Anda di halaman 1dari 6

STUDI TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH (Sn) DI

INDONESIA

Zaenab Nuraini S. 205040200111053. Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan Kelas A.

1. Latar Belakang
Kegiatan pertambangan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu
meningkatnya lahan kritis karena berkurangnya luasan hutan, rusaknya lahan kebun dan
pertanian. Salah satu kegiatan pertambangan di Indonesia adalah kegiatan tambang timah.
Lahan pasca tambang timah terdiri atas lahan pasca tambang yang berbentuk danau kecil
dan memiliki kedalaman hingga 40 meter (kolong), timbunan liat hasil galian serta rawa atau
lahan kering (tailing). Kondisi tersebut dapat merusak estetika lingkungan serta manfaat
ekologi. Menurut Suryati (2021) proses pemulihan alami lahan pasca tambang berlangsung
sangat lama yaitu mencapai 20 tahun. Kondisi ini mendorong diperlukannya teknologi untuk
memperbaiki lahan yang telah rusak, miskin unsur hara, kesuburan rendah serta ekosistem
yang telah rusak menjadi lahan yang lebih mendukung dan bermanfaat.
Lahan pasca tambahg timah memiliki kesuburan fisik, kimia serta biologi yang rendah.
Rendahnya kesuburan tanah pada lahan pasca tambang timah ditunjukkan oleh tanah yang
tersusun atas pasir kwarsa masam, kandungan N 0,02%, P 2,8-3,9 ppm, K 4,9-9,6 ppm), pH
kisaran 3,6-4,6, minim bahan organik, tidak mampu menahan air serta memiliki jumlah
mikroorganisme yang rendah. Kation-kation basa seperti Ca, Mg, Na dan K sangat mudah
tercuci pada lahan pasca tambang akibat kemampuan tanah dalam menahan air sangat rendah
sehingga menyebabkan tanah menjadi masam dan mengalami penurunan kesuburan tanah
(Purwani et al., 2014). Rendahnya kesuburan tanah pada lahan pasca tambang timah
menyebabkan lahan tersebut sulit ditumbuhi tanaman, khususnya komoditas pertanian.
Terdapat berbagai permasalahan akibat kegiatan pertambangan tanah, baik terhadap
lingkungan, kesuburan serta estetika sehingga diperlukan teknologi sebagai upaya
pengelolaan dan pemulihan lahan pasca tambang timah. Beberapa teknologi yang dapat
dilakukan dalam upaya pemulihan lahan pasca tambang yaitu dengan pemupukan serta
pemberian bahan amelioran, penggunaan cendawan bermanfaat seperti mikoriza,
penanaman tanaman penutup serta pengaplikasian pupuk organik dan mikroorganisme lokal.
Penulisan studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui berbagai teknologi dan pendekatan
yang dapat dilakukan sebagai upaya reklamasi lahan pasca tambang timah di Indonesia.
2. Pembahasan
2.1 Lahan Pasca Tambang Timah di Indonesia
Indonesia memiliki kekayaan alam berupa timah yang telah ditambang selama lebih
dari 300 tahun. Cadangan timah di Indonesia tersebar pada kawasan yang disebut dengan
Sabuk Timah Indonesia (The Indonesian Tin Belt) sepanjang 800 kilometer. Kawasan ini
merupakan bagian dari Sabuk Timah Asia Tenggara (The Southeast Asean Tin Belt) yang
tersebar dari daratan asia menuju Thailand, Malaysia dan Indonesia. Menurut Harahap
(2016) wilayah cadangan timah di Indonesia berada di kawasan Pulau Karimun, Kundur,
Singkep serta Sumatera, khususnya Bangka Belitung serta Karimata hingga Kalimantan
Barat. Adapun penghasil timah terbesar di Indonesia yaitu Pulau Bangka yang 27,56%
luasan lahannya merupakan area Kuasa Penambangan Timah (KP).

Gambar 1. Lahan Pasca Tambang Timah (Asmarshansyah dan Hasan, 2018)


Kegiatan tambang timah di daratan dilakukan dengan teknik hydraulic mining yaitu
tambang semprot dan dengan teknik poonton isap. Menurut Asmarsyah dan Hasan (2018)
hambir 80% dari total perusahaan di Indonesia merupakan penambangan darat, mulai
tambang skala kecil (20 m3/jam) hingga tambang skala besar (100 m3/jam). Kegiatan
pertambangan timah di darat terdiri atas kegiatan pengupasan (stripping) lapisan tanah
bagian atas, pembuangan material, pembuatan kolong serta pencucian (leaching) dan
pembuangan (tailing). Kegiatan stripping mengakibatkan adanya tumbupakn bahan yang
disebut dengan overburden yang terdiri atas lapisan tanah permukaan (top soil) dan bawah
permukaan (sub soil), sedangkan pencucian timah mengakibatkan adanya tumpukan tailing
slime dan pasir.
2.2 Upaya Reklamasi Lahan Pasca Tambang Timah di Indonesia
Upaya reklamasi lahan pasca tambang timah sangat diperlukan karena erdapat
berbagai permasalahan akibat kegiatan pertambangan tanah, baik terhadap lingkungan,
kesuburan serta estetika. Selain itu proses pemulihan lahan pasca tambang secara alami
membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu mencapai 20 tahun. Telah banyak upaya dan
teknologi yang telah dilakukan untuk reklamasi lahan pasca tambang timah di Indonesia.
Berikut merupakan teknologi dan upaya yang telah dilakukan dalam reklamasi lahan pasca
tambang timah di Indonesia:
a. Pemupukan dan Pemberian Bahan Pembenah Tanah
Kegiatan pemupukan sangat diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah di lahan
pasca tambang. Kegiatan pemupukan dengan bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik
tanah salah satunya struktur tanah. Adapun untuk memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah
lahan pasca tambang dapat dilakukan dengan menambahkan input unsur hara melalui pupuk
serta pemanfaataan mikroorganisme. Berdasarkan penelitian Purwani et al. (2014) perlakuan
pemupukan berimbang mampu meningkatkan total populasi fungi dan bakteri, khususnya
Rhizobium sp., Azotobacter sp., serta bakteri pelarut fosfat. Jenis pembenah tanah yang
digunakan yaitu pupuk kandang. Pupuk hayati yang digunakan yaitu konsorsia
(Pesudomonas sp, Bacillus sp, Azospirillum sp, Streptomyces sp), penghasil hormon dan
bakteri). Kombinasi antara bahan pembenah tanah dengan pemupukan berimbang
menghasilkan populasi Rhizobium sp sebesar 4,13 x 105 CFU/gram serta menghasilkan
bakteri pelarut fosfat sebesar 8,38 x 105 CFU/gram, sedangkan kombinasi antara pembenah
tanah dengan pupuk hayati mampu menghasilkan populasi Azotobacter sp sebesar 2,13 x
106 CFU/gram.
b. Pemanfaatan Mikoriza Arbuskula
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan salah satu pengaplikasian bioteknologi
dalam upaya reklamasi lahan kritis. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) mampu berasosiasi
dengan tanaman sehingga dapat menyerap lebih banyak unsur hara P, K, Ca, Mg, Fe, Cu,
Na, S serta Mn. Selain itu FMA juga mampu mengurangi cekaman akibat suhu dan patogen
akar. Faktor lain yang mendukung pemanfaatan FMA sebagai agen reklamasi lahan pasca
tambang timah yaitu memiliki toleransi tinggi terhadap kekeringan sehingga secara tidak
langsung, mikoriza mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan.
Berdasarkan penelitian Rusli et al. (2016) diketahui bahwa penggunaan mikoriza arbuskula
sebanyak 100 gram per lubang tanam serta dikombinasikan dengan pupuk urea, TSP dan
KCl mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karet di lahan pasca tambang timah yaitu
tinggi tanaman meningkat sebesar 19,31%, diameter batang meningkat sebesar 12,21% serta
jumlah daun meningkat sebesar 20,89%.
c. Crop-Livestock System
Crop-livestock system merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
upaya reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang timah. Sistem ini dilakukan dengan
pendekatan usahatani yang mengintegarasikan ternak, tanaman pakan ternak serta komoditas
lainnya. Tanaman pakan yang ditanam adalah jenis rumput dan legum antara lain akasia,
gamal dan sengon. Adapun tanaman lain yaitu pisang, kelapa, jambu, papaya atau kacang
tanah. Sistem ini dikombinasikan dengan peternakan seperti sapi, kambing atau yang lainnya
sebagai sumber karbon (C) yang mampu menjadi sumber bahan organik di lahan pasca
tambang timah. Berdasarkan penelitian (Latief et al., 2019) integrasi pertanian dengan ternak
mampu mendukung upaya reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang timah,
meningkatkan inpu karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Adapun
tanaman pakan yang dikembangkan yaitu lamtoro, gamal, Indigofera, kaliandra dan sorgum.
Tanaman tersebut mampu menambah input N pada tanah serta sebagai puupuk organik.
d. Pemberian Pupuk Organik dan Mikroorganisme Lokal
Pemberian pupuk organik adalah salah satu upaya dalam reklamasi lahan pasca
tambang timah. Pemupukan dengan pupuk organik mampu meningkatkan kesuburan tanah,
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Selain itu mikroorganisme lokal juga
dapat digunakan untuk mendukung upaya reklamasi lahan pasca tambang. Pengaplikasian
mikroorganisme lokal mampu meningkatkan aktivitas biologi dalam tanah di lahan pasca
tambang timah. Berdasarkan penelitian Rukmini dan Anugrah (2017) diketahui bahwa
pemberian pupuk organik dan mikroorganisme lokal (MOL) dapat meningkatkan unsur hara
dalam tanah yaitu C-organik sebesar 2,9%, P-tersedia sebesar 1.334,24 ppm, K-tersedia
sebesar 111,8 ppm, KTK sebesar 51,9 me/100 gram, Kejenuhan Basa sebesar 89,69% serta
pH tanah sebesar 7,04.
3. Kesimpulan
Kegiatan penambangan timah di Indonesia telah memberikan berbagai dampak negatif
baik terhadap lingkungan, kesuburan tanah maupun terhadap kehidupan sosial ekonomi.
Proses pemulihan lahan pasca tambang timah secara alami berjalan sangat lambat sehingg
diperlukan adanya upaya reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang timah. Adapun
upaya yang dapat dilakukan dalam reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang timah di
Indonesia antara lain pemupukan dan pemberian bahan pembenah tanah, pemanfaatan fungi
mikoriza arbuskula (FMA), penerapan Crop-livestock System serta pemanfaatan
mikroorganisme lokal (MOL) yang diintegrasikan dengan pemberian pupuk organik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarhansyah., Hasan. 2019. Reklamasi Lahan Bekas Tambang Timah Berpotensi sebagai
Lahan Pertanian di Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Sumberdaya Lahan, 12(2), 73-
82.
Latief, M. F., Khaerani, P. I., Iskandar, H., Syamsu, J. A., & Akil, S. (2019). Tinjauan
Reklamasi Lahan Pasca Tambang Timah (Sn) Melalui Penanaman Tumbuhan Pakan.
Sumber Daya Peternakan, 4.
Purwani, J., Erfandi, D., & Juarsah, I. (2014). Pengaruh Pemupukan dan Pembenah Tanah
Terhadap Populasi Bakteri Pada Lahan Sawah Bekas Tambang Timah Yang Ditanami
Padi. Balai Penelitian Tanah.
Rukmini,. Anugrah. (2017). Reklamasi Lahan Pasca Tambang Timah Dengan Pupuk
Organik Dan Mikroorganisme Lokal. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 17(2).
Rusli, Y. F., Bariot, H., & Edi, W. (2016). Keefektifan Pembenah Tanah, Pemupukan, dan
Mikoriza Untuk Pertumbuhan Tanaman Karet di Lahan Bekas Tambang
Timah. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar, 3(3), 175-184.
Suryati, T. (2017). Studi fungi mikoriza arbuskula di lahan pasca tambang timah Kabupaten
Bangka Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(1), 45-53.

Anda mungkin juga menyukai