Anda di halaman 1dari 24

STUDI POTENSI BAHAN GALIAN BATUBARA DI KECAMATAN CERENTI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Masberry
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293

PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Kuantan Singingi merupakan kawasan tumbuh (growth city) yang ditandai dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Kompleksitas permasalahan yang multidimensi tersebut pun dihadapi oleh sektor pertambangannya, hal ini ditandai dengan semakin maraknya Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi. Persoalan pertambangan (sumberdaya mineral dan batubara) di Kabupaten Kuantan Singingi akan makin kompleks dan rumit bila tidak segera dibenahi dan ditempatkan pada jalur (track) yang tepat. Untuk itu Kabupaten Kuantan Singingi perlu melakukan berbagai perubahan dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi pertambangan. Langkah awalnya adalah melakukan Studi Potensi batubara di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Kompleksitas permasalahan akan makin bertambah seiring dengan peradigma pertumbuhan sebuah kota Kabupaten.

Dalam rangka menunjang usaha pembangunan yang berwawasan lingkungan, kiranya perlu diketahui secara pasti potensi sumber daya batubara yang dimiliki suatu daerah. daya ini setelah dipergunakan (diambil) tidak dapat diperbarui lagi (non renewable) atau dengan kata lain akan dapat habis pada suatu saat. Oleh karena itu pemanfaatannya haruslah secara efektif dan efisien. Untuk mengantisipasi ini maka perlu akan adanya suatu

Studi/kajian Potensi Batubara (menginventarisasi, lokasi penyebarannya dan jumlah cadangan yang ada) di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Kebutuhan akan informasi data yang lengkap, akurat dan mutakhir tentang potensi bahan galian tambang batubara, merupakan hal yang sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dalam rangka mengetahui aset (kekayaan) dan modal dasar untuk

mengambil langkahlangkah kebijaksanaan pengolahan sumberdaya batubara. Informasi demikian juga sangat berguna bagi usahawan maupun praktisi yang berminat atau berkecimpung dalam pengembangan sumber daya batubara. Studi/kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan informasi spasial tematik yang mutakhir dan akurat yang dapat menjadi rujukan dalam pelaksanaan pembangunan. Studi ini memiliki 4 (empat) tujuan dan sasaran spesifik seperti di bawah ini: 1. pemutakhiran peta (map updating) penggunaan lahan skala 1:250.000, dengan detail informasi spasial dan survei lapangan terbaru. 2. pembuatan peta-peta tematik, topografi, peta geologi, peta potensi batubara. Pembuatan peta tematik dalam studi ini juga akan dilakukan pemetaan obyek fisik lahan, seperti pemetaan topografi yang menggambarkan morfologi wilayah.

3. tersedianya data spasial yang mutakhir/terbaru dengan menggunakan teknik pemutakhiran dan metode penginderaan jauh yang di lengkapi dengan survei lapangan serta data sekunder terkait yang mendukung. 4. tersedianya basis data dasar spasial yang mencerminkan kondisi fisik lahan wilayah Kecamatan. Dengan memperhatikan kaidahkaidah pemetaan nasional (Bakosurtanal) dalam skala yang memadai (1: 50.000). Ketersediaan data tentang potensi batubara tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah daerah maupun masyarakat sebagai: Acuan Teknis bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya batubara, antara lain untuk: Pemberian izin pertambangan daerah (SIPD). Kebijaksanaan, konservasi sumber daya mineral dan Pengawasan terhadap kegiatan pertambangan. Data dan informasi tentang potensi sumber daya batubara bagi masyarakat luas yang memerlukannya. Bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka penyusunan rencana pembangunan daerah,

terutama guna tercapainya penggunaan lahan yang berkelanjutan.

GEOGRAFI DAERAH PENYELIDIKAN Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu kabupaten dengan luas 7.656,03 km dengan jarak dari tepi pantai 120 km dan ketinggian berkisar 25 30 meter dari permukaan laut. Kabupaten Kuantan Singingi terletak diantara 000 100 ' Lintang Selatan dan 101 02' Bujur Timur - 101 55' Bujur Timur. Batas wilayah Kuantan Singingi dilihat dari kondisi geografisnya adalah sebelah Selatan berbatasan Propinsi Jambi, sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Cerenti dengan luas 456.00 km, dan bisa ditempuh dengan jalan darat roda 4 dan roda dua yang berjarak sekitar 60 km dari ibukota Kabupaten Kuantan Singingi. Iklim / Curah Hujan Topografi Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, rawa-rawa dengan elevasi 5 - 400 m di atas muka laut dan berada pada jalur lintas tengah Sumatera. Secara astronomis posisi Kabupaten Kuantan Singingi terletak di daerah tropis maka otomatis beriklim tropis/tropika basah dengan suhu yang relatif tinggi, minimum 22,0 oC dan maksimum 32,6 oC. Kondisi udara lembab dengan curah hujan sekitar 229,50 Mm per tahun. TINJAUAN PUSTAKA Geologi Regional Secara fisiografis, dan tektonik khususnya daerah Kabupaten Kuantan Singingi termasuk dalam lingkungan buritan busur (back-arc basin) Cekungan Sumatra Tengah Pulau Sumatra yang terletak di sepanjang tepi Barat daya lempeng Benua Dataran Sunda (Sunda Land). Cameron (1980) menduga bahwa penunjaman di bawah tepi barat Pulau Sumatera terjadi pada

Gambar 1. Peta administrasi Kabupaten Kuantan Singingi

Perm, peningkatan kegiatan yang terjadi kemudian telah menghasilkan pembentukan busur gunung api Tersier sampai Resen di sepanjang Pegunungan Barisan di bagian barat Sumatera. Batuan Pra-Tersier di paling timur, tersingkap di Bukit Tiga Puluh, Bukit Limau dan Pegunungan Dua belas, yang merupakan kulminasi dari batuan dasar dalam cekungan tersier dari Sumatera Timur. Sifatnya yang khas dari batuan yang terdapat di Bukit Tigapuluh, terutama adanya greywacke, disamping serpih pasiran, batu pasir kuarsa dengan selingan lempung dan napal. Susunan batuan ini mengalami perubahan setempat akibat penerobosan granit. Umur dari pada greywacke ini diperkirakan Trias (Zwierzyeki, 1930) atau mungkin Jura (van Bemmelen, 1949), fosil sama sekali tidak diketemukan dalam lapisan-lapisan ini. Batuan greywacke tersebut mempunyai penyebaran yang luas sepanjang sisi timur laut Pegunungan Barisan. Cekungan Tersier bagian Timur

Sumatera Tengah dibatasi di sebelah Baratdaya oleh rangkaian Pegunungan Barisan, di daerah Kampar Atas dan Rokan Atas (Hulu), mereka dikenal sebagai rangkaian Pegunungan Guligi Lipat kain dan Lisun Kuantan Lalo.

Stratigrafi Berdasarkan Peta Geologi Lembar Solok, (P.H. Silitonga dan Kastowo,1995), Stratigrafi Kabupaten Kuatan Singingi, menurut para peneliti terdahulu di kabupaten Kuantan Singingi terdapat beberapa singkapan formasi dari muda ke tua yang batuannya berumur Kuarter dan Tersier. a. Aluvium Sungai (Qal) Lempung, pasir, kerikil dan bongkah batuan beku, kwarsit dan macam lainya. b . Anggota Atas Formasi Palembang (QTpu) Tufa asam berbatu apung berwarna abu-abu muda, batu pasir tufaan abu-abu semu biru, bentonit dan beberapa sisipan lignit. c. Anggota Tengah Formasi Palembang (Tpm) Batu pasir abu-abu muda sampai abu-abu semu kuning dan batu lempung pasiran abuabu semu biru. d . Anggota Bawah Formasi Palembang (Tpl ) Batu lempung dengan beberapa sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan e. Anggota Atas Formasi Telisa (Tmtu) Serpih coklat keabuan dan batugamping napalan dengan sisipan tipis tufa andesit.

Gambar 2. Peta geologi regional Kabupaten Kuantan Singingi (P.H. Silitonga dan Kastowo, 1995).

f. Anggota Bawah Formasi Telisa (Tmtl) Napal lempungan dengan lensa-lensa rijang hitam, batupasir lignit. g. Andesit, Basal (Ta) Aliran lava yang tak dipisah, breksi, aglomerat, dan batuan hipabisal.

Gambar 3. Stratigrafi regional daerah penyelidikan struktur geologi

Pola struktur utama di Cekungan Sumatera Tengah ada dua, yaitu pola-pola yang lebih tua cenderung berarah Utara-Selatan (NNWSSE), dan pola yang lebih muda yang berarah Barat laut Tenggara NW-SE (Nayoan dan Mertosono,1974). Sesar-sesar yang berarah Utara-Selatan di perkirakan berumur Paleogen, sementara yang berarah Barat Laut Tenggara berumur Neogen Akhir. Kedua kelompok sesar ini berulang kali diaktifkan selama Tersier oleh gaya-gaya yang bekerja (Eubank dan makki,1981). Tipe struktur yang umum dijumpai di cekungan Sumatera Tengah diberi nama Lipatan Sunda (Sunda Fold). Type struktur ini mengalami perubahan dari antiklin dibagian kerak menjadi sinklin atau half graben dibagian bawah permukaan

tanah. Sunda Fold mempunyai tatanan deposisi dan tektonik yang spesifik sebagai hasil dari tensional regime.

Gambar 4. Perkembangan tektono stratigrafi daerah cekungan Sumatera Tengah (Heidrick & Aulia, 1996)

BAHAN DAN METODE Studi potensi sumberdaya mineral dan batubara di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singigi dilakukan berdasarkan metode pengumpulan data sekunder dan data primer yang ditunjang dengan Indraja ( pengindraan jauh ) yang dipetakan sesuai dengan hasil survey lapangan. Data 1. Peta Rupa Bumi Kajian menggunakan peta rupa bumi yang yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dengan skala 1: 250.000. seluruh wilayah Kabupaten Kuantan

Singingi 2. Data Indraja (Citra SPOT 2006.) 3. Data Potensial Tambang. Data Potensial Tambang yang digunakan sebagai bahan acuan survey lapangan terdiri dari :

Gambar 5. Pola struktur geologi Sumatera tengah (Westerveld, 1952).

Data Potensial Tambang Kuantan Singingi

Tahun 2003 Dinas Pertambangan Propinsi Riau. Potensi Galian Tambang di Indonesia, PPTM

4. Peta Geologi Peta Geologi yang digunakan adalah Peta yang dibuat oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral dengan skala 1: 250.000 5. Peta Administrasi Peta Administrasi digunakan sebagai bahan acuan batas batas administrasi mulai batas propinsi, kabupaten

sampai kecamatan. Peta administrasinya keluaran dari Bakosurtanal dan BPN Propinsi 6. Data Lain Data-data lain untuk mengetahui gambaran umum Kabupaten Kuantan Singingi digunakan data-data tabel dari Kuantan Singingi dalam angka tahun 2005.

TAHAPAN PENYELIDIKAN Studi Awal (Desk Study) Studi awal adalah mempelajari data dan informasi dari para peneliti terdahulu. Studi awal dilakukan sebelum dilaksanakannya pekerjaan fisik dilapangan. Studi awal meliputi: a. pengolahan Citra Satelit, b. pengenalan geologi regional, c. inventarisasi potensi sumber daya mineral dan batubara yang terdapat di daerah telitian, d. pengumpulan data sumberdaya mineral dan batubara di daerah telitian dari dokomen dan informasi yang telah ada, e. mempelajari peta topografi dan peta geologi daerah telitian untuk persiapan survei lapangan.

Survei Lapangan Pekerjaan Survei lapangan yang dimaksud berupa pekerjaan geologi tinjau yaitu untuk : a. mengetahui kondisi geologi umum daerah telitian, b. pengecekan terhadap data-data yang diperoleh dari studi awal (desk study), c. pengenalan lapangan secara umum untuk menentukan cara penelitian/pemetaan umum.

Pemetaan geologi Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengetahui sebaran bahan galian batubara secara mendatar (horisontal), dengan cara melakukan kompilasi antara peta geologi yang telah ada dan pengamatan langsung dilapangan, yaitu melakukan pengamatan terhadap singkapan sumber daya batubara yang dijumpai dilapangan. Singkapan biasanya terdapat pada tebing sungai, tebing jalan, lereng atau kaki bukit, galian-galian proyek dan galian-galian penduduk (sumur-sumur penduduk). Dalam pekerjaan pemetaan geologi dilakukan

pengambilan contoh batuan, pencatatan dimana lokasi pengambilan sampel, pencatatan gejala geologi, pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan yang mengandung sumber daya batubara dan pengukuran badan cebakan/deposit sumber daya batubara. Selanjutnya dari pekerjaan pemetaan geologi diperoleh peta yang dapat menggambarkan luas dan jenis sumberdaya mineral yang terdapat didaerah telitian. Pengeboran / Pemetaan bawah Permukaan Untuk mengetahui kondisis bawah permukaan secara lokal atau setempat dilakukan cara-cara sebagai berikut: 1. pembuatan sumur uji / test pit, parit uji, 2. pemboran yaitu dengan bor tangan (Hand Auger), 3. memanfaatkan galian yang sudah ada (misalnya sumur penduduk).

Pengambilan Contoh Batuan Pengambilan contoh batuan yang dimaksud adalah batuan bahan galian tambang yang diambil dilapangan selanjutnya diadakan penyelidikan dilaboratorium. Cara pengambilan contoh batuan antara lain dengan cara pengeboran, parit uji, atau pada singkapan yang masih segar, insitu, dan biasanya terdapat pada tebing sungai, tebing jalan. Analisa Contoh Batuan dan Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan contoh batuan di laboratorium bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kimia, fisika dan mutu bahan galian tertentu. Contoh-contoh yang diambil dan dianalisa di laboratorium sesuai dengan SII ( Standart Industri Indonesia ). Analisa laboratorium yang dilakukan meliputi; a. analisa absorbsi untuk berbagai jenis lempung dan sedimen klastik, b. analisa kimia untuk mengetahui kadar kimiawi batuan, c. X-Ray analisys (XRD) Perhitungan Jumlah Cadangan Untuk menghitung volume cadangan digunakan Metode Circular USGS-83 (System United Statets Geological Survey) merupakan pengembangan dari sistem blok dan perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan

dalam perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian yang berbentuk perlapisan ( tabular) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang relatif konsisten. Sumberdaya yang dihitung terdiri dari sumberdaya terukur ( measured coal) dan sumberdaya terunjuk (indecated coal) yang keduanya termasuk ke dalam jenis sumber daya demonstrated coal .

Gambar 6. Foto.1, 2. Kegiatan pengukuran jurus/kemiringan batuan dan pencatatan gejala geologi

Gambar 7. Peta administrasi Kabupaten Kuantan Singingi yang di-overlaykan dengan Ctra SPOT Kuantan Singingi

Gambar 8. M e t o d a P e n g e b o r a n d a n g k a l menggunakan bor tangan

Prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pemboran.

Gambar 9. Kenampakan batubara pada sumur Masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan diperoleh data tentang keadaan geologi umum

Gambar 10. Teknik perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan sistem United States Geological Survey (1983)

Gambar 11. Klasifikasi sumber daya mineral menurut Mc. Kelvey(1973, dalam Peters, 1978)

daerah penelitian , yang meliputi morfologi, litologi, stratigrafi, struktur geologi dan kondisi geologi yang berhubungan dengan sumberdaya batubara. Seluruh hasil studi sumberdaya batubara di Kecamatan Cerenti diuraikan secara menyeluruh dalam bagian ini. Morfologi Geomorfologi merupakan kajian tentang bentuk lahan yang mencakup genesa, perkembangan serta hubungan dengan lingkungannya. Genesa bentuk lahan ditentukan oleh proses endogen dan struktur geologi.

Gambar 11. Teknik perhitungan sumber daya batubara berdasarkan sistem United States Geological Survey (1983)

\
Gambar 12. Foto 3 dan 4 Kenampakan morfologi bergelombang lemah dan satuan dataran alluvial

Perkembangan bentuk lahan terjadi karena adanya proses eksogen yang meliputi pelapukan, erosi, abrasi, gerakan massa tanah dan batuan, banjir dan sedimentasi. Berdasarkan ciri tersebut, bentuk lahan yang ada di daerah penelitian dibedakan menjadi beberapa satuan, geomorfologi yaitu: 1.Satuan perbukitan bergelombang lemah dan 2.Satuan dataran aluvial.

BATUBARA. Genesa Batubara adalah bahan galian energi yang bersifat padat, berwarna hitam hingga coklat, disusun bahan organic (> 50%), terbentuk melalui proses sedimentasi, dari tumbuh-tumbuhan zaman purba yang mengalami berbagai tingkat dekomposisi serta perubahan sifat-sifat fisik.

Gambar 13. Peta geomorfologi Kecamatan Cerenti

Gambar 14. Peta potensi sebaran batubara Kecamatan Cerenti serta klasifikasi cadangan A (terukur), B1 dan B2 (terunjuk) di Utara dan Selatan dari Potensi A

Penyebaran Potensi batubara di Kecamatan Cerenti (Gambar 14) cukup besar dan terdapat di beberapa desa wilayah kecamatan serta belum dimanfaatkan secara optimal. Lokasi ditemukannya batubara di Kecamatan Cerenti adalah di Desa Kampung Baru, Desa Koto dan Desa Pesikaian yang berbatasan langsung dengan Peranap. Dari beberapa singkapan batubara dapat dikelompokkan menjadi empat lokasi penyebaran dengan ketebalan yang signifikan, yakni mulai dari Desa Kampun Baru, Desa Koto, Pulau Jambu, dan Desa Pesikaian. Pada Desa Koto dijumpai ketebalan terukur batubara 7 (tujuh) meter berupa perlapisan dengan kemiringan kecil (dip perlapisan 4-5o) tetapi kedudukan tersebut tidak beraturan, ini menunjukkan telah terjadi pensesaran yakni sesar mendatar geser kiri. Kemenerusan lapisan tersebut ke arah timur menerus yakni Kecamatan Peranap.

Gambar 15. Peta geologi dan penampang geologi daerah Cerenti. Satuan batupasir mendominasi dan ditutupi oleh alluvial terutama di S. Kuantan

Gambar 16. Peta potensi sumber daya mineral dan batubara di Kecamatan Cerenti.

Umumnya ketebalan sekitar 2 sampai 3 meter bahkan 7 meter. Lapisan batubara tersebut terdapat dalam Formasi Palembang dengan kemiringan berkisar antara 6o - 10o. Singkapan yang tertutupi oleh overbuden antara lain di wilayah koto (dekat tower milik PT Telkom) tertutupi setebal 25 meter, di belakang rumah penduduk (koto) ketebalan setebal 25 meter. Hal ini terlihat dari sumur-sumur penduduk (Gambar 9).

Gambar 17. Singkapan potensi batubara, lokasi Desa Kampung Baru, pada tepi Sungai Kuantan Kec. Cerenti posisi (X=0819005; Y=9946370) kedudukan perlapisan N240E/5

Perhitungan Cadangan Batubara Metode Intrapolasi

Total Cadangan Batubara : Total Cadangan Terunjuk A1 = 101.647.000 ton. Total Cadangan Tereka B1 & B2 = 315.679.000 Ton

Hasil Analisa Laboratorium (Kadar/Kualitas ) Kualitas batubara menunjukkan nilai kalori, persentase dari kadar abu, sulfur adalah seperti tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisa Laboratorium

KESIMPULAN Potensi pertambangan bahan galian batubara di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi, dapat dikelompokkan menjadi empat lokasi penyebaran dengan ketebalan yang signifikan, yakni mulai dari Desa Kampung Baru, Desa Koto, Pulau Jambu, dan Desa Pesikaian. Pada Desa Koto dijumpai ketebalan terukur batubara 7 (tujuh) meter berupa perlapisan dengan kemiringan kecil (dip perlapisan 4-5o). Total Cadangan Batubara : Total Cadangan Terunjuk A1 = 101.647.000 ton. Total Cadangan Tereka B1 & B2 = 315.679.000 Ton

Melihat berkembangnya kegiatan sub-sektor ini menimbulkan berbagai harapan bagi pembangunan, seperti penyerapan tenaga kerja, pembangunanekonomidaerah, penganekaragaman komoditi mineral serta peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

DAFTAR PUSTAKA BPS Kuantan Singingi (2006), Kuantan Singingi dalam Angka Tahun 2006 Cameron, N. R. ( 1981 ), The regional tectonic setting of Sumatra : Bull. Dir.Min. Res.Ind., 137 150 Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Direktorat Pertambangan Depertemen Pertambangan, Buku Pedoman Bahan Galian Indonesia , 1950 1965. De Coster, G.L 1974. The geology of the Central and South Sumatera Basins. Proc. 3rd Annual Conf.IPA, 77-110. Eubank R.T dan Maki, A.C. (1981 ), Structural Geology of the Central Sumatera Back arc Basin. IPA Ann. Conv. Heidrick, T.L. dan Aulia, K ( 1996 ), A Structural and tectonic model of the coastal plains Block, Central Sumatra Basin Indonesia. IPA Annual Conv. P.H. Silitonga dan Kastowo ( 1995 ). Peta Geologi Lembar Solok, Sumaetra Ed.2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Van Bemmelen,R.W. 1949. The geology of Indonesia, Volume II, Economic Geology. Special Edition of Bureau of mines, Indonesia. Government Printing Office, The Hague,1949.

Anda mungkin juga menyukai