Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN NPK TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
SUMATERA SELATAN

2018

Universitas Sriwijaya
1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kacang tanah (Arachis hipogaea L.) memiliki peran strategis
dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati. Konsumsi
kacang tanah sebagai sumber pangan nasional terus meningkat (Arief, 2007).
Kebutuhan pangan dalam hal ini kacang tanah jauh lebih besar dibandingkan
dengan laju peningkatan produksi. Produksi kacang tanah tahun 2014
diperkirakan sebanyak 655,17 ribu ton biji kering, mengalami penurunan
sebanyak 46,51 ribu ton (6,63 persen) dari tahun 2013. Penurunan produksi
kacang tanah tersebut diperkirakan terjadi di pulau Jawa sebanyak 36,57 ribu ton
dan di luar pulau Jawa sebanyak 9,94 ribu ton. Penurunan produksi diperkirakan
terjadi karena penurunan luas panen sebesar 12,76 ribu ha (2,46 persen) dan
penurunan produktivitas sebesar 0,58 kw ha-1 (4,29 persen) (Badan Pusat Statistik,
2014).
Menurut Gaybita (1996), penurunan produksi kacang tanah pada
umumnya disebabkan oleh penurunan luas panen dan teknik budidaya, sehingga
upaya peningkatan produktivitas lahan pertanian dengan menggunakan pupuk
seharusnya dilaksanakan secara bijaksana. Timbulnya kesadaran sebagian kecil
petani pada dampak negatif penggunaan pupuk kimia dan sarana pertanian
modern lainnya terhadap lingkungan, telah membuat mereka beralih
menggunakan pupuk organik (Simanungkalit et. al., 2006).
Dalam upaya meningkatkan produktivitas komoditas pertanian dapat
menggunakan pupuk organik yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah, serta meningkatkan kandungan hara dan bahan organik
tanah. Pupuk organik merupakan semua jenis bahan organik berasal dari tanaman
dan hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah (Simanungkalit et. al., 2006).
Pupuk bokashi merupakan pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk
kandang, sampah organik, dan lainnya) hasil fermentasi dengan teknologi EM4

Universitas Sriwijaya
2
yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan
patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman (Muis et. al., 2008). Pupuk bokashi diberikan sebelum tanam
karena jenis pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar. Kandungan unsur hara
dalam pupuk ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses
dekomposisi. Dengan memberikan pupuk bokashi dapat menyebabkan tanah
menjadi gembur disebabkan oleh mikroorganisme di dalamnya (Marsono dan
sigit, 2001).
Menurut Lingga dan Marsono (2002), tanaman legum baik digunakan
sebagai bahan organik karena memiliki nisbah C/N yang rendah. Tanaman kacang
tunggak termasuk dalam famili Leguminosae yang dapat dijadikan bokashi dan
mempunyai kemampuan menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu
meningkatkan kesuburan tanah (Mansyur et. al., 2005).
Menurut hasil penelitian Suwardjono (2001), pemberian pupuk kandang
dapat meningkatkan jumlah polong isi penuh pada kacang tanah. Tanah yang
diberikan pupuk kotoran ayam akan menjadi remah, mudah diolah, akar tanaman
lebih banyak dan penyerapan hara dari tanah lebih banyak, sehingga pertumbuhan
tanaman lebih baik dan hasil lebih tinggi (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
2002).
Menurut hasil penelitian Leomo et. al., (2012), perlakuan kombinasi
pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman sorgum dengan perlakuan kombinasi pupuk organik biogreen 5 ton ha -1
dan pupuk an organik 50% (Urea 100 kg ha-1, SP36 50 kg ha-1 dan KCl 20 kg ha-
1
).
Pupuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang memiliki kandungan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. TKKS ini mencapai 23%
dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk
organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi (Fauzi et. al.,
2006). Menurut Eleni (2013), komposisi yang tepat dari kompos tandan kosong
kelapa sawit adalah perlakuan pada takaran 10 ton ha-1 dengan produksi kacang
tanah tertinggi 2,3 ton ha-1.

Universitas Sriwijaya
3
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan unsur hara N, P,
dan K. Pada umumnya unsur-unsur tersebut diperoleh dari penambahan pupuk
anorganik. Hasil penelitian Hulopi (2007) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
NPK berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kacang tanah ditunjukkan oleh
jumlah daun dan jumlah batang. Menurut hasil penelitian Fitriana (2013),
perlakuan pupuk N, P, dan K 50% yang ditambahkan dengan perlakuan bahan
organik meningkatkan hasil tanaman jagung untuk semua parameter terutama
bobot tongkol ha-1.
Pemberian pupuk organik dapat ditambahkan dengan pupuk NPK ke
dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum,
efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan.
Konsep pemupukan berimbang asalkan dosis pupuk disesuaikan dengan status
hara tanah dan kebutuhan hara tanaman. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk
yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman (Diah et. al., 2013).
Penggunaan pupuk organik dan pupuk NPK diharapkan dapat
memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian tentang penggunaan
beberapa pupuk organik dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang
tanah.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan
NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.).

1.3. Hipotesis
Dengan pemberian pupuk bokashi kacang tunggak 25 ton ha-1 + NPK 250
kg ha-1 dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis
hypogaea L.).

Universitas Sriwijaya
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kacang Tanah


Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dalam suku Papiolionaceae dan
genus Arachis yang berasal dari benua Amerika (Brazilia). Kacang tanah
mempunyai banyak nama daerah seperti kacang una, kacang jebrol, kacang
bandung, kacang koli, kacang tuban, dan kacang bangkala (Poespodarsono,
1988).
Menurut Pitojo (2005) klasifikasi tanaman kacang tanah secara taksonomi
adalah seperti di bawah ini:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Kacang tanah memiliki akar tunggang dan akar-akar lateral yang
berkembang baik, sistem perakarannya terpusat pada kedalaman 5 cm sampai 25
cm dengan radius 12 cm sampai 14 cm, tergantung tipe varietasnya. Akar lateral
panjangnya sekitar 15 cm sampai 20 cm dan terletak tegak lurus pada akar
tunggangnya. Daun kacang tanah pada bagian atas biasanya lebih besar dibanding
bagian bawah. Serta memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya 2,5 cm
sampai 3,5 cm dan tangkai daun (petiol) yang panjangnya 3 cm sampai 7 cm
(Trustinah, 2000).
Kacang tanah dapat tumbuh optimal pada lahan dengan ketinggian 0-500
m dpl dan curah hujan ideal untuk budidaya tanaman kacang tanah sekitar 100-
200 mm bulan-1 dan suhu udara antara 25-30 ºC dengan penyinaran penuh. Pada
tempat yang teduh batang tumbuh memanjang, pucat dan tidak membentuk

Universitas Sriwijaya
5
polong. Jadi penyinaran sinar matahari sangat membantu dalam pertumbuhan
kacang tanah (Ashari, 1995).
Menurut Yufdi, et. al., (2006), kelembaban udara untuk tanaman kacang
tanah berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan
meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Jenis tanah yang
sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur atau
bertekstur ringan dan subur. Kacang tanah dapat tumbuh optimal pada pH sekitar
6,5-7,0. Pada kondisi pH mendekati netral tersebut, semua unsur esensial berada
dalam keadaan siap untuk diserap oleh akar tanaman.
Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang
remah dan berdrainase baik, terutama tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan
memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di
bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalium tanah sangat diperlukan agar biji
dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998)

2.2. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)


Limbah padat tandan kosong kelapa sawit di Indonesia diperkirakan
mencapai 2,7 juta ton pada tahun 1999 dan limbah tersebut akan terus meningkat
setiap tahunnya, karena produksi tandan buah sawit yang terus meningkat (Dinas
Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, 2005).
Menurut Fauzi (2006) dalam Sirait (2013), kompos tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) dapat digunakan untuk memupuk semua jenis tanaman. Kompos
TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain, yaitu: 1)
Memperbaiki struktur tanah lempung menjadi ringan, 2) Membantu kelarutan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, 3) Bersifat
homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, 4) Merupakan
pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air meresap dalam tanah, 5) Dapat
diaplikasikan di sembarang musim. Pupuk Improbio yang digunakan memiliki
kandungan hara sebagai berikut: C-Organik 30-40%, C/N Rasio 15-20, pH 6,5-
7,5, N 2-3,5%, P 0,7-1,2%, K 3-5%.

Universitas Sriwijaya
6
2.3. Bokashi Kacang Tunggak
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
Teknologi EM4 dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis dalam
mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Disamping itu, penggunaan
bokashi memiliki kelebihan yaitu mudah, murah, dan ramah lingkungan sehingga
sangat prospektif untuk dikembangkan di tingkat petani (Balai Besar Pelatihan
Pertanian Lembang, 2008).
Pembuatan bokashi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar
matahari dan terpaan air hujan. Tempat ideal untuk proses pembuatan bokashi
adalah tempat yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen.
Jumlah bahan yang diperlukan dapat disesuaikan dengan banyak bokashi yang
akan kita buat. Proses fermentasi akan berlangsung selama sekitar tujuh hari.
Bokashi yang sudah jadi memiliki ciri gembur, dingin dan sudah tidak
mengeluarkan bau (Redaksi Agromedia, 2008).
Manfaat bokashi mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan unsur hara
mikro (Zn, Ca, Fe, Al) dapat diserap cepat oleh perakaran tanaman, meningkatkan
keragaman, populasi dan aktivitas mikroorganisme, meningkatkan kesuburan
tanah dan kandungan humus, meningkatkan kualitas dan produksi tanaman, dan
menekan biaya produksi (Risnandar et. al., 2012). Pupuk bokashi dapat digunakan
untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah,
sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
(Jauhari, 2007).
Tanaman leguminosae selain baik sebagai sumber pangan ternyata juga
dapat digunakan sebagai makanan ternak, pupuk hijau, dan penahan erosi.
Tanaman leguminosae mempunyai kemampuan bersimbiosis secara mutualistik
dengan bakteri Rhizobium sp yang tumbuh di daerah perakarannya. Adanya
bakteri ini menyebabkan terbentuknya nodul atau bintil akar yang mampu
memfiksasi nitrogen bebas dari udara sehingga dapat mensuplai kebutuhan
tanaman akan unsur N tersedia (Fuskhah et. al., 2009).

Universitas Sriwijaya
7
Famili leguminosa baik digunakan sebagai bahan organik karena memiliki
nisbah C/N yang rendah jika dibandingkan dengan famili lain yang menyebabkan
proses dekomposisi lebih cepat (Isrun, 2010).

2.4. Pupuk Kandang Kotoran Ayam


Pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah akan berfungsi
memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara bagi tanaman, menambah
kandungan humus dan bahan organik, meningkatkan aktivitas jasad renik,
mengurangi pencucian unsur hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation.
Disamping itu pemberian pupuk kandang juga akan meningkatkan pH tanah,
meningkatkan kadar C-Organik (Sugiyanta et. al., 1995)
Pupuk kandang bila dibandingkan dengan pupuk buatan adalah 1) lebih
lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat makanan harus mengalami berbagai
perubahan terlebih dahulu sebelum diserap oleh tanaman, 2) mempunyai efek
residu, yaitu haranya dapat secara berangsur menjadi bebas dan tersedia bagi
tanaman, 3) dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah bahan organik
tanah (Hakim, et. al., 1986).
Pemberian pupuk kandang kotoran ayam dapat menyediakan unsur hara
makro dan mikro, meningkatkan jasad renik tanah, dan meningkatkan humus
dalam tanah. Humus dalam tanah berperan penting dalam mempertahankan kadar
air dalam tanah sehingga sangat membantu pertumbuhan akar tanaman
(Wiwintari, 1999). Menurut Pinus (1991), Kandungan hara dari pupuk kandang
kotoran ayam yaitu N (1,5%), P2O5 (1,3%), K2O (0,8%), CaO (4,0%).
Menurut Djunaedy (2009), penggunaan pupuk kotoran ayam dapat
menghasilkan polong tertinggi kacang panjang pada dosis 20 ton ha -1 (A2) dan
berbeda nyata dengan dosis 25 ton ha-1. Hal ini diduga pada dosis 20 ton ha -1
sudah mencukupi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menghasilkan
buah yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

2.5. Pupuk NPK


Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dan anorganik yang dapat
digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N,

Universitas Sriwijaya
8
P, dan K), menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang
kadang-kadang susah diperoleh di pasaran.
Keuntungan menggunakan pupuk majemuk (NPK) adalah 1) Dapat
dipergunakan dengan memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk
tunggal, 2) apabila tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk,
3) penggunaan pupuk majemuk sangat sederhana, dan 4) pengangkutan dan
penyimpanan pupuk ini menghemat waktu, ruangan, dan biaya (Pirngadi dan
Abdulrachman, 2005).
Pupuk NPK Phonska (15:15:15) merupakan salah satu produk pupuk NPK
yang telah beredar di pasaran dengan kandungan nitrogen (N) 15%, Fosfor (P 2O5)
15%, Kalium (K2O) 15%, Sulfur (S) 10%, dan kadar air maksimal 2%. Pupuk
majemuk ini hampir seluruhnya larut dalam air, sehingga unsur hara yang
dikandungnya dapat segera diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif.
Dosis anjuran NPK Phonska untuk tanaman kacang tanah yaitu 250 kg ha-1. Pupuk
NPK diberikan pada kacang tanah sebelum tanam secara larikan sekitar 10 cm
disamping lubang tanaman (Petrokimia, 2011).

Universitas Sriwijaya
9
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Juli – Oktober 2015.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Benih kacang tanah
varietas tuban, 2) Bokashi kacang tunggak, 3) Kompos tandan kosong kelapa
sawit (TKKS), 4) Pupuk kandang kotoran ayam, 5) Pupuk NPK.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Cangkul, 2) Meteran,
3) Neraca analitik, 4) Oven, 5) Parang, 6) Sabit, 7) Tali plastik.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8
perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Sehingga terdapat 32 unit perlakuan.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
K1 = Tandan Kosong Kelapa Sawit (10 ton ha-1)
K2 = Bokashi Kacang Tunggak (25 ton ha-1)
K3 = Kotoran Ayam (20 ton ha-1)
K4 = Tandan Kosong Kelapa Sawit + NPK 50%
K5 = Bokashi Kacang Tunggak + NPK 50%
K6 = Kotoran Ayam + NPK 50%
K7 = NPK 50% (125 kg ha-1)
K8 = NPK 100% (250 kg ha-1)
Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan cara statistik
menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) seperti yang tertera pada
Tabel 1.

Universitas Sriwijaya
10
Tabel 1. Analisis Sidik Keragaman Rancangan Acak Kelompok (RAK)
SK DB JK KT F Hitung F tabel
5% 1%
Kelompok K-1= v1 JKK JKK-v1 KTK / KTG (v1,v3)
Perlakuan t-1= v2 JKP JKP/v2 KTP/KTG (v2,v3)
Galat Vt-v1-v2= v3 JKG JKG/v3
Total kt-1=vt JKT
Sumber : Hanafiah, 2012

3.4. Cara Kerja


Kegiatan penelitian ini dimulai dengan membuat bokashi kacang tunggak
selanjutnya mempersiapkan kegiatan budidaya tanaman kacang tanah yang
meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengamatan
dan panen. Kegiatan selanjutnya setelah panen yaitu analisis data.

3.4.1. Pembuatan Bokashi Kacang Tunggak


Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang diproses
pembuatannya melalui fermentasi bahan organik dan EM4. Pembuatan bokashi
kacang tunggak menggunakan bahan organik dari hijauan kacang tunggak, dedak,
pupuk kandang kotoran sapi, larutan gula, EM4, dan air. Kebutuhan bokashi
kacang tunggak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11,25 kg petak -1.
Pembuatan bokashi kacang tunggak dengan komposisi umum yaitu hijauan
kacang tunggak 80% dari kebutuhan bokashi yang diperlukan yaitu: 80% dari 90
kg = 72 kg, dedak sebanyak 10% dari kebutuhan bokashi yang diperlukan yaitu :
10% dari 90 kg = 9 kg, pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 10% dari kebutuhan
bokashi yang diperlukan yaitu: 10% dari 90 kg = 9 kg, EM4 sebanyak 9 ml,
larutan gula sebanyak 9 ml, dan air secukupnya.
Cara membuat bokashi kacang tunggak (Irawan, 2012):
1. Hijauan kacang tunggak dipotong kecil (panjang kira-kira 2-3 cm), lalu di
tumpuk dilantai yang telah dilapisi mulsa plastik.
2. EM4, larutan gula, dan air di campurkan dengan perbandingan 2 ml : 0,5 ml :
750 ml, kemudian diaduk hingga benar-benar larut dan tercampur rata.

Universitas Sriwijaya
11
3. Dedak, pupuk kandang kotoran sapi dan hijauan kacang tunggak dicampur
merata kemudian disiram dengan larutan EM4 yang telah dicampur dengan
larutan gula dan air. Kemudian diaduk sampai rata.
4. Hasil campuran bahan organik dan larutan dirapikan dan dibuat setinggi 10 cm,
kemudian ditutup menggunakan terpal.
5. Campuran bahan di bolak-balik dua kali sehari. Pada saat fermentasi, suhu
akan meningkat menjadi sekitar 50oC.
6. Proses fermentasi berlangsung selama 15 hari. Bokashi yang sudah jadi
mempunyai ciri suhu sudah stabil, berwarna hitam kecoklatan dan
mengeluarkan bau yang khas.

3.4.2. Penyiapan Lahan


Lahan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
terlebih dahulu dibersihkan dari gulma maupun sisa tanaman. Pengolahan tanah
dilakukan dengan cara mencangkul hingga gembur. Setelah tanah gembur lalu
buat petakan sebanyak 32 petakan dengan ukuran 3 m x 1,5 m untuk setiap petak
perlakuan dan jarak antar petakan 1 m. Setiap petakan tanah akan dinaikkan
setinggi 25 cm untuk menghindari banjir agar akar tanaman kacang tanah tidak
tergenang. Lahan yang digunakan memiliki luas 10 x 20 m. Kegiatan selanjutnya
yaitu pengajiran lahan dan pemasangan label.

3.4.3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3 cm dengan jarak
tanam 25 cm x 25 cm. Masing-masing lubang dimasukkan sebanyak dua buah
benih yang selanjutnya jika tumbuh akan disisakan menjadi satu tanaman yang
paling sehat. Jumlah populasi tanaman kacang tanah per petak sebanyak 72
tanaman dan diambil 7 tanaman sampel.

3.4.4. Pemberian Pupuk Organik


Pupuk organik diberikan sehari sebelum penanaman dengan cara dicampur
merata dengan tanah, pupuk organik yang diberikan pada tanaman berupa bokashi
kacang tunggak dengan dosis anjuran 25 ton ha-1, TKKS 10 ton ha-1, pupuk

Universitas Sriwijaya
12
kotoran ayam 20 ton ha-1. Sehingga kebutuhan bokashi kacang tunggak ialah
11,25 kg petak-1, TKKS 4,5 kg petak-1, kotoran ayam 9 kg petak-1.

3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiraman, pembumbunan,
dan penyiangan. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan gulma
dengan menggunakan sabit. Gulma yang tumbuh di dekat tanaman sebaiknya
dicabut secara manual menggunakan tangan.

3.4.6. Pemberian Pupuk NPK


Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dengan dosis sesuai
perlakuan. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar merata dengan jarak 10 cm
dari sisi kiri dan kanan lubang tanam.

3.4.7. Panen
Pemanenan dilakukan saat tanaman kacang tanah berumur 95 hari setelah
tanam dengan cara dicabut apabila telah menunjukkan kriteria siap panen.
Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
1. Tekstur batang mulai keras.
2. Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi
penuh dan keras.
3. Warna polong coklat kehitam-hitaman.

3.5. Peubah yang Diamati

3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)


Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 7 tanaman sampel pada setiap
petakan. Pengamatan dilaksanakan setiap 1 minggu sekali mulai tanaman berumur
2 MST sampai tanaman berumur 6 MST. Tinggi tanaman diukur dari pangkal
batang sampai bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan batang.

3.5.2. Jumlah Cabang per Tanaman (cabang)


Pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan cara menghitung jumlah
cabang dari 7 tanaman sampel dalam petakan.

Universitas Sriwijaya
13
3.5.3. Jumlah Polong Bernas per Tanaman (polong)
Pengamatan jumlah polong isi dilakukan dengan menghitung jumlah
polong bernas dari 7 tanaman sampel dalam petakan. Kriteria polong bernas
apabila biji dalam polong terbentuk sempurna (tidak gepeng dan keriput) dan
minimum berisi satu biji.

3.5.4. Jumlah Polong Cipo per Tanaman (polong)


Pengamatan dilaksanakan setelah panen dengan cara menghitung jumlah
polong cipo. Polong cipo merupakan polong hampa atau tidak berbiji.

3.5.5. Bobot Polong Bernas per Tanaman (g)


Pengamatan dilaksanakan setelah panen dengan cara menimbang polong
bernas. Bobot polong berisi dikeringkan terlebih dahulu selama 3 hari.

3.5.6. Bobot Polong Bernas per Petak (g)


Pengamatan dilaksanakan setelah panen dengan cara menimbang semua
polong bernas kacang tanah tiap petakan yang sudah dikeringkan selama 3 hari.

3.5.7. Bobot Brangkasan Kering per Tanaman (g)


Bobot brangkasan kering per tanaman diambil 7 tanaman sampel dalam
petakan, dengan menghitung seluruh brangkasan yaitu akar, batang, dan daun
yang dipanen dalam tiap petakan. Bobot brangkasan dikeringkan dalam oven pada
suhu 120oC selama 24 jam.

3.6. Analisis Data


Data yang didapat akan dianalisis dengan Anova (Analysis of Variance)
kemudian apabila ada perbedaan antar perlakuan maka akan dilanjutkan dengan
uji kontras orthogonal.

Universitas Sriwijaya
14
LAMPIRAN

Denah Lokasi Penelitian

K2 K4 K8 K3

K4 K5 K1 K7

K6 K2 K2 K1

K8 K6 K3 K6

K3 K8 K5 K4

K5 K1 K6 K5

K7 K3 K7 K2

K1 K7 K4 K8

I II III IV

Keterangan:
K1 = TKKS K6 = Pupuk Kotoran Ayam + Pupuk NPK 50%
K2 = Bokashi Kacang Tunggak K7 = Pupuk NPK 50%
K3 = Pupuk Kotoran Ayam K8 = Pupuk NPK 100%
K4 = TKKS + Pupuk NPK 50%
K5 = Bokashi Kacang Tunggak + Pupuk NPK 50%

Universitas Sriwijaya
15

Anda mungkin juga menyukai