Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRATIKUM

REKLAMASI DAN BIOREMEDIASI TANAH

( TANAH B )

Dosen Pengampu :

Dr. Gusmini, SP.MP

Disusun Oleh :

Nama : Fauzia Putri El Zahra

No bp : 1910231039

Kelas : Tanah

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan akhir pratikum
Reklamasi dan Bioremediasi Tanah ini dalam bentuk dan isi yang masih sangat sederhana. Dan
terimakasih kepada Dosen Reklamasi dan Bioremediasi Tanah Dr. Gusmini, SP.MP yang telah
membimbing dan mengawasai praktikum ini dari awal sampai akhir dan terimakasih untuk
asisten kak Putri Junialisa dan kak Fauziah Lukman teman-teman yang terlibat dalam pembuatan
laporan praktikum ini Semoga laporan ini bermanfaat dan bisa dipergunakan sebagai salah satu
media pembelajaran hendaknya.

Laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk memperbaiki laporan ini agar
menjadi lebih baik kedepannya

Padang , 17 juni 2022

Fauzia Putri El Zahra


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam deposit mineral tambang yang melimpah,
seperti batu bara, nikel, emas, boksit, besi dsb. Penambangan telah menjadi kontributor
terbesar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Daerah
Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat memiliki cadangan tambang emas, yang mana sebagian
masyarakatnya melakukan kegiatan di bidang penambangan emas.

Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat merupakan kawasan yang memiliki potensi


sumberdaya tanah tidak hanya untuk produksi pertanian namun juga mengandung berbagai
sumberdaya mineral (bahan tambang) seperti batu bara, emas, biji besi, batu gamping/kapur,
dolomit, batu marmer, dan batu granit (Anderson, 2018). Industri pertambangan merupakan
salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain
mendatangkan devisa industri, petambangan juga menyediakan lapangan kerja serta sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi kabupaten/kota. Kegiatan pertambangan tersebut
meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, pengangkutan mineral/bahan
tambang. Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu wasting assets atau diusahakan ditambang,
maka bahan galian tersebut tidak akan “tumbuh” atau diperbarui kembali (unrenewable
resources).

Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
kandungan emas yang tinggi namun banyak yang berada pada kawasan budidaya khususnya
padi sawah masyarakat sekitar. Kegiatan penambangan emas di kawasan budidaya ini
mengakibatkan gangguan terhadap produksi tanah terutama budidaya pertanian. Aktivitas
penambangan emas tersebut dapat berdampak pada kondisi lingkungan baik secara fisik,
kimia, dan biologi. Secara fisik dapat dilihat dari terbukanya lahan yang cukup luas menjadi
lahan tandus berwujud padang pasir berisi tailing. Secara kimiawi menyebabkan pencemaran
air, tanah, dan vegetasi akibat dari penggunaan zat yang berbahaya seperti merkuri.Secara
biologi dapat dilihat dari hilangnya vegetasi dan asosiasi organisme. Hal lain yang menjadi
sorotan dari perusakan lahan akibat penambangan emas ini adalah adanya Penambang Emas
Tanpa Izin (PETI) yang selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang
karena keterbatasan pengetahuan penambang dan juga tidak adanya pengawasan dari dinas.
Kegiatan tambang emas di Indonesia, sebagai salah bentuk pemanfaatan sumberdaya,
berdampak terhadap kerusakan lingkungan, seperti hilangnya vegetasi hutan, flora dan fauna,
serta lapisan tanah. Upaya untuk memperbaiki lahan bekas galian tambang adalah dengan
melakukan reklamasi. Reklamasi tersebut dilakukan dengan cara menutup kembali bekas
galian tambang yang terbuka dengan tanah penutup (overburden) hasil galian dari lubang
tersebut.
Reklamasi lahan tambang adalah usaha memperbaiki kembali kondisi lahan agar diperoleh
kondisi yang stabil dan melakukan revegetasi pada lahan yang telah distabilisasi. Secara
teknis usaha reklamasi lahan bekas tambang dimulai dengan kegiatan regrading atau
resloping dari lubang-lubang bekas

tambang dan deposit limbah. Hal ini dilakukan agar diperoleh suatu bentuk wilayah dengan
kemiringan lereng yang stabil. Khusus untuk reklamasi lahan bekas penambangan emas
dilakukan pembuatan saluran-saluran drainase dan penutupan lubang tambang dengan
material yang dikupas saat ekskavasi awal baru memenuhi persyaratan stabilitas lereng dari
segi geologi, namun belum memenuhi persyaratan sebagai media pertumbuhan tanaman.
Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan emas menyebabkan rusaknya struktur,
tekstur dan porositas sebagai karakteristik tanah yang penting bagi tanaman serta rusaknya
ekosistem tanah. Hilangnya lapisan top soil dan serasah sebagai sumber karbon untuk
menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama buruknya kondisi
populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi kehidupan
tanaman yang tumbuh dipermukaan tanah tersebut. Keberadaan mikroba tanah potensial
dapat memainkan peranan sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup
tanaman. Aktivitasnya tidak saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam
dekomposisi serasah dan memperbaiki struktur tanah (Soewandita, 2010). Salah satu serasah
yang berpotensi untuk digunakan adalah serasah karet.
Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Amelioran merupakan bahan
yang dapat memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah sehingga meningkatkan kesuburan
tanah. Kriteria amelioran yang baik diantaranya memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi,
mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, memiliki kandungan unsur hara yang
lengkap, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mampu mengusir senyawa beracun
terutama asam-asam organik.Pemberian bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah
mineral, zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun
tikus (Eleocharis dulcis) dapat meningkatkan pH tanah dan basa-basa tanah. Pemberian
amelioran terhadap tanaman dapat mengurangi kebutuhan tanaman terhadap pupuk yang
mengandung unsur hara yang dibutuhkan, seperti kebutuhan tanaman terhadap unsur N. Hal
ini disebabkan amelioran mengandung bahan organik yang tinggi yang dapat merombak
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada lahan pasca penambangan dengan kontaminasi
logam berat umumnya dilakukan pemberian bahan organik yang tinggi, akan tetapi hal ini
memerlukan bahan organik yang sangat banyak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk kandang ayam


Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak,
seperti sapi, kuda, kambing, ayam, dan domba yang mempunyai fungsi, antara lain
menambah unsur hara tanaman, menambah kandungan humus dan bahan organik tanah,
memperbaiki struktur tanah serta memperbaiki jasad renik tanah (Sutedjo, 2010). Pupuk
kandang terdiri atas campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman).
Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk anorganik, yaitu
dapat memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara, menambah kandungan humus dan
bahan organik, memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah (Samadi dan
Cahyono, 2005).

Kotoran ayam memiliki keunggulan karena mempunyai kandungan unsur


hara dan bahan organik yang lebih tinggi. Kotoran ayam dibandingkan dengan pupuk
kandang yang lain, mempunyai kandungan unsur hara yang lebih tinggi terutama unsur N, P
dan bahan organik (Gunawan, 1998 dalam Firdaus, 2011). Disamping itu, ketersediaan
kotoran ayam yang sangat banyak dikarenakan pesatnya perkembangan peternakan di sektor
perunggasan, terutama ayam pedaging dan ayam petelur, karena itu kotoran ayam sangat
cocok untuk diolah menjadi pupuk kompos organik.

Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam
pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran
sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan
kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik
yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam
mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.
Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta (feses) per hari sebesar 6,6% dari
bobot hidup (Taiganides, 2000 dalam Langi,2017).
Menurut Subroto (2009), bahwa pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur
tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman jagung
manis. Itulah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar
tanaman yang tumbuh di tanah itu dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada
bahwa banyak masyarakat yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat
baik jika diberikan pada tanaman jagung manis namun harus menggunakan dosis dan tata
cara tertentu

pemberian kotoran ayam dapat memberikan pengaruh untuk memperbaiki aerasi tanah,
meningkatkan kemampuan tanah menyimpan unsur hara, meningkatkan kapasitas untuk
menahan air, meningkatkan daya ketahanan tanah, sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003 dalam Marlina dkk, 2015).
Selain itu menurut Anas dkk, (2013) pemberian pupuk kandang ayam juga diyakini
memperbaiki sifat fisik tanah dan dapat meningkatkan siklus hara seperti mengerahkan efek
enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman.

2.2 Biochar sekam padi


Teknologi penambahan input biochar dalam
perlakuan tanaman tidak menambah jenuhnya kondisi tanah, namun sebaliknya, tanah akan
mengalami pembenahan, karena aplikasi biochar akan dikombinasikan dengan pupuk organik
yang ramah lingkungan. Biochar sendiri terdiri dari biomassa yang berasal dari lingkungan.
Pemakaian biochar terbukti telah meningkatkan produksi tanaman padi sebesar 1,3 ton/ha
untuk studi kasus di lahan pertanian Kampung Rawasari, Distrik Malind, Kabupaten
Merauke (Widiastuti 2014).

Pemakaian biochar di lahan pertanian dapat meningkatkan simpanan karbon dalam tanah,
karena biomassa yang dibakar mengandung karbon tinggi. Menurut Santi dan Goenadi
(2010), beberapa negara telah mene- tapkan suatu kebijakan untuk mengembangkan biochar
dalam skala industri guna meningkatkan simpanan karbon di dalam tanah. Jika dikaitkan
dengan kepedulian terhadap pemanasan global yang disebabkan oleh emisi CO2 dan sumber
gas rumah kaca lainnya, maka pemanfaatan biochar sebagai bahan amelioran tanah memiliki
pros- pek yang cukup baik. Dengan kata lain, teknologi pemanfaatan (pengolahan) biochar
merupakan salah satu solusi cepat untuk mengurangi pengaruh pemanasan global yang
berasal dari lahan pertanian dan juga merupakan salah satu alternatif untuk mengelola limbah
pertanian dan kehutanan.

Pemanfaatan limbah pertanian yang berupa sekam padi merupakan salah satu solusi
meningkatkan produksi padi per satuan luas. Sekam padi dapat diubah menjadi arang aktif
(biochar) yang dapat membantu dalam budidaya tanaman padi. Biochar merupakan bentuk
karbon aktif yang dihasilkan dari proses pembakaran (pirolisis) biomassa organik tanpa
ketersediaan oksigen.

Pemanfaatan sekam padi menjadi biochar menjadi salah satu inovasi yang dapat
diaplikasikan pada petani untuk mengatasi permasalahan di bidang pertanian, seperti
mengurangi tingkat keasamaan tanah, meningkatkan produktivitas tanaman pangan, dan
simpanan cadangan karbon untuk mengatasi masalah lingkungan global (Widiastuti dan
Lantang. 2017). Pemanfaatan biochar sebagai pembenah tanah pada musim tanam pertama
telah menghasilkan sifat fisika tanah yang baik untuk musim tanam kedua yang secara
langsung memberikan hasil yang positif bagi pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.
Pemberian dosis biochar 10 ton ha-1 dapat meningkatkan hasil padi sawah berupa gabah
sebesar 13,5% dibandingkan kontrol yaitu 5,11 ton ha-1 menjadi 5,80 ton ha-1 (Waty et al.,
2014).

Kombinasi dosis kompos jerami (60%) dan biochar (40%) mampu menyebabkan perbedaan
tanggapan yang nyata dan tercapainya hasil tertinggi pada tanggapan kandungan C-organik
tanah, jumlah populasi bakteri pelarut fospat (BPF), ketersediaan P, dan berat kering gabah.
Interaksi 2 ton ha-1 kompos jerami-biochar dengan pupuk NPK mampu menurunkan
pemakaian pupuk hingga 40% dari rekomendasi (300 kg ha-1 urea; 100 kg ha-1 SP-36; 100
kg ha-1 KCl) pada hasil berat kering gabah tertinggi (Noviani et al., 2018).

2.3 Pupuk kandang sapi


Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran-kotoran ternak, urine, serta
sisa-sisa makanan ternak tersebut. Pupuk kandang ada yang berupa cair dan ada pula yang
berupa padat, tiap jenis pupuk kandang memiliki kelebihan masing-masingnya. Setiap hewan
akan menghasilkan kotoran dalam jumlah dan komposisi yang beragam. Kandungan hara
pada pupuk kandang dapat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur ternak, bentuk fisik ternak,
pakan dan air (Pranata, 2010).

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi yang baik
untuk memperbaiki kesuburan, sifat fisika, kimia dan biologi tanah, meningkatkan unsur hara
makro dan mikro, meningkatkan daya pegang air dan meningkatkan kapasitas tukar kation
(Hadisumitro, 2002).

Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk
kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih baik. Tanah yang baik/sehat, kelarutan unsur- unsur anorganik akan
meningkat, serta ketersediaan asam amino, zat gula, vitamin dan zat-zat bioaktif hasil dari
aktivitas mikroorganisme efektif dalam tanah akan bertambah, sehingga pertumbuhan
tanaman semakin optimum.

Keunggulan lain kompos terletak pada kandungan bahan organiknya, termasuk asam humat
dan asam fulfat, yang bermanfaat untuk memacu pertumbuhan tanaman. Dalam jangka
pendek penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan aktivitas
biologis tanah dengan menyuplai sebagian kebutuhan tanaman akan unsur hara. Dalam
jangka panjang aplikasi kompos dapat mengembalikan kesuburan dan produktivitas tanah
(Isroi & Yuliarti, 2000).

Diantara pupuk kandang, pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti
selulosa. Kotoran sapi merupakan pupuk dingin dimana perubahan-perubahan dalam
menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung perlahan-lahan, pada perubahan-
perubahan itu kurang sekali terbentuk panas, tapi keuntungannya unsur-unsur hara tidak
cepat hilang. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat
nutrien yang ditangkap bakteri dalam tanah (Lingga, 2006).

2.4 Kompos tetadi


Aplikasi arang (biochar/terra preta) pada lahan bukan merupakan konsep
baru (Mann, 2005), sebagai contoh bumi gelap antropogenikdi Lembah Amazon
mengandung jumlah besar bahan arang-residu dari hasil pembakaran biomassa (Sombroek,
2003).Pemanfaatan arang secara sengaja pada lahan di Lembah Amazon kemungkinan besar
telah menjadi kebiasaan para petani Suku Amerindian pra Columbus sebelum kehadiran
orang-orang Eropa.

Biochar merupakan substansi arang kayu yang berpori (porous), atau sering disebut charcoal
atau agrichar. Karena bahan dasarnya berasal dari makhluk hidup, biochar disebut juga arang
aktif. Dalam proses produksi biochar dapat digunakan limbah pertanian atau kehutanan,
termasuk potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi
atau kulit biji kacang-kacangan, kulit kayu, sisa usaha perkayuan, dan bahan organik daur
ulang lainnya (Anischan, 2009). Biochar pertama kali dibuat dengan metode pirolisis lambat
dimana bahan baku berupa biomassa yang terbakar dalam keadaan oksigen terbatas dengan
laju pemanasan dan suhu puncak yang relatif rendah (S, Lopez, Krull, & Bol, 2009).

Proses aktivasi biochar sangat berpengaruh pada hasil akhir biochar yang didapat. Proses
aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap biochar yang bertujuan untuk memperbesar pori
dengan cara memecah ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekulmolekul permukaan
sehingga biochar akan mengalami perubahan sifat baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah luas dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring M. T.,
2003)
Kualitas biochar sangat ditentukan oleh sumber asal bahan baku. Sehubungan dengan
kandungan logam berat dalam biochar telah pula diteliti di Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Bioindustri Indonesia (Santi 2015, unpublished).
Namun demikian, biochar yang dibuat dari potongan kayu memiliki gugus aromatik yang
lebih banyak sehingga lebih stabil dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam hal proses
secara fisika, biochar yang dihasilkan pada temperatur 700o C akan mempunyai kapasitas
jerapan yang lebih besar dan mikro-porositas yang lebih tinggi daripada biochar yang
dihasilkan pada temperatur 400o C. Untuk tujuan seperti itulah International Biochar
Initiative (IBI), sebuah organisasi nir-laba yang berpusat di Westerville, Ohio, AS, mencoba
secara rutin melakukan perbaikan terhadap skema standar mutu biochar. Standar mutu yang
dikembangkan ini dari tahun ke tahun dievaluasi oleh sebuah komisi penasehat yang
beranggotakan para peneliti biochar dari berbagai negara, termasuk Indonesia
BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum reklamasi dan bioremediasi tanah dilaksanakan pada tanggal 23 Maret – 3 Juni
2022. Bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu polibag dengan ukuran 1 kg, plastik dan
cangkul sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum yaitu tanah bekas tambang emas
yang diambil di daerah Sijunjung, tanah bekas tambang batu bara yqang diambil di daerah
Sawahlunto, tanaman bunga marigold, pupuk kndang sapi, pupuk kandang ayam, biochar sekam
padi, kompos tetadi, dan kompos biokanat.
C. Cara Kerja
Pelaksanaan percobaan praktikum ini menggunakan polibag yang diisi tanah 1 kg berat
kering mutlak (BKM). Selanjutnya untuk masing-masing perlakuan diberikan sebanyak 50 g
ditambahkan ke dalam masing-masing polibag sesuai dengan perlakuan, lalu diaduk. Setelah itu
ditambahkan air supaya tanah menjadi kapasitas lapang. Inkubasi dilakukan selama ± 15 hari
dengan tujuan supaya terjadi reaksi bahan organik (pupuk organik pupuk kandang sapi, pupuk
kandang ayam, biochar sekam padi, kompos tetadi, dan kompos biokanat). Selain itu, inkubasi
juga berpengaruh terhadap perkembangan dan metabolisme mikroorganisme dalam proses
penguraian bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik yang dapat diserap oleh tanaman
(Siregar dan Supriadi, 2017). Setelah dilakukan inkubasi, selanjutnya sampel tanah diambil pada
setiap pot percobaan dengan jumlah yang dibutuhkan dengan kondisi yang sama setiap
pengambilan sampel serta memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan
sampel. Setelah itu, sampel tanah dikering anginkan untuk dilakukan analisis sifat kimia tanah.
BAB IV HASIL PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang dan biochar mampu meningkatkan
kesuburan tanah tailing sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman remediator.
Perbaikan kesuburan tanah ini terjadi karena perbaikan pH tanah sehingga ikut memicu
pelepasan hara dari bahan amandemen yang diberikan. Handayato dan Hairiah (2007),
mengemukakan bahwa fungsi bahan organic tanah yang penting adalah menyediakan unsur
hara, penyedia energi bagi aktifitas mikroorganisme dan fauna tanah sehingga memperbaiki
agregasi serta meningkatkan kapasitas penyangga tanah yang berkaitan dengan efiseinsi
penggunaan hara.
Dari kedua bahan amandemen yang diberikan terlihat pengguanaan kotoran sapi dapat
memberikan peningkatan pada c-organik sebesar 3.76 dan 3.63%. Penggunaan biochar
mampu meningkatkan P dan K , masing masing 89.45 dan 135.4 mge/kgg untuk P ,
sedangkan K sebesar 4,38 dan 5,67 meq/100g. Hal lain terlihat pada N-total tidak berbeda
nyata dengan pemberian kotoran sapi tetapi biochar cendrung lebih tinggi dari kotoran sapi.
Namun demikan terlihat dari hasil analisi tailing awal dan 30 hari stelah inkubasi terlihat
perbedaan angka yang cukup jauh. Hasil diatas menunjukan bahwa perbaikan hara yang
cukup signifikan sehingga mampu menopang pertumbuhan tanaman . perbaikan pH tanah
merupakan factor yang sangat penting bagi peningkatan pertumbuhan tanaman.Berkaitan
dengan penggunaan bahan amandemen dalam perbaikan ph tanah , memungkinkan terjadinya
peningkatan aktifitas biologi tanah sehingga dekomposisi bahan organic tanah meningkat
sehingga mempengaruhi peningkatan unsur N , P dan K ( masulili et al ,. 2010)
Tetadi adalah kombinasi dari biochar sekam padi, limbah organik, dan pupuk kandang yang
sudah dikomposkan. Sumber biochar yang digunakan dari hasil proses pembakaran dengan
suplai energi terbatas (pirolisis) dari arang sekam padi. Limbah organik yang digunakan
berasal dari sisa pembuangan sampah sayuran dari limbah rumah tangga serta pupuk kandang
dari kotoran sapi peternakan.
Penambahan biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation tanah, fosfor dan kalium.
Kompos memperbaiki struktur tanah dan menyediakan materi organik bagi tanaman.
Sifat biochar lebih dikenal sebagai bahan amelioran atau bahan pembenah tanah dan bukan
sebagai pupuk, maka perlu dikombinasikan biochar dengan pupuk kandang. Sebagaimana
diketahui pupuk kandang mempunyai pengaruh baik terhadap sifat fisik, kimia, dan jasad-
jasad renik serta dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Dengan demikian pemakaian
pupuk kandang juga berarti mengembalikan lagi hara yang diserap tanaman ke dalam tanah
(Hakim, 1986). Biochar memiliki sifat rekalsintran, lebih tahan terhadap oksidasi, dan lebih
stabil dalam tanah, sehingga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap perbaikan kualitas
kesuburan tanah (Latuponu et al 2012; Stainer et al 2007).
Efektivitas pembenah tanah berbahan dasar bahan organik dan biochar telah diteliti dapat
meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas lahan kering masam yang didominasi
fraksi liat, bereaksi masam, dan terdegradasi berat (Dariah et al 2007).

Bahan biochar yang dipilih untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah terdegradasi akibat
penambangan timah adalah kayu bakau, sekam padi, dan tempurung kelapa. Biochar yang
diaplikasikan di dalam tanah menjadi habitat mikroba tanah dan menambah ketersediaan air
dan hara bagi tanaman dalam waktu panjang. Penggunaan biochar sekam padi dinilai dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah karena memiliki pori-pori makro dan mikro yang
seimbang sehingga sirkulasi udara dan daya serap airnya tinggi (Kusuma et al 2013; Agustin
et al 2014). Biochar sekam padi merupakan media tanam yang baik karena memiliki
kandungan unsur hara N 0,49%, P2Os 007%, K20 008%, C organik 7,50%, KTK88,08
cmol/kg dan kadar air sebesar 7,40 % (Nurbaity et al 201 1). Pemberian Biochar Sekam Padi
dan Pupuk Kotoran Ayam masih belum mampu memberikan hasil yang maksimal hal ini
biasanya disebabkan olch proses penyerapan hara oleh tanaman terhadap Biochar Sekam
Padi dan Pupuk Kotoran Ayam mempunyai waktu relative lebih lama dalam proses
penguraian, sehingga penyerapannya belum cukup maksimal, kemudian faktor-faktor
eksteral lainnya (cuaca, suhu, kondisi lingkungan
Keberhasilan fitoremediasi suatu tanaman tergantung pada kemampuannya dalam
mengkonsentrasikan logam berat di bagian yang ada di atas tanah tanpa menunjukkan tanda-
tanda keracunan. Oleh karena itu, tanaman harus memiliki serapan efektif dan translokasi
logam dari tanah-ke- akar-ke-tunas.

Toleransi ini berkaitan dengan antioksidan yang terbentuk secara alami dalam tanaman yang
berperan untuk menahan stress karena adanya logam. Studi ini menunjukkan bahwa tanaman
Tagetes erecta mempunyai mekanisme pertahanan terhadap tekanan logam berat sehingga
dapat digunakan sebagai fitoremediator. Studi mengenai fitoekstraksi logam Pb dan Cd oleh
tanaman Tagetes erecta dilakukan oleh Bosiacki (2009)
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Biochar yang diaplikasikan di dalam tanah menjadi habitat mikroba tanah dan menambah
ketersediaan air dan hara bagi tanaman dalam waktu panjang. Penggunaan biochar sekam padi
dinilai dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah karena memiliki pori-pori makro dan mikro
yang seimbang sehingga sirkulasi udara dan daya serap airnya tinggi (K

Penggunaan bahan amandemen berupa pupuk kandang dan biochar mampu memperbaiki pH
tanah dan meningkatkan N P K dan KTK . Tanaman fasting grow yaitu Marie Gold yang
ditanam pada tailing tambag emas yang diberi perlakuan pupuk kandang dan biochar mampu
menyerap Hg. menunjukkan bahwa tanaman Tagetes erecta mempunyai mekanisme pertahanan
terhadap tekanan logam berat sehingga dapat digunakan sebagai fitoremediator.

5.2 Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian amelioran tetadi yang
ditanam tanaman Marie gold terhadap reklamasi tanah bekas tambang emas ini agar kita dapat
mengurangi limbah dan zat zat beracun yang akan merusak lingkungan dan ekosistem.
LAMPIRAN

Tanah bekas tambang emas sebanyak 500g

Biochar( kompos tetadi) dicampurkan kedalam tanah


bekas tambang emas

Tanaman Marie gold yang di tanam di tanah bekas


tambang emas

Perkembangan pertumbuhan tanaman Marie gold

Anda mungkin juga menyukai