Anda di halaman 1dari 72

GEOLOGI BATUBARA

Disampaikan oleh :

BASUKI RAHMAD

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
2015
email: b_rahmad2004@yahoo.com

OUTLINE:
1.
2.
3.
4.

GENESA BATUBARA (Filosofi)


MIKROSKOPIS BATUBARA (MASERAL BATUBARA)
SEDIMEN PEMBAWA BATUBARA
GEOMETRI LAPISAN BATUBARA

1. GENESA BATUBARA

(dalam Stach et al., 1982)


4

(dalam Stach et al., 1982)


5

Singkapan hutan Sigillarian Calamitean yang


terpendam di bebatuan Westphalian di
Kupfrdreh dekat Essen (Setelah Klusemann
&
Teichmuller,
1954).
Panah
mengindikasikan dua batang tanaman
Sigillarian yang membatu

Rekonstruksi timbunan hutan Sigillarian


Calamitean di Kupferdreh (Teichmuller &
Teichmuller, 1982).

(dalam Stach et al., 1982)

6
6

CONTOH KEADAAN HUTAN RAWA DI IKLIM TROPIS,


LOKASI KALIMANTAN TIMUR

(Foto Rahmad, B., 2007)


7

(dalam Stach et al., 1982)

Forest peat/
Tumbuhan kayu
(SWAMP/TROPIS)
Tumbuhan Perdu
(MARSH)

Tumbuhan Perdu
(FEN)

Jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh di danau dan sikuen yang


dihasilkan dengan perbedaan tipe dari lumpur organik dan
gambut (Overbeck, 1950 dalam Taylor, 1998)

Rezim Hidrologi Fasies Gambut


(Mitsch & Gosselink, 1986)

10

(dalam Stach et al., 1982)


11

(dalam Stach et al., 1982)


12

Rawa Gambut Palangkaraya (Kalimantan Tengah)

Kebakaran Rawa Gambut Palangkaraya (Kalimantan Tengah)

Rawa Gambut Musi Banyuasin (Sumatra Selatan)

Rawa Gambut Barito Timur (Kalimantan Tengah)

(Basuki Rahmad. 2010)

Rawa Gambut Tabalong (Kalimantan Selatan)

Foto Basuki Rahmad, 2010

Rawa Gambut pada Sistem Deltaik daerah Sungai Sangatta (Basuki Rahmad,, 2014)

Tumbuhan tersebut mengalami pembusukan


secara sempurna dan tidak meninggalkan
bekas (sumber PT. Geoservice)

19
19

RAWA HUTAN BASAH


(WET FOREST SWAMP)
(sumber PT. Geoservice)

20
20

RAWA HUTAN BASAH


(WET FOREST SWAMP)
(sumber PT. Geoservice)

21
21

RAWA HUTAN BASAH


(WET FOREST SWAMP)
(sumber PT. Geoservice)

22
22

HUTAN KERING

ALLOCHTON
(sumber PT. Geoservice)

HUTAN BASAH

DANAU PURBA

23
23

PEMBENTUKAN FOSSIL

(sumber PT. Geoservice)

Decaying Vegetation
PEAT
Seat Earth
Sandstone
Shale
Consolidate peat
Seat Earth
Sandstone
Shale
Lignite
Seat Earth
Sandstone
Shale
Coal Seam

24
24

Tekanan

Lignite

Temperature

Sub bituminous

PEAT

Bituminous
Anthracite

Umur

(sumber PT. Geoservice)

25

SKEMA PEMBENTUKAN BATUBARA


(dalam Anggayana, K., 1999, Kalkreuth, 1987)

Material Asal Tumbuhan

Biogenic Gas

H2O, VM, H, O
C >>

Thermogenic
Gas

26

0.01 M

Kedalaman

0.1 M

1M

10 M

100 M
1000 M

10.000 M

Air Tanah

Muka Air Tanah

A.
Model tipe gambut low moor pada kondisi limnic (Diessel,
1986)
Muka Air
oxic (dry)
Terestrial
anoxic-oxic
(wet-dry)
Telmatic
Oxygenated water

anoxic (wet);
Limnic

B.

C.
Model tipe gambut high moor berbentuk bog (ombrotrophic )
(Calder, 1991)

Model fasies gambut batubara Muara Wahau berbentuk bog


(ombrotrophic) pada kondisi limnic (Anggayana dkk., 2012)

Gambar A: Model fasies gambut kondisi limnic tipe gambut low moor (Diesell,1986)
Gambar B: Model fasies gambut tipe high moor berbentuk bog (ombrotrophic); (Calder, 1991)
Gambar C: Model fasies gambut kondisi limnic (high moor) berbentuk bog (ombrotrophic);
(Anggayana, K., Rahmad, B., dkk., 2012)

28

Muka Air
oxic (dry)
Terestrial
anoxic-oxic
(wet-dry)
Telmatic
Oxygenated water

anoxic (wet);
Limnic

Model khas pembentukan gambut Om brotrophic (bog) pada kondisi


Lim nic (high moor) pada batubara Muara Wahau (Anggayana, K.,
Rahmad, B., dkk., 2012).
29

SEDIMENTARY
COVER
SEDIMENTARY
COVER

Keseimbangan Tektonik dengan Pembentukan Gambut


(dalam Kalkreuth, 1982)
30

Pengertian Gambut:
adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar,
berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari
tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup
udara (di bawah air), tidak padat, kandungan air lebih dari
75 % (berat ar) dan kandungan mineral lebih kecil dari 50
% dalam kondisi kering (proses biokimia/diagenesis)
(dalam Stach, et al.,1982; Diessel, 1992; Taylor et al.,
1998)
Pengertian Batubara:
Batuan organik yang berasal dari rombakan tumbuhan
yang mengalami pembusukan (proses biokimia/diagenesa),
sehingga terjadi peningkatan kandungan karbon (C), nilai
kalori, rank dan penurunan hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, (proses geokimia/metamorfosa); (dalam Stach, et
al.,1982; Diessel, 1992; Taylor et al., 1998)
31

2. MIKROSKOPIS BATUBARA (MASERAL)

32

SUBSTANSI BATUBARA

(sumber Geoservice)
33

SUBSTANSI BATUBARA
Moisture

Mineral Matter

Organic Matter
Batubara

(sumber Geoservice)

34

(sumber PT. Geoservice)

GRUP SUBSTANSI BATUBARA


Proximate

Moisture

Mineral Matter

Volatile Matter

Ultimate

Moisture

Mineral Matter

Carbon

Maceral

Moisture

Mineral Matter

Vitrinite

Hydrogen
Nitrogen
Fixed Carbon

Liptinite

Sulfur
Oxygen

Inertinite
35

Petrologi batubara
Petrologi batubara adalah ilmu yang mempelajari
komponen organik dan bukan organik pembentuk
batubara.
Untuk mempelajari petrologi batubara harus ditinjau dari
dua aspek yaitu jenis dan derajat batubara.
Jenis batubara berhubungan dengan jenis tanaman
pembentuk batubara dan perkembangannya dipengaruhi
oleh proses kimia dan biokimia selama proses
penggambutan.
batubara itu bukan suatu benda homogen, melainkan
terdiri dari bermcam-macam komponen dasar bahan
organik dan dinamakan maseral.
Maseral terbagi menjadi 3 kelompok utama yaitu vitrinit,
eksinit (liptinite) dan inertinit. Ketiga kelompok maseral
tersebut dapat dibedakan dari kenampakan di bawah
mikroskop, asal kejadian dan sifat-sifat fisik dan kimia
yang dipunyai (Stach dkk, 1982 dan Bustin dkk, 1983).

MASERAL :
Secara mikroskopis bahan-bahan organik
pembentuk batubara disebut maseral
(maceral), analog dengan mineral dalam
batuan.
Istilah
ini
pada mulanya
diperkenalkan oleh Stopes (1935) untuk
menunjukkan material terkecil penyusun
batubara yang hanya dapat diamati di
bawah mikroskop.

Standart penamaan klasifikasi maseral :


standart Jerman, International Commitee
for Coal Petrology (ICCP) 1994; Standart
Australia ASTM 2856 1986.

Maseral
dalam
batubara
dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) grup utama
yaitu grup vitrinit, eksinit (liptinite), dan
inertinit. Pengelompokkan ini didasarkan
pada bentuk, morfologi, ukuran, relief,
struktur dalam, komposisi kimia, warna
pantulan, intensitas refleksi, dan tingkat
pembatubaraannya.

Tabel Klasifikasi Maseral Batubara


(AS 2856, 1986) semua peringkat batubara
GRUP MASERAL

SUBGRUP MASERAL

Telovitrinit
Vitrinit

Textinit
Texto-ulminit
Eu-ulminit
Telocolinit

Detrovitrinit

Atrinit
Densinit
Desmocolonit

Gelovitrinit

Corpogelinit
Porigelinit
Eugelinit
Sporinit
Cutinit
Resinit
Liptodetrinit
Alginit
Suberinit
Fluorinit
Exsudatinit
Bituminit

Liptinit

Inertinit

MASERAL

Telo-Inertini

Fusinit
Semifusinit
Sclerotinit

Detro-Inertinit

Inertodetrinit
Micrinit

Gelo-Inertinit

Macrinit

PEMBATUBARAAN
VITRINITE; EXINIT; INERTINITE (Smith & Cook, 1980)

Karakteristik mikroskopis Seam Middle

42

Karakteristik mikroskopis Seam Middle Upper

43

Karakteristik mikroskopis Seam Middle Lower

44

3. CEKUNGAN DAN SEDIMENTASI


BATUBARA DI KUTAI BASIN

45

46

Diagram of Kutai Basin stratigraphic correlation (Moss and Chambers, 1999)

The crustal composition underlies Kutei Basin showing relationship between


Kutei Basin, Makassar Straits and West Sulawesi base-ments (Calvert, 1999).

Paleo
environment

Tectonostratigraphy
Pliocene (Meratus Uplift),
Samarinda anticlinorium

Littoral
Deltaic

Late Miocene, eastward deltaic


progradation (Syn-orogenicNEOGENE
SYNPassive Margin)

Delta

OROGENIC

Inner

Early to late Miocene,


sedimentation of the Bebuluh
limestone Fm and deltaic Pulau
Balang Fm) (Syn-OrogenicPassive Margin)

to
Middle
Shelf

Inner to
Middle
Shelf

PALEOGENE
POST Early Miocene (Interaction
RIFTING
convergent), uplift of Central

Kalimantan Mountain, started


infill sediment on Lower Kutei
Basin (Pamaluan) (Post Rift
PALEOGENE Sag)
Bathyal

SYNRIFTING

PRERIFTING

Boh Bed and Keham Haloq Fm


are late Oligocene sediment
syn rift
Kutei Basin rifting (half graben)
may have started in Middle
Eocene to Early Oligocene

Perkembangan Stratigrafi-Tektonik Cekungan Kutai mulai Paleogen


hingga Neogen (Courtney, et al., 1991; Chambers, L.C.,1995)

Kerangka Cekungan Pengendapan Sedimen di Cekungan Kutai, melalui


sistem Rifting di Selat Makasar

Pengendapan Batubara di Cekungan Kutai, melalui sistem Deltaik

Keham Haloq and Batu Ayau Coal Bearing


Formation (Eocene Oligocene)

Pulau Balang Coal Bearing Formation


(Early Miocene)

Balikpapan Coal Bearing Formation


(Middle Late Miocene)

Cekungan Pengendapan Batubara Neogen di Cekungan Kutai


(Koesoemadinata,R.P., 2002).
52

B
Sistem progradasi pengendapan deltaik Lower Kutai Basin (Allen et al., 1998)

(Foto Basuki Rahmad, 2014)

Penampang progradasi sistem deltaik dan pengendapan batubara


di lingkungan Delta Plain di Lower Kutai Basin (Allen et al., 1998)

53

Fasies-Facies Delta Plain

(Reading, 1982)

54

Siklus Progradasi Sistem Deltaik


MENYEBABKAN:
- Siklus progradasi sistim delta Cekungan Lower
Kutai (Sangatta Area) menghasilkan multiple seam
batubara
- Gerak-gerak struktural berupa sesar naik dan sesar
turun

55

4. SEDIMEN PEMBAWA BATUBARA

56

A
A

a.
b.
Distributary Channel pada Model
Pengendapan Coal Swamp
di Delta Plain, Lower Kutai Basin (a)
(Allen et al., 1998) and Sangatta Deltaik (b)
Tipe endapan pembawa batubara:
1. Overbank deposits (coal swamp)
2. Splay deposits
3. Levee deposits
4. Channel deposits

(Foto Basuki Rahmad, 2014)

cross section

Jenis-jenis sedimen pembawa batubara


A

58

Levee deposits

Channel deposits

Channel deposits
Channel deposits

Channel deposits

Channel deposits

Sangata Seam
Splay deposits
(Foto Basuki Rahmad, 1999)

Channel deposits

Overbank deposits
(swamp)
59

(Foto Basuki Rahmad, 2014

(Foto Basuki Rahmad, 1999)

Pembentukan splitting Middle Seam akibat migrasi channel secara lateral


PIT Hatari

(Rahmad, B., 2001, dalam Diessel, 1992)

60

5. GEOMETRI LAPISAN BATUBARA

61

GEOMETRI LAPISAN BATUBARA


Gangguan sedimentasi
- Washout
- Splitting
- Parting

62

Perkembangan Washout akibat


pemotongan saluran sungai (channel)
(dalam Larry Thomas, 2002)

63

Washout

(A)

(C)

(B)

Pemotongan channel terhadap seam


batubara
A. Chanel Batupasir memotong
roof seam batubara
B. Channel batupasir dan
rombakan batubara
mengerosi seam
batubara,
C. Channel mudstone
mengerosi seam
batubara,
D. Chanel batupasir,
rombakan batubara,
mudstone mengerosii
seam batubara

(D)
(dalam Larry Thomas, 2002)
64

Pembentukan Splitting
Pembentukan
splitting
lapisan batubara akibat
perubahan pergerakan
sesar
selama
peng
endapan
gambut
berlangsung.

(dalam Larry Thomas, 2002)

65

Splitting Seam Middle

(Foto: Basuki Rahmad, 1999)

Endapan Channel
Endapan Overbank
(SWAMP)

66

Bentuk-bentuk Splitting
(A)

(B)

A. Simple Splitting,
B. Multiple splitting
C. Bentuk Splitting Z
atau S

(C)

(dalam Larry Thomas, 2002)

67

STRUKTUR GEOLOGI PADA GEOMETRI LAPISAN


BATUBARA
1. SYN-DEPOSITIONAL: Gabungan akumulasi ketebalan sedimen dan
kecepatan penurunan cekungan menyebabkan ketidak stabilan terutama di
bagian tepi cekungan. Akibat adanya struktur pembebanan ketika sedimen
masih dalam bentuk fluida, menyebabkan sedimen pembawa batubara
terlihat berbentuk struktur slumping, ciri lain seperti: injeksi sedimen ke
dalam lapisan bagian atas dan bawah (klastik dike) maka akan membentuk:
I. Struktur Mikro
a. Injeksi fluida sedimen dan batubara
b. Lipatan Mikro dan pelengkungan batubara
c. Sesar-sesar minor di bottom batubara
d. Zona milonite di litologi shale
II. Struktur Makro:
a. Struktur Slump
b. Growth Fold
c. Growth Fault : Thrust Fault, Reverse Fault
2. POST DEPOSITIONAL : kekar, sesar-sesar normal, lipatan

68

Pelengkungan Batubara

Injeksi Batubara

Zona Milonit (Shale)

Pelengkungan batubara, injeksi batubara dan zona milonit (shale)


akibat struktrur pembebanan.
(Foto Basuki Rahmad, 2007

Minor Fold

Zona Milonit (shale)

Kontak Bidang Diskontinuitas

Lipatan minor dan zona milonite (shale)


akibat struktur pembebanan

(Foto Basuki Rahmad, 2007

Seam O

Bottom

Floor Batupasir
Sesar-sesar minor

Kenampakan Floor Batubara akibat


struktur pembebanan, tampak sesar-sesar
minor di bagian bottom.
(Foto Basuki Rahmad, 2007

TERIMAKASIH

72

Anda mungkin juga menyukai