Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

PERANGKAT UJI TANAH DAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Nama : Mey Nindy Zulkifli


Nim : G011171007
Kelas :B
Kelompok : 1(5)
Asisten : Imam Gazali

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Negara agraris, Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tanaman
yang tumbuh didalamnya baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun
kebutuhan sandang dan papan. Salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan
adalah tanaman jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun bahan
industri. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia
dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup
memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan
pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini
didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan
semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan
dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam
organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas
membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun
tingkat produksi belum optimal. Untuk itu diperlukan adanya budidaya tanaman
jagung yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat danusaha-usaha
untuk meningkatkan produksi jagung. Tanaman jagung relatif membutuhkan hara
untuk dapat tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu
faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Dalam pertumbuhannya jagung
memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup
sehingga pertumbuhannya optimal sekaligus hasilnya optimal pula. Lahan
pertanian kita pada umumnya tidak mengandung unsur hara yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman , sehingga perlu adanya penambahan pupuk baik pupuk
buatan maupun pupuk organik. Selama ini pemberian pupuk hanya ditekankan pada
pupuk urea , TSP dan Kcl sementara pupuk organik sangat jarang di tambahkan
kedalam tanah.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan pupuk pada tanaman
tersebut agar tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik dan saat melakukan
pemupukan tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pupuk pada tanaman,
sehingga tanaman tidak mendapatkan terlalu sedikit atau terlalu banyak zat
makanan. Dalam melakukan pengukuran unsur hara dalam pemupukan dapat
digunakan perangkat uji tanah sawah yang berfungsi untuk mengukur kadar P dan
K serta pH tanah secara langsung di lapangan yang hasil pengujiannya dapat
menjadi dasar rekomendasi dalam pemupukan.
Berdasarkan uraian diatas maka perlunya melaksanakan praktikum ini agar
dapat mengetahui pentingnya melakukan budidaya tanaman jagung

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilakukannya praktikum Perangkat Lunak Uji Tanah Sawah adalah untuk
mengetahui kadar hara P dan K serta pH pada suatu tanah. Tujuan dilakukannya
praktikum budidaya tanaman jagung adalah pengaruh pemberian pupuk kimia
(Urea, SP-36, dan KCL) dan pupuk organik (kompos) dengan berbagai perlakuan
serta membandingkan dengan penambahan pupuk atau kontrol.
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
peranan unsur hara dalam tanah, dapat membedakan pengaruh pupuk kimia dan
pupuk organik bagi tanaman dan mengetahui dosis yang cocok untuk tanaman
jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Tanah
Menurut Yani et al, (2007) secara garis besar tanah di Indonesia di golongkan
atas tanah organik, tanah tanpa diferensiasi horizon, tanah merah, andosol,
grumusol, hidrosol, tanah gram, dan podsol. Adapun penjelasannya sebagai berikut
:
1. Tanah Organik
Tanah organik atau tanah organosol secara umum dinamakan tanah gambut.
Jenis tanah ini mengandung banyak bahan organic sehingga tidak mengalami
perkembangan profil ke arah terbentuknya horizon-horizon yang berbeda,
berwarna cokelat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam.
Bahan organik berasal dari sisa-sisa sisa vegetasi yang telah mengalami
humanifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi.
2. Tanah Tanpa Diferensiasi Horizon
Jenis tanah ini belum mengalami diferensiasi profil membentuk horizon
sehingga masih dianggap lapisan tanah saja. Jenis tanah ini antara lain litosol,
tanah alluvial, dan regosol.
3. Tanah Merah
Tanah ini meliputi sebagian besar lahan di Indonesia mulai dari tepian pantai
yang landai, berombak sampai pegunungan tinggi. Terbentuk dari batuan beku,
sedimen dan malihan dengan iklim agak kering sampai basah. Jenis tanah merah
di Indonesia antara lain latosol, tanah mediteran, tanah laterit dan tanah podzolik
merah kuning.
4. Tanah Andosol
Adalah tanah yang berwarna hitam kelam, mengandung bahan organik dan
lempung tipe amorf. Tanah ini tersebar di daerah vulkanik sekitar samudera
pasifik.
5. Tanah Grumusol (Vertisol)
Tanah ini memiliki tekstur lempung, tanpa horizon eluvial dan iluvial. Struktur
lapisan atas granuler dan lapisan bawah seperti bunga kubis, mengandung kapur,
mengalami kembang kerut dan bahan induk berkapur.
6. Tanah Hidrosol
Tanah ini memperlihatkan glei dengan porositas dan drainase yang buruk
sehingga mengurangi manfaatnya bagi pertanian.

2.2 Pupuk dan Pemupukan


2.2.1 Jenis dan Sifat Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam
melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara
mikro). Pupuk dapat diberikan lewat tanah, daun, atau diinjeksi ke batang tanaman.
Jenis pupuk adalah bentuk padat maupun cair (Purwanto dkk, 2014).
Menurut Roidah (2013), terdapat berbagai macam jenis pupuk yang dapat
diaplikasikan pada tanaman, yaitu sebagai berikut :
1. Pupuk Organik
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan
melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai lain
yaitu dapat memperbaiki sifat –sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah,
porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation kation tanah.
Pupuk organik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Pupuk Kandang : Secara umum setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N,
3 kg PO5 dan 5 kg K2O serta unsur –unsur hara esensial lain dalam jumlah yang
relatif kecil.
b. Pupuk Hijau: Pupuk hijau diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai
penambah N dan unsur–unsur lain atau sisa–sisa tanaman yang dikembalikan
ke tanah. Pupuk hijau tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk
kandang, apabila jumlah pupuk kandang sedikit sedangkan tanah sangat
memerlukan pupuk organik.
c. Kompos : Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat
yang terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan
menyiram air bila terlalu kering. Untuk mempercepat perombakan dapat
ditambah kapur, sehingga terbentuk kompos dengan C/N rasio rendah yang siap
untuk digunakan.
2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat di dalam pabrik, bahan yang
digunakan adalah bahan anorganik dan dibentuk dengan proses kimia. Pupuk
anorganik memiliki kandungan unsur hara yang tinggi tetapi tidak didapatkan
di alam. Hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan
merupakan hasil dari industri atau pabrik pembuat pupuk (Prihmantoro, 2007).
Menurut Prihmantoro (2007), pupuk anorganik dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Pupuk Tunggal
Pupuk anorganik dikatakan pupuk tunggal jika dalam pupuk tersebut hanya
mengandung satu unsur hara terpakai. Contoh pupuk tunggal adalah pupuk
urea, dan ZA yang hanya mengandung unsur nitrogen, pupuk TSP dan SP-36
yang hanya mengandung posfor serta pupuk KCL dan ZK yang hanya
mengandung kalium.
b. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara.
Umumnya unsur hara yang di kandungnya hanya unsur hara makro atau mikro
saja. Pupuk majemuk hanya mengandung dua unsur hara atau lebih. Contoh
pupuk NPK rustika yellow, NPK mutiara, NPK pokon-7 dan pupuk metalik.
c. Pupuk Lengkap
Bila dalam satu pupuk mengandung unsur hara makro dan mikro maka pupuk
tersebut lebih tepat dikatakan sebagai pupuk. Meskipun kandungan unsur hara
pada pupuk lengkap umumnya lebih sedikit dengan unsur yang sama pada
pupuk majemuk, tapi karena kelengkapannya pupuk ini merupakan pupuk yang
terbaik. Contoh pupuk lengkap adalah Bayfolan, Complesal, Wuxal, Gandasil,
Hyponex, Surplus dan Vitabloom.

Menurut Simamora et al (2006), beberapa sifat pupuk yang menyebabkan


pupuk sangat penting di antaranya sebagai berikut :
1. Memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerase dan drainase
lebih baik, meningkatkan peningkatan antar partikel serta meningkatkan
kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan longsor.
2. Memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu mempercepat perbanyakan fungi,
bakteri, mikroflora, dan mikrofauna tanah lainnya.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan
membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.

2.2.2 Aplikasi Pemupukan


Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang
berperan penting terhadap produktivitas tanaman. Akibat pemupukan yang tidak
tepat, lahan akan mengalami kemunduran, khususnya dalam hal kualitas lahan.
Kemunduran kualitas lahan tersebut antara lain terjadi karena berkurangnya hara
dalam tanah ynag disebabkan oleh kegiatan panen, pencucian, denitrifikasi dan ersi
yang terjadi pada daerah perakaran tanaman. Kerusakan sifat fisik dan biologis
tanah antara lain berupa rusaknya agregat tanah, berkurangnya ke mant apan
struktur, berkurangnya kadar bahan anorganik, serta berkurangnya jumlah dan
aktivitas organis me ya ng hidup dalam tanah. Upaya peningkatan kesuburan tanah
dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk pada tanah (Azri, 2015).
Menurut Roberts (2017), Prinsip pemupukan berimbang adalah pemupukan
dengan empat tepat, yaitu :
1. Tepat Dosis yaitu sesuai dengan status hara tanah, kebutuhan tanaman, dan
target hasil.
2. Tepat Waktu, yaitu Hara tersedia saat tanaman memerlukan dalam jumlah
banyak.
3. Tepat Cara, yaitu Penempatan pupuk di lokasi dimana tanaman secara efektif
mengakses hara.
4. Tepat Jenis/Bentuk , yaitu Formula pupuk sesuai dengan kondisi tanah dan
kebutuhan tanaman.
Keseimbangan hara merupakan keseimbangan antara hara yang ditambah dan
hara yang diambil tanaman pada suatu status hara. Jika hara yang ditambah lebih
kecil daripada hara yang diambil tanaman maka akan terjadi minim hara tanah,
namun jika hara yang ditambah lebih besar dari hara yang diambil tanaman maka
akan terjadi pengkayaan hara tanah, kemudian jika hara yang ditambah setara hara
yang diambil tanaman maka yang demikian itu dinamakan dengan pelestarian
kesuburan hara tanah (Roberts, 2017).
Setiap penambahan dosis 1 kg urea per ha akan meningkatkan hasil jagung
per hektar sebesar 0,005 kg untuk aplikasi urea sebanyak 3 kali ( 1 MST, 3 MST
dan awal berbunga) dan 4 kali (1 MST, 3 MST, 4 MST, dan awal berbunga) dan
pada dosis 400 kg urea ha-1 yaitu 10,93 t ha-1 dan 10,98 t ha-1. Pada dosis 100 kg
urea ha-1 dengan aplikasi sebanyak 2 kali (1 MST dan awal berbunga) memberikan
hasil jagung sebesar 10,65 kg. Pemberian pupuk Nitrogen dengan pemberian dua
kali sudah memberikan hasil lebih tinggi dengan takaran 100 kg urea ha-1.
Pemberian hara N yang sesuai kebutuhan tanaman baik jumlah dan waktu
pemupukan yang dilakukan (Saragih et al, 2013).

2.3 Tanaman Jagung


Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan, dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia,
jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara
maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses
kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat, dengan semakin
berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan
konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada semakin
meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia (Saragih et al, 2013).
Menurut Purwono et al (2005), tanaman jagung termasuk dalam keluarga
rumput rumputan, yang secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil) Biji jagung dikenal sebagai kernel dimana terdiri dari
tiga bagian utama yaitu dinding sel, endosperm dan embrio, daun terbentuk dari
pelepah daun dan menutupi hampir semua batang jagung, batang beruas-nruas
dengan jumlah 10-40 ruas. Jagung memiliki sistem yang terdiri atas akar-akar
seminal, koronal dan akar udara. Bunga Terdiri dari bunga jantan dan betina,
dengan letak terpisah. Bunga jantan terletak pada malai bunga (di ujung tanaman)
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung (Purwono et al, 2005).
Hasil tanaman jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya dosis
pupuk fosfat yang diberikan ke dalam tanah. Dosis anjuran untuk tanaman jagung
adalah urea sebanyak 300 kg/ha, SP-36 sebanyak 150 kg/ha, dan KCl sebanyak 100
kg/ha. Untuk mencapai hasil tanaman jagung yang tinggi maka diperlukan dosis
pemupukan fosfat yang juga tinggi, namun residu yang ditinggalkan oleh pupuk
dapat mencemari lingkungan. Penambahan unsur P dalam bentuk pupuk mudah
larut juga tidak mengatasi masalah kurangnya P tersedia di tanah Ultisols karena
penambahan tersebut dihadapkan pada masalah adsorpsi, fiksasi dan imobilisasi.
Hanya sebagian dari unsur P yang diadsorpsi oleh mineral sehingga dapat tersedia
kembali bagi tanaman (Wahyudin et al, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Azri. 2015. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Buah Tanaman


Kakao. Jurnal Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 222-227.
Prihmantoro.,Heru. 2007. Memupuk Tanaman Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.
Purwanto, I., Eti., Edi. 2014.Menghitung Takaran Pupuk Untuk Percobaan
Ksuburan Tanah. Jurnal Balitbangtan.
Purwono., Rudi. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Bogor : Swadaya.
Roberts, 2017. Pedoman Peningkatan Hara Tanaman. Jakarta : IPNI.
Roidah. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.1 tahun 2013
Saragih., Herawati., Niar. 2013. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Urea
Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mays, L.)
Pioneer 27. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 1, No. 1: 50 – 54.
Simamora., Salundik., Sri. 2006. Biogas : Pengganti Bahan Bakar Minyak. Jakarta
: Agro Media Pustaka.
Wahyudin., Fitriatin., Wicaksono. 2017. Respons Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Akibat Pemberian Pupuk Fosfat Dan Waktu Aplikasi Pupuk Hayati
Mikroba Pelarut Fosfat Pada Ultisols Jatinangor. Jurnal Kultivasi Vol.
16(1) .
Yani., Mamat. 2007. Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer. Jakarta :
Grafindo.
V. HAMBATAN PRAKTIKUM DAN MANAJEMEN
Hambatan yang terjadi saat dilahan yaitu tanaman diganggu oleh
hewan-hewan, seperti kambing dan sapi yang lepas ataupun tidak di ikat
saat dilahan. Belum lagi kekurangannya air didekat lahan ataupun
exfarm sehingga menyulitkan praktikan untuk menyiram tanaman
jagung dan mmbuat jagung tersebut sulit untuk tumbuh. Saat dilahan
juga terjadi kesalahan dimana, pintu ataupun pembatas disekitar lahan
rubuh atau rusak.
Sebaiknya saat melakukan penanaman jagung, keadaan lahan
harus diperhatikan sebaik mungkin, ketersediaan air juga lebih
diperhatikan agar tanaman tersebut lebih mudah untuk tumbuh tanpa
kekurangan air sedikitpun. Pagar ataupun pembatas lahan juga harus
dijaga agar tidak masuk hewan-hewan yang tidak diinginkan seperti
halnya masuk sapi ataupun kambing yanga menjadi hama terbesar saat
dilahan.

Anda mungkin juga menyukai