kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan
karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri
kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri memiliki
warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori dan
kadar air diatas 75%.

v Metode Penambangan Batubara
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan investasi yang besar terutama untuk
membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan harga
sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri pertambangan batubara
dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi
maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
(Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang terbuka penambangan
dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan seperti
a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan
ke dalam lubang galian.
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan
bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi kembali
atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau
unsur hara telah tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan
sistem tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi
penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang dan menimbun
kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok penambangan serta menyesuaikan
kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral, (Suhala eta/., 1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang
selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak
dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah,
perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top
Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah
penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk
selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan.
Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila
tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara
keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
v Pengangkutan Batu Bara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya.
Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk
jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api
atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk
bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari
Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar
80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003
dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.
Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara
mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil di
setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan
hidup.
v Keselamatan pada Tambang Batu Bara
Industri batu bara sangat memperhatikan masalah keselamatan. Tambang batu bara bawah
tanah yang dalam memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi daripada batu bara yang ditambang
pada tambang terbuka. Meskipun demikian, tambang batu bara moderen memliki prosedur
keselamatan standar kesehatan dan keselamatan serta pendidikan dan pelatihan pekerja yang sangat
ketat, yang mengarah pada peningkatan yang penting dalam tingkat keselamatan baik di tambang
bawah tanah maupun tambang terbuka (lihat grafik pada halaman 11 untuk perbandingan tingkat
keselamatan di tambang batu bara AS dengan sektor-sektor industri lainnya).
Masih ada masalah dalam industri batu bara. Kecelakaan dan korban jiwa dalam tambang batu
bara paling banyak terjadi di Cina. Sebagian besar kecelakaan terjadi di tambang-tambang yang terdapat
di kota kecil dan desa, yang seringkali beroperasi secara tidak sah dimana teknik penambangannya
merupakan tambang padat karya dan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Pemerintah Cina
telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan tingkat keselamatan, termasuk penutupan paksa
tambang-tambang kecil dan tambang-tambang yang tidak memenuhi standar keselamatan.
v Kerusakan Lingkungan dan kaitannya dengan pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah, memanfaatkan dan menjual
hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas bumi dan minyak dan gas.Seharusnya kegiatan
pertambangan memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian
lingkungan hidup tetap terjaga.
Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang dapat merubah
permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun
pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang
dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat penambangan
meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan
tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan
infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk
banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula dikatakan bahwa bahwa
kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan dampat
negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang hanya mementingkan laba, yang tidak
menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak biaya, yang bila
semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling mudah
dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan kualitas lingkungan dan
memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai Internasionalisasi
biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu penambangan berubah. Dalam hal ini,
faktor harga komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih penting lagi pergeseran cut off grade, yaitu
pada tingkat mana suatu jebakan mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian
untuk meningkatkan teknologi proses.
Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam ukuran
teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya lebih memungkinkan
ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai apalagi danannya terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini disebabkan kerena
dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus dikupas sehingga hilanglah
media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak keanekaragaman hayati yang ada di
permukaan tanah yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk proses pembentukannya.
Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil dan bopeng-bopengnya permukaan bumi,
penambangan juga menghasikan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus yang
merupakan sisa atau ampas buangan disebut Tailing. Dan biasanya selalu menggunung di lokasi
penambangan atau dibuang ke sungai sehingga menyebabkan banjir dan sungai mengalami
kedangkalan. Selain itu juga bisa berakibat pada pencemaran sungai yang menyebabkan ekosistem
sungai bisa terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak dari
pencemaran ini.
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah lingkungan dan
dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk
topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan
sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;
Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain;
pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta
buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari
berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;
Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan kondisi
geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang
dan gempa.
v DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA



Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga
mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

a. Dampak Terhadap Lingkungan
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah
meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan
bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land
subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu
kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima
pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah
sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah
yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri penambangan
kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan
adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau
community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi
tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang
suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi
kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan
hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan
Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang
sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif
yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun
senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan
jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena
terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan
senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang
terkontaminasi merkuri.

2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara
kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit
pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic,
menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah
penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai
potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah
dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan
batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan
fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti
perkantoran, permukiman karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas
pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-
sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah
dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan
terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.
b. Dampak Terhadap manusia
Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya
berbagai penyakit antara lain :
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah
tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat
(H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan
aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan,
yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan
disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa
abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng,
selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan
hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi.
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam
sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit.



c. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum
a. Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada
aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan
jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi
obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa
melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang
tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan,
permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola
kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat
adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak
dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah Australia
hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton
dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan
negatif, dan hal positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya
devisa negara dari kegiatan penambanganya.
Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para pekerja
tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara
memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan
ekonomi masyarakat sekitar.


v Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap iklim kita
Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah dasyat. Air dalam jumlah
yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat. Polutan
beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan
sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama penyakit pernapasan akut, merkuri
perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di
sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting, pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama gas
rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan
metana yang memperburuk kondisi iklim kita.
v Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran batubara
Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat pembakarannya. Di ujung
rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara yang ditinggalkan setelah dieksploitasi habis,
limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam yang rusak tanpa pernah akan bisa kembali seperti
sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan segudang masalah
untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase tambang asam, dan erosi
tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak adalah adalah kondisi permanen yang
tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan masyarakat, tembaga,
cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah tersebut, yang masing-
masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan kerusakan yang diakibatkan
oleh energi kotor inimasing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini nyata dan mematikan.
v lingkungan pasca tambang
Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan semestinya menghasilkan output
yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak terhadap sumberdaya alam yang tak terbaharukan, serta
berkesinambungan terhadap keseterdiaan sumber daya alam. Adanya dampak ekologis dari kegiatan
pasca tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta dilakukan penelitian dan penaatan ruang
karena bila tidak dilakukan kompehensip, maka penutupan tambang hanya akan meninggalakan
kerusakan bentang alam dan lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya penanggulanan pencemaran dan
kerusakan lingkungan pada saat operasi maupun pasca ditutupnya usa tambang sebagai
berkesinambungan yang pada intinya adalah upaya yang bisa untuk menghilangkan dampak dari
kegiatan tambang dengan melakukan suaru gran desain dan krontruksi kegiatan tambang yang
berdampak lingkungan yang dikenal dengan AMDAL.
Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang Kuasa
Penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak diundangkannya Undang-
Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar kegiatan yang sudah berjalan
atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas jangkuan kegiatan dan skala produksinnya. Semua
kegiatan penambangan yang termasuk dalam daftar diharuskan membuat AMDAL, sedangkan tidak
termasuk dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL. Kegiatan yang menyusun AMDAL adalah
kegiatan penambangan yang berada di lokasi yang sensitif terhadap lingkungan seperti hutan lindung,
daerah cagar budaya dan cagar alam. Dalam undang-undang No. 11/1967 mengenai pertambangan
telah dicantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan penambangan
antara lain kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti jembatan, instalasi militer dan sebagainya.
v SOLUSI TERHADAP DAMPAK DAN PENGARUH PERTAMBANGA BATUBARA

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam mencari solusi
terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus
menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan
terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi yang
menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang sumbernya
melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang batu
bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu
sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu
pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi
keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor.
Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu
batu bara (coal dust).

2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari
kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali
bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan
bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).


3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan
penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law
enforcement)

4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina
dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan
membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.


























KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan
tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya,
dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah
terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan
bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara
bijaksana.
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa dibilang telah
mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan pertambangan
dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi
dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana

Anda mungkin juga menyukai