Disusun Oleh :
Azkiya Bariroh
13513217
Pengelolaan Lingkungan Tambang (A)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia. Pertambangan mineral,
Indonesia merupakan negara penghasil timah peringkat ke-2, tembaga peringkat ke-3, nikel
peringkat ke-4, dan emas peringkat ke-8 dunia.Batubara yang banyak diekspor adalah
batubara jenis sub-bituminus yang dapat merepresentasikan produksi batubara Indonesia.
Produksi batubara Indonesia meningkat sebesar 11.1% pada tahun 2003 dan jumlah ekspor
meningkat sebesar 18.3% di tahun yang sama. Sebagian besar cadangan batubara Indonesia
terdapat di Sumatra bagian selatan. Kualitasnya beragam antara batubara kualitas rendah
seperti lignit (59%) dan sub-bituminus (27%) serta batubara kualitas tinggi seperti bituminus
dan antrasit (14%) (Asthary, 2008).
Sekitar 74% dari batubara Indonesia merupakan hasil penambangan perusahaan swasta.
Satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Tambang Bukit Asam, menghasilkan
sekitar 10 Mt (hanya 9% dari total produksi batubara Indonesia pada tahun 2003) dari
penambangan terbuka. Bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta seperti PT
Adaro, PT Kaltim Prima Coal, serta PT Arutmin yang dapat memproduksi batubara hingga di
atas 10 Mt pada tahun yang sama. Perusahaan penambangan batubara milik negara kalah
produksi oleh perusahaan swasta.
Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada
tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005,
atau naik rata-rata 15,68% pertahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang
mengikuti kecenderungan (trend) tersebut diatas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi
akan meningkat menjadi sekitar 628 juta ton.
Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam negeri meliputi PLTU,
industri semen, industri menengah hingga industri kecil dan rumah tangga. Dalam kurun
waktu 1998-2005, konsumsi batubara di dalam negeri berkembang 13,29%. Kondisi saat ini
(2005) konsumsi batubara tercatat 35,342 juta ton, diantaranya 71,11% dikonsumsi PLTU,
16,48% dikonsumsi industri semen, dan 6.43% dikonsumsi industri kertas. (Sari, 2009).
Adaro Energy didirikan pada tahun 2004 sebagai perseroan terbatas dengan nama PT
Padang Karunia. Pada bulan April 2008, nama perusahaan berubah menjadi PT Adaro Energy
Tbk dalam persiapan untuk menjadi perusahaan publik dalam penawaran perdana yang
dilakukan dengan hasil yang memuaskan pada bulan Juli di tahun yang sama. Adaro
merupakan perusahaan grup yang terintegrasi secara vertikal. Selain anak perusahaan
pertambangan utamanya yang bernama PT Adaro Indonesia, Adaro juga memiliki anak-anak
perusahaan lainnya yang beroperasi di sepanjang rantai pasokan batubara mulai dari tambang
ke pelabuhan dan berlanjut ke pembangkit listrik, yang meliputi penambangan, tongkang,
pemuatan kapal, pengerukan, jasa pelabuhan, pemasaran dan ketenagalistrikan. Anak-anak
perusahaan Adaro bersama dengan para kontraktor memproduksi batubaranya dengan tingkat
efisiensi yang tertinggi di sektornya dan biaya yang rendah.
Adaro dapat berbangga dengan catatan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sejarah
penambangannya di Kalimantan yang telah berjalan lebih dari dua dekade. Pada tahun 2014,
mengirimkan 56,2 juta ton batubara, dan pada tahun 2015 Adaro berencana untuk
menambang batubara dengan skala produksi 54-56 juta ton.
Sebagian besar batubara Adaro dijual kepada perusahaan pembangkit listrik, dan secara
rata-rata, 25% penjualan batubara Adaro adalah untuk konsumen domestik di Indonesia dan
75% untuk konsumen luar negeri yang sebagian besar berada di wilayah Asia.
Dalam lima tahun terakhir ini, Adaro telah mengakuisisi kepemilikan atas lima properti
batubara di Sumatera dan Kalimantan, yang saat ini tengah dipersiapkan untuk penambangan
dan akan memproduksi batubara dengan kualitas ramah lingkungan yang serupa dengan
Envirocoal. Dengan adanya konsesi-konsesi baru tersebut serta tambang utamanya yang
berada di Tabalong, Adaro sebagai kontraktor pemerintah Indonesia memiliki kendali atau
opsi terhadap 12.8 miliar ton sumber daya batubara termal (berdasarkan kajian JORC). Dari
sumber daya tersebut, 1,1 miliar ton batubaranya merupakan cadangan terbukti menurut
JORC. (adaro.co.id)
I.2.
Rumusan Masalah
1.
2.
I.3.
Tujuan
batubara
Mengetahui reklamasi tambang PT. Adaro Energi Tbk.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
batubara
ini
yang
sangat
prospektif
menyebabkan industri
pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi aspek
fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu:
1.
2.
menyesuaikan
kondisi penyebaran
deposit
penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan, dan
apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Adapun akibat dari kegiatan penambangan terbuka (open mining), di antaranya;
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi
kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan
organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara
berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau
sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di
atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah
gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat
masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.
Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi.
Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau
delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur
Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
II.2.
Manakala dapat dikelola dengan baik, maka lahan timbunan pasca penambangan batubara
merupakan salah satu sumber daya lahan yang berpotensi besar untuk mendukung
pembangunan pertanian, baik untuk perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, dll. Dengan
demikian di masa
perluasan areal pertanian berpeluang cukup besar sehingga perlu didorong dan ditingkatkan
sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim global dan peningkatan produksi pertanian
guna mendukung program ketahanan pangan nasional.
Terdapat 5 kegiatan yang perlu ditempuh dalam pengelolaan lahan timbunan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
BAB III
STUDI KASUS REKLAMASI TAMBANG PT ADARO ENERGY Tbk
III.1. Studi Kasus dan Pembahasan
Lokasi penambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong
Propinsi Kalimantan Selatan, berjarak lebih kurang 220 km dari kota Banjarmasin ke arah
utara yang dapat ditempuh melalui jalan darat, dengan waktu tempuh sekitar lima (5) jam.
Jika ditempuh melalui udara (Pelita Air Service) dapat ditempuh sekitar 45 menit dari
Banjarmasin. Lokasi pengolahan batubara (crushing plant) dan Pelabuhan Khusus batubara
berada di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Lokasi jalan khusus
angkutan batubara yang menghubungkan area penambangan dengan pengolahan dan
pelabuhan batubara dibangun oleh PT Adaro Indonesia berjarak 84 km. Lokasi jalan ini
melintasi dan berada di wilayah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Barito Timur dan
Kabupaten Barito Selatan.
Program Pascatambang PT adaro Indonesia diantaranya:
1.
dengan
perencanaan
tambang
pada
saat
penambangan
batubara
masih
Penutupan (mengisolasi) batuan yang berpotensi menimbulkan air asam tambang dengan
serta dihindari terjadinya proses pelarutan,baik oleh air permukaan maupun air tanah.
Adaro telah melakukan studi potensi air asam tambang dengan melakukan pemboran inti
lengkap yang dilakukan bersamaan dengan pemboran geotehnik.
1.4 Pekerjaan sipil untuk mendukung kegiatan pascatambang
Lokasi bekas wilayah operasional akan dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan produktif
dengan tataruang yang berlaku. Adapun rencana lokasi lahan pascatambang dibagi menjadi
zone-zone:
berkelanjutan dan ramah lingkungan serta berdampak pada perbaikan kondisi ekologis di
sekitarnya. Dari beberapa area yang rencana direklamasi tidak semua pit bekas tambang
direklamasi namun akan dijadikan sebagai danau buatan. Kegiatan yang telah dilakukan
untuk mendukung rencana tersebut telah dilakukan kajian hidrologi dan hidrogeologi, kajian
micro-hydropower , kajian budidaya ikan nila dan udang dll serta pembuatan plot-plot
percontohan. Plot percontohan yang ada saat ini berupa kolam peternakan udang, bumi
perkemahan, perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet.
2. Pemeliharaan dan Perawatan
Pemeliharaan dan perawatan diperlukan dalam menunjang keberhasilan reklamasi lahan
tapak bekas tambang,bekas kolam pengendapan,fasilita pengolahan dan fasilitas penunjang.
Kegiatan yang dilakukan untuk pemeliharaan dan perawatan diantaranya dengan membangun
sarana pengendali erosi, perawatan tanaman, pengkayaan tanaman,pengendalian hama dan
penyakit dll.
3. Sosial dan Ekonomi
Fokus dari kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan
pusat pertumbuhan ekonomi sebagai strategi menuju masyarakat mandiri. Program pasca
tambang untuk bidang sosial dan ekonomi adalah mengefektifkan dan mengintensifkan
program. (Proper, 2013)
Prosedur kerja dalam kegiatan reklamasi PT Adaro memiliki beberapa tahap, yaitu :
1. Pembentukan disposal dan pengaturan permukaan
Bertujuan untuk menciptakan tempat penimbunan lapisan tanah penutup yang stabil,
menyediakan lokasi penanaman kembali yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman,
meminimalkan erosi.
4. Pengendalian erosi :
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya erosi akibat aliran air permukaan dan
menjaga kestabilan waste dump.
5. Persemaian
6. Penanaman
Bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi di area reklamasi, memulihkan lahan bekas
operasional penambangan dengan berbagai jenis tanaman tahunan local yang mempunyai
manfaat secara ekologi dan ekonomi. (Subandrio, 2012)
BAB IV
KESIMPULAN
1.) Tahapan reklamasi di PT Adaro Energy Tbk adalah pembentukan disposal dan
pengaturan permukaan, perlindungan top soil, pengendalian erosi, persemaian dan
penanaman.
2.) Program pascatambang yang dilakukan PT Adaro Energy Tbk diantaranya adalah
reklamasi lahan bekas tambang, pemeliharaan dan perawatan serta tanggung jawab
sosial dan ekonomi.
Daftar Pustaka
Sekilas mengenai Adaro; Menciptakan Energi Positif dari Batubara Indonesia. Diakses pada
website resmi PT. Adaro Energy Tbk. http://www.adaro.com/id/tentang-adaro/sekilasmengenai-adaro/ diakses pada Jumat 7 Januari 23:01
Undang-undang republik indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan
batubara
Asthary, R. 2008. Pertambangan Batubara : Pro dan Kontra. www.majarimagazine.com/2008/
MenLH. 2013. Laporan Hasil Verivikasi Lapangan Proper 2013 PT Adaro Provinsi
Kalimantan Selatan. http://proper.menlh.go.id/portal/filebox/131228120509PT.%20Adaro
%20Indonesia.pdf . diakses pada Jumat 7 Januari 23 :29
Talaohu, Sidiq Hadi dan Irawan. 2014. Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian