(28): 305-312
ABSTRACT
Aim of this research is to know type, and distribution and abundance of soil fungi at
revegetation area of Acacia mangium Willd at ex coal-mine area, district of Cempaka,
Banjarbaru. This Research is done by 5 phase that is take of soil sampel with Acacia
mangium stand, isolation of soil fungi (method of pour plate, with SDA medium),
identify soil fungi ( system of Saccardo), measurement of physical parameter and
environmental chemistry (soil temperature, pH, C organic, total N, and total P). 24
species of fungi could isolation at acacia areal. Genus of Penicillium is group which
dominating with Important Index Value 70,40%. Land under revegetation area with
Acacia mangium stand not yet fertil, because its amount of soil fungi under 0,1-1 million
Cfu g-.
Keyword : Soil fungi, revegetation, Penicillium.
Penulis untuk korespondensi : email : eny_puja@yahoo.com
PENDAHULUAN
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 28, Edisi Desember 2009 305
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
fisik, kimia dan biologis tanah Akasia adalah salah satu jenis
merupakan hal penting dalam tanaman yang paling banyak digunakan
revegetasi lahan bekas tambang. dalam kegiatan reboisasi lahan kritis.
Berbagai indikator kualitas tanah dapat Jenis tersebut adalah anggota dari
digunakan untuk mengetahui kelompok Leguminosae. Akasia
kemampuan tanaman dalam memiliki beberapa keunggulan yaitu
mempercepat proses suksesi pada mampu tumbuh dengan baik pada
tanah. Fungi tanah adalah salah satu kondisi tanah yang sangat masam
bioindikator yang dapat digunakan ataupun pada tanah dengan
untuk memonitor kualitas tanah kandungan logam berat yang tinggi,
(Zvyagintsev et al., 2005). Fungi lebih namun memiliki kekurangan, yaitu
mudah diamati jika dibandingkan serasahnya sulit diuraikan oleh
dengan bakteri, karena ukurannya yang dekomposer karena tingginya
lebih besar sehingga lebih mudah untuk kandungan metabolit sekunder. Akasia
diamati (Oyne, 1999). kaya akan metabolit sekunder, berupa
Komposisi vegetasi tannin pada daun, kulit batang dan juga
mempengaruhi komposisi, distribusi akarnya, sehingga kurang mendukung
dan juga kelimpahan mikroorganisme kehidupan biologis di lantai hutannya
tanah, karena vegetasi tertentu (Sjostrum, 1998). Getah akasia juga
menciptakan iklim mikro tertentu pada diketahui mengandung 5,4% abu; 0,98
tanah (Oyne, 1999; Wollum, 1982). % nitrogen; 1,49 % metoxyl; dan 32,2
Kualitas dan kuantitas bahan organik % asam uronik (Duke, 2005). Meneliti
yang ada dalam tanah mempunyai distribusi dan kelimpahan fungi tanah di
pengaruh langsung terhadap komposisi bawah vegetasi akasia menarik
fungi di dalam tanah karena fungi dilakukan untuk mengetahui
umumnya bersifat heterotropik (Yulineri kemampuan akasia dalam memperbaiki
et al., 2001). Vegetasi dan komposisi kondisi biologis tanah pasca
fungi saling berhubungan antara satu penambangan batubara.
dengan yang lainnya. Jenis vegetasi Penelitian ini bertujuan untuk
menyebabkan komposisi fungi tanah mengetahui jenis, serta distribusi dan
yang berbeda, dan makin banyak fungi kelimpahan fungi tanah pada areal
tanah, maka makin subur tanah, bekas tambang batubara di kecamatan
sehingga mudah ditumbuhi oleh Cempaka, Banjarbaru, yang
tanaman (Yulineri et al., 2001). direvegetasi dengan tanaman akasia
(Acacia mangium Willd).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan H2SO4, H3PO4, Diphenil amine, Fe2SO7.
September 2008 sampai dengan 7 H2O, CuSO4, Na2SO4, selenium,
November 2008, bertempat di H3BO3, NaOH 40%, HNO3, HCl 25%,
Laboratorium Perlindungan Hutan NH4NO3 2%, aseton, dan pereaksi
Fakultas Kehutanan dan Laboratorium Lorentz.
Dasar F MIPA Universitas Lambung Alat yang digunakan adalah bor
Mangkurat. tanah (Enviromental Soil Sampling Kit
Bahan yang digunakan antara AMS), neraca analitik, colony counter
lain adalah sampel tanah dari areal (Quebec), inkubator (Labline),
revegetasi bekas tambang batubara mikroskop cahaya (Olymphus), otoklaf,
Kecamatan Cempaka, Sabouraud laminar flow cabinet, vortex mixer,
Dextrose Agar (Oxoid) (Wollum, 1982; termometer tanah (Taylor), pH meter
Essien, 2004 ), Aquades, K2Cr2O7, (Cyberscan 1000), Spektrofotometer,
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 306
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
tabung reaksi, cawan petri, gelas piala, tersebut; (4) Membiarkan agar
pembakar bunsen, erlenmeyer, pipet memadat; dan (5) Menginkubasi secara
volumetrik, kaca arloji, buret, labu terbalik dengan suhu 250C, selama 3-7
kjeldahl, alat destilasi, kaca objek, kaca hari (Hadioetomo, 1993).
penutup, dan corong. Isolat yang tumbuh kemudian
Tanah yang digunakan untuk dipisahkan satu dengan yang lainnya
isolasi adalah dari areal bekas tambang untuk memperoleh biakan murni.
batubara Kecamatan Cempaka yang Proses pemurnian isolat tersebut
direvegetasi dengan jenis akasia. Satu dilakukan dengan teknik menitik terbalik
areal dibagi menjadi 10 plot (Sari, 2001) pada media SDA steril.
berdasarkan pertimbangan topografi, Pemurnian isolat dilakukan berulang-
yang kemudian dalam tiap plot ada 3 ulang sampai didapatkan hanya satu
titik pengambilan, sehingga diperoleh jenis isolat yang tumbuh dalam cawan
30 titik sampling. Tanah diambil dengan petri. Tahap selanjutnya adalah
menggunakan bor tanah dengan melakukan identifikasi dengan
kedalaman + 20 cm, sebanyak 500 menggunakan kunci identifikasi yaitu
gram. Teknik sampling yang dipakai Illustrated Genera of Imperfect Fungi
adalah Metode pengambilan sampel Edisi 4 dengan sistem Saccardo
acak sederhana (Sugiarto et al., 2001), (Barnett & Hunter, 1999).
berdasarkan luasan, dengan Penghitungan koloni dilakukan
pertimbangan topografi, vegetasi, dan dengan menggunakan colony counter.
intensitas cahaya matahari. Jumlah Fungi dihitung dengan rumus :
Isolasi fungi tanah dilakukan CFU/gr = koloni teramati x 1 x C
dengan prosedur berikut: (1) x WS/DS (Hadi et al., 2005)
Memasukkan 1 gram tanah ke dalam Keterangan :
tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan CFU = Coloni Formed Unit
fisiologis steril (Wollum, 1982), (jumlah koloni)
kemudian dihomogenkan dengan 1 = jumlah gram tanah
vorteks mixer selama 10 menit (Yulineri C = faktor pengenceran
et al., 2002); (2) Membuat seri Ws = berat basah tanah
pengenceran dengan memipet 1 ml ke Ds = berat kering tanah
dalam 9 ml aquades sampai dengan 10- Data pendukung yang diambil
5
, kemudian 2 pengenceran tertinggi antara lain suhu tanah, kadar air tanah,
dipipet masing-masing 1 ml ke dalam dan kimia tanah yaitu pH, C Organik
cawan petri steril; (3) Menuangkan + 15 (metode Walky dan Black), Nitrogen
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) total (metode Kjeldahl), Fosfor (metode
secara aseptis ke dalam cawan petri Lorentz).
Hasil
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 307
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
A B
Gambar 1. Koloni Penicillium sp 3 (A) dan koloni Harpographium (B)
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 308
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
A B
Gambar 2. Koloni Aspergillus sp (A) dan koloni Paecylomyces (B)
Pembahasan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 309
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
yang sangat tinggi, sehingga tidak bahwa kadar C organik di areal akasia
disukai oleh fungi tanah (Cooke, 1979). sebesar 0,26%. Hal ini mempengaruhi
Kemungkinan yang kedua adalah, komposisi fungi tanah di areal ini. Oyne
tingginya jumlah fungi tanah di plot (1999), menyatakan bahwa penyebaran
tersebut menyebabkan laju fungi sangat bergantung pada kadar C
dekomposisi serasah menjadi lebih organik, karena fungi tanah adalah
cepat dari plot yang lain, sehingga dekomposer primer.
kadar C organik menjadi lebih rendah. Kadar N total di areal akasia juga
Tumbuhan bawah ikut rendah yaitu 0,15%. Rasio C/N yang
menciptakan komposisi fungi tanah, mendekati angka 2 juga menunjukkan
areal akasia hampir tidak ditumbuhi bahwa laju penguraian bahan organik
dengan tumbuhan bawah, bila ada agak lambat. Makin rendah nilai rasio
hanya terdapat pada tempat tertentu C/N, dapat dikatakan bahwa laju
pada areal tersebut. Jenis tumbuhan penguraian bahan organik lebih cepat.
bawah yang dijumpai walaupun sangat Sedangkan kadar P total 0,000225%
jarang adalah alang-alang (Imperata meskipun ada kehadiran Penicillium
cylindrica), teki (Cyperus sp), dan dan Aspergillus yang menurut Cooke
rumput-ruputan jenis lain, di mana jenis (1979), memegang peranan penting
tumbuhan ini biasanya berasosiasi dalam siklus P di alam, karena mampu
dengan mikoriza. Artinya fungi yang melarutkan P.
ada di bawah tegakan akasia tidak Kondisi fisik dan kimia serasah
hanya bergantung pada seresah akasia suatu tanaman berperan sangat besar
saja. dalam menentukan kondisi komunitas
Kondisi fisik lantai hutan tumbuhan bawah dan mikrobia yang
mempengaruhi keberadaan fungi hidup di lantai hutannya. Serasah
tanah, terutama suhu, tekstur dan akasia diketahui kaya akan metabolit
kadar air tanah. Bentuk tajuk akasia sekunder yaitu tannin, daunnya liat dan
yang lebar menyebabkan suhu tanah di strukturnya padat, hal tersebut akan
lantai hutan akasia lebih rendah karena menjadi suatu seleksi alami bagi
sinar matahari tidak mencapai lantai mikroba (Cooke, 1979), terutama fungi
hutan. Tekstur tanah pada areal akasia yang hidup sebagai dekomposer pada
yang pasir berlempung, menyebabkan serasah tersebut.
tanah mudah kehilangan air. Tingginya Secara umum, rata-rata 1 gram
kadar air juga sangat mempengaruhi tanah pada areal akasia mengandung
keberadaan dan jumlah fungi tanah fungi tanah sebesar 11.933,5 CFU.
(Hadi et al., 2005), namun jika kadar air Menurut Wild (1993), tanah yang fertil
tersebut terlalu tinggi (tanah tergenang) mengandung 100.000 – 1.000.000 CFU
kelimpahan dan jenis fungi akan fungi dalam 1 gram tanah. Hal tersebut
menjadi sangat rendah, karena fungi menyatakan bahwa tanah di areal
bersifat aerobik (Oyne, 1999). revegetasi akasia ini belum dapat
Pada pengukuran C organik dikatakan sebagai tanah yang fertil.
(Tabel 2) yang dilakukan, didapatkan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 310
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Manaon, & E. Priyanto. Hadi, A., H.S. Nur & W. Imaningsih.
2002. Laporan Hasil Penelitian 2005. Biologi Tanah Basah
Teknik Reklamasi Hutan Bekas Tropika. (tidak dipublikasikan).
Tambang Batubara. Balai
Penelitian dan Pengembangan Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi
Hutan Tanaman Indonesia Bagian Dasar dalam Praktik. PT
Timur, Banjarbaru. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Barnett, H.L., & B.B. Hunter. 1999.
Illustrated genera of Imperfect Oyne, D. 1999. Soil Microbiology an
Fungi. Fourth Edition. APS Press Explanatory Approach. Delmar
The American Phytopathological Publisher, Washington.
Society, Minnesota.
Sjostrum, E. 1998. Kimia Kayu Dasar-
Cooke, W.B. 1979. The Ecology of Dasar dan Penggunaan.
Fungi. CRC Press Inc., Florida. Terjemahan. Edisi ke dua. Gadjah
Mada University Press,
Duke, 2005. Acacia mangium Willd. Yogyakarta.
Handbook of Energy Crops.
http//www.hort.pardue.edu/newcr Sudiana, N. 2002. Studi Karakteristik
op/duke_energy/refa_html Perairan Bekas Tambang Timah
diakses September 2005 Untuk Pengembangan Pertanian,
Peternakan & Perikanan di
Essien, J.P. 2004. Insecticidal Potential Kecamatan Dabo Singkep,
of an Orally Administered Kepulauan Riau. Alami Jurnal Air,
Metabolic Extract of Aspergillus Lahan, Lingkungan dan Mitigasi
niger on Chrysomya chlorophyga Bencana. 7(1) : 49-54.
(Green Bottle Fly) Larvae. J. Appl.
Sci. Environ.Mgt. Vol 8 (1) hal 45- Sugiarto, D.Siagian, L.T. Sunaryanto, &
48. D.S. Oetomo. 2001. Teknik
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 311
JENIS-JENIS FUNGI ......(28): 305-312
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009 312