Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energy yang
sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120
juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki
cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah
kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik
batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah
C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia sebagai
negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi
alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.
Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang
cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.

Salah satu kabupaten di Pulau Sumatera yang memiliki cadangan batubara cukup besar adalah
Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan Kabupaten Aceh Barat tahun
2011 dalam Wibowo et al., 2012, Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi cadangan sumberdaya
batubara sebesar 1,7 milyar ton dengan sumberdaya batubara yang telah diketahui sebesar 600
juta ton dan total cadangan sebesar 400 juta ton. Batubara di Kabupaten Aceh Barat berkalori
rendah yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Meurebo, Woyla Induk, Woyla
Barat, Woyla Timur, Kaway XVI, Samatiga dan Pante Ceuremen. Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat sebagai regulator tentunya melihat cadangan sumberdaya batubara sebagai aset yang harus
dikelola untuk mempe rol eh manf a a t ekonomi da l am pembangunan daerah, sehingga
menerbitkan Izin Usaha Pertambangan kepada salah satu perusahaan pertambangan batubara
nasional yaitu PT MBA.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat
memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan perlindungan terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-
norma hukum administrasi ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu
mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi.
Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana
sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup,
seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya,
ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan
antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari
kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam
rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul
akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.
TINJAUAN PUSTAKA

Pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara di Indonesia secara umum menggunakan sistem


pertambangan terbuka (open pit). Pada pelaksanaanya, kegiatan pertambangan batubara
menggunakan peralatan berat seperti escavator, ripper dan truck skala besar. Sehingga
memberikan dampak kepada lingkungan dan masyarakat sekitar. Besarnya modal investasi
perusahaan pertambangan batubara dalam melakukan kegiatan pertambangan diduga akan
memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal. Walaupun demikian,
kegiatan pertambangan batubara tentunya juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat maupun lingkungan sekitar.

Menurut Hesperian (2013), pertambangan menyebabkan kerusakan lingkungan karena


melakukan kegiatan pembukaan lahan yang luas, menggali lubang yang dalam dan
memindahkan tanah dalam jumlah besar. Selain itu, kegiatan pertambangan batubara dapat
mengakibatkan masyarakat di sekitar terkena gangguan kesehatan berupa gangguan pernafasan
akibat debu. Akumulasi dari dampak ekonomi dan lingkungan akan memengaruhi persepsi
masyarakat sekitar atas kehadiran perusahaan pertambangan batubara dan kondisi sosial
masyarakat. Selain itu, kehadiran perusahaan pertambangan batubara dengan melakukan
introduksi tenaga kerja dari luar akan meningkatkan potensi konflik.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak selalu paralel dengan persepsi masyarakat
(Ekayani et al., 2015 a,b) Oleh karena perlu adanya sebuah kegiatan penilaian untuk mengetahui
besaran nilai dampak ekonomi, nilai dampak lingkungan dan identifikasi kondisi sosial
masyarakat sekitar area pertambangan batubara. Hasil dari penilaian tersebut dapat diajadikan
bahan rujukan untuk membuat kebijakan terkait dengan tata kelola pertambangan batu bara
secara berkelanjutan. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak
ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pertambangan batubara kepada masyarakat sekitar
kawasan pertambangan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis seberapa besar dampak ekonomi dari kegiatan pertambangan batubara terhadap
masyarakat lokal dan regional.

2. Mengestimasi seberapa besar nilai dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan batubara
terhadap masyarakat lokal.

3. Mengidentifikasi dampak sosial yang terjadi di masyarakat akibat dari kegiatan pertambangan
batubara.

4. Solusi dan kebijakan terhadap pengelolaan pertambangan batubara berkelanjutan.


Jenis Batu Bara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara.
Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara,
diantaranya adalah antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian
ESDM, 2006)

1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini mempunyai ciri-ciri
warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air
kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan
karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri
kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini mempunyai cirri
memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori
dan kadar air diatas 75%.

Metode Penambangan Batubara


Kegiatan  pertambangan  batubara  merupakan  kegiatan  eksploitasi sumberdaya  alam  yang  tidak 
dapat  diperbaharui  dan  umumnya  membutuhkan investasi  yang  besar  terutama  untuk 
membangun  fasilitas  infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara  ini adalah bahwa pasar dan harga 
sumberdaya  batubara  ini  yang  sangat  prospektif  menyebabkan industri pertambangan batubara
dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari  segi  aspek  fisik,  perdagangan,  sosial 
ekonomi  maupun  aspek  politik.
Kegiatan  penambangan  batubara  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  dua metode yaitu
(Sitorus, 2000)  :

1. Penambangan permukaan  (surface/  shallow  mining) ,  meliputi  tambang terbuka penambangan


dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan  penambangan  terbuka  (open  mining)  dapat  mengakibatkan gangguan seperti

1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.


2. Penurunan muka  tanah  atau  terbentuknya  cekungan  pada  sisa  bahan galian  yang
dikembalikan ke dalam lubang galian.
3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan
bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian  tambang yang  ditutupi  kembali 
atau  yang  ditelantarkan  terutama  bila  terdapat bahan  beracun,  kurang  bahan 
organiklhumus  atau  unsur  hara  telah tercuci .
Sistem  penambangan  batubara  yang  sering diterapkan  oleh  perusahaan-perusahaan  yang 
beroperasi  adalah  sistem tambang  terbuka  (Open  Cut  Mining) .  Penambangan  batubara  dengan 
sistem tambang  terbuka  dilakukan  dengan  membuat  jenjang  (Bench)  sehingga terbentuk  lokasi 
penambangan  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  penambangan.
Metode  penggalian  dilakukan  dengan  cara  membuat  jenjang  serta  membuang dan  menimbun 
kembali  lapisan  penutup  dengan  cara  back  filling  per  blok penambangan  serta  menyesuaikan 
kondisi  penyebaran  deposit  sumberdaya mineral,  (Suhala Et, al.,,  1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang
selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih
banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah,
perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas ( top
soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral
tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah
tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam
lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila
tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara
keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Pengangkutan Batu Bara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada
jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau
truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan
menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur
dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari
Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal berukuran Capesize
(sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada
tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.
Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus, pengangkutan batu bara
mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil di
setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap
lingkungan hidup.

Analisi Dampak dari Penambangan Batubara


Dampak Penambangan Batubara
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan
(tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri,
minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan
tersebut tidak berfungsi seperti semula.

Dampak Ekonomi

Kehadiran perusahaan pertambangan batubara memberikan dampak kepada penerimaan daerah


berupa pajak dan royalti. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 kehadiran industri bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah
yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang
lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya.

Laju kontribusi sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sejak Pemerintah Kabupaten
Aceh Barat memberikan Izin Usaha Pertambangan yaitu tahun 2010, Gambar 1. Kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat 2009-2010.
Kontribusi sektor pertambangan batubara dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat
pada tahun 2009 adalah sebesar -0.23 persen sebelum izin pertambangan batubara diterbitkan
oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan kontribusi dari
sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar T. Ade Fachlevi, Eka Intan K.P, Sahat M.H.
Simanjuntak Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan 175 3.97 persen dalam PDRB Aceh
Barat dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 21.46 persen terhadap PDRB
Kabuapten Aceh Barat, Kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT MBA
memberikan dampak ekonomi lokal pada desa-desa sekitar.

Dampak ekonomi dapat dilihat dari perubahan kegiatan ekonomi ma s y a r aka t loka l. Ke g i a t
an perekonomian masyarakat disekitar area pertambangan pada mulanya ditumpu oleh sektor
pertanian, akan tetapi setelah kehadiran perusahaan pertambangan batubara masyarakat sebagian
mulai beralih pada sektor jasa dengan menjadi tenaga kerja dan penyedia barang serta jasa untuk
tenaga kerja dan perusahaan pertambangan batu bara

kegiatan pertambangan batubara memberikan manfaat bagi perekonomian lokal yang dilihat dari
terbukanya lapangan pekerjaan, pembangunan sarana dan prasarana sehingga memudahkan
aktifitas ekonomi. Manfaat kehadiran perusahaan pertambangan batubara pada penelitian ini
diukur dengan menggunakan Keynesian Local Income Multiplier Effect yaitu sebesar 1.14.
Apabila nilai Keynesian Income Multiplier Effect tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥
1), maka kegiatan tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat lokal
di lima desa yang berbatasan langsung dengan PT MBA dan masyarakat Kabupaten Aceh Barat
secara umum. Nilai Keynesian Income Multiplier Effect sebesar 1.14 berarti setiap terjadi
peningkatan pengeluaran PT MBA sebesar 1 rupiah, maka akan berdampak terhadap
peningkatan penerimaan tenaga kerja lokal dan pemilik usaha serta masayarakat di sekitar areal
pertambangan sebesar 1.14 rupiah

Dampak Lingkungan

1. Dampak Terhadap  Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya.    Dampak positifnya adalah
meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi
(land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu
kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat
diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan
mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan
mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri
penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah
untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau
community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar
lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil
tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak
boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan
hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air, 

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan
Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang
sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang
terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun
senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak
signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan
terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi
metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika
mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.
2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.  Menurut logika udara kotor
pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan  polutan ikut andil dalam merangsang penyakit
pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic,
menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas
udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi
sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang  diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan
kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas  pertambangan  batubara  juga  berdampak  terhadap  peningkatan laju  erosi  tanah  dan 
sedimentasi  pada  sempadan  dan  muara-muara  sungai.
Kejadian  erosi  merupakan  dampak  tidak  langsung  dari  aktivitas  pertambangan batubara
melainkan dampak dari pembersihan  lahan untuk bukaan  tambang dan pembangunan  fasilitas 
tambang  lainnya  seperti  pembangunan  sarana  dan prasarana  pendukung  seperti  perkantoran, 
permukiman  karyawan,Dampak  penurunan  kesuburan  tanah  oleh  aktivitas  pertambangan
batubara  terjadi  pada  kegiatan  pengupasan  tanah  pucuk  (top  soil)  dan  tanah penutup  (sub 
soil/overburden).  Pengupasan  tanah  pucuk  dan  tanah  penutup akan merubah  sifat-sifat  tanah 
terutama  sifat  fisik  tanah  dimana  susunan  tanah yang  terbentuk  secara  alamiah  dengan 
lapisan-lapisan  yang  tertata  rapi  dari lapisan  atas  ke  lapisan  bawah  akan  terganggu  dan 
terbongkar  akibat pengupasan  tanah  tersebut.

Anda mungkin juga menyukai