Disampaikan oleh :
BASUKI RAHMAD
OUTLINE:
1.
2.
3.
4.
1. GENESA BATUBARA
6
6
Forest peat/
Tumbuhan kayu
(SWAMP/TROPIS)
Tumbuhan Perdu
(MARSH)
Tumbuhan Perdu
(FEN)
10
Rawa Gambut pada Sistem Deltaik daerah Sungai Sangatta (Basuki Rahmad,, 2014)
19
19
20
20
21
21
22
22
HUTAN KERING
ALLOCHTON
(sumber PT. Geoservice)
HUTAN BASAH
DANAU PURBA
23
23
PEMBENTUKAN FOSSIL
Decaying Vegetation
PEAT
Seat Earth
Sandstone
Shale
Consolidate peat
Seat Earth
Sandstone
Shale
Lignite
Seat Earth
Sandstone
Shale
Coal Seam
24
24
Tekanan
Lignite
Temperature
Sub bituminous
PEAT
Bituminous
Anthracite
Umur
25
Biogenic Gas
H2O, VM, H, O
C >>
Thermogenic
Gas
26
0.01 M
Kedalaman
0.1 M
1M
10 M
100 M
1000 M
10.000 M
Air Tanah
A.
Model tipe gambut low moor pada kondisi limnic (Diessel,
1986)
Muka Air
oxic (dry)
Terestrial
anoxic-oxic
(wet-dry)
Telmatic
Oxygenated water
anoxic (wet);
Limnic
B.
C.
Model tipe gambut high moor berbentuk bog (ombrotrophic )
(Calder, 1991)
Gambar A: Model fasies gambut kondisi limnic tipe gambut low moor (Diesell,1986)
Gambar B: Model fasies gambut tipe high moor berbentuk bog (ombrotrophic); (Calder, 1991)
Gambar C: Model fasies gambut kondisi limnic (high moor) berbentuk bog (ombrotrophic);
(Anggayana, K., Rahmad, B., dkk., 2012)
28
Muka Air
oxic (dry)
Terestrial
anoxic-oxic
(wet-dry)
Telmatic
Oxygenated water
anoxic (wet);
Limnic
SEDIMENTARY
COVER
SEDIMENTARY
COVER
Pengertian Gambut:
adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar,
berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari
tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup
udara (di bawah air), tidak padat, kandungan air lebih dari
75 % (berat ar) dan kandungan mineral lebih kecil dari 50
% dalam kondisi kering (proses biokimia/diagenesis)
(dalam Stach, et al.,1982; Diessel, 1992; Taylor et al.,
1998)
Pengertian Batubara:
Batuan organik yang berasal dari rombakan tumbuhan
yang mengalami pembusukan (proses biokimia/diagenesa),
sehingga terjadi peningkatan kandungan karbon (C), nilai
kalori, rank dan penurunan hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, (proses geokimia/metamorfosa); (dalam Stach, et
al.,1982; Diessel, 1992; Taylor et al., 1998)
31
32
SUBSTANSI BATUBARA
(sumber Geoservice)
33
SUBSTANSI BATUBARA
Moisture
Mineral Matter
Organic Matter
Batubara
(sumber Geoservice)
34
Moisture
Mineral Matter
Volatile Matter
Ultimate
Moisture
Mineral Matter
Carbon
Maceral
Moisture
Mineral Matter
Vitrinite
Hydrogen
Nitrogen
Fixed Carbon
Liptinite
Sulfur
Oxygen
Inertinite
35
Petrologi batubara
Petrologi batubara adalah ilmu yang mempelajari
komponen organik dan bukan organik pembentuk
batubara.
Untuk mempelajari petrologi batubara harus ditinjau dari
dua aspek yaitu jenis dan derajat batubara.
Jenis batubara berhubungan dengan jenis tanaman
pembentuk batubara dan perkembangannya dipengaruhi
oleh proses kimia dan biokimia selama proses
penggambutan.
batubara itu bukan suatu benda homogen, melainkan
terdiri dari bermcam-macam komponen dasar bahan
organik dan dinamakan maseral.
Maseral terbagi menjadi 3 kelompok utama yaitu vitrinit,
eksinit (liptinite) dan inertinit. Ketiga kelompok maseral
tersebut dapat dibedakan dari kenampakan di bawah
mikroskop, asal kejadian dan sifat-sifat fisik dan kimia
yang dipunyai (Stach dkk, 1982 dan Bustin dkk, 1983).
MASERAL :
Secara mikroskopis bahan-bahan organik
pembentuk batubara disebut maseral
(maceral), analog dengan mineral dalam
batuan.
Istilah
ini
pada mulanya
diperkenalkan oleh Stopes (1935) untuk
menunjukkan material terkecil penyusun
batubara yang hanya dapat diamati di
bawah mikroskop.
Maseral
dalam
batubara
dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) grup utama
yaitu grup vitrinit, eksinit (liptinite), dan
inertinit. Pengelompokkan ini didasarkan
pada bentuk, morfologi, ukuran, relief,
struktur dalam, komposisi kimia, warna
pantulan, intensitas refleksi, dan tingkat
pembatubaraannya.
SUBGRUP MASERAL
Telovitrinit
Vitrinit
Textinit
Texto-ulminit
Eu-ulminit
Telocolinit
Detrovitrinit
Atrinit
Densinit
Desmocolonit
Gelovitrinit
Corpogelinit
Porigelinit
Eugelinit
Sporinit
Cutinit
Resinit
Liptodetrinit
Alginit
Suberinit
Fluorinit
Exsudatinit
Bituminit
Liptinit
Inertinit
MASERAL
Telo-Inertini
Fusinit
Semifusinit
Sclerotinit
Detro-Inertinit
Inertodetrinit
Micrinit
Gelo-Inertinit
Macrinit
PEMBATUBARAAN
VITRINITE; EXINIT; INERTINITE (Smith & Cook, 1980)
42
43
44
45
46
Paleo
environment
Tectonostratigraphy
Pliocene (Meratus Uplift),
Samarinda anticlinorium
Littoral
Deltaic
Delta
OROGENIC
Inner
to
Middle
Shelf
Inner to
Middle
Shelf
PALEOGENE
POST Early Miocene (Interaction
RIFTING
convergent), uplift of Central
SYNRIFTING
PRERIFTING
B
Sistem progradasi pengendapan deltaik Lower Kutai Basin (Allen et al., 1998)
53
(Reading, 1982)
54
55
56
A
A
a.
b.
Distributary Channel pada Model
Pengendapan Coal Swamp
di Delta Plain, Lower Kutai Basin (a)
(Allen et al., 1998) and Sangatta Deltaik (b)
Tipe endapan pembawa batubara:
1. Overbank deposits (coal swamp)
2. Splay deposits
3. Levee deposits
4. Channel deposits
cross section
58
Levee deposits
Channel deposits
Channel deposits
Channel deposits
Channel deposits
Channel deposits
Sangata Seam
Splay deposits
(Foto Basuki Rahmad, 1999)
Channel deposits
Overbank deposits
(swamp)
59
60
61
62
63
Washout
(A)
(C)
(B)
(D)
(dalam Larry Thomas, 2002)
64
Pembentukan Splitting
Pembentukan
splitting
lapisan batubara akibat
perubahan pergerakan
sesar
selama
peng
endapan
gambut
berlangsung.
65
Endapan Channel
Endapan Overbank
(SWAMP)
66
Bentuk-bentuk Splitting
(A)
(B)
A. Simple Splitting,
B. Multiple splitting
C. Bentuk Splitting Z
atau S
(C)
67
68
Pelengkungan Batubara
Injeksi Batubara
Minor Fold
Seam O
Bottom
Floor Batupasir
Sesar-sesar minor
TERIMAKASIH
72