Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN DAN KESEHATAN TANAH

OLEH :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas penting bagi bangsa Indonesia karena
merupakan komoditas utama penghasil karbohidrat setelah beras. Selain itu,
jagung juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir peningkatan kebutuhan jagung tidak sejalan
dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor
jagung yang makin besar. Biji jagung kaya akan karbohidrat, sebagian besar
karbohidrat tersebut berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji (Irmayani, 2011).
Jagung dinilai memiliki responsifitas yang tinggi terhadap beberapa jenis
unsur hara karena aktivitas fotosintesisnya yang melalui jalur C4, jalur C4
memerlukan unsur hara yang lebih tinggi untuk mengimbangi aktivitas fisiologis
dan metabolismenya yang tinggi. Jagung membutuhkan unsur hara nitrogen,
posfor dan kalium dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding tanaman C3.
Kekhasan jalur C4 dalam menggunakan nutrisi menjadikan jagung sangat
direkomendasikan dalam pendugaan kesuburan tanah secara biologis.Tanaman
jagung sangat membutuhkan N-total kurang dari 0,4%, dan tanaman akan
merespon terhadap pupuk apabila kadar P-tersedia dalam tanah kurang dari
87,32 mg.kg-1 serta pada tanah dengan kadar K-dd kurang dari 0,43cmol.kg-1
tanah (Sutoro et al., 1998).
Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor vital yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Saat ini petani belum
memiliki pedoman khusus untuk mengetahui apakah suatu tanah masih subur
atau tidak. Pendugaan kesuburan kimiawi tanah salah satunya dapat
menggunakan metode biologis. Tanaman dapat digunakan sebagai metode
biologis, selain tanaman mikroba juga dapat digunakan untuk menandai
keberadaan maupun ketiadaan suatu unsur hara tertentu pada tanah (Rusmarkan
dan Yuwono,2002).

I.2. Tujuan
Berisi pernyataan singkat mengenai tujuan praktikum (boleh copas dari
buku penuntun praktikum bagian Tujuan).
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pupuk dan Pemupukan


Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya
untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Tamanan yang dibudidayakan
umumnya membutuhkan unsur hara dan dalam jumlah relatif banyak, sehingga
hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan
hasil seperti yang diharapkan (Halliday et. al,. 1998).
Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman.
Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang masuk
ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan bawah
tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya
lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat
dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni
tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan
terganggu (Rasyid et al. 2010). Untuk mendapatkan hasil produksi tanaman
jagung yang tinggi diperlukan jumlah hara yang cukup dan seimbang. Kandungan
hara tanaman tergantung pada hara yang tersedia di dalam tanah (Regis et al. 1996
dalam Zubachtirodin, 2004)
Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan untuk menambah atau
mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan tanah dinilai berdasarkan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro
secara berkecukupan dan berimbang (Bustami et al., 2012).Hubungan antara
jumlah hara yang tersedia dalam jaringan tanaman dengan respon pertumbuhan
tanaman secara grafikal, dapat digunakan untuk mengetahui suatu unsur hara
berada dalam keadaan kekurangan, optimal atau kelebihan (Soepartini, 1990).
II.2. Identifikasi Pupuk
Penggunaan pupuk kimia sintetik apabila digunakan secara tidak tepat
maka dapat menyebabkan dampak negatif yang berkepanjangan, salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan ialah menurunnya kemampuan tanah dalam
menyimpan air (Lestari, 2009).
Pemberian pupuk sintetik dengan dosis yang berlebihan dapat menekan
populasi mikroba tanah dan menyebabkan kerusakan lingkungan (Lestari, 2009).
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pupuk sintetik yang
diberikan dapat digantikan dengan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik
diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, serta menjaga
kelestarian tanah (Asbur & Purwaningrum, 2015).
Penggunaan pupuk anorganik yang praktis meningkatkan rasa puas dalam
melakukan budidaya karena hasilnya dapat langsung terlihat pada tanaman.
Namun, pupuk anorganik jika digunakan dalam jangka panjang dapat
mengeraskan tanah dan menurunkan stabilitas agregat tanah (Humberto dan Alan
2013).
Pupuk organik ada beberapa jenis, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau,
bokashi, dan kompos (Purwendro dan Hidayat, 2007) dan berpotensi besar
menggantikan pupuk anorganik (Bertham, 2002). Pupuk organik memiliki
kelebihan dalam menambah unsur hara makro dan hara mikro yang ada didalam
tanah (Zahrah, 2011) dan kualitas pupuk organik bergantung dari bahan baku atau
proses dekomposisi (Pramaswari et al., 2011). Pupuk organik yang diperkaya
bahan lainnya diharapkan dapat meningkatkan nutrisi pupuk.
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah,
mengikat air dan dapat mengurangi sifat racun Al yang terkandung didalam tanah
Ultisol. Kotoran ayam memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
tanaman jagung yaitu mempercepat pertumbuhan tanaman jagung (Kasri dkk,
2015).

II.3. Kebutuhan Pupuk Tanaman Jagung

Dibeberapa tempat pertanaman jagung intensif, seperti di Jawa Timur,


Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, petani memberikan takaran N dalam jumlah
yang sangat banyak yakni sekitar 350 kg N/ha (Saenong et al. 2005). Pemberian
pupuk urea dengan takaran hingga 700 kg/ha banyak dilakukan oleh petani di
Kabupaten Kediri, Jawa Timur untuk tanaman jagung hibrida (Ispandi dan
Soepangat, 1986).
Hara N, P, dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung hibrida. Setiap ton hasil biji, tanaman
jagung membutuhkan 27,4 kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 kg K (Cooke 1985), sedang
menurut Dauphin (1985) tanaman jagung menyerap 23-34 kg N; 6,5-11 kg P2O5,
dan 14-42 kg K2O, sehingga diperlukan pengelolaan hara yang tepat agar
kebutuhan tanaman akan hara dapat terpenuhi secara optimal.
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola
akumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander (1988).
Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara
sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-
menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama
diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang,
daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K
tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji
saat panen, tetapi K tidak.

II.4. Jenis-Jenis Analisis Unsur Hara Tanaman


III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Kesuburan dan Kesehatan Tanah dilakukan pada Bulan
Oktober - Desember 2022. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi
dan Agrostologi dan lahan praktikum Fakultas Pertaian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim Riau.

3.2. Alat dan Bahan


Alat tulis, gelas air mineral, air, pengaduk, dan kertas lakmus. Bahan yang
digunakan adalah; a) pupuk tunggal : pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, b)
pupuk majemuk : Pupuk phonska, NPK Mutiara, Dolomite, dan c) pupuk
alternatif: kompos (pupuk organik).

3.3. Metode Praktikum


Praktikum ini menggunakan metode deksriptif eksperimental yaitu dengan
melakukan percobaan pengaruh perlakuan pupuk organik dan anorganik terhadap
serapan hara tanaman jagung. dilakukan di Laboratorium dengan melakukan
identifikasi beberapa sifat fisik dan kimia dari beberapa jenis pupuk, baik pupuk
organik maupun anorganik. Selanjutnya dilakukan identifikasi sifat fisik pupuk
antara lain : a) bentuk, b) warna, c) senyawa, d) kelarutan, e) higroskopis, dan f)
grade pupuk. Selain itu, juga dilakukan identifikasi sifat kimia tanah, yaitu : a)
rumus kimia, b) kadar hara, dan c) sifat fisiologisnya.Hasil idenfikasi yang
diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel pada lembar kerja, kemudian
dinarasikan dengan cara mengkomparasi perbedaan berbagai sifat fisik dan kimia
jika dibahas dengan teori yang sesuai. Hasil temuan di Laboratorium dilaporkan
sebagai hasil pengamatan visual dilapangan dalam bentuk Laporan Praktikum.

3.4. Pelaksanaan Praktikum


Ambil satu jenis pupuk yang telah disediakan sebanyak 15 gram. Letakkan
pupuk tersebut pada cawan aluminium. Lakukan pengambilan gambar pupuk
tersebut. Selanjutnya catatlah warna dan bentuknya, apakah terkategori butiran,
kristal, cair, atau serbuk halus. Tentukan senyawa penyusunnya, apakah organik
atau anorganik. Tentukan kelarutan dengan melarutkan pupuk yang sedang
diidentifikasi ke dalam air dan kemudian diaduk. Hitung waktu yang dibutuhkan
untuk larut, apakah ia mudah larut, sedang atau sukar larut. Tentukan tingkat
higroskopisitasnya, yaitu kemampuannya dalam menyerap air dari udara, apakah
rendah, sedang, atau tinggi. Tuliskan grade pupuk yang terdapat pada kemasan
pupuk. Tuliskan rumus kimia yang menyusunnya. Tuliskan informasi kadar hara
yang terdapat pada kemasan. Tuliskan sifat fisiologisnya dengan menggunakan
kertas lakmus atau pH meter. Tuliskan semua data yang didapatkan di lembar
kerja yang sudah disediakan.

3.5. Parameter Pengamatan

3.5.1. Identifikasi Pupuk


Identifikasi pupuk dilakukan dengan mengamati sifat fisik dan kimia
pupuk .

3.5.2. Serapan Hara Jagung


Pengamatan serapan hara tanaman jagung dilakukan dengan mengambil
sampel tanah sebelum penanaman selanjutnua dilakukan pengujian. Setelah itu,
sampel tanah yang telah dilakukan penanaman jagung diambil dan diuji
kandungan hara setelah itu dilakukan perbandingan sehingga diperoleh serapan
hara pada tanaman jagung tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

V.2. Saran
VI. DAFTAR PUSTAKA

Irmayani, T. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Timbulnya


Penyakit Daun Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Beberapa Varietas Di Lapangan.
http://repository.usu.ac.id/ handle/123456789/23043. Diakses pada 13 Mei 2013
Rasyid, B., Samosir S. S. R, dan Sutomo, F. 2010. Respon tanaman jagung (Zea
mays L.) pada berbagai regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen. Prosiding Pekan
Serealia Nasional. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makasar
Zubachtirodin, Buntan A, Saenong S, Subandi, dan Hipi, A. 2004. Rasionalisasi
pemupukan N, P, dan K untuk tanaman jagung pada lahan kering beriklim kering di
Lombok Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, Mataram
Kasri, A., Hapsoh, dan A. Khoiri. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan N, P, K
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) di
Tanah Ultisol. Universitas Riau. Riau.
Sutoro, Y., Soeleman dan Iskandar. 1998. Budidaya Tanaman Jagung. Penyunting
Subandi, M. Syam dan A. Widjono. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Rosmarkam, A. Dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Halliday, D.J. and M.E. Trenkel. 1998. IFA World Fertilizer Use Manual.
International Fertilizer Industry Association, Paris.
Soepartini, M. 1990. Kimia Tanah. Materi Pelatihan Teknik Analisa Ta-nah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 12 hal
Humberto, B. C. and J. S. Alan, 2013. Implications of inorganik fertilization of
irrigated corn on soil properties: lessons learned after 50 years’. Journal of Environment
Quality. 42 (3). 61-71
Purwendro, D. dan T. Nurhidayat. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Pramaswari, I. A. A., I. W. B. Suyasa, dan A. A. B. Putra. 2011. Kombinasi bahan
organik (rasio c:n) pada pengolahan lumpur (sludge)
Lestari, A.P. (2009). Pengembangan pertanian berkelanjutan melalui subtitusi
pupuk anorganik dengan pupuk organik. Jurnal Agronomi, 13(1), 38-44.
Asbur, Y & Purwaningrum, Y. (2015). Optimalisasi produksi jagung manis dengan
pemberian pupuk berimbang organik dan anorganik. Jurnal Pertanian Tropik, 2(3), 211-
219.
Ispandi A. Dan Soepangat. 1986. Pemupukan dan uji varietas jagung di Kediri.
Penelitian Palawija. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. 1:79-86.
Saenong,S, Syafruddin, dan Subandi. 2005. Penggunaan LCC untuk pemupukan N
pada tanaman jagung. Laporan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL). Kerjasama
Balitsereal dengan Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash and Phosphate Institute of
Canada (PPIC). (belum dipublikasikan).
Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy
Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686
LAMPIRAN

Berisikan dokumentasi selama praktikum.

Anda mungkin juga menyukai