Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai salah satu perusaahan yang bergerak dalam jasa konstruksi jalan dan
jembatan, PT. Eka Praya Jaya memerlukan bahan baku sebagai ukuran untuk
melaksanakan kegiatannya. Oleh karena itu perusahaan tersebut melakuakan sendiri
kegiatan penambangan dan pengolahan andesit. kegiatan penambangan dan
pengolahan bahan galian golongan C dilakukan oleh PT. Eka Praya Jaya yang
mendirikan Crushing Plant di Desa Pringgabaya Kecamatan Pringgabaya
Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pengolahan tersebut adalah berupa peremukan batuan menjadi agregat kasar,
pabrik peremukan batuan ini biasax disebut Crushing Plant. Dalam proses
mreduksi ukuran butir ini biasanya menggunakan alat stone crusher, dan stone
crusher yang dimiliki oleh PT. Eka Praya Jaya ini berjenis Jaw Crusher dengan
kapasitas 50m3/ jam.
Dalam setiap proses pengolahan berat, berat feed dengan produk berbeda, hal
ini sudah jelas mengalami Losses (kehilangan) yang diakibatkan oleh beberapa
faktor, baik faktor dari bagian-bagian crushing plant maupun faktor material.
Karena dalam proses peremukan batuan di PT. Eka Praya Jaya ini selalu mengalami
losses yaitu berupa sirtu seperti batu blondos, batu sorting dan berupa feed maupun
agregat kasar seperti krakal (lolos screen 36).
Berlatar belakang masalah ini, maka penulis mengangkat judul Pengaruh
Losses Terhadap Pencapaian Target Produksi Stone Crusher Periode Oktober 2010
Pada PT. Eka Praya Jaya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian praktek kerja Lapangan (PKL) pada PT. Eka Praya
Jaya adalah :
a. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus

ditempuh sebagai persyaratan akademis di Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram.

b. Mengenal bagaimana dunia pertambangan itu sendiri dikaitkan dengan

teori-teori yang didapat di bangku kuliah dengan mempertimbangkan aspek

teknik, ekonomi dan lingkungan.

c. Mengenal lebih jauh tentang teknologi dan proses penambangan dan

pengolahan andesit pada PT. Eka Praya Jaya


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi PT. Eka Praya Jaya ini bisa dikatakan sebagai lokasi yang mudah
dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Lokasi penambangan batu
andesit PT. Eka Praya Jaya secara administratif terletak di Kecamatan Pringgabaya,
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB dan secara geografis terletak pada 116 o
37 39 BT 119o 22 30 dan 08o 33 29 LS 09o 11 15 LS.
Wilayah kecamatan Pringgabaya ini luasnya 13.600km2 berbatasan dengan
kecamatan sambelie di sebelah utara, Kecamatan Labuan Haji di selatan,
Kecamatan Suela dan Wanasaba di sebelah barat, dan selat alas di sebelah timur.
Kecamatan Pringgabaya terdiri atas 7 (tujuh) desa, yaitu Desa Bagik Papan, Apitaik,
Kerumut, Pohgading, Pringgabaya dan Labuhan Lombok.
PT. Eka Praya Jaya Cabang Pringgabaya yang didirikan pada areal seluas 16
Ha terletak di Dusun Pekosong Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
Provinsi NTB. Lokasi ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda
dua dan roda empat melalui jalan beraspal dengan kondisi yang baik. Dari Mataram
sampai ke PT. Eka Praya Jaya Cabang Pringgabaya menempuh jarak sejauh 65 km
ke arah timur.
Lokasi penambangan PT. Eka Praya Cabang Pringgabaya merupakan daerah
dataran tinggi, tepatnya pada jalur dari pinggabaya menuju Swela. Batas-batas
lokasi penambangan untuk PT. Eka Praya Cabang Pringgabaya antara lain sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Base Camp PT. Hutama Karya dan Base Camp PT. Sinar
Bali
Sebelah Timur : Base Camp PT. Hutama Karya
Sebelah Selatan : Jalan raya Pringgabaya-Swela
Sebelah Barat : Lahan dan pemukiman warga setempat
Topografi daerah ini memiliki kelerengan dari barat sampai timur. Wilayah
barat merupakan daerah dataran tinggi, timur merupakan daerah dataran rendah,
bagian tengah merupakan dataran yang kering dan bagian Selatan bergelombang
dan berbukit.

PT. EPJ

Skala 1 : 682.00
Gambar 2.1
Peta lokasi PT. Eka Praya Jaya

2.2 Sejarah Perusahaan


PT. Eka Praya Jaya mendirikan base camp di Dusun Pekosong Desa
Pringgabaya sebagai pusat areal penambangan dan pengolahan andesit dengan luas
areal 16 Ha namun areal yang sudah ditambang sampai saat ini baru sekitar 4 Ha.
PT. Eka Praya Jaya mendirikan base camp di Pringgabaya mulai pada bulan
Juni 2003 dan mulai beroperasi pada awal tahun 2004.

2.3 Iklim dan Curah Hujan


Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik Mataram, pengertian curah
hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Alat yang digunakan untuk mengukur
curah hujan adalah ombrometer. Maksud dari curah hujan ini adalah untuk
mengetahui berapa banyak hari hujan pada saat dilakukan penambangan dan
pengolahan (Lihat Tabel 2.1).
Pada musim kemarau potensi air tanah sangat rendah. Hal ini didukung oleh
kondisi geografi yang berbukit- bukit dan tandus serta tingkat perladangan liar yang
menyebabkan air hujan sulit untuk meresap kedalam tanah.
Berdasarkan data yang didapat dari badan Pusat Statistik Mataram pada tahun
terakhir 2009,di kecamatan pringgabaya sangat jarang terjadi hujan. Hujan hanya
terjadi pada bulan januari dengan curah hujan sebesar 18mm, kemudian pada bulan
februari, maret dan april dengan curah hujan masng-masing sebanyak 18mm,
16mm, dan 1mm.
Tabel 2.1

Data Curah Hujan dan Hari Hujan Selama 5 (Lima) Tahun Terakhir di
Daerah Pringgabaya Lombok Timur
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Curah Curah Curah Curah Curah
Hari Hari Hari Hari Hari
Bulan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Januari 269 16 10,0 11 0 - 79,0 18 0.0 19

Februari 108 8 290,0 14 185 5 198,0 18 0.0 16

Maret 155 24 289,0 14 0 0 182,0 16 0.0 0

April 115 11 11,0 8 0 0 34,0 1 0.0 0

Mei - - 17,0 3 0 0 0,0 0 0.0 0

Juni - - 0,0 0 17 4 0,0 0 0.0 0

Juli 16 4 0,0 0 0 0 0,0 0 0.0 0

Agustus - - 0,0 0 0 0 0,0 0 0.0 0

September - 1 0,0 0 0 0 0,0 0 0.0 0

Oktober 98 5 0,0 0 0 0 0,0 0 0.0 0

November - - 0,0 0 0 0 0,0 0 0.0 0

Desember 265 21 60,0 7 0 8 0,0 0 0.0 0

Rata-rata/Tahun 85,5 7,5 56,4 4,8 16,8 1,5 41,1 4,4 0,0 2,9

Sumber : Badan Pusat Statistik Mataram

2.4. Kondisi Geologi Dan Genesa Bahan Galian


2.4.1. Kondisi Geologi
Kondisi geologi kabupaten lombok timur merupakan satu kesatun unit
geologi pulau lombok yang terpola menjadi 3 bagian besar, yaitu geologi daerah
pegunungan utara, geologi dataran rendah pada bagian tengah dan geoogi daerah
pegunungan selatan.
Geomorfologi daerah tersebut merupakan daerah pegunungan bagian utara
adalah merupakan rangkaian pegunungan yang berbentuk oval, membentang dari
barat mengarah ke timur dibentuk oleh aktivitas gunung api. Gunung Rinjani
merupakan puncak tertinggi di daerah pegunungan utara mencapai ketinggian
3.762m. Khusus geomorfologi daerah pringgabaya ini merupakan dataran
bergelombang dan tergolong kurang subur karena adanya endapan material yang
yang berasal dari daerah pegunungan utara seperti krakal, krikil, dan pasir.
2.4.2 Genesa Bahan Galian
Andesit yang terdapat di daerah ini merupakan batu beku luar yang terjadi
akibat pembekuan magma intermidiet sampai basa di pemukaan bumi. Batuan ini
umumnya berwarna abu-abu kehitaman, dengan bera jenis 2,3 2,7 dengan kuat
tekan 600 2400 kg/cm2. Andesit pada daerah pringgabaya ini terdapat sebagai
material endapan alluvial (quarter) yang sebarannya menempati daerah dataran
yang luas dan dataran yang sempit di beberapa tempat.

2..5 Teknik Penambangan dan Pengolahan


2.5.1. Penambangan
Sistem penambangan yang digunakan pada PT. Eka Praya Jaya ini adalah
tambang terbuka dengan menggunakan metode Quary maksudnya adalah tambang
terbuka yang diterapkan untuk menambang bahan galian golongan C/ Bahan galian
industri, seperti batu andesit yang ditambang oleh PT. Eka Praya Jaya ini.
Jenis batuan yang ditambang adalah batuan andesit. Berdasarkan tes awal
yang dilakukan, kedalaman yang bisa diambil 3,8 m dikurangi lapisan humus dan
tanah setinggi 0,30 m.
Peralatan yang digunakan dalam penambangan di PT. Eka Praya Jaya ini
menggunakan exavator jenis back hoe yang berfungsi sebagai claring/ pengupasan
tanah yang ada, seleksi material dan loading juga dengan enam buah dump truck
yang berkapasitas 5,5m3 6m3.
2.5.2. Pengolahan
Setelah proses penambangan selesai maka material-material tersebut akan
dibawa ke proses pengolahan pada PT. Eka Praya Jaya ini adalah pengolahan
material sebagai bahan baku jalan dan pengolahan aspal Hot Mix, dan secara umum
tahap pengolahan yang dilakukan antara lain :
a. Crushing Plant
Dalam proses pengolahan ini, material/ bahan baku yang di produksi berupa
sirtu, batu pecah dan krokol. Sedangkan produk yang dihasilkan berupa agregat
kasar seperti fine agregat (fa 8 mm), cruss agregat (ca 20mm), over size (oz 36
mm) dan agregat halus yaitu tanah.
b. Asphalt Mixing Plant
Asphalt mixing plant yang dimiliki oleh PT. Eka Praya Jaya ini merupakan
buatan prancis dengan merk Ermont yang mempunyai kapasitas produks
80 ton/jam
Bahan utama yang dipakai untuk menghasilkan produk yaitu :
1) Agregat kasar (produk stone crusher) :
Ca 20 mm
Fa 8 mm
2) Agregat halus (penambangan di daerah pantai)
3) Asphalt curah (suplay dari luar)
c. Lapisan Pondasi
Lapisan pondasi ini ada dua jenis yaitu lapisan pondasi atas (LPA) dan lapisan
pondasi bawah (LPB). Produk ini langsung dicampur dengan menggunakan alat
wheel loader yaitu berupa tanah dan agregat 36 oz, dengan perbandingan 1 : 1
untuk LPA dan 1 : 2 (2 untuk tanah) untuk LPB. Produk ini berfungsi sebagai
pondasi pada tahap awal pembangunan jalan.
Produk hasil pengolahan asphalt mixing plant ini dipasarkan dalam bentuk
asphalt hot mix, sedangkan produk hasil pengolahan stone crusher dipasarkan
dalam bentuk campuran berupa tanah dan agregat 36 oz yaitu berupa LPA dan LPB.
Pemasaran produk ini tergantung dari permintaan konsumen/ pihak perusahaan
kontraktor pada pembangunan atau perbaikan jalan.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Golongan Bahan Galian


Seperti yang telah kita ketahui bahan galian yang ditambang
oleh PT. Eka Praya Jaya merupakan bahan galian golongan C dengan
jenis Batu Andesit.
Bahan galian golongan C, dimaksudkan sebagai bahan galian yang tidak
dianggap langsung akan mempengaruhi hajat hidup orang banyak, baik karena
sifatnya maupun karena kecilnya jumlah endapan bahan galian itu. Bahan
galian golongan C ini sering pula disebut Bahan Galian Industri karena
kegunaannya dalam berbagai industri.
Contoh : batu kapur, batuapung, andesit, tanah liat, marmer, pasir, dan
bahan-bahan galian sejenis.

3.2. Loading dan Hauling


3.2.1. Loading (pemuatan)
Merupakan rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material sirtu kedalam alat angkut. Material atau batuan andesit yang telah
diseleksi selanjutnya dimuat kedalam alat angkut atau Dump Truck yang
berkapasitas bucket 3 m3. Pada pekerjaan ini dioperasikan Excavator type Back Hoe
buatan jepang yang berkapasitas bucket 0,8 m3 dengan proses pemuatan ke Dump
Truck sebanyak 5 kali setiap Dump Truck.
Pemuatan ini dibagi dalam dua macam metode yaitu :
1. Single loading yaitu system pemuatan dengan cara memasukkan batuan
kedalam truk secara berurutan atau memuat truk satu persatu .
2. Double loading yaitu system pemuatan ganda dengan cara pemuatan
dilakukan pada dua buah truk sekaligus. Truk-truk sersebut berada
disamping kiri dan kanan excavator sehingga gerakannya memuat pada truk
dari kiri ke kanan secara bergantian.
Pada penambangan di PT. Eka Praya Jaya metode pemuatan yang digunakan
adalah metode single loading.
3.2.2. Hauling (pengangkutan)
Serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut material sirtu dari
tempat penambang menuju tempat pengolahan. Pada tahapan ini dioperasikan 2 unit
Dump Truck mitsubishi yang berkapasitas Bucket 3 m3.

Gambar 3.2
Dump Truck
Alat Angkut dari Quarry ke Tempat Pengolahan di PT. Eka Praya Jaya

3.3. Pengolahan Bahan Galian


Dalam pengolahan bahan galiannya PT. Eka Praya Jaya hanya melakukan
tahapan preparasi saja, karena bahan galian yang diproduksi berupa material sirtu
batuandesit.
Preparasi adalah tahap persiapan awal dari proses pengolahan bahan galian.
Preparasi ada 2 (dua) macam antara lain :
1. Kominusi (memperkecil ukuran butir)
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir/batuan dengan
menggunakan alat Crusher. Kominusi Berguna untuk memperkecil ukuran
suatu batuan dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan proses selanjutnya
atau untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Kominusi terbagi atas 3 (tiga) tahap :
a. Primary Crushing
Alat yang dipergunakan dalam primary crushing ini adalah Jaw Crusher
b. Secondary Crushing
Alat yang dipergunakan dalam secondary crushing ini adalah Jaw
Crusher
c. Fine Crushing
Alat yang dipergunakan dalam fine crushing ini adalah Jaw Crusher
Dalam proses kominusi yang dilakukan di PT. Eka Praya Jaya hanya
melakukan Primary Crushing dan Secondary Crushing saja. Pada proses primary
crushing alat yang digunakan adalah jaw crusher dengan ukuran bukaan 20 cm dan
ukuran keluaran (-20)cm (+ 1,6) cm, sedangkan pada proses secondary crushing
ukuran bukaan 1,6 cm dan ukuran keluaran (-36)mm. dan pada fine crushing ukuran
bukaan 1-2 cm

2. Sizing (pengelompokan ukuran butir)


Sizing merupakan pengelompokan material, salah satunya yaitu dengan cara
screening.
Screen dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis yaitu :
a) Fixed screen (ayakan tetap)
Peremukannya sangat keras dan terbuat dari batangan baja yang dirangkai
sejajar dipasang miring yang disesuaikan dengan Angle of Repose material. Agar
material yang kecil lolos dan yang besar menggelinding.
Contoh : Grizzly.
1. Keuntungan :
- Harga relative murah
- Digunakan untuk material yang kasar
- Peralatannya sederhana.
2. Kerugian :
- Memerlukan banyak tempat
- Mudah tersumbat karena tidak ada getaran
- Kurang efesien
b) Moving Screen (ayakan bergerak)
Screennya bergerak sehingga mempunyai efesiensi yang tinggi dari pada
fixed screen. Moving screen yang digunakan pada PT. Eka Praya Jaya adalah
vibrating screen.
Vibrating screen merupakan tipe ayakan yang banyak dipakai. Getaran dari
ayakan inilah yang membuat proses pengayakan akan berjalan lebih baik.
Berdasarkan mekanisme kerjanya gerakan screen yang digunakan adalah
Unbalance, alat ini dilengkapi dengan per, roll dan pemberat sehingga pada saat roll
berputar akan menimbulkan getaran pada screen.
Tujuan dilakukkannya screening ini adalah :
1. Mempertinggi kapasitas unit operasi lainnya.
2. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.
3. Memenuhi permintaan pasar.

Gambar 3.5
Vibrating Screen di PT. Eka Praya Jaya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos
lubang ayakan adalah :

1. Ukuran bukaan ayakan


Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang
lolos.
2. Ukuran relatif partikel
Material yang mempunyai diameter sama dengan panjangnya akan memiliki
kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu
satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan dari material
Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi
screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang teratur.
4. Kandungan air
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit
akan menyumbat screen.

3.4. Losses
Losses adalah suatu kehilangan material baik yang terduga maupun yang
tidak terduga pada saat dup truck menumpahkan maerial ke screen grizzly, losses
yang terjadi pada screen grizzly berupa oz batu (over size batu) atau feed, dimana
oz batu ini tida lolos masuk masuk ke grizzly sebagai feed.
Seperti yang kita ketahui pada bab terdahulu, bahwa dalam proses pengolahan
ini berat feed dengan produk berbeda, dan hal ini sudah jelas mengalami losses
(kehilangan) atau biasa disebut dengan loss material yang diakibatkan oleh
beberapa faktor, baik faktor dari bagian-bagian crushing plant maupun faktor
materil, sebab dalam proses pengolahan di PT. Eka Praya Jaya ini selalu mengalami
losses yaitu oz batu seperti batu blondos, batu sorting dan berupa feed ataupun
agregat kasar seperi krakal (lolos screen 36).
Maka dari penjelasan loss material tersebut di atas, dapat diambil
perbandingan antara material umpan/ feed dengan produk yang diperoleh dalam
pengolahan bahan galian yaitu :
Material balance (neraca bahan)
Material balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada pengolahan bahan
galian dimana jumlah material umpan yang masuk dalam alat pengolahan
jumlahnya akan sama dengan jumlah material yang keluar.

F=P+L

Keterangan :
F : berat material umpan/ feed (ton)
P : berat produk (ton)
L : berat losses (ton)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. Target Produksi dan Tahap Pengolahan


4.1.1. Target Produksi
Proses pengolahan batuan menjadi agregat kasar pada PT. Eka Praya Jaya,
adalah dengan menggunakan stone crusher jenis jaw crusher dengan kapasitas
produksi 50 m3/jam.
Berdasarkan umur dari stone crusher/ kondisi yang ada dimana faktor
kemampuan alat saat ini 70%, sehingga perusahaan ini menargetkan produksi
sebanyak 35 m3/jam, dengan efektif produksi 5 jam dalam 1 hari, dengan produk
yang dihasilkan berupa agregat 36 oz, 20 ca, 8 fa dan tanah.
Tapi bila dibandingkan dengan kenyataan di lapangan (lihat tabel 2 an 4),
ternyata membutuhkan waktu lembur untuk mencapai target produksi 175 m3/ hari.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi bagian-bagian crushing plant
yang tidak efektif seperti generator set, screen, belt conveyor, dsb dan dipengaruhi
oleh alat pendukung seperti dump truck dan wheel loader.
4.1.2. Tahap Pengolahan
Seperti yang telah kita ketahui dalam proses pengolahan ini, material/ bahan
baku yang diproduksi oleh PT. Eka Praya Jaya ada tiga yaitu sirtu, batu pecah dan
krokol, dengan produk yang dihasilkan berupa agregat kasar seperti agregat 36 oz,
agregat 20 ca, agregat 8 fa dan agregat halus yaitu tanah, dan berikut ini adalah
tahap-tahap proses pengolahan pada PT. Eka Praya Jaya :
1. Setelah material diambl dari quary ataupun ROM dengan menggunakan wheel
loader sebagai alat pemuatan (loading) dan dump truck sebagai alat
pengangkutan (hauling), maka dump truck akan mengumpan ke hopper
melewati fixed screen (grizzly) terlebih dahulu, agar material yang masuk ke
hopper sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Ukuran lubang screen ini 20 cm
jadi material yang +20cm lolos terbuang (menjadi batu blondos) dan material
yang masuk ke hopper/ yang di produksi 0-20cm.
2. Dari hopper material tersebut diangkut ke vibrating screen (screen batu dan
tanah), ini merupakan screen pertama yaitu untu memisahkan batu dan tanah,
kemudian material masuk ke Jaw crusher untuk dihancurkan.
3. Setelah material hancur, material tersebut diangkut ke vibrating screen (screen
produk), ini merupakan screen kedua yaitu untuk memisahkan material yang
berukuran 36mm, 20 mm, dan 8mm+abu batu.
4. Material-material yang berukuran +36 akan lolos dari vibrating screen, dan
menuju return conveyor untuk diangkut kembali menuju jaw crusher untuk
dihancurkan kembali, agar mendapatkan produk sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.

QUARY

STOCK PILE

GRIZZLY Oz batu (loss


material 15%)
20 cm

HOPPE
R
Belt Conveyor

JAW CRUSHER
Belt Conveyor

Vibrating Screen I
Screen Sabes 6 cm
Screen Tanah 1 cm
Belt Conveyor

Tersier
Over Flow > 36 mm

Vibrating Screen II
36 mm (20-36 mm)

9-20 20 mm
mm
9 mm (-9 mm)

Gambar 4.1
Diagram Alir Proses Pengolahan Batu Andesit Dengan Stone Crusher
Oz batu (loss material) 15% pada skema tersebut terlalu besar untuk diasumsikan
oleh perusahaan, karena pada kenyataannya di lapangan loss material 14% dengan
menambah waktu produksi, dapat mencapai target produksi. Besarnya loss material
ini dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang di produksi, karena semakin banyak
sirtu yang diproduksi maka loss materialnya semakin banyak pula.
Pada skema di atas perlu diketahui juga bahwa, oz batu (loss material) ini
berupa batu blondos dan batu sorting (sebutan di lapangan). Berikut ini merupakan
tabel berat jenis (BJ) bahan baku/ feed hasil penambangan dan produk hasil
pengolahan stone crusher.

Tabel 4.1
Berat Jenis Material
No Nama Material Berat jenis (ton/m3)
Agregat 36mm (oz 36) 1,402
Agregat 20 mm (ca 20) 1,404
Agregat 8 mm (fa 8) 1,427
Agregat 25 mm (ca 25) 1,469
Chiping 1,342
Burda 1,404
Pasir laut 1,775
Tanah 1,620
Sirtu 1,812
Batu pecah/ Krokol 1,665
BCA (Base cos A)/ LPA 1,840
BCB (Base cos B)/ LPB 1,870
Sumber : PT. Eka Praya Jaya
Dari tabel di atas material seperti chiping, burda dan Ca 25 mm tidak di
produksi pada stone crusher (tidak ada permintaan konsumen), sedangkan
pasir laut diperoleh dari penambangan di daerah pantai, untuk batu pecah/
krokol mempunyai berat jenis yang sama.

4.2 Bagian-Bagian Crushing Plant


Crushing plant ini mempunyai beberapa bagian-bagian yang sangat signifikan,
dan dalam hal ini akan dijelaskan fungsi dari beberapa bagian tersebut:
4.2.1 Grizzly (Fixed Screen)
Grizzly ini berfungsi untuk mengayak batuan agar mendapatkan ukuran
batuan yang sesuai dengan kapasitas stone crusher.

Keterangan :

Lebar lubang : 20cm


Panjang :9
m
Lebar : 4,5 m
Kemiringan : 400

Gambar 4.1
Fixed Screen (Grizzly)

4.2.2 Hopper
Hopper ini berfungsi untuk menampung batuan/ material setelah mengalami
pengayakan pada screen grizly. Kapasitas dari hopper ini adalah 40m3.

Gambar 4.3
Hopper

4.2.3 Belt Conveyor


Belt conveyor ini berfungsi untuk mengangkut batuan/ material menuju
tempat yang telah ditentukan, sesuai dengan fungsi arah pengangkutan dari masing-
masing belt conveyor.

Gambar 4.4
Belt Conveyor

Pada Crushing Plant ini terdapat delapan macam Belt Conveyor yaitu :
a. Conveyor Bahan Baku/ Feed berfungsi untuk mengangkat feed dari hopper
menuju vibrating screen pertama (screen batu dan tanah).
b. Conveyor Tanah berfungsi untuk mengangkut tanah yang keluar dari vibrating
screen pertama
c. Conveor Material Pecahan (dua buah) berfungsi untuk mengangkut material/
produk yang keluar dari tertiery menuju vibrating screen yang kedua.
d. Conveyor Fine Agregat (fa) berfungsi untuk mengangkut material/ produk FA
dari hasil screen 8 FA.
e. Conveyor Cruss Agregat (ca) berfungsi untuk mengangkut material/ produk CA
dari hasil screen 20 CA.
f. Conveyor Over size (Oz) berfungsi untuk mengangkut material/produk Oz dari
hasil screen 36 Oz.
g. Conveyor return berfungsi untuk mengangkut material/ produk yang lolos dari
screen 36 Oz, untuk diangkut kembali ke tertiery untuk dihancurkan lagi karena
produk tersebut berukuran +36mm

4.2.4 Vibrating Screen (batu dan tanah)


Vibrating screen ini berfungsi untuk mengayak batu dan tanah dimana batu
yang akan masuk ke tertiery harus bersih dari tanah, screen ini merupakan
screen pertama pada crushing plant.

Gambar 4.5
Vinrating Screen

4.2.5 Vibrating Screen (fa 8, ca 20, oz 36)


Vibratin screen ini berungsi untuk mengayak material/ produk akhir dari stone
crusher atau untu memisahkan produk-produk yang telah dhancurkan berupa
material fine agregat (fa 8mm), cruss agregat (ca 20mm), dan over size (oz 36mm).
Screen ini merupakan screen kedua pada crushing plant.
Disamping itu crushing plant ini dilengkapi dengan alat pendukung berupa
moor penggerak(dynamo) yang dipasang untuk menggerakkan setiap bagian-bagian
crushing plant tersebut, yang dihubungkan dengan menggunakan as/ propeller dan
vant belt (tali ban).

4.3 Losses dalam Pengolahan


Dalam pengolahan material pada crushing plant ini, loss material terjadi
dimana-mana, baik pada saat dimasukkan ke hopper maupun pada saat diangkut
dengan belt conveyor. Hal ini terjadi diakibatkan oleh bentuk diameter dari batuan
itu sendiri dan bagian-bagian crushing plant, sehingga berpengaruh pada pencapaian
target produksi stone crusher.
Tempat terjadinya loss material serta jenis materialya pada proses pengolahan yaitu:
1. Fixed screen (grizzly)
Pada screen ini sering terjadi loss material yaitu berupa sirtu seperti batu
blondos (lebih dominan), batuan ini berdiameter lebih besar dari batu sorting
dengan diameter maksimal + 18 65cm, dan berupa feed.
2. Conveyor Bahan baku/ Feed
Pada conveyor ini loss material yang terjadi berupa batu sorting (lebih
dominan) yang mempunyai diameter maksimal + 18 37cm, batuan ini
berasal dari sirtu dan akan mengalami sortingan sehingga dinamakan batu
sorting, dan berupa feed.
3. Conveyor return
Pada conveyor ini loss material yang terjadi berupa material + 36mm, ini
merupakan batuan hasil penghancuran tertiery, dan tidak ikut lolos ke lubang
screen oz 36 sehingga terbawa ke conveyor return menjadi feed, yang
mempunyai diameter maksimal +3-10cm.
Perlu diketahui bahwa feed ini berupa batu sirtu 20cm, batu pecah dan krokol
yang mempunyai diameter +20cm. Untuk batu irtu -20cm (feed), batu blondos dan
batu sorting, merupakan satu kesatuan yang berasal dari bahan baku sirtu yang
ditambang dari quary dan paling sering mengalami loss material.

4.4 Produksi Stone Crusher


Dalam sub bab ini akan dibicarakan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan produksi stone crusher seperti, perhitungan wktu produksi, jumlah tabel
produksi, dan metode pencatatan data produksi stone crusher di lapangan. Pada
poses penambangan dan pengolahan pada PT. Eka Praya Jaya menggunakan satuan
meter kubik (M3) dalam menghitung volume material/ bahan baku, produksi stone
cruser, dan loss material.
Disamping itu juga, dalam menentukan jam operasi stone crusher ini disebut
dengan SHM (Service Hour Meter), yaitu suatu metode untuk mencari jam operasi
sekarang dikurangi waktu operasi kemarin (lihat pada contoh di bawah). Untuk
melihat waktu operasi stone crusher ini dilihat pada control panel dan alat pengukur
waktu yang tersedia pada control panel akan berjalan apabila conveyor bahan baku
atau feed berjalan/ operasi.
Contoh : 10. 439, 90 waktu sekarang
10. 431, 80 waktu kemaren
8, 10 jam
Maka jam operasi sekarang pada stone crusher yaitu 8 jam 10 menit
dalam 1 hari kerja .
Pada pencatatan data hasil produksi stone crusher terdapat tiga tabel
produksi yaitu, tabel produksi bahan baku sirtu, tabel produksi bahan baku batu
pecah dan krokol, dan tabel produksi gabungan ketiga bahan baku. Pemisahan data
ni dilakukan karena bahan baku sirtu mempunyai diameter yang tidak seragam
sedangkan bahan baku batu pecah dan krokol mempunyai diameter yang seragam,
dan untuk tabel produksi gabungan ketiga bahan baku ini merupakan penjumlahan
tiap produksi perhari dari kedua tabel tersebut.
Berikut ini adalah rumus dalam mencari produksi perhari berupa produk
hasil pengolahan dan juga jumlah loss material yang terjadi, dimana rumus ini tidk
berlaku untuk tabel produksi bahan baku. .

Jumlah material 1 periode


X Jumlah bahan baku per hari
Jumlah bahan baku 1 periode

Keterangan :
1. dalam perhitungan bahan baku dan produk ini dilakukan secara per periode
yaitu Periode 1 dari tanggal 1- 15 Oktober 2010 dan periode 2 dari tanggal 17-
31 Oktober 2010
2. Jumlah material 1 periode ini merupakan jumlah keseluruhan masing-masing
material produk berupa 36 oz, 20 ca, 8 fa dan tanah, dan juga jumlah oz batu
(loss material).
3. Jumlah bahan baku 1 periode ini merupakan jumlah keseluruhan bahan baku
yang di produksi
4. Jumlah bahan baku per hari, ini merupakan jumlah bahan baku selama 1 hari
produksi
Dari rumus tersebut, maka untuk mengetahui jumlah material/ produk 1 peiode dan
jumlah bahan baku per hari ini diketahui melalui perhitungan rit (jumlah angkut
dump truck).
Contoh :
Jumlah bahan baku per hari (batu pecah)
Diketahui : 1 rit = 5,20 m3
Jumlah rit bahan baku per hari = 30 rit
Maka : 5,20 x 30
= 156,00 m3
Begitu juga bahan baku yang lain dan bahan baku ini perhitungan ritnya secara
kontinyue, sedangkan untuk produk dan loss materialnya tidak contonyue. Dan
untuk besarnya angka rit ini tidak konstan, karena tergantung dari jumlah muat
wheel loader ke atas dump truck.
Contoh : WL 04 : 1, 30m3/ bucket
WL 02 : 0,90 m3/ bucket
Diketahui : WL 04 = 4 bucket (jumlah muat ke dump truck)
Maka : 4 x 1, 30
= 5, 20 m3
Jadi 1 rit dump truck = 5, 20 m3
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam bab V ini akan dibicarakan pembahasan mengenai penyebab


terjadinya loss material pada bagian-bagian crushing plant, jumlah loss material,
produksi bahan baku, jumlah produk dan segala yang berhubungan dengan proses
pengolahan, dimana uraiannya telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu.
5.1 Losses dalam pengolahan
Loss material yang terjadi pada bagian-bagian crushing plant ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
5.1.1 Fixed Screen (grizzly)
Loss material yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh :
a. Material berukuran +20cm, sehingga terbuang sebagai batu blondos, dan juga
lebar lubang screen sudah tidak beraturan, sehingga material +20cm masuk ke
dalam hopper, untuk itu perlu dilakukan sortingan pada saat material keluar dari
hopper.
b. Batu pecah dan krokol ini ada juga yang tidak lolos dari grizzly, hal ini
disebabkan oleh kecepatan jatuh dan larinya material di atas plat screen.
5.1.2 Conveyor Bahan Baku/ Feed
Loss material yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh :
a. Material berukuran +20cm, sehingga memerlukan sortingan untuk menghindari
kemacetan pada crusher, sortingan ini dilakukan pada saat material keluar dari
hopper dengan menggunakan tenaga manusia.
b. Material/ feed -20cm dapat terjatuh pada conveyor ini disebabkan oleh isi
material pada conveyor tersebut terlalu sedikit sehingga material tidak bisa
bertumpu pada material yang lain, disamping itu juga dipengaruhi oleh bentuk
material itu sendiri.
Sedikitnya pengangkutan material/ feed -20cm terjadi akibat material di dalam
hopper akan habis, sehingga pengangkutan materialnya sedikit dan hal ini kadang-
kadang sering terjadi.
5.1.3 Conveyor Return
Pada conveyor ini tidak begitu dominan terjadinya loss material dan
penyebabnya sama seperti conveyor baha baku/ feed, dimana isi material pada
conveyor tersebut terlalu sedikit sehingga material tidak bisa bertumpu pada
material yang lain, disamping itu juga berjalannya conveyor return lebih cepat
dibandingkan dengan conveyor feed.
Sedikitnya pengangkutan material +36 ini terjadi akibat material yang di
crushing dalam crusher sedikit dan ini berkaitan dengan akan habisnya material di
dalam hopper, sehingga pengangkutan materialnya sedikit dan hal ini kadang-
kadang terjadi.
Dalam hal-hal tersebut di atas, loss material yang terjadi pada bagian-bagian
crushing plant tersebut disebabkan oleh kurangnya alat pendukung produksi seperti
dump truck dan wheel loader sehingga untuk pelayanan produksi begitu lambat atau
tidak efektif, juga disebabkan oleh kelalaian operator crushing plant.
Cara penanganan loss material pada crushing plant ini dengan cara
mengangkut kembali batu blondos, batu sorting dan feed +20cm dengan
menggunakan dump truck dan wheel loader, dalam pengangkutannya material-
material ini dicampur dan diangkut untuk dipecahkan secara manual dengan tenaga
manusia hingga diameter -20cm. Pengangkutan material

5.2 Produksi Stone Crusher


Dalam pengolahan di PT. Eka Praya Jaya ini, seperti yang kita ketahui, stone
crusher yang dimiliki perusahaan ini mempunyai kapasitas produksi 50m3/
jam dan faktor kemampuan alat saat ini 70%. Sehingga perusahaan ini
menargetkan produksi sebanyak 35m3/jam atau 350 m3/hari, dengan efektif
produksi 10 jam dalam 1 hari, material/ bahan baku yang di produksi berupa sirtu,
batu pecah dan krokol dengan produk yang dihasilkan berupa agregat 36 oz, 20 ca,
8 fa, tetapi hal tersebut di atas untuk target produksi dan waktu efektif produksi
tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, dimana telah diuraikan pada bab-bab
terdahulu, maka dalam target produksi stone crusher ini akan dijelaskan mengenai
produksi perhari bahan baku dan produk yang dihasilkan per hari.
Sebelum melihat tabel produksi gabungan perlu diketahui bahwa pas size
merupakan produk yang ditargetkan oleh perusahaan sebagai target produksi stone
crusher 35m3/ jam atau 175 m3/ hari, sedangkan pas size + tanah merupakan produk
keseluruhan dari crushing plant. Dan untuk tanah ini tidak diperhitungkan sebagai
target produksi stone crusher, karena tanah tidak ikut masuk ke dalam tersier
crushing.
Berdasarkan tabel gabungan produksi (lampiran) periode 1-15 oktober 2010
dengan jumlah material keseluruhan dan rata-rata perhari yaitu :
1. Bahan baku (sirtu, batu pecah, krokol) : 2897,99m3 atau 263,45m3/hari
2. Bti blondos/ Oz bau (loss material) : 364,63m3 atau 230,30m3/hari
3. Produk keseluruhan : 2533,27m3 atau 230,30m3/hari berupa
- Tanah : 580,27m3 atau 52, 75m3/hari
- Pas size (gabungan fa, ca, Oz) : 1952,09m3 atau 177,55m3/hari
4. Total jam operasi (SHM) : 75,20 jam atau 7,20 jam/hari

Persentase rata-rata perhari jumlah produk dan loss material yaitu berupa oz
batu :
Tabel
Prosentase rata-rata perhari produksi material
Jumlah Material Prosentase
No Jenis Material
(m3) (%)
1 Agregat 8 Fa 56,11 24,36
2 Agregat 20 Ca 58,31 25,32
3 Mat. Beton/ agregat 36 oz 63,13 27,42
4 Oz Tanah 52,75 22,90
Jumlah 230,30 100,00
5 Oz batu (loss material) 33,15 12,58

Pada tabel di atas, prosentase untuk masing-masing produk dihitung dengan


cara, jumlah masing-masing produk dibagi jumlah keseluruhan produk dan
dikalikan dengan 100%. Sedangkan prosentase Oz batu (loss material) dihitung
dengan cara, jumlah oz batu dibagi dengan jumlah bahan baku yang di produksi dan
dikalikan dengan 100%, Sehingga jumlah prosentase keseluruhan untuk produk
yaitu 100% dan Oz batu (loss material) yaitu 12, 58%.
Dari produksi material pada tabel di atas dapat dijelaskan perbandingan rata-
rata per hari antara material umpan/ feed dengan produk yang diperoleh dalam 1
periode.
Material Balance (neraca Bahan )
F =P+L
= 230,30 + 33,15
= 263,45m3/ hari atau 464 ton/ hari
Dari uraian tersebut diperoleh :
1. Jumlah feed/ umpan : 263,45m3/ hari atau 464 ton/hari
2. Perolehan produk keseluruhan : 230,30m3/ hari atau 334 ton/ hari
3. Prolehan produk pas size : 177,55m3/hari atau 249 ton/ hari
4. Perolehan produk tanah : 52,75m3/ hari atau 85 ton/ hari
5. Loss material : 33,15m3/ hari atau 130 ton/ hari (12,58%)
6. Jam Operasi : 7,20 jam/hari

Berdasarkan tabel gabungan produksi (lampiran) periode 17-31 oktober


2010 dengan jumlah material keseluruhan dan rata-rata perhari yaitu :
1. Bahan baku (sirtu, batu pecah, krokol) : 2973,73m3 atau 228,75m3/hari
2. Batu blondos/ Oz batu (loss material) : 416,26m3 atau 32,02m3/hari
3. Produk keseluruhan : 2557,47m3 atau 196,73m3/hari berupa
- Tanah : 678,95m3 atau 52, 23m3/hari
- Pas size (gabungan fa, ca, Oz) : 1878,52m3 atau 144,50m3/hari
4. Total jam operasi (SHM) : 82,52 jam atau 6,30 jam/hari

Persentase rata-rata perhari jumlah produk dan loss material yaitu berupa oz
batu :

Tabel
Prosentase rata-rata perhari produksi material
Jumlah Material Prosentase
No Jenis Material
(m3) (%)
1 Agregat 8 Fa 44,99 22,86
2 Agregat 20 Ca 46,22 23,50
3 Mat. Beton/ agregat 36 oz 53,29 27,09
4 Oz Tanah 52,23 26,55
Jumlah 196,73 100,00
5 Oz batu (loss material) 32,02 14,00

Pada tabel di atas, prosentase untuk masing-masing produk dihitung dengan


cara, jumlah masing-masing produk dibagi jumlah keseluruhan produk dan
dikalikan dengan 100%. Sedangkan prosentase Oz batu (loss material) dihitung
dengan cara, jumlah oz batu dibagi dengan jumlah bahan baku yang di produksi dan
dikalikan dengan 100%, Sehingga jumlah prosentase keseluruhan untuk produk
yaitu 100% dan Oz batu (loss material) yaitu 12, 58%.
Dari produksi material pada tabel di atas dapat dijelaskan perbandingan rata-
rata per hari antara material umpan/ feed dengan produk yang diperoleh dalam 1
periode.
Material Balance (neraca Bahan )
F =P+L
= 196,73 + 3202
= 228,75m3/ hari atau 402 ton/ hari
Dari uraian tersebut diperoleh :
1. Jumlah feed/ umpan : 228,75m3/ hari atau 402 ton/hari
2. Perolehan produk keseluruhan : 196,73m3/ hari atau 286 ton/ hari
3. Prolehan produk pas size : 144,50m3/hari atau 202 ton/ hari
4. Perolehan produk tanah : 52,23m3/ hari atau 84 ton/ hari
5. Loss material : 32,02m3/ hari atau 116 ton/ hari (14%)
6. Jam Operasi : 7,20 jam/hari
Dari tabel gabungan produksi bahan baku perhari dalam periode oktober ini dapat
dijelaskan bahwa :
1. Pada periode 1-15 oktober 2010 target produksi tercapai sebesar 177,55m 3/ hari,
karena bahan baku seperti sirtu tidak dminan diproduksi sehingga loss material
yang terjadi sebesar 12,58% sedangkan pada periode 17-31 oktober 2010 target
produksi tidak tercapai yaitu sebesar 144,50m3/ hari, karena bahan baku seperti
sirtu banyak di produksi sehingga loss material yang terjadi sebesar 14,00%.
2. Tidak seragamnya jam operasi per hari, disebabkan oleh rusaknya bagian-
bagian pada crushing plant, serta kurangnya alat pendukung seperti dump truck
dan wheel loader, sehingga produksi tidak bisa berlanjut pada saat produksi
berjalan, dan juga disebabkan oleh kelalaian operator dalam pengoperasian alat,
dimana conveyor feed tetap berjalan walaupun conveyor feed atau hopper dalam
keadaan kosong, dan mempengaruhi waktu operasi yang terdapat pada control
panel, sehingga berdampak pada target 35 m3/ jam.
3. Alasan tidak terproduksinya material pada tabel tersebut, karena crushing plant
dalam perbaikan/ sevice (khusus hari jumat) dan untuk hari lain disebabkan alat
pendukung seperti dump truck dan wheel loadel digunakan pada operasi lain
ataupun perbaikan.
4. Loss material berupa feed -20 cm dan material +36 (return) tidak
diperhitungkan dalam tabel produksi material, karena loss material yang terjadi
tidak dominan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tanggal 1 31 Oktober 2010
pada PT. Eka Praya Jaya, maka hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan umur umur stone crusher/ kondisi yang ada, dimana kemampuan
alat saat ini 70% sehingga, perusahaan ini menargetkan produksi sebanyak 35
m3/ jam atau 175m3/ hari, dengan efektif produksi 5 jam dalam 1 hari. Tetapi
bila dibandingkan dengan kenyataan di lapangan, ternyata membutuhkan waktu
lembur untuk mencapai target produksi, hal ini dipengaruhi oleh bagian-bagian
crushing plant yang tidak efektif, sehingga kemampuan dari 70%, dan juga
dipengaruhi oleh alat pelayanan produksi crushing plant.
2. Tempat terjadinya loss material serta jenis materialnya pada proses pengolahan
yaitu :
a. Fixed screen (grizzly), pada screen ini sering terjadi loss material berupa
sirtu seperti batu blondos (lebih dominant), dan berupa feed.
b. Conveyor bahan baku/ feed, pada conveyor ini loss material yang terjadi
berupa sorting (lebih dominan), dan berupa feed.
c. Conveyor return, pada conveyor ini loss material yang terjadi berupa
material +36 mm, ini merupakan batuan hasil penghancuran tertiery
crushing.
3. Dalam perhitungan pada tabel gabungan produksi material per hari didapatkan
hasil yaitu :
a. periode 1- 15 oktober 2010, target produksi tercapai sebesar 177,55 m 3/ hari,
karena bahan baku sirtu tidak terlalu dominan di produksi sehingga loss
material yang terjadi sebesar 12,58%, dengan rata-rata waktu produksi 7,20
jam/ hari.
b. Periode 17 31 oktober 2010, target produksi tidak tercapai yaitu sebesar
144, 50m3/ hari, karena bahan baku seperti sirtu banyak di produksi
sehingga loss material yang terjadi sebesar 14,00% dengan rata-rata waktu
produksi 6,30 jam/hari.
Dari kenyataan tersebut, semakin banyak sirtu yang di produksi maka loss
materialnya semakin banyak pula, dan loss material 15% terlalu besar untuk
diasumsikan oleh perusahaan.
4. Berdasarkan produksi rata-rata per hari, pada periode 1 oktober 30 oktober
2010 tersebut, produksinya kurang dari tager 175m3/ hari/ hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor teknis maupun non teknis
seperti bagian-bagian crushing plant, operator dan alat pendukung layanan
produksi, maupun faktor non teknis seperti jenis bahan baku dan cuaca.

6.1 Saran
Adapun saran dari hasil pengamatan pada PT. Eka Praya Jaya ini antara lain :
1. Fixed Screen (grizzly) pertama
Perlu dilakukan pemilahan bahan baku khususnya untuk sirtu, dengan cara
membuat fixed screen pertama berukuran 20cm, dimana pemilahan ini
dilakukan setelah bahan baku ditambang dari lokasi penambangan. Sehingga
loss material/oz batu berupa batu blondos dan sortingan material +20cm tidak
terjadi pada saat proses pengolahan berlangsung, hal ini juga bertujuan untuk
meningkatkan produksi bahan baku sehingga akan meningkatkan kuantitas
produk stone crusher.
2. Fixed screen (grizzly)
Apabila saran no. 1 tidak dapat dipenuhi, maka perlu memperbaiki/ mengatur
lebar lubang screen atau mengganti plat screen yang telah mengalami keausan,
hal ini bertujuan untuk menghindari sortingan pada material + 20cm sehingga
meningkatkan kefektifan produksi.
3. Perusahaan perlu meninjau kembali, bahwa untuk mencapai target perlu waktu
lembur/ menambah waktu produksi, karena kondisi stone crusher kurang dari
70%, dan loss material 15% tersebut terlalu besar untuk diasumsikan, karena
kenyataan di lapangan loss material sebesar 14% belum dapat mencapai target
produksi, sedangkan loss material sebesar 12,58% atau di bawah 13% dapat
melebihi target produksi, sehingga nilai tengah yang idela untuk dijadikan
patokan besarnya loss material, yaitu maksimal 13%.
4. Screen produk (36oz, 20 ca, 8 fa)
Mengganti screen secara berkala atau mengganti screen secara langsung apabila
telah diketahui mengalami keausan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
diameter produk yang seragam sehingga mendapatkan kualitas yang baik.
5. Dump Truck dan Whell Loader
Menambah jumlah dump truck dan wheel loader, hal ini bertujuan untuk untuk
meningkatkan pelayanan produksi crushing plant yaitu pada pengangkutan
bahan baku dan pada pengangkutan atau pemindahan produk ke stock file,
sehingga akan meningkatkan kefektifan produksi material.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mokh Winato Ajie, Ir. PH, dkk, 2000. Bahan Galian Industri. UPN
Veteran : Yogyakarta.

2. Arif Irwandi, Dr, 1993. Diktat Kuliah Tambang Terbuka Jurusan


Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung.

3. Rochman Hadi, Ir. 1992. Alat-alat Berat dan Penggunaannya. DPU:


Semarang.

4. Lombok Timur Dalam Angka, 2009, Badan Pusat Statistik (BPS)


Kabupaten Lombok Timur dengan Dinas Pertanian Kabupaten
Kabupaten Lombok Timur.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
DATA HASIL PRODUKSI CRUSHING PLAN
DATA HASIL PRODUKSI CRUSHING PLAN
PT. EKA PRAYA JAYA

Bahan baku Material hasil produksi Hasil produksi % %


Oz
No. Tanggal Mat Pass Jam M3/ Ton/ Yield Kehi-
Sirtu Krokol Jumlah Batu Oz tnh CA FA
Beton Size Prod jam jam langan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 Oktober 2010 74.06 34.65 108.71 5.45 29.82 27.52 26.33 20.21 103.88 6.10 17.82 23.18 95.55 5.01
2 2 Oktober 2010 75.05 35.91 110.96 5.46 30.60 29.51 25.39 21.22 105.65 6.10 18.19 24.15 95.21 4.92
3 3 Oktober 2010 86.46 33.39 119.36 4.51 29.91 28.99 30.26 27.14 116.39 6.20 19.25 31.42 97.51 3.76
4 4 Oktober 2010 97.24 32.12 129.36 5.49 28.19 34.44 35.66 27.14 125.44 6.90 18.74 23.52 96.97 4.24
5 5 Oktober 2010 106.85 18.90 125.75 4.15 17.27 37.97 86.77 30.11 124.12 6.90 18.22 30.01 98.70 3.30
6 6 Oktober 2010 85.20 34.65 119.85 4.52 32.02 28.95 27.12 29.13 117.04 6.80 17.65 22.96 97.65 3.77
7 7 Oktober 2010 77.32 - 77.23 3.61 15.22 18.91 20.92 21.40 74.45 6.20 12.45 24.62 96.40 4.67
8 8 Oktober 2010 3.53 1764.00 111.77 2.21 18.77 26.17 37.11 30.24 110.30 6.30 17.64 22.96 99.21 1.98
9 9 Oktober 2010 90.37 18.27 108.64 2.34 17.61 26.11 33.12 31.14 107.58 6.20 17.52 21.95 99.02 1.89
10 10 Oktober 2010 96.10 17.67 113.77 2.16 17.23 35.16 31.55 19.39 113.33 6.00 18.88 22.14 99.61 6.37
11 11 Oktober 2010 89.54 - 89.54 5.71 13.24 27.17 20.45 21.92 83.78 6.30 14.27 17.67 93.56 2.12
12 12 Oktober 2010 94.58 - 94.58 2.01 14.59 30.40 25.35 24.83 94.17 6.00 15.58 18.62 99.56 3.01
13 13 Oktober 2010 84.95 - 84.95 2.56 14.16 24.40 20.61 21.79 84.11 5.30 16.04 20.19 99.01 5.62
14 14 Oktober 2010 90.85 - 90.85 5.11 12.29 24.02 22.28 23.60 86.18 6.00 14.36 15.05 94.71 9.60
15 15 Oktober 2010 81.31 - 81.31 7.81 10.29 20.66 20.28 21.39 72.06 5.70 14.26 18.05 88.62 8.44
16 16 Oktober 2010 74.48 21.42 96.90 8.18 18.21 24.79 19.33 20.36 82.69 6.20 15.62 18.98 85.33 3.91
17 17 Oktober 2010 86.10 23.94 110.04 4.31 21.23 31.99 28.21 25.90 107.33 6.00 17.88 20.71 97.53 8.17
18 18 Oktober 2010 87.07 - 87.07 7.12 12.26 33.44 26.28 27.65 78.32 5.80 15.01 17.33 89.95 5.50
19 19 Oktober 2010 82.06 - 82.06 4.52 13.08 24.44 20.33 21.29 79.14 5.00 15.82 19.59 96.44 2.08
20 20 Oktober 2010 76.75 25.83 102.58 2.14 22.33 30.16 24.34 22.25 102.18 6.00 17.09 21.47 99.61 5.50
21 21 Oktober 2010 92.04 27.09 119.13 3.19 20.16 31.32 30.39 30.33 112.32 6.50 18.32 22.23 94.28 2.67
22 22 Oktober 2010 92.38 - 92.38 5.17 15.43 29.91 33.66 28.81 84.81 6.60 13.99 21.65 91.80 5.59
23 23 Oktober 2010 - - - - - - - - - - - - - -

39
No. Tanggal Bahan baku Oz Material hasil produksi Hasil produksi % %
Mat Pass Jam M3/ Ton/ Yield Kehi-
Sirtu Krokol Jumlah Batu Oz tnh CA FA
Beton Size Prod jam jam langan
24 24 Oktober 2010 - - - - - - - - - - - - - -
25 25 Oktober 2010 - - - - - - - - - - - - - -
26 26 Oktober 2010 - - - - - - - - - - - - - -
27 27 Oktober 2010 30.01 - 30.01 2.41 4.16 9.15 7.94 8.13 29.38 4.50 6.66 7.97 97.90 8.03
28 28 Oktober 2010 29.30 - 29.30 3.72 2.19 7.81 9.89 6.30 26.19 4.20 5.63 7.89 89.38 7.23
29 29 Oktober 2010 21.24 18.27 39.51 5.12 3.39 16.86 9.17 8.81 38.23 6.00 6.37 8.97 96.76 8.63
30 30 Oktober 2010 19.99 18.90 38.89 2.10 2.17 12.34 10.80 11.99 37.33 6.00 6.48 8.77 95.98 5.39
Jumlah 1924.83 2125.01 4049,84 111.08 435.82 672.59 683.54 582.47 2296.40 155.80 389.74 512.05 2486.25 131.40
Rata-rata (m3/hari) 74.03 141.67 155,76 4.27 16.76 25.87 26.29 22.40 88.32 5.99 14.99 19.69 95.63 5.05
Sumber : Data produksi PT. Eka Praya Jaya

40
1

LAMPIRAN B
HASIL PERHITUNGAN
2

PERHITUNGAN TABEL PRODUKSI STONE CRUSHER

Hasil produksi bahan baku PT. Eka Praya Jaya menurut periode kerja efektif
6 jam ditambah jam lembur selama 30 hari didapatkan rata-rata perhari dengan
perhitungan seperti di bawah ini :
- Krokol = 2125,01 m3 selama 15 hari kerja
= 2125,01 m3
15 hari
= 141,67 m3/hari
- Sirtu = 1924,83 m3 selama 26 hari kerja
= 1924,83 m3
26 hari
= 74,03 m3/hari
Jumlah Umpan Menjadi = 4049,84 m3 selama 26 hari kerja
= 4049,84 m3
26 hari
= 155,76 m3/hari

- Oz Batu = 111,08 m3 selama 26 hari kerja


= 111,08 m3
26 hari
= 4,27 m3/hari
- Oz Tanah = 435,82 m3 selama 26 hari kerja
= 435,82 m3
26 hari
= 16,76 m3/hari
- Mat Beton = 672,59 m3 selama 26 hari kerja
= 672,59 m3
26 hari
= 25,87 m3/hari
3

- CA = 683,54 m3 selama 26 hari kerja


= 683,54 m3
26 hari
= 26,29 m3/hari
- FA = 582,47 m3 selama 26 hari kerja
= 582,47 m3
26 hari
= 22,4 m3/hari
Didapatkan Pas Size = 2296,4 m3 selama 26 hari kerja
= 2296,4 m3
26 hari
= 88,32 m3/hari

Total agregat yang dihitung yakni jumlah Oz tanah, Mat Beton, CA dan FA
sehingga mendapatkan pas size dalam 1 bulan termasuk hari libur dan jam lembur
kerja :
Pas Size = 435,82 m3 + 672,59 m3 + 683,54 m3 +
582,47 m3
= 2296,4 m3
Dengan berat jenis batu pecah 1,6 ton/m3, maka diketahui agregat terkumpul
sebanyak 3674,24 ton dengan uraian sebagai berikut :
= 2296,4 m3 x 1,66 tom/m3
= 3674,24 ton

Dari target Produksi Stone Crusher yang ditetapkan proyek sebanyak


3000 m3/bln hanya didapat sebanyak 2296,4 m3/bln.
4

LAMPIRAN C
TABEL BERAT JENIS MATERIAL
5

TABEL BERAT JENIS MATERIAL DI PT. EKA PRAYA JAYA

No Nama Batuan Berat Jenis (ton/m3)


1. Over size 1,402
2. Material Beton 1,402
3. CA (Coarse Agregat) 1,404
4. FA (Fine Agregat) 3/8 1,427
5. Material 5/7 1,403
6. Material 3/7 1,402
7. Pasir Laut (NS) 1,775
8. Batu Pecah 1,665
9. Tanah 1,620
10. Sirtu 1,812
11. Pasir Kali 1,604
12. BCA 1,840
13. BCB 1,870
14. Batu Pecah Over Size 1,469
15. Material 3/6 1,481
16. Batu Pilihan (<20 cm) 1,497
6

LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT-ALAT MEKANIS

SPESIFIKASI ALAT-ALAT MEKANIS

A. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT DUMP TRUCK


1. Merek Mitsubishi
2. Type COLT Diesel 120 PS
7

3. Kapasitas 3 m3
4. Berat Kosong 3300 kg
5. Isi Tengki Bahan Bakar 280 liter
6. Tinggi 225 cm
7. Panjang 560 cm
8. Lebar Keseluruhan 203 cm
9. Tahun Pembuatan 1997

B. SPESIFIKASI ALAT MUAT EXCAVATOR


1. Merek Komatsu
2. Type PC 200 3
3. Kapasitas Bucket 0.6 m3
4. Panjang 485 cm
5. Lebar 249 cm
6. Tinggi 300 cm
7. Kapasitas Pull Tank 240 liter
8. Daya 80 HP
9. Tahun Pembuatan 1991
10. Berat 17000 kg

Anda mungkin juga menyukai