Anda di halaman 1dari 32

DAMPAK PENAMBANGAN BATU BARA TERHADAP LINGKUNGAN

Oleh

Erni Yusnita

Email : erniyusnita47@gmail.com

Abstrak

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat
potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan negara selama
bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka ( open pit mining) dapat
mengubah secara total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan fungsi
hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen
dan pengatur suhu. Selain itu penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan perubahan social
ekonomi masyarakat disekitar kawasan penambangan. Upaya pencegahan dan penanggulangan
terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batu bara perlu dilakukan tindakan-
tindakan tertentu sehingga akan dapat mengurangi pencemaran akibat aktivitas pertambangan
batubara dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar pertambangan.

Kata kunci : Penambangan batubara, dampak, upaya pencegahan

Pendahuluan

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya
energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar
162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke
Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau
Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua
dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah
C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia
sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah satu
sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang
semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah
mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun
sebagai sumber devisa.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat
memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana
sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi ladministrative penal law)
merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran
implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat
administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium
dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi
kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan
berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar
sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari
kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana,
dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

Tulisan ini berusaha menggambarkan bagaimana metode penambangan, kerusakan yang


diakibatkan dan solusi mengatasi kerusakan lingkungan pasca penambangan.

Jenis Batu Bara

Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara.
Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara,
diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian
ESDM, 2006)

1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai ciri-
ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai
kandungan air kurang dari 8%.

2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai
kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai
di Australia.

3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri
kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.

4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri
memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.

5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori
dan kadar air diatas 75%.

Metode Penambangan Batubara


Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak
dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan investasi yang besar terutama untuk
membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan harga
sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan industri pertambangan batubara
dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial
ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
(Sitorus, 2000) :

1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang terbuka penambangan


dalam jalur dan penambangan hidrolik.

2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan seperti

1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.

2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan
ke dalam lubang galian.

3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.

4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi
kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan
organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang


beroperasi adalah sistem tambang terbuka ( Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan
sistem tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi
penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.

Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang dan menimbun
kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok penambangan serta menyesuaikan
kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral, (Suhala Et, al.,, 1995).

Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang
selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih
banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam
tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (
top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk
penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang
mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada
saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti
memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan.
Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Pengangkutan Batu Bara

Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada
jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan
atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan
menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur
dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.

Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari
Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal berukuran
Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara
internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.

Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara
mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan
diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak
terhadap lingkungan hidup.

Dampak Penambangan Batubara

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing
(seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo,
2003).

1. Dampak Terhadap Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya
pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya
adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja
sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu
kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat
diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan
mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui
bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap
industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan
adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau
community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar
lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan
tidak boleh terjadi kesalahan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air,

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan
Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang
sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif
yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif.
Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi
dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke
lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi
menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia.
Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.

2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara
kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang
penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti
asma dan bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic,
menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas
udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai
potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah dan
sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan batubara
melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan fasilitas
tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran,
permukiman karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub
soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah
terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-
lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut.

1. Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya


berbagai penyakit antara lain :

1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn),
Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang
jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya
penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker
paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk buangannya,
berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat :
seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di
lingkungan.

3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam
berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

1. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada
aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan
jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi
obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan
tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan
ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya
konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran
ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moral
pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak
dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah
Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai
104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap
memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal
positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambanganya.

Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para pekerja
tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara
memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu
kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam mencari solusi
terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus
menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih
dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta
kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi
yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang
sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang
batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan
tertentu sebagai berikut :

1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu


pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang
udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).

2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari
kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan
kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria.
Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
(breeding place).

3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan


penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku ( law
enforcement)

4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina
dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan
membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih atas terselesaikanya penulisan artikel ini disampaikan kepada dosen
pengasuh Mata Kuliah Penyajian Ilmiah Bapak Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc, yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan materi dasar untuk membuat tulisan ini. Semoga Allah, SWT,
membalas semua kebaikan Bapak.

Daftar Pustaka

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian Tanah.
Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16 Juni 2006].

Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of Forest,
Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding Environmental Service Providers in
Indonesia. Proceedings of a workshop in Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28
February 2004. ICRAF-SEA. Bogor

Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang Timah (Studi
kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana.IPB. Boger.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara . Departemen
ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM. Jakarta.

Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan . Jurusan Tanah.Fakultas


pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan . Gadjah Mada Uversity Press.
Yogyakarta.

Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta’alim. 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia. Pusat


Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat Jenderal Pertambangan Umum
Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.

Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan . Penerbit Andi


Yogyakarta.Yogyakarta.

DAMPAK PERTAMBANGAN DAN SOLUSI

DAMPAK PERTAMBANGAN BATU BARA

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing
(seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo,
2003).

a. Dampak Terhadap Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya
pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya
adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja
sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu
kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat
diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan
mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui
bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap
industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan
adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau
community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar
lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan
tidak boleh terjadi kesalahan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan
Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang
sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif
yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif.
Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi
dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke
lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi
menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia.
Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.

2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara
kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang
penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti
asma dan bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan


profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan
habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas
tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai
potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

Aktivitas pertambangan batubara juga

berdampak terhadap peningkatan laju erosi

tanah dan sedimentasi pada sempadan dan

muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak

tidak langsung dari aktivitas pertambangan

batubara melainkan dampak dari pembersihan

lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan

fasilitas tambang lainnya seperti

pembangunan sarana dan prasarana

pendukung seperti perkantoran, permukiman

karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah

oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi

pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top

soil) dan tanah penutup (sub soil/overburden).

Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat

fisik tanah dimana susunan tanah yang

terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke

lapisan bawah akan terganggu dan

terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.

b. Dampak Terhadap manusia


Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya
berbagai penyakit antara lain :

Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn),
Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang
jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya
penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker
paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk buangannya,
berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat :
seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di
lingkungan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam
berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

c. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

Terganggunya Arus Jalan Umum

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada
aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan
jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi
obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan
tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan
ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya
konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran
ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan kerusakan
moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak
dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah
Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai
104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap
memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal
positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambanganya.

Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para pekerja
tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara
memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu
kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap iklim kita

Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah dasyat. Air dalam jumlah
yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat. Polutan
beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama penyakit pernapasan
akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin dalam kandungan ibu
hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting, pembakaran batubara di PLTU
adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti karbon dioksida, sulfur
dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang memperburuk kondisi iklim kita.

Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran batubara

Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat pembakarannya. Di ujung
rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara yang ditinggalkan setelah dieksploitasi
habis, limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam yang rusak tanpa pernah akan bisa
kembali seperti sediakala.

Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan segudang masalah


untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase tambang asam,
dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak adalah adalah kondisi
permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk
mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan masyarakat,
tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah
tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.

Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan kerusakan yang diakibatkan
oleh energi kotor ini—masing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini nyata dan
mematikan.

lingkungan pasca tambang

Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan semestinya menghasilkan output


yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak terhadap sumberdaya alam yang tak terbaharukan,
serta berkesinambungan terhadap keseterdiaan sumber daya alam. Adanya dampak ekologis dari
kegiatan pasca tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta dilakukan penelitian dan
penaatan ruang karena bila tidak dilakukan kompehensip, maka penutupan tambang hanya akan
meninggalakan kerusakan bentang alam dan lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya
penanggulanan pencemaran dan kerusakan lingkungan pada saat operasi maupun pasca
ditutupnya usa tambang sebagai berkesinambungan yang pada intinya adalah upaya yang bisa
untuk menghilangkan dampak dari kegiatan tambang dengan melakukan suaru gran desain dan
krontruksi kegiatan tambang yang berdampak lingkungan yang dikenal dengan AMDAL.

Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para pemegang Kuasa
Penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982, Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar kegiatan yang sudah
berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas jangkuan kegiatan dan skala
produksinnya. Semua kegiatan penambangan yang termasuk dalam daftar diharuskan membuat
AMDAL, sedangkan tidak termasuk dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL. Kegiatan
yang menyusun AMDAL adalah kegiatan penambangan yang berada di lokasi yang sensitif
terhadap lingkungan seperti hutan lindung, daerah cagar budaya dan cagar alam. Dalam undang-
undang No. 11/1967 mengenai pertambangan telah dicantumkan pula daerah yang tidak
diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan penambangan antara lain kuburan, cagar budaya,
bangunan penting seperti jembatan, instalasi militer dan sebagainya.

SOLUSI TERHADAP DAMPAK DAN PENGARUH PERTAMBANGA BATUBARA

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam mencari solusi
terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus
menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih
dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta
kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi
yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang
sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang
batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan
tertentu sebagai berikut :

Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu


pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang
udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).

Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari
kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan
kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria.
Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
(breeding place).

Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan
batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)

Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina
dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan
membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.

KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi
bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan
di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan
eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak
yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga
memanfaatkannya secara bijaksana.

Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa dibilang
telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan
pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat
diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga
memanfaatkan SDA secara bijaksana
DAFTAR PUSTAKA

. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16 Juni 2006].

Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of Forest, Agroforestry and
Upland Cropping as a Basis for Rewarding Environmental Service Providers in Indonesia.
Proceedings of a workshop in Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February
2004. ICRAF-SEA. Bogor

Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild

pada Lahan Bekas Tambang Timah

(Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis

Sekolah Pascasarjana.IPB. Boger.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan

(Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara.

Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia.

Departemen ESDM. Jakarta.

Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan

Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor


(IPB). Boger.

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Uversity

Press. Yogyakarta.

Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim.

1995. Teknologi Pertambangan Indonesia.

Pusat Penelitlan dan Pengembangan

Teknologi Mineral,Direktorat Jenderal

Pertambangan Umum Departemen

Pertambangan dan Energi. Jakarta.


Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran

Lingkungan. Penerbit Andi

Yogyakarta.Yogyakarta.

WWW.GUNADARMA.AC.ID

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA DI KABUPATEN BERAU KALIMANTAN


TIMUR TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH DAN EROSI

INSTRUMEN EVALUASI LINGKUNGAN

Dosen Mata Kuliah: Ir. Kartini MT

Disusun oleh:

Muchlis D14112011

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2013

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dalam rangka tugas mata kuliah Instrumen Evaluasi Lingkungan.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Tidak ada gading yang tak retak, isi karya tulis ini juga tidak bebas dari kekurangan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun. Akhir kata semoga isi
karya tulis ini bisa bermanfaat.
Penulis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Batu Bara

Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terperangkap dalam
sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan
mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.

Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang
dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi
pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu
(Jtl) adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif. Batubara adalah salah satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga
adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.

Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di pulau kalimantan dan
pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama selain solar ( diesel fuel ) yang
digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dari pada solar dengan
perbandingan sebagai berikut: solar Rp. 0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori.
Dari segi kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia,
Jumlahnya sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasok
kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.

Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan
sekitar. Aktivitas pertambangan mencemari lingkungan di sekitar lokasi penambangan.
Pencemaran tersebut antara lain :

1. Pencemaran Air

Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
2. Pencemaran Tanah

Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan batubara
ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut
maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.

3. Pencemaran Udara

Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran
batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang
membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat
membuat kotor udara.

Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan, yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka
panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir
cacat.

2.2 Hutan

Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-ragaman hayati yang
sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia
adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas hutan dunia. Seiring dengan berjalannya waktu dan
tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara individu
maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak memperhatikan
kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya dilakukan secara ilegal seperti
melakukan pembalakan liar, perambahan, pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan di
Indonesia tidak terkendali (laju kerusakan hutan Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya,
kerusakan hutan atau lingkungan tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin
menurun, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya.

Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi juga telah terjadi pada
hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi yang spesifik terutama berkaitan dengan
ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting terhadap keberlanjutan
kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan bahwa hutan
lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan
tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

2.3 Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan Batubara

Bahan tambang merupakan bahan yang berada didalam bumi sehingga untuk mengambilnya
perlu dilakukan penggalian. Batubara merupakan salah satu bahan tambang yang banyak
ditemukan dikawasan hutan yang tua karena proses terbentuknya batubara merupakan
sedimentasi dari tanaman pada zaman purba yang mengalami proses penimbunan hingga ribuan
tahun. Dalam upaya eksploitasi bahan tambang batubara ini, perlu dilakukan perluasan area
tambang untuk memudahkan mobilitas pengangkutan dan pengambilan batubara tersebut.
Kawasan hutan yang memiliki potensi batubara harus disingkirkan atau ditebang untuk
dilakukan penggalian. Karena besarnya sumber daya batubara pada suatu lokasi maka luas area
hutan yang disingkirkan untuk kegiatan tersebut semakin luas.

2.4 Gambaran Umum Lokasi Pertambangan

Wilayah Kabupaten Berau, terletak pada koordinat 1 ° 12’ 00” - 2 ° 36’ 00” LU dan 116 ° 00’
00” - 118°

57’ 00” BT. Letak Geografis Kabupaten Berau yang dekat dengan garis katulistiwa menjadikan
daerah ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi dan hari hujan merata sepanjang
tahun. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang
tahun dengan kelembaban udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim tropis.
Kabupaten Berau memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kedua
musim tersebut diselingi dengan masa peralihan dengan curah hujan masih relatif banyak.
Namun demikian kondisi alam Kabupaten Berau yang masih dikelilingi oleh hutan tropis yang
masih lebat menjadikan daerah ini berkarakter hutan hujan tropis dengan curah hujan yang relatif
merata sepanjang tahun. Hal ini didorong oleh kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan
yang masih luas. Curah hujan cenderung tinggi

sepanjang tahun, berkisar antara 91 - 246 mm perbulan (Subardja, 2007).

Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara konsesi PT. Berau Coal adalah
Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi ini terdiri dari satuan batupasir,

mudstone ,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping. Ketebalan Formasi Berau atau
Formasi Lati berkisar 600 meter hingga 1.600 meter, umur Miosen Tengah hingga Miosen Atas
dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini jari jemari dengan Formasi
Sterile di bagian bawahnya dan tidak selaras dengan Formasi Labanan di bagian atasnya
(Subardja, 2007).

Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Berau Coal menggunakan pola penambangan
box-cut contour mining . Pola penambangan box cut contour mining
dilakukan pada areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif landai dan dengan luas areal
timbunan di luar areal tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian pola penambangan ini
salah satunya adalah bertujuan agar luas areal yang terganggu oleh kegiatan penambangan tidak
terlalu luas. Areal untuk penimbunan tanah penutup diusahakan tidak terlalu jauh dari areal
bukaan dan sedapat mungkin dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja,
2007).

2.5 Penggunaan Lahan di Kawasan Berau

Gambar 2.5. Peta Penggunaan Lahan di kawasan Berau, Kaltim.

Tabel 2.5. Penggunaan Lahan di Kawasan Berau, Kaltim.

Kawasan tambang batubara di kabupaten Berau terus dilakukan perluasan, sementara


penggunaan lahan disekitarnya mengalami penurunan. Dari tabel terlihat bahwa sampai dengan
tahun 2002 telah terjadi konversi hutan seluas 0,234 Ha, terdiri dari 0,061 Ha industri (PT Berau
Coal), 0,009 Ladang dan 0,161 Ha Semak Belukar. Di sekitar lokasi tersebut, terdapat lahan
kosong seluas 0,003 Ha , kemungkinan besar lahan tersebut sebagai persiapan perluasan lahan
PT. Berau Coal. Hal ini terlihat pada pengamatan citra udara tahun 2006 terdapat kawasan
industri, sementara kawasan tersebut merupakan lahan kosong pada tahun 2002. Sampai dengan
tahun 2006 konversi yang terjadi dari lahan hutan adalah seluas 0,451 Ha. Konversi tersebut
berturut-turut menjadi lahan industri PT Berau Coal adalah seluas 0,088 Ha, ladang 0,035 Ha,
lahan kosong 0,034 dan semak belukar 0,294 Ha.

2.6 Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Batubara

Aktivitas pertambangan batubara yang dilakukan dikawasan Berau, Kalimantan Timur tidak
hanya mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan sekitar berupa pencemaran.
Pengrusakan hutan dari kegiatan pertambangan tersebut juga mempengaruhi siklus hidrologi dan
kehidupan ekosistem didalam kawasan tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga memiliki
dampak terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal dibagian hilir.

Hutan yang ditebang untuk kegiatan pertambangan batubara memiliki fungsi dan pengaruh
terhadap ketersediaan air tanah yang memiliki peran penting dalam ketersediaan air bersih pada
masyarakat. Hutan tersebut memiliki fungsi sebagai penangkap tanah agar lapisan permukaan
tanah yang dapat menyerap air tidak lari atau berpindah.Tingginya kemampuan penyerapan air
oleh permukaan tanah yang berada di kawasan hutan, maka air hujan yang turun di sana tidak
seluruhnya menjadi air limpasan ( run off). Sebagian besar meresap ke dalam tanah, hanya
sedikit yang menjadi air larian. Run off atau air limpasam adalah air yang tidak mampu diserap
oleh permukaan tanah. Air ini akan turun ke kawasan yang lebih rendah. Jika air limpasan ini
melebihi daya dukung sungai maka dapat menimbulkan banjir.
Sebagian besar air hujan yang turun di kawasan hutan akan diserap oleh tanah (infiltrasi) dan
tersimpan di

aquifer . Selanjutnya, air yang tersimpan di aquifer akan mengalir melalui celah-celah atau pori
tanah yang akhirnya terkumpul atau mengalir menjadi air tanah yang digunakan masyarakat
sebagai air sumur. Selain melalui sumur, air tanah tersebut juga dapat keluar sebagai mata air.
Mata air tersebut mengalir melalui sungai yang berada dikawasan hutan tersebut menuju hilir.

2.7 Erosi Akibat Kerusakan Hutan di Kawasan Pertambangan

Hutan sekitar kawasan pertambangan yang sudah rusak dapat menimbulkan dampak erosi yang
dapat berakibat buruk terhadap lahan dan ekosistem dikawasan tersebut. Kawasan hutan yang
sudah tidak memiliki tegakan pohon, hempasan air hujan akan langsung menumbuk permukaan
tanah yang menyebabkan terjadinya erosi. Tumbukan air hujan secara terus menerus dapat
mengikis lapisan atas tanah (top soil) dan mengakibatkan tingginya nilai TSS pada aliran sungai
sekitar area pertambangan. Hal ini didasari oleh penelitian Ety Parwaty dkk, 2011, di kawasan
aliran sungai dekat lokasi pertambangan dengan kondisi hutan yang sudah gundul. Hasil analisis
nilai TSS dapat dilihat pada tabel 2.5 dimana dari tahun 1994 sampai 2006 terjadi peningkatan
nilai TSS seiring meluasnya lahan pertambangan batubara dan peralihan penggunaan lahan di
kawasan tersebut.

Tabel 2.7. Hasil Analisis Nilai TSS dari tahun 1994-2006

Tumbukan air hujan yang terus menerus akan mengikis top soil sehingga dapat menimbulkan
longsor (land slide ). Dengan longsornya lapisan tanah yang kaya unsur hara tersebut akan
menghambat pertumbuhan vegetasi pada tanah yang ditinggalkannya, sehingga lahan tersebut
tidak dapat di reklamasi. Selain itu, tanah yang tinggal tersebut juga dapat berdampak terhadap
masyarakat yang tinggal dibagian hilir sungai, karakteristik tanah pada lapisan kedua yang relatif
keras dan memiliki pori tanah yang relatif rapat dapat menghambat infiltrasi ketika terjadi hujan.
Akibatnya air hujan yang turun sebagian besar akan menjadi air limpasan (run off) yang
langsung mengalir menuju sungai. Apabila debit air limpasan yang masuk lebih besar daripada
kapasitas sungai menampung dan mengalirkan air maka akan terjadi banjir.

Erosi yang terjadi juga mempengaruhi ekosistem yang berada didaratan dan perairan (sungai)
yang berada dikawasan tersebut. Pengaruh tersebut antara lain:

2.7.1 Ekosistem Darat

Erosi akibat kerusakan tanaman hutan yang memegang peran dalam mengikat lapisan tanah
bagian atas (top soil ) telah mengubah ekosistem hutan yang sebelumnya kaya akan
keanekaragaman hayati (flora dan fauna) menjadi lahan kosong yang sudah rusak akibat kegiatan
penambangan batubara. Tanaman memerlukan unsur hara yang banyak terdapat pada lapisan
tanah atas (top soil) untuk dapat tumbuh. Pengrusakan pohon yang menjadi pengikat tanah
lapisan atas tersebut membuat tanah tersebut mudah terlepas. Air hujan yang jatuh ke tanah
memiliki energi kinetik yang membuat lapisan tanah tersebut perlahan-lahan terlepas. Puncak
dari erosi tersebut yaitu terjadinya tanah longsor yang membawa lapisan tanah tersebut
berpindah dalam jumlah yang besar. Dampak dari erosi tersebut tumbuhan dan hewan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut sehingga ekosistem dihutan tersebut berubah.

2.7.2 Ekosistem Air

Erosi yang terjadi akibat air hujan yang jatuh membawa partikel tanah dan masuk kedalam
sungai/perairan sebagai air limpasan. Partikel tanah tersebut akan membuat konsentrasi TSS
semakin tinggi

sehingga membuat sungai tersebut menadi keruh dan dangkal akibat sedimentasi. Keruhnya
sungai tersebut akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut yang diperlukan oleh biota air untuk
hidup. Berkurangnya kadar DO tersebut berpengaruh terhadap keberadaan ikan pada perairan
tersebut, ikan akan berpindah atau mati. Tingginya konsentrasi TSS juga mempengaruhi
masuknya cahaya matahari yang diperlukan tanaman air untuk proses fotosintesis.

2.8 Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara

Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan yang telah rusak akibat
penambangan batubara, diantaranya yaitu:

Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat mengembalikan kondisi
ekosistem dengan cepat.

Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih besar.

Menanam tanaman yang dapat menyimpan air tanah lebih banyak.

Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat memiliki fungsi
ganda.

kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan

Oleh: rusniar

NIM:14010101139

Kerusakan lingkungan akibat pertambangan


Kata kunci: kerusakan lingkungan.

Makalah ini dilatar belakangi oleh kegiatan pertambangan yang banyak merusak
lingkungan,yang berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Melalui makalah ini kita
dapat mengetahui berbagai masalah atau kerusakan yang di akibatkan oleh kegiatan
pertambangan yang tidak dikelola dengan baik, dan benar sehingga mengakibatkan berbagai
kerusakan lingkungan seperti keruskan tanah,air,udara,laut,serta hutan. Oleh karena itu
sebaiknya kita dapat mengelola kegiatan pertambangan dengan baik,agar tidak memberikan
dampak yang buruk.hal ini menarik perhatian saya untuk mengetahui sejauh mana kerusakan
atau dampak buruk yang di timbulkan akibat aktivitas pertambangan yang tidak dikelola dengan
baik. Adapun rumusan masalah: A). apa pengertian pertambangan, B). apa pengertian
pencemaran lingkungan C) .bagaimana salah satu teknik pertambangan D) bagaimana Dampak
negatif dari aktivitas penambangan emas. E. Bagaimana Rekomendasi Upaya Pengelolaan
Lingkungan Alternatif Solusi. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1) untuk
mengetahui pengertian dari pertambangan, 2) untuk mengetahui pengertian dari pencemaran
lingkungan, 3) untuk mendiskripsikan bagaimana salah satu teknik penambangan khusunya
penambangan emas, 4) untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
penambangan emas, 5) mendiskripsikan bagaimana rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan
alternatif solusi. kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah: kerusakan
lingkungan akibat aktivitas pertambangan khususnya penambangan emas: 1)kerusakan tanah 2)
kerusakan air 3) kerusakan udara 4)kerusakan hutan.

PENDAHULUAN

Pengertian pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas).Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di
dunia.Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem
hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

B. Pengertian pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing
(seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo,
2003).[1]
Sebagai negara yang mempunyai julukan pari-paru dunia, indonesia mempunyai banyak sekali
pulau yang terselimuti oleh hutan lebat. Namun pada bebrapa dekade belakang ini,banyak negara
mengencam akan kelestarian alam yang terjadi di indonesia. Hal tersebut dikarenakan semakin
banyaknya industri-industri pertambangan yang mulai muncul di indonesia. Tak pelak industri
pertambangan baru tersebut melakukan sesuatu hal yang merusak lingkungan agar mendapatkan
keuntungan yang besar.Berkurangnya sumber keseimbangan alam seperti hutan, air dan tanah
yang subur sebagian besar disebabkan oleh kegiatan pertambangan yang menghasilkan polutan
yang sangat besar sejak awal eksploitasi sampai proses produksi dan hanya mementingkan
keuntungan pribadi tanpa memperhatikan faktor kelestarian lingkungan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar. Angka
pertumbuhan penduduk negara indonesia pun cukup besar, hal tersebutlah yang mneyebabkan
kenaikan yang begitu besar akan ketergantungan hasil tambang,baik
minyak,batubara,emas,ataupun gas. Semakin besar skala kegiatan pertambangan,makin besar
pula areaa dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiaaatan pertambangan
dapat bersifat permanen,atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula.

[2]

C. Teknik Penambangan emas

Penambang menggali tanah di perbukitan menggunakan linggis, sekop serta pacul. Tanah yang
telah digali kemudian diencerkan dengan air. Air ini berasal dari sebuah kali kecil dekat tempat
penggalian tanah. Karena tempat penggalian lebih tinggi dari sumber air, maka air disedot
keatastempat penggalian menggunakan pompa.

Gambar Aktivitas penambangan emas secara tradisional ( Dok Penulis 2012 )

Di dekat tempat penambang menggali tanah dibuat saluran yang menuju kali kecil tempat
dimana mereka menggambil air untuk mengencerkan tanah. Tanah yang sudah diberi air dan
sedikit basah kemudian disekop kearah saluran. Tanah diaduk-aduk menggunakan sekop agar
sedikit encer, lalu dialirkan bersama air menuju saluran yang lebarnya sekitar 1 meter. Didalam
saluran di susun-susun batu-batu kecil secara berjenjang guna memperlambat aliran, agar tanah
mudah terendapkan di dalam karpet.

Gambar Proses penambatan tanah masuk kedalam karpet ( Dok Penulis 2012 )

Tanah yang turun kemudian diendapkan di dalam karpet yang kedua sisinya disanggah
menggunakan beberapa kayu balok. Tanah yang terperangkap di dalam karpet kemudian
diangkat dan dimasukan kedalam kuali. Tanah yang masuk kedalam kuali kemudian digoyang-
goyang bersama air, untuk mengeluarkan butiran-butiran tanah kasar. Setelah digoyang-goyang
akan tampak pasir hitam yang menurut penambang disebut "pasir penghantar emas". Setelah
digoyang-goyang lama-kelamaan akan nampak serbuk-serbuk halus berwarna agak kekuning-
kuningan.

Gambar Proses pendulangan emas menggunakan kuali ( Dok Penulis 2012 )

Serbuk-serbuk halus yang berwarna kekuning-kuningan ini kemudian dikumpulkan sampai


banyak atau menurut para penambang harus mencapai 1 kaca baru bisa dijual. Selanjutnya
serbuk-serbuk ini akan ditaruh diatas sendok lalu dipanaskan dengan api hingga warna keemasan
tampak lebih cerah, serta pengotor yang ikut menempel bersama serbuk emas hilang.

Kemudian serbuk emas hasil pembakaran ini dikemas dalam kertas rokok. Kalau hasil dulang
penambang sudah banyak atau bernilai ekonomis, langsung dijual ke toko emas atau perhiasan.
Serbuk emas ini jika dikumpulkan mencapai 1 kaca, maka harganya ditaksir mencapai sekitar
Rp. 40.000 dan kalau hasil dulangan penambang bisa mencapai 1 gram, maka harganya ditaksir
mencapai sekitar Rp 400.000. Karena penambangan ini dilakukan secara berkelompok, maka
uangnya akan dibagi bersama. [3]

D.Dampak negatif dari penambangan emas

a).Dampak negatif terhadap lingkungan

Berikut dampak-dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas penambangan
emas :

Tanah

Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan, yaitu
terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan
terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut
mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka
tumbuhan yang ada diatasnya akan mati. [4]

· Meningkatnya Ancaman Tanah Longsor

Dari hasil observasi di lokasi penambangan emas secara tradisional di lapangan ditemukan
bahwa aktivitas penambangan berpotensi meningkatkan ancaman tanah longsor. Dilihat dari
teknik penambangan, dimana penambang menggali bukit tidak secara berjenjang (trap-trap),
namun asal menggali saja dan nampak bukaan penggalian yang tidak teratur dan membentuk
dinding yang lurus dan menggantung (hanging wall) yang sangat rentan runtuh (longsor) dan
dapat mengancam keselamatan jiwa para penambang.

Gambar 2.7. Aktivitas penggalian tanah ( Dok Penulis 2012 )


· Hilangnya Vegetasi Penutup Tanah

Penambang (pendulang) yang menggali tanah atau material tidak melakukan upaya reklamasi
atau reboisasi di areal penggalian, tapi membiarkan begitu saja areal penggalian dan pindah ke
areal yang baru. Tampak di lapangan bahwa penambang membiarkan lokasi penggalian begitu
saja dan terlihat gersang. Bahkan penggalian yang terlalu dalam membetuk kolam-kolam pada
permukaan tanah yang kedalamannya mencapai 3-5 meter.

Gambar 2.8. Areal bekas penggalian tanah dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya reklamasi
berupa penghijauan ( Dok Penulis 2012 )

· Erosi tanah

Areal bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja berpotensi mengalami erosi dipercepat karena
tidak adanya vegetasi penutup tanah. Kali kecil yang berada di dekat lokasi penambangan juga
terlihat mengalami erosi pada tebing sisi kanan dan kirinya. Selain itu telah terjadi pelebaran
pada dinding tebing sungai, akibat diperlebar dan diperdalam guna melakukan aktivitas
pendulangan dengan memanfaatkan aliran kali untuk mencuci tanah. [5]

Air

Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah tersebut dalam
hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai
sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung
zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat
(H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit. [6]

· Sedimentasi dan Menurunnya Kualitas Air

Aktivitas penambangan emas secara tradisional yang memanfatkan aliran kali membuat air
menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di saluran primer yakni kali Anafre.
Pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut meningkatkan jumlah transport sedimen.

Gambar 2.9. Menurunnya kualitas air sungai akibat pembuangan tanah sisa penambangan
kedalam aliran air ( Dok Penulis 2012 )

Hutan

Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan pertanian


yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya
perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga
bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi
daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan
rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa. .

Laut

Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan tongkang
angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan
biota yang ada di sekitar laut tersebut. [7]

b).Dampak terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya


berbagai penyakit antara lain :

Limbah pencucian zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat
(H2sO4), di samping itu debu menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan
aktivitas pengangkutan. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan,
yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan
disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.produk buangannya, berupa abu
ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti
arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,
molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan emas juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian emas tersebut. Limbah pencucian
emas setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida
(Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. [8]

E. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Alternatif Solusi

Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya makhluk


hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk,

pertama , remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site ) dan ex-situ (atau off-site ). Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya,
tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Kedua , bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat
mengurangi pencemaran Hg.

Keempat , perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun
kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan
penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya,
bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu dilakukan.
Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat
pencemaran B3 di wilayah penambangan. [9]

No Dampak Lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan

1 Meningkatnya ancaman tanah longsor dan gerakan massa tanah ( mass movement ) Perlu
dilakukan penggalian tanah secara berjenjang (trap-trap)

2 Erosi dan Sedimentasi Perlu dibangun

check-dam untuk mencegah pelumpuran pada saluran pengairan umum (drainase) maupun
saluran induk, yakni kali Anafre.

Kali kecil yang digunakan airnya oleh pendulang untuk memisahkan emas dengan tanah harus
dipasang bronjong kawat, guna memperlambat erosi pada tebing sungai.
3. Pengupasan tanah pucuk dan menghilangnya vegetasi akibat kegiatan penggalian tanah. Perlu
dilakukan upaya reklamasi, seperti melakukan reboisasi di areal bekas penggalian.

Setelah melakukan penggalian jangan meninggalkan lubang penggalian begitu saja, sebaiknya
lubang penggalian ditimbun terlebih dahulu sebelum pindah ke tempat lain.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aktivitas pertambangan yang tidak dikelolo dengan baik mengakibatkan berbagi keruskan
lingkungan seperti kerusakan tanah,air,hutan,laut,selain itu juga memiliki dampak terhadap
manusia seperti Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Adapun pencegahan
pencemaran dapat dilakukan dalam bentuk, pertama , remediasi, yaitu kegiatan untuk
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ
(atau on-site ) dan ex-situ (atau off-site ). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya,
tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat
mengurangi pencemaran Hg.

Keempat , perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun
kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan
penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya,
bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

Kelima , penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu dilakukan.
Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat
pencemaran B3 di wilayah penambangan.
B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan penambangan kita juga perlu memperhatikan pengelolaan


lingkungan agar tidak berdampak buruk. Dengan demikian tidak hanya keuntungan finansial saja
yang kita dapatkan tetap kesehatan kita juga tetap terjaga.

http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-hidup/

http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/11/dampak-pertambangan-dan-solusi.html

http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-
pertambangan.html

http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9

[1] Marluganababan,”dampak negatif kegitan pertambangan” http://marluganababan-


electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-pertambangan.html , diakses pada 29
desember 2014

[2] Wedaran”dampak negatif pertambangan terhadap lingkungan hidup”


http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-hidup/
diakses pada 29 desember 2014.

[3] Lorens,”Identifikasi Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tradisional


di Polimak IV Kota Jayapura (Tahun 2012) ”,

http://lorenskambuaya.blogspot.com/2014/08/identifikasi-dampak-lingkungan-
akibat.html.diakses pada 29 desember 2014.

[4] Learnmine,”makalah batubara dampak dan


solusi”,http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9,diakses pada 29 desember 2014.

[5] Lorens,”Identifikasi Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tradisional


di Polimak IV Kota Jayapura (Tahun 2012) ”,

http://lorenskambuaya.blogspot.com/2014/08/identifikasi-dampak-lingkungan-
akibat.html.diakses pada 29 desember 2014.

[6] Learnmine,”makalah batubara dampak dan


solusi”,http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9,diakses pada 29 desember 2014.
[7] Learnmie,”dampak dan solusi kerusakan lingkungan akibat pertambangan
batubara,http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9,diakses pada 29 desember 2014

[8] Dampak pertambangan dan solusinya, http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/11/dampak-


pertambangan-dan-solusi.html diakses pada tanggal 29 desember 2014.

[9] Fredi nababan,dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap lingkungan,


http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-
pertambangan.html . diakses pada tanggal 29 desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai