Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah berperan sebagai substrat yang mendukung pertumbuhan beragam jenis
vegetasi, yang juga memperlihatkan beragam karakteristik yang unik dan tanah memiliki
peran penting yang mempengaruhi pertumbuhan serta perkembamgan suatu tanaman
(Araujo, et al., 2019). karakteristik tanah memiliki peranan dalam menentukan baik tidaknya
lahan yang akan digunakan (Hidayanto et al., 2004). Kekeringan yang melanda Kabupaten
Sumba Timur disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan, biasanya terjadi dari
pertengahan bulan April hingga bulan November, mencapai puncaknya pada bulan Juli
hingga September. Curah hujan diperkirakan berada dalam kisaran 700-1800 mm setiap
tahunnya, dengan jumlah hari hujan hanya sekitar 60-130 hari dalam satu tahun, mayoritas
daerah di Kabupaten Sumba Timur masuk dalam kategori wilayah yang memiliki potensi
kekeringan yang besar (Tenggara, 2020). Kurangnya unsur hara dalam tanah dapat
mengakibatkan gangguan terhadap perkembangan vegetasi padahal tanaman hijau yang
menjadi pakan ternak seperti rumput odot mini memerlukan unsur hara dan bahan organik
yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhannya. (Bura Sawula et al., 2021).

Manurung et al. (2017) mengindikasikan bahwa unsur hara makro adalah jenis unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang substansial, meliputi unsur nitrogen,
fosfor, kalsium, dan magnesium. Tanah yang berlimpah unsur hara makronya menjadi
komponen pendukung tanaman serta ikut berperan aktif dalam proses metabolisme sehingga
peranannya tidak dapat tergantikan. Maka dari itu perlu adanya peningkatan kualitas tanah
dalam mendukung peningkatan pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah dapat diukur melalui
ketersediaan unsur nutrisi yang berguna bagi tanaman. Tanah juga membutuhkan pupuk
organik yang memiliki unsur hara makro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Riyanto
et al., (2022) menyatakan bahwa ketersediaa unsur hara dalam tanah menjadi faktor penting
dalam penentu pada produktifitas tanaman. Proses pemupukan dapat berimplikasi pada
meningkatnya unsur hara dalam tanah melalui penambahan bahan organik seperti pupuk
kandang dan sisa-sisa tanaman alamiah. Unsur nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan memperbaiki struktur tanah melalui pengolahan
bahan organik tersebut menjadi pupuk bokashi.
Kualitas serta kesuburan rumput odot dapat ditingkatkan melalui tindakan
pemupukan. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah
dengan mengembalikan elemen-elemen organik yang telah terdegradasi dalam tanah dan
memberikan pupuk organik. Pemberian ini bisa dilakukan dalam bentuk cairan maupun
padatan, sesuai yang telah ditunjukkan oleh Indrarosa et al. (2021). Menanam hijauan pakan
di lahan yang subur juga berpotensi menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lahan yang kurang subur atau terdegradasi. Pemupukan pada dasarnya
mengacu pada proses penambahan zat-zat ke dalam tanah, dan penerapan pemupukan yang
tepat merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas hijauan pakan
ternak. Bokashi merupakan pupuk organik yang telah difermentasi oleh mikroba EM4, yang
dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah yang kurang akan unsur hara dan
menambah tingkat kesuburan pada tanaman. Berdasarkan penelitian Thufailah (2014)
dinyatakan bahwa penggunaan pupuk bokashi dari kotoran ayam memiliki potensi sebagai
komponen dalam pupuk organik karena mengandung nitrogen yang berperan positif dalam
merangsang pertumbuhan tanaman, terutama setelah mengalami pengolahan menjadi pupuk
bokashi.
Rumput odot (Pennisetum purpureum Cv. Mott) adalah salah satu jenis pakan
hijauan yang mudah dibudidayakan untuk pakan hewan ternak karena memiliki nutrisi yang
cukup baik. Wati et al., (2018) menyatakan bahwa rumput odot dapat tumbuh secara
berumpun dan memiliki anakan yang banyak serta respon terhadap pemupukan bisa terlihat
secara visual. Rumput odot memiliki sifat ketahanan terhadap berbagai kondisi lingkungan,
kemampuan adaptasi yang tinggi, dan daya tarik bagi ternak. Untuk memastikan pasokan
hijauan pakan ternak yang memadai, diperlukan praktek penanaman hijauan pakan.
Penanaman hijauan pakan ternak di lahan yang memiliki produktivitas tinggi akan
menghasilkan tingkat produktivitas yang lebih unggul daripada pada lahan yang berstatus
kritis atau memiliki kesuburan rendah. (Amin et al., 2018). Unsur hara yang didapatkan dari
bahan organik berupa kotoran ayam sebagai pupuk organik juga dapat mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman. (Luklukyah, Z. et al., 2022).
Permasalah utama dalam pembahasan diatas adalah rendahnya kandungan unsur hara
dalam tanah, oleh karena itu, strategi untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan
limbah-limbah tanaman liar dan limbah ternak sebagai pupuk bokashi. Eksklusivitas dalam
mengandalkan pupuk organik tidak akan mencukupi untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dan mencapai ketahanan pangan yang diinginkan. Diperlukan perbaikan dalam
implementasi sistem manajemen hara yang mengintegrasikan baik pupuk organik maupun
anorganik, dengan tujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga keberlanjutan
lingkungan. Dengan cara tersebut diharapkan pendekatan sistem pengelolaan hara yang
terpadu ini, produksi tanaman dapat dipertahankan dan kesinambungan lingkungan dapat
dijaga. (Al-Baarri, 2020). Pupuk bokashi merupakan hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri
mikroorganisme. Dan untuk saat ini sudah ada teknologi untuk pembuatan pupuk bokashi
dengan menggunakan Effective Mikroorganism 4 (EM4). EM4 adalah aktivator yang dapat
mengakselerasi pembuat kompos dengan menguraikan bakteri-bakteri untuk pertumbuan
tanaman agar dapat menggunakan pupuk bokashi dengan level yang sesuai dan perbedaan
untuk memenuhi kandungan unsur hara makro dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman
rumput odot. Kelebihan kompos yang telah diproses menggunakan aktivator Stardec meliputi
absennya biji gulma, tidak terdapat bakteri patogen, serta kemampuannya untuk menyediakan
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Implementasi kompos Stardec dalam pertanian
mampu mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik secara signifikan, seperti
contohnya pada budidaya padi, yang dapat menghasilkan penghematan hingga 50% dalam
biaya pemupukan dan upaya tenaga. Selain itu, kompos Stardec juga memiliki efek positif
pada perbaikan struktur tanah, penyesuaian pH tanah, peningkatan kapasitas penahanan air,
serta potensi peningkatan produksi sebesar 10-30% (Indriani, 2001).
Dari latar belakang tersebut penelitian ini akan membahas mengenai pertumbuhan
rumput odot (Pennisetum purpureum Cv. Mott). Penelitian ini akan dilakukan di
Laboratorium Lapangan Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, Desa Kuta, Kecamatan
Kanatang Kabupaten Sumba Timur dengan judul Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi
Dengan Level Berbeda (0, 15, 30, Dan 45 Ton/Ha) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Produksi Dan Kualitas Nutrisi Rumput Odot Pemanenan Keempat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk bokashi dengan level berbeda terhadap status
hara makro dalam pertumbuhan vegetatife rumput odot pemanenan keempat ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk bokashi dengan level berbeda terhadap
produksi rumput odot pemanenan keempat ?
3. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk bokashi dengan level berbeda terhadap kualitas
nutrisi rumput odot pemanenan keempat ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui status hara makro tanah dalam pertumbuhan vegetative rumput
odot yang diberikan pupuk bokashi dengan level yang berbeda
2. Untuk mengetahui produksi rumput odot yang diberikan pupuk bokashi dengan level
yang berbeda
3. Untuk mengetahui kualitas nutrisi rumput odot yang diberikan pupuk bokashi dengan
level yang berbeda
1.4. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa dalam melihat pertumbuhan
vegetative, produksi, dan kualitas rumput odot
2. Sebagai kajian terhadap peneliti selanjutnya tentang budidaya rumput odot dengan
memanfaatkan pupuk bokashi.
1.5. Hipotesis
Hipotesis penelitian yakni:
1. H0: Tidak ada pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap pertumbuhan vegetatif
keempat.
H1: Terdapat pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap pertumbuhan vegetatif
keempat.
2. H0: Tidak ada pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap jumlah produktivitas
rumput odot.
H1: Terdapat pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap jumlah produktivitas
rumput odot.
3. H0: Tidak ada pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap kualitas nutrisi rumput
odot.
H1: Terdapat pengaruh antara pemupukan bokashi terhadap kualitas nutrisi rumput
odot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Tanah


Keadaan tanah di Sumba, terutama di Kabupaten Sumba Timur, dapat dikategorikan
sebagai tanah berpasir berdasarkan karakteristik fisiknya. Tanah berpasir ditandai oleh
ukuran partikel yang besar, terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen dengan butiran
kasar, juga dikenal sebagai kerikil (Aksi Agraris Kanisius, 1993). Salah satu ciri khas tanah
berpasir adalah kemampuannya yang terbatas dalam menahan air karena mayoritas
partikelnya memiliki ukuran antara 0,02 mm hingga 2 mm. Berbeda dengan tanah liat yang
padat, tanah berpasir pada umumnya belum membentuk agregat padat, sehingga rentan
terhadap erosi. Kandungan unsur hara seperti fosfor (P) dan kalium (K) dalam tanah berpasir
masih dalam kondisi segar dan belum tersedia dalam bentuk yang dapat diserap oleh tanaman
(Kusuma, 2019). Tanah dapat diidentifikasi sebagai area daratan yang digunakan untuk
berbagai kegiatan seperti pertanian, peternakan, perumahan, dan lain sebagainya. Namun
dalam bidang pertanian, tanah diartikan sebagai medium pertumbuhan tanaman. Secara
ilmiah, tanah dapat dijelaskan sebagai lapisan terluar kerak bumi yang terbentuk melalui
proses pelapukan oleh faktor-faktor seperti angin, hujan, dan sinar matahari. Suhariyono et al.
(2005) mendefinisikan tanah sebagai komposisi bahan alam yang terdapat di permukaan
bumi, terdiri dari horizon-horizon berisi campuran mineral, bahan organik, air, dan udara.
Tanah berperan sebagai media pertumbuhan tanaman dengan berfungsi secara fisik untuk
mengatur suplai air dan udara, secara kimiawi sebagai sumber unsur dan nutrisi, dan secara
biologis sebagai habitat organisme. Kesuburan tanah memiliki peran penting dalam
menentukan produktivitas tanaman, dan jika tanah tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat
berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman (Mutma' Inah, 2018).
Menurut Nita et al., (2015), pengolahan tanah secara intensif akan berdampak pada
karakteristik sifat fisik,kimia dan biologis sehingga berpengaruh pada kandungan Mn,Zn, Fe,
dan Cu yang ada didalam tanah sebagai proses pertumbuhan tanaman. Penelitian ini
mendapatkan dukungan dari temuan penelitian oleh Hakim (2011), yang mencatat bahwa
pengolahan tanah dalam jangka pendek dapat meningkatkan porositas tanah, namun dalam
jangka panjang, tindakan tersebut dapat mengakibatkan penurunan porositas tanah.. Utomo
et al., (2016) menyatakan bahwa pengolahan kesuburan tanah merupakan untuk
meningkatkan produktifitas dan menjaga tanah. Menurut Bali et al., (2018) menyatakan
bahwa konsepnya status kesuburan tanah dapat dikaji kemampuan tanah dan untuk
menyuplai kandungan unsur hara dalam produktifitas terhadap tanaman. Maka perlu
menganalisa terhadap kandunagan unsur hara yang yang ada di dalam tanah seperti unsur
hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara dalam mineral tertentu berperan penting dalam
mendukung kesinambungan kesuburan tanah. Penilaian potensi lahan sering kali bergantung
pada analisis unsur kimia yang terkandung dalam tanah tersebut. Pramuji dan Bastaman
(2009) mengemukakan bahwa untuk mengevaluasi cadangan sumber hara dalam jenis tanah
tertentu, diperlukan analisis komposisi mineral primer tanah. Jika kita mengetahui bahwa
banyaknya tanah yang mengandung mineral yang mudah lapuk, hal ini dapat diartikan bahwa
tanah tersebut memiliki potensi cadangan sumber hara yang besar. (Bali, Ahmad, & Lopulisa,
2018)
2.2. Unsur Hara Makro
Unsur hara merupakan suatu zat yang sangat berpengaruh penting terhadap
produktifitas dan kualitas nutris pada tanaman. Unsur hara yang terdapat dalam tanah yaitu
unsur hara makro dan unsur hara mikro dimana terdapat 16 unsur hara esensial yang sangat
berpengaruh penting yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang paling banyak dibutuhkan bagi
tanaman tentunya unsur hara makro yang terdapat banyak kandungan nutrisi sebagai berikut ,
Nutrium (Na), Besi (Fe), Mangan (Mg), Borium (B), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn) sebagai
penunjang utama proses pertumbuhan dan produktifitas serta kualiats nutrisi terhadap
tanaman terutama bagi rumput odot (Musyadik, 1019). Maka kesuburan tanah sangat
berpengaruh dan bisa mampu menyediakan kandungan unsur hara dalam bentuk, jumlah dan
seimbang, sehingga produktifitas pertumbuhan tanaman dapat maksimal. Suatu tanaman akan
melakukan metabolisme dan akan mensistensis senyawa dengan baik apabila ketersediaan
unsur-unsur didalam tanah sudah tercukupi (Hepriyani, Hidayat, & Utomo, 2016).
Peningkatan jumlah tunas pada tanaman memiliki hubungan yang kuat dengan
ketersediaan unsur hara makro, khususnya unsur nitrogen. Rafi (2013) mengungkapkan
bahwa nitrogen berperan sebagai komponen utama dalam pembentukan berbagai senyawa
penting bagi tanaman, seperti asam amino. Penyerapan yang efisien dari unsur hara nitrogen
oleh tanaman dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Memberikan
kompos dari kotoran hewan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, terutama bahan
organik dalam tanah. Ini menghasilkan peningkatan jumlah tunas pada tanaman, yang
memerlukan unsur hara untuk sintesis klorofil dan protein. Penyediaan nitrogen melalui
pupuk kandang kotoran ayam, dibandingkan dengan kelompok kontrol, telah terbukti
memberikan manfaat yang besar. Ketersediaan nitrogen yang memadai sangat penting untuk
mendukung pertumbuhan tunas yang optimal, dan semakin tinggi kandungan unsur hara
dalam tanah, maka kesuburan tanah tersebut juga semakin meningkat. Tetapi status unsur
hara dalam tanah dapat berfluktuasi selama musim, praktik pengolahan tanah, dan jenis
tanaman yang ditanam. Penambahan unsur hara dari pupuk bokashi yang berasal dari feses
ternak, seperti yang dijelaskan oleh Nasution (2009), dapat berkontribusi pada pertumbuhan
subur tanaman.
Menurut USEPA, pupuk organik dapat diartikan sebagai bahan seperti manure atau
kompos yang diterapkan pada tanaman untuk menyediakan unsur hara (Funk, 2014). Pupuk
organik merujuk pada jenis pupuk yang berasal dari bahan organik seperti tumbuhan mati,
limbah hewan, bagian hewan, atau bahan organik lainnya yang telah mengalami proses
penguraian dan dapat berbentuk padat atau cair. Pupuk organik ini dapat diperkaya dengan
mineral tambahan serta mikroorganisme yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
unsur hara dan bahan organik dalam tanah. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011.
Komposisi unsur hara dalam pupuk organik bervariasi bergantung pada sumber asal
bahan baku pupuk tersebut. Pupuk organik dapat diidentifikasi sebagai berasal dari aktivitas
pertanian maupun non-pertanian. Dalam konteks pertanian, bahan baku dapat berupa sisa
panen dan kotoran hewan, sedangkan dalam konteks non-pertanian, sumbernya dapat
melibatkan sampah organik perkotaan, limbah industri, dan berbagai sumber lainnya (Tan,
1993). Selain berfungsi sebagai sumber unsur hara, pupuk organik juga memiliki peran
sebagai pembenah tanah. Pupuk kandang, sebagai contoh, tidak hanya mengandung unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tetapi juga mengandung asam-asam humat, fulvat,
hormon pertumbuhan, dan komponen lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan penyerapan unsur hara oleh tanaman (Stevenson, 1994).
2.3. Pupuk Bokashi
Pupuk bokashi merupakan pupuk organik yang dihasilkan melalui proses fermentasi
oleh mikroorganisme, yang memiliki kemampuan untuk mengubah dan memperbaiki kondisi
tanah dalam aspek fisik, kimia, dan biologis (Sutejo, 1999 dalam Pula, 2022).
Mikroorganisme efektif (EM) adalah kombinasi kultur mikroorganisme yang beragam,
seperti bakteri fotosintetik, actinomycetes, dan jamur peragian, yang memiliki manfaat bagi
tanah dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroorganisme
dalam tanah (Sutanto, 2002). Bokashi sendiri merupakan pupuk kompos yang dihasilkan
melalui proses fermentasi atau peragian bahan organik menggunakan teknologi EM-4
(Effective Microorganism 4), yang dapat diartikan bahan organik efektif yang kaya akan
sumber hayati. (Syamsuwirman, Badal, Meriati, Yuni, & Warisa, 2022). Spesies tanaman
atau jenis rumput yang ditanam memiliki dampak langsung terhadap jumlah anakan rumput,
perkembangan, dan produktivitasnya. Pemanfaatan pupuk bokashi dapat memperkaya
ketersediaan unsur hara dalam tanah, yang akan berimbas pada percepatan pertumbuhan
tanaman (Sengkoen, 2019). Pupuk kandang yang berasal dari feses ayam dapat meningkatkan
produktivitas dan efisiensi, karena kemampuan bahan organik pupuk feses ayam dalam
memperbaiki sifat biologi tanah sehingga terbentuk lingkungan soil yang lebih berkualitas
untuk perakaran tanaman. Pupuk feses sebagai bahan organik dapat menghasilkan unsur hara,
terutama unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kehadiran unsur
nitrogen yang mencukupi dapat mempercepat pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, yang
pada gilirannya akan memengaruhi pembesaran dan pemanjangan sel sebagai komponen
utama dalam pertumbuhan tanaman. Berbagai bahan organik, seperti pupuk kandang, dedak
padi, dan arang sekam, sering digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk
bokashi. Penting untuk dicatat bahwa setiap jenis bahan organik ini memiliki pengaruh yang
khas terhadap tanah dan tanaman, karena kotoran ternak yang berbeda juga memiliki
komposisi unsur hara yang berbeda. Meskipun demikian, masih sedikit yang diketahui
mengenai potensi pengurangan penggunaan pupuk anorganik dalam budidaya rumput odot
yang melibatkan penggunaan bahan organik bokashi (Pangaribuan, Yasir, & Utami, 2012).
Fosfor, yang merupakan unsur esensial dalam sel dan memiliki peran penting dalam
proses mitosis untuk mempercepat pertumbuhan, memiliki peran sentral dalam proses
biologi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hakim et al. (1986), pupuk organik memiliki
keunggulan fisik yang dapat mempengaruhi konsistensi dan kepadatan tanah, serta membantu
dalam melarutkan unsur hara, mengurangi kebutuhan pupuk, menciptakan sistem aerasi
tanah, meningkatkan kapasitas penahanan air, serta memperbaiki struktur tanah. Selain itu
dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2007) ditemukan bahwa pertumbuhan
tanaman mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia tanaman, terutama jika
tanaman diberikan pupuk bokashi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman,
seperti peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan, adalah faktor penting dalam produksi
tanaman.
2.4. Rumput odot
Rumput odot (Pennisetum purpureum Cv. Mott) merupakan jenis rumput mini yang
tumbuh dan produktifitas yang sangat unggul serta memiliki nutris yang sangat tinggi
terhadap ternak. Rumput odot juga Salah satu rumput yang sangat disukai dan dikonsumsi
terhadap ternak ruminansia. Menurut Solihat, (2013), menyatakan bahwa dalam penggunaan
rumput odot serta mudah tumbuh dan pada mulanya jenis tanaman hijauan yang akan
dibutuhkan oleh ternak yaitu jenis rerumputan dan sejenis leguminosa. Dan rumput odot juga
banyak menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dari rumput lainya. Kelebihan dan
kepraktisan dalam memanfaatkan rumput odot, sebagaimana yang disebutkan oleh Solihat
(2013), melibatkan sejumlah aspek efisiensi. Budidaya rumput odot menawarkan efisiensi
yang cukup tinggi, karena rumput odot tumbuh dengan mudah bahkan dalam kondisi
naungan bayangan. Efisiensi lainnya terkait dengan pemanfaatan rumput odot sebagai hijauan
pakan ternak, yang dapat mencapai tingkat pemanfaatan hingga 100%. Selain itu salah satu
keunggulan tambahan adalah bahwa peternak tidak lagi harus bergantung pada mesin
pencacah (chopper) seperti yang biasanya digunakan dalam pengolahan rumput gajah mini
(Daryatmo, Wida Wahidah Mubarokah, & Budiyanto, 2019). Karakteristik dari rumput odot
memungkinkannya untuk menghasilkan jumlah tunas yang cukup banyak. Menurut Sawen
(2012), rumput odot memiliki atribut khusus, seperti umur tanaman yang panjang,
kemampuan membentuk rumpun, tinggi tanaman mencapai kisaran 1-1,8 meter. Akar
tanaman ini memiliki rhizome yang pendek dan menghasilkan banyak anakan yang
berumpun. Rumput gajah odot mini (Pennisetum purpureum cv. Mott), selain memiliki
produksi anakan yang melimpah, juga memiliki akar yang kuat, batang yang tidak keras,
banyak ruas daun, dan struktur daun yang masih muda, sehingga menjadi pilihan yang sangat
disukai oleh ternak, seperti yang dijelaskan oleh Rahman et al. (2013 dalam Hendian dan
Putra, 2014). Rumput ini termasuk dalam kategori rumput unggul yang berasal dari daerah
tropis, dan memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi, yakni mencapai 60 ton per hektar
per panen. Kandungan nutrisinya juga cukup tinggi, dengan kandungan fosfor (P) dan kalium
(K) mencapai 17–19%, total digestible nutrients (TDN) mencapai 64,31%, dan hanya
memiliki sekitar 2,5% lignin dari bahan keringnya, sesuai dengan penelitian Hendian dan
Putra (2014) dan Ressie, M. L. Mullik, & Dato (2018).
Rumput odot memiliki kapasitas produksi yang luar biasa, yaitu sekitar 49,39 hingga
57,71 ton per hektar dalam satu kali panen, serta mampu beradaptasi dan tumbuh dengan baik
di tanah kering seperti di Nusa Tenggara Timur (Sada, et al., 2018) lebih lanjut yang di
kemukakan oleh Yassin et al., (2003) menyebutkan bahwa rumput odot mengandung sekitar
0,9% lemak pada batangnya dan 2,27% pada daunnya, dengan kandungan protein kasar (PK)
sekitar 8,1% pada batangnya. Selain itu, terdapat keunggulan lain yang dimiliki oleh rumput
odot. Menurut Kusuma (2014), pemberian pupuk majemuk NPK berperan dalam memacu
pertumbuhan tanaman, yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan nutrisi seiring dengan
bertambahnya usia tanaman. Dalam sebuah penelitian oleh Hendarto et al. (2020),
penggunaan pupuk kandang dan NPK dalam berbagai dosis pada tahap pertumbuhan
defoliasi ketiga rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) menghasilkan produksi
hijauan segar rata-rata sebesar 8,84 kg per 5 meter persegi atau setara dengan 17,68 ton per
hektar. Selain itu Widodo (2015), seperti yang dikutip oleh Sari (2021), menjelaskan bahwa
rumput odot memiliki batang yang relatif pendek dan empuk, dengan satu rumpun dapat
menghasilkan sekitar 50-80 batang. Rumput ini sangat disukai oleh ternak ruminansia
dibandingkan dengan jenis rumput lainnya. Upaya untuk meningkatkan unsur dalam tanah
guna memperbaiki kesuburan tanah merupakan salah satu faktor utama dalam budidaya
rumput odot. Pupuk organik dapat dihasilkan dari limbah ternak, salah satunya adalah sludge
biogas. Sludge biogas merupakan limbah yang berasal dari proses biogas dan berupa lumpur
organik. Limbah ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan
pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menyuburkan tanaman,
termasuk rumput odot, serta meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, seperti yang
disebutkan oleh Mbani et al. (2022).
2.5. Produksi berat kering
Produksi berat kering adalah salah satu parameter yang dapat digunakan dalam
mengukur jumlah biomassa dan kadar air dalam tanaman. Seperti yang dijelaskan oleh
Soegito et al. (1992), produksi berat kering tanaman dapat bervariasi tergantung pada jenis
tanaman yang ditanam, karena setiap varietas tanaman memiliki karakteristik produksi yang
berbeda, yang dipengaruhi oleh sifat genetiknya. Selain itu faktor umur panen juga
memengaruhi produksi berat kering tanaman bagian atas, karena semakin lama tanaman
tumbuh, semakin banyak waktu yang tersedia bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis,
yang mengakibatkan akumulasi materi hasil fotosintesis dalam sel serta jaringan tumbuhan.
Bertambahnya umur tanaman dapat menyebabkan tanaman memasuki fase renesans yaitu
kondisi dimana tingkat selulosa dan lignin dalam tanaman meningkat.
Pencahayaan matahari juga memiliki peran penting dalam fotosintesis, karena cahaya
matahari adalah sumber energi yang diperlukan untuk menghasilkan bahan kering dalam
tanaman. Gangguan dalam pencahayaan dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman dan
pembentukan anakannya. Menurut Magfiroh (2017), intensitas penyinaran matahari yang
tinggi dapat meningkatkan jumlah anakannya. Sabihan (1989) dalam Hidayah (2003) juga
mencatat bahwa pemberian pupuk kandang pada lahan dapat memperbaiki struktur tanah dan
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, memungkinkan tunas baru untuk tumbuh melalui
permukaan tanah.
Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah hasil
ekskresi dari binatang ternak maupun peliharaan yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan unsur hara dan meningkatkan kualitas fisik dan biologis dari tanah. Acquaah
(2005) juga menyatakan bahwa bahan organik memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
(Mudap et al., 2019). Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang dapat memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air (Riley et al., 2008), dan meningkatkan
aktivitas biologi dalam tanah (Riley et al., 2008; Dinesh et al., 2010).
2.6. Produksi Berat Segar
Data menunjukkan bahwa pemberian pupuk feses ternak ayam dalam empat
perlakuan berdampak signifikan pada berat segar dan produksi tanaman. Ini terjadi karena
unsur hara dalam tanah berperan penting sebagai pengendalian pathogen. Unsur hara
memiliki potensi untuk melindungi tanah selama proses pertumbuhan tanaman dan bahkan
mampu menghasilkan hormon pertumbuhan serta memfasilitasi fiksasi nitrogen dan pelarutan
fosfor, memberikan manfaat yang signifikan bagi pertumbuhan tanaman.
Berat segar mencerminkan total berat tanaman dan mencerminkan hasil dari aktivitas
metabolik dalam tanaman. Pertumbuhan organ yang optimal akan mengakibatkan
peningkatan penyerapan air oleh tanaman dan pembelahan sel yang lebih aktif, yang pada
gilirannya meningkatkan berat segar pada tanaman. Dwijoseputro (1992) menjelaskan bahwa
tanaman yang tumbuh dengan baik biasanya mengandung sekitar 90% air dalam jaringannya.
Wilayah Timur Indonesia, khususnya di Pulau Timur, umumnya memiliki iklim
kering, tingkat kandungan bahan organik yang rendah, pH tanah netral hingga sedang, dan
ketebalan lapisan tanah yang bervariasi. Meskipun tanah di wilayah ini memiliki tingkat
kesuburan kimia yang relatif tinggi, kekurangan air seringkali mengakibatkan tingkat
kesuburan tanah yang rendah. Dalam konteks ini, budidaya rumput odot di lahan kering di
Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) dapat dianggap sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut. Informasi ini didasarkan pada data
Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2017 (Ceunfin et al., 2022).
Penyerapan air oleh tanaman dapat memberikan imbas pada penyerapan unsur hara dalam
tanah, yang mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan berkontribusi pada
peningkatan berat tanaman. Produksi tanaman sangat terkait erat dengan pertumbuhan
tanaman itu sendiri. Keberadaan unsur nitrogen yang terkandung dalam pupuk kandang ayam
berperan penting dalam peningkatan kandungan klorofil pada daun tanaman. Klorofil adalah
komponen penting dalam proses fotosintesis (Istikomah dan Kunharjanti, 2017).
Adanya klorofil yang lebih banyak pada daun, yang merupakan organ utama dalam
fotosintesis, meningkatkan penyerapan sinar matahari oleh tanaman, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil dari proses fotosintesis tersebut. Hasil fotosintesis, khususnya
dalam bentuk glukosa, digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Oleh
karena itu, peningkatan jumlah daun dan jumlah anakan baru, bahkan dalam kondisi tanah
dengan unsur hara yang terbatas, dapat memberikan manfaat yang signifikan. Sari dkk.
(2016) juga menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah daun tanaman, berat segar
tanaman akan mengalami peningkatan (Lestari et al., 2020). Maka dari itu peningkatan dosis
pupuk kandang ayam juga berpotensi meningkatkan produksi berat segar rumput odot yang
dicerminkan juga oleh meningkatnya produksi berat kering.
2.7. Pertumbuhan Vegetatif dan Kualitas Nutrisi
Proses pertumbuhan tanaman melibatkan pertambahan ukuran dan berat sebagai hasil
dari pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan
menggunakan parameter seperti volume dan massa tanaman. Volume tanaman dapat
dinyatakan melalui panjang atau tinggi tanaman, sementara pengukuran berdasarkan massa
dapat mengacu pada berat basah dan berat kering tanaman. Fase pertumbuhan vegetatif
dalam siklus hidup tanaman memegang peranan penting dalam menentukan produktivitasnya
(Wahyudi, 2012). Pada fase vegetatif, perkembangan perakaran yang luas dan sehat, batang
yang kokoh, dan daun yang lebar memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman (Wahyudi, 2012). Parameter yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan vegetatif termasuk tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan diameter
batang (Rinasari et al., 2016). Dalam fase pertumbuhan vegetatif, karbohidrat menjadi
penting sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan sel.
Fase pertumbuhan vegetatif terdiri dari tiga tahap utama, yaitu pembelahan sel,
pembesaran sel, dan diferensiasi sel (Ashari, 2006). Pembelahan sel memerlukan karbohidrat
dalam jumlah besar, terutama dalam jaringan meristem yang berperan dalam pertumbuhan
batang, akar, dan kambium. Pembesaran sel sangat dipengaruhi oleh hormon dan
ketersediaan air (Sutopo, 2004). Selama fase diferensiasi sel, yang melibatkan pembentukan
jaringan primer, karbohidrat menjadi faktor utama dalam proses ini (Harjadi dan Sunarjono,
1989).
Sumber pakan utama bagi ternak ruminansia adalah hijauan makanan ternak, yang
memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan, pertumbuhan, produksi, dan
reproduksi mereka. Untuk mencapai produktivitas yang optimal dalam peternakan
ruminansia, penting untuk memastikan penyediaan hijauan makanan yang memadai dalam
hal kualitas, kuantitas, dan kelangsungan pasokan. Rumput odot memiliki sejumlah
keunggulan, termasuk kemampuan tumbuh baik di daerah tropis, produktivitas tinggi,
kandungan nutrisi yang baik, dan daya tarik palatabilitas yang tinggi (Saputra, 2010).
Secara umum rumput gajah odot merupakan tanaman tahunan yang memiliki
karakteristik berdiri tegak dengan akar yang dalam dan rimpang yang pendek. Batangnya bisa
mencapai tinggi 2-3 meter dan memiliki diameter lebih dari 3 cm, dibagi menjadi 20 ruas
atau lebih per batang. Tanaman ini tumbuh dalam bentuk rumpun dengan lebar rumpun
mencapai 1 meter. Daunnya berkisar dari gundul hingga berbulu pendek, dengan helai daun
bergaris, dasar lebar, dan ujung runcing.
Semakin tua umur pemotongan rumput odot, semakin tinggi produksinya, tetapi
kualitas nutrisinya dapat menurun. Ini berarti pengaturan yang tepat diperlukan untuk
memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal, menjaga kesehatan tanaman, dan
mempertahankan produktivitas dalam hal kuantitas dan kualitas. Interval pemotongan juga
berperan dalam menentukan hasil produksi dan nilai gizi hijauan makanan ternak serta
kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali. Pemotongan berlebihan tanpa
mempertimbangkan kondisi tanaman dapat menghambat pertumbuhan tunas baru, yang pada
gilirannya mengurangi produksi dan pertumbuhan anakan. Sebaliknya, pemotongan yang
terlalu ringan dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang didominasi oleh pucuk dan
daun saja, sementara pertumbuhan anakan menjadi terhambat (Ella, 2002).
Menurut Sutedjo (1992), unsur hara makro sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti akar, batang, dan daun. Ketersediaan lengkap
unsur hara makro dan mikro sangat vital, karena kekurangannya dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk yang sesuai dapat merangsang
pertumbuhan tunas samping untuk membentuk anakan baru. Dalam fase vegetatif, yang
mengonsumsi sebagian besar karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman, pengurangan
karbohidrat dapat memperlambat pembelahan sel, yang berdampak pada pertumbuhan jumlah
anakan.
Rumput odot memiliki beberapa keunggulan yang mencakup tingginya kualitas
nutrisi, daya tarik palatabilitas yang baik, kemudahan dalam budidaya, adaptabilitas terhadap
berbagai kondisi lingkungan, dan ketahanan terhadap penyakit (Ressie et al., 2018).
Pertumbuhan dan produksi rumput odot dapat dioptimalkan melalui pengaturan jarak tanam
yang sesuai. Penyusunan jarak tanam yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan dan
produksi rumput odot yang maksimal, mengurangi persaingan tanaman dalam mendapatkan
air dan unsur hara (Daru et al., 2019).
Pemanenan atau defoliasi daun dari tanaman rumput odot dapat dilakukan pada dua
musim yaitu pada musim penghujan maupun musim kemarau dengan jadwal berbeda. Pada
musim penghujan, proses pengeluaran daun dilakukan setiap interval 40 hari, sedangkan pada
musim kemarau, intervalnya diperpanjang menjadi 60 hari (Wijaya et al., 2019). Dengan
tingkat produktivitas yang tinggi dan kandungan nutrisi yang melimpah, rumput odot adalah
pilihan yang sangat cocok untuk digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan produktivitas
rumput odot bisa mencapai angka sekitar 60 ton per hektar dalam setiap kali panen
(Purwawangsa dan Putera, 2014).
2.8. Pertumbuhan tinggi tanaman
Tinggi tanaman adalah salah satu parameter penting yang digunakan sebagai ukuran
dalam penelitian, baik sebagai parameter pengukuran yang menjadi acuan maupun sebagai
indikator dampak perlakuan tertentu. Dalam produksi rumput odot, tinggi tanaman sering
digunakan sebagai metrik untuk mengevaluasi pengaruh berbagai perlakuan atau dampak
lingkungan pada pertumbuhan yang optimal (Yuniarti, 2022).
Rata-rata produksi tinggi tanaman rumput odot yang mendapatkan pupuk bokashi dari
kotoran ayam menunjukkan bahwa pupuk tersebut memberikan stimuli positif terhadap
pertumbuhan tanaman. Ini mengakibatkan tanaman tumbuh lebih cepat dan mencapai tinggi
yang lebih besar, sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini menciptakan kondisi di
mana tanaman memiliki ruang untuk tumbuh dan mendapatkan pasokan unsur hara yang
memadai dari tanah, sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan individu tanaman. Seperti yang
dijelaskan oleh Purwanti (2013), unsur hara seperti nitrogen (N) dan fosfor (P) memiliki
peran krusial dalam merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Ketersediaan nitrogen yang
mencukupi mendorong pembesaran dan perpanjangan sel pada tanaman, yang pada
gilirannya mempercepat pertumbuhan tanaman. Fosfor, sebagai komponen inti sel tanaman,
juga memiliki peran vital dalam proses pembelahan sel yang berkontribusi pada pertumbuhan
tanaman yang lebih cepat.
Menurut pandangan Sari et al. (2016), pupuk kandang ayam memiliki peran penting
dalam meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanaman dan kemampuan tanah untuk
menyimpan air. Ini memungkinkan akar tanaman untuk lebih efisien mengekstrak unsur hara
yang terdapat dalam tanah, membantu meningkatkan pertumbuhan dan tinggi tanaman.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ely et al. (2014), tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor
internal seperti kualitas stek, waktu pemanenan, dan usia tanaman. Faktor eksternal seperti
suhu, kelembaban, jenis tanah, intensitas cahaya, dan ketersediaan air juga memainkan peran
dalam pertumbuhan tanaman.
Fase pertumbuhan vegetatif tanaman, yang mencakup perkembangan akar, daun, dan
pertumbuhan batang baru, melibatkan proses penting seperti pembelahan sel, perpanjangan
sel, dan tahap awal diferensiasi sel. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sangat bergantung pada tingkat fotosintesis yang terjadi dalam tanaman. Oleh karena itu,
aktivitas fotosintesis terutama terjadi di daun tanaman dengan dukungan sinar matahari.
Proses dekomposisi bahan organik dalam tanah memiliki peran kunci dalam
menyediakan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan unsur hara lainnya
yang diperlukan oleh tanaman. Akar tanaman juga dapat berkembang dengan lebih baik
dalam tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang memadai, terutama N yang
membantu dalam pembentukan klorofil dalam tanaman dan pada gilirannya meningkatkan
proses fotosintesis.
Kehadiran bahan organik dalam tanah memainkan peran penting dalam interaksi
antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem tanah. Penelitian yang dilakukan oleh
Musthofa (2007) menegaskan bahwa kandungan bahan organik, terutama dalam bentuk
karbon organik (C-organik), di dalam tanah harus dipertahankan pada tingkat minimal dua
persen. Ini penting untuk mencegah penurunan kandungan bahan organik dalam tanah seiring
berjalannya waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi. Oleh karena itu penambahan
bahan organik ke dalam tanah selama pengelolaan tanah diperlukan secara rutin setiap tahun.
2.9. Pertumbuhan Panjang Daun
Panjang daun adalah salah satu parameter yang perlu diperhatikan dalam mengamati
pertumbuhan tanaman, karena panjang daun merupakan lokasi utama terjadinya proses
fotosintesis. Semakin panjang dan banyak daun yang dimiliki oleh tanaman, maka
pertumbuhan tanaman akan berlangsung lebih baik. Pada rumput odot, panjang daunnya
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara nitrogen (N) dalam tanah. Ini menunjukkan bahwa
nitrogen adalah unsur hara makro yang sangat penting bagi tanaman, terutama dalam proses
pembentukan organ baru seperti daun. Oleh karena itu pemberian pupuk bokashi yang
mengandung berbagai unsur hara, baik makro maupun mikro, dapat memiliki dampak
signifikan pada produktivitas tanaman.
Menurut Haryanto (2007), pemberian unsur nitrogen yang cukup tinggi juga memiliki
peran dalam merangsang pembentukan daun pada tanaman rumput gajah. Ini karena nitrogen
adalah unsur hara yang berperan dalam pembentukan asam amino dan protein, yang
merupakan komponen dasar dalam struktur daun tanaman. Pendapat ini juga diperkuat oleh
Setiawan (2002), yang menjelaskan bahwa kotoran sapi mengandung unsur hara sekitar
0,40% nitrogen (N), 0,20% fosfor (P), dan 0,10% kalium (K).
Kandungan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang terdapat dalam
pupuk kandang ayam memiliki dampak yang signifikan dalam mempromosikan pertumbuhan
tanaman. Nitrogen (N) merupakan unsur penting yang memiliki pengaruh besar pada
berbagai aspek pertumbuhan tanaman, termasuk pembentukan pigmen, pertumbuhan panjang
daun, perkembangan tunas baru dan akar, toleransi terhadap kondisi lingkungan seperti
dingin dan kekeringan, proses akumulasi selama penuaan tanaman, serta kemampuan
tanaman untuk pulih setelah stres pertumbuhan (Alwi, 2017).
Menurut Georgiadis (2007), energi yang dihasilkan dari proses fisiologis pada
tanaman bergantung pada pemanfaatan unsur nitrogen yang terdapat dalam tanah. Unsur
nitrogen ini digunakan dalam berbagai aspek pertumbuhan tanaman, termasuk ukuran daun,
panjang daun, dan diameter batang daun. Semakin besar pertumbuhan daun dan semakin
panjang daun, semakin tinggi tingkat fotosintesis yang akan menghasilkan karbohidrat, yang
pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas tanaman.
Purwowidodo (2000) menjelaskan bahwa nitrogen diperlukan untuk merangsang
pertumbuhan vegetatif, memperluas daun, dan meningkatkan panjang daun, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kandungan klorofil dalam tanaman. Kandungan klorofil yang
lebih tinggi dalam daun akan meningkatkan laju fotosintesis tanaman, yang berkontribusi
pada pertumbuhan yang lebih baik. Harjadi (2007) menambahkan bahwa hasil dari proses
fotosintesis akan didistribusikan ke berbagai bagian tanaman untuk mendukung pertumbuhan
vegetatif.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan Laboratorium Lapangan Universitas Kristen
Wirawacana Sumba, Desa Kuta, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur yang akan
berlangsung mulai pada bulan Agustus - Oktober Tahun 2023
3.2. Materi Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat yang digunakan meliputi plat drum linggis, sabit, sekop, gerobak, parang, tang,
ember, paku, kawat ikat, hamar, meteran, thermometer, terpal, drum air, kertas HVS,
bolpoin.
2. Bahan yang di gunakan meliputi stek rumput odot, feses ayam, dedak padi, arang sekam,
daun cromonelaena, EM4, gula air dan air.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dimana terdapat
4 perlakuan dan 4 ulangan dan dalam 1 plot bedengan terdapat 9 stek/anakan rumput odot,
sehingga di peroleh 144 unit percobaan.
Adapun perlakuan yang di berikan yaitu:
P0: Tanpa pemberian pupuk bokasi feses ayam (control)
P1: Pemberian pupuk bokashi feses ayam dengan level 15 ton/ha
P2: Pemberian pupuk bokashi feses ayam dengan level 30 ton/ha
P3: Pemberian pupuk bokashi feses ayam dengan level 45 ton/ha
3.4. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang di uji ialah:
1. Status Hara Makro.
Status hara makro di antaranya, Nitrogen, Fosfor, Kalium, Magnesium, pH, Tanah yang
diperoleh dari pengambilan sampel tanah pada setiap perlakuan, selanjutnya dianalisis
di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.
2. Pertumbuhan Vegetative, Kualitas Nutrisi Rumput Odot, yang akan di peroleh dari
pengambilan sampel, selanjutnya di analisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan
Fakultas kimia Pakan Universitas Nusa Cendana.

3. Produksi Berat Segar


Produksi berat segar di potong selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan analitik
untuk diketahui produksi berat segar. Hal ini dilakukan pada saat panen.
4. Produksi Berat Kering
Produksi berat kering setelah tanaman ditimbang berat segar kemudian di keringkan
diovenkan pada suhu 150 derajat selsius selama 48 jam selama 4 hari, setelah itu
ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengamatan dilakukan 6 sampel, setelah
panen.
5. Tinggi Tanaman
Tinggi pada tanaman dilakukan pengukuran dari bangkal batang sampai ujung daun
terpanjang. Pengukuran dilakukan dengan parameter pada 6 sampel tanaman setiap
minggu sekali sampai panen.
6. Panjang Daun
Panjang daun dilakukan pengukuran dahan daun sampai keujung daun dengan
mengunakan parameter. Pengukuran dilakukan setiap minggu sekali sempai panen
3.5. Prosedur Penelitian.
1. Persiapan Lokasi/ Lahan
a. Pembersihan lahan penelitian
b. Pemotongan gulma yang ada di lahan penelitian
2. Pembuatan Bedengan
a. Melakukan pemotongaan plat drom
b. Perakitan plat dengan menggunakan kawat ikat
c. Pembuatan bedeng sebanyak 16 plot dengan ukuran Panjang 220 cm, x Lebar 220 cm,
dan tinggi 21 cm.
d. Pemasangan plat drum pada lahan penelitian
e. Pengisian tanah pada plot bedengan
3. Pembuatan Pupuk Bokasi
Adapun langkah – langkah pembuatan pupuk bokashi ialah sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan yaitu, skop, gayung, karung, ember, terpal, gembor.
Pembuatan pupuk menggunakan metode pembuatan dari Jua & Sudarma. (2022), yaitu
feses ayam (60 %) Chromonolaena odorata (15%) dedak padi (10%) arang sekam
(15%). Adapun dalam pembuatan pupuk bokashi sebanyak 300 kg yaitu feses ayam
180 kg (60%) Arang sekam 45 kg (15%) daun Chormonolaena 45 kg (15%), dedak
padi 30 kg (10%), EM4 300 ml, gula air 300 ml dan air secukupnya.
b. Campurkan semua bahan yang sudah tersedia di lokasi penelitian.
c. Melakuakan pencampuran air, gula air dan EM4
d. Setelah semua tercampur melakukan penyiraman EM4 yang telah terlarut dengan
menggunakan penggemburan
e. Setelah semua bahan tercampur dengan EM4 maka pupuk tersebut di buat dalam
gundukan lalu di tutup rapat dengan terpal
f. Melakukan pembalikan setiap pagi dan sore
g. Setelah pupuk terfermentasi selama 21 hari dan tidak berbau, tidak panas maka pupuk
tersebut sudah dapat di aplikasikan penanaman dan pemeliharan
4. Penanaman dan Pemeliharaan kembali Rumput odot yang ke 4
a. Plot yang sudah terisi tanah dicampurkan dengan pupuk bokashi feses ayam dan daun
chromolaena odorata secara merata sesuai perlakuan.
b. Melakukan penanaman bibit rumput odot pada plot yang sudah terisi pupuk dengan
jarak tanam 80 cm x 80 cm.
c. Penyiraman tanaman rumput odot menggunakan metode penyiraman dari Ressie, dkk.,
(2018), sebanyak 4 liter dalam 2 hari sekali. Adapun penyiraman tanaman rumput odot
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 2 liter/m2/hari
d. Melakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh disekitar plot dalam bedengan.
5. Pengambilan Data
a. Pengambilan data diambil setelah rumput odot dipanen ke tiga, dan produksi dilakukan
dengan cara berat segar seluruh bagian tanaman ditimbang sebanyak 200gram pada
setiap unit perlakuan, kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 105 oC
selama 4 jam, selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan analitik yaitu untuk
diketahui produksi berat kering. Data produksi berat kering kemudian dikonversi ke
gram.
b. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang diatas permukaan tanah sampai titik
tumbuhan teratas dan diamati sekali dalam dua minggu.
c. Panjang daun (cm) diukur menggunakan leaf area meter. Satu daun mewakili satu
perlakuan dalam satu blok, diamati sekali dalam dua minggu.
6. Analisis Data
1. Data unsur hara dan kualitas nutrisi dianalisis menggunakan metode deskriptif.
2. Data produksi pertumbuhan menggunakan analisis of varians (ANOVA) dengan
tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata akibat perlakuan,
maka akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda (DUNCAN) menggunakan program
SPPS 21 for windows.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Sutarno, & Sumarsono. (2022). Pertumbuhan Dan Produksi Sistem Tumpangsari
Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Dan Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas L. Var Antin 3) Pada Jarak Tanam Yang Berbeda. Jurnal Agroplasma, 9.

Al-Baarri,, A. N. (2020). Pembangunan Bidang Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan


Ketahanan Pangan Nasional. 2020 Penerbit Indonesian Food Technologists, Vi, 978-
602-71169-9-13.

Amah , M. K., Sudarma, I. A., & Hambakodu, M. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk Bokasi
Feses Ayam Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Produktifitas Rumput Odot
(Pennisetum Purpureum Cv. Mott). Pastura, 11 (1), 45- 49.

Amin, M., & S.Pt. S.Ag. Mm, S. Z. (2018). Respon Pupuk Urea Dan Pupuk Kandang
Terhadap Jarak Tanam Dan Produksi Rumput Gajah Odot (Pennisetum Purpureum.
Cv.Mott). Ilmiah Peternakan, 6, 20-26.

Araujo, C. D., Un, M. Y., & Koten, B. B. (2019). Produksi Rumput Odot (Pannisetum
Purpureum Cv. Mott) Pada Lahan Kering Dengan Pemberian Pupuk Organik
Berbahan Feses Babi. Ilmu Peternakan Terapan, 6-13.

Astuti , A. (N.D.). Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan Organik Dengan Aktivator
Alami Dan Buatan. Prodi Agronomi, Fak. Pertanian Umy. Yogyakarta.

Bali, I., Ahmad, A., & Lopulisa, C. (2018). Identifikasi Mineral Pembawa Hara Untuk
Menilai Potensi Kesuburan Tanah. Jurnal Ecosolum, 7, 81-100.
Bura Sawula, A. Y., Sudarma, I. A., & Pati, D. U. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk Sludge
Biogas Dengan Level 0, 20 Dan 40 Ton/Hektar Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot
Di Kabupaten Sumba Timur. Meningkatkan Inovasi Teknologi Untuk Membangun
Peternakan Kreatif Dan Berkelanjutan, 152-165.

Ceunfin, S., & Bere, M. G. (2022). Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Beberapa Kultivar Ubi Jalar (Ipomoea Batatasl.) Di Lahan Kering. Jurnal
Pertanian Konservasi Lahan Kering, 7, 33-37.

Daryatmo, J., Wida Wahidah Mubarokah, W. W., & Budiyanto. (2019). Pengaruh Pupuk
Urea Terhadap Produksidan Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv
Mott ). Jurnal Ilmu Peternakan Dan Veteriner Tropis, 9, 62–66.

Hartatik, W., Husnain, & Widowati, L. R. (2015). Peranan Pupuk Organik Dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah Dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan, 9, 107-
120.

Hendarto, E., Qohar, A. F., Hidayat, N., Bahrun , & Harwanto. (2020). Produksi Dan Daya
Tampung Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Pada Berbagai Kombinasi
Pupuk Kandang Dan Npk. Prosiding Seminar Teknologi Dan Agribisnis Peternakan,
751-758.

Hepriyani, A. D., Hidayat, K. F., & Utomo, M. (2016). Pengaruh Pemupukan Nitrogen Dan
Sistem Olah Tanah Jangka Panjang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Gogo
(Oryza Sativa L.) Tahun Ke-27 Di Lahan Politeknik Negeri Lampung. 4, 36 – 42.

Indrarosa, D. (2021). Aplikasi Pupuk Organik Berbahan Feses Ternak Pada Rumput Odot
(Pennisetum Purpureum Cv. Mott. Balai Besar Pelatihan Pelatihan Peternakan Batu
Vol 5 (2), 62-76.

Kastalani, Kusuma, M. E., & Melati, S. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Bokasi Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Ziraa'ah, 42 (2),
123- 127.

Kusuma, M. E. (2016). Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Rumput Setaria (Setaria Spachelata). Jurnal Ilmu Hewani
Tropika, 5, 76-81.
Kusuma, M. E. (2019). Respon Rumput Odot (Pennisetum Purpureum. Cv. Mott) Terhadap
Pemberian Bokashi Kotoran Ayam Pada Tanah Berpasir. Ilmu Hewani Tropika, 8, 71-
76.

Lestari, N. P., & Sukri, M. Z. (2020). Aplikasi Asam Humat Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt.). Peran Teaching
Factory Di Perguruan Tinggi Vokasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Pada
Era New Normal, 145-152.

Lestari, S. U., & Muryanto. (2018). Analisis Beberapa Unsur Kimia Kompos Azolla
Mycrophylla. Jurnal Ilmiah Pertanian, 14, 60-65.

Luklukyah, Z., Sermalia, N. P., & Hidayah, N. (2020). Peningkatan Pertumbuhan Dan
Produksi Rumput Gajah Dengan Penambahan Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Ilmiah ,
4, 461-469.

Manurung, R., Gunawan, J., Hazriani , R., & Suharmoko, J. (2017). Pemetaan Status Unsur
Hara N, P Dan K Tanahpada Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan Gambut. Jurnal
Pedon Tropika, No 1 Vol 3 , 89-96.

Mbani, M. N., & Sudarma, I. A. (2022). Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Sludge Biogas
Level 0, 15 Dan 30 On/Ha Terhadap Pertumbuhan Kembali Rumput
Odot(Pennisetum Purpureum Cv. Mott). Jurnal Inovasi Penelitian, 2, 3021-3024.

Mudap, V. N., Nastiti, H. P., & Manggol, Y. H. (2019). Pertumbuhan Dan Produksi Panen
Kedua Rumput Brachiaria Hibryd Cv. Mulato Yang Diberi Bokashi Feses Kambing
Dengan Dosis Yang Berbeda. Jurnal Peternakan Lahan Kering, 1, 611 - 618.

Musyadik. (2019). Identifikasi Status Hara Tanahpada Lahan Kering Sebagai Dasar
Pemupukan Kedelaidi Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Ecosolum, 8, 50-55.

Mutma' Inah, I. S. (2018). Identifikasi Kesuburan Tanah Menggunakan Metode Potensial Diri
Dan Kimia Tanah (Kandungan Unsur Hara Dan Ph Tanah) Pada Lahan Pertanian Di
Kecamatan Puger Di Kabupaten Jember. Digital Repository Universitas Jember, 87-
90.

Nita, C. E., Siswanto, B., & Utomo, W. (2015). Vol 2 No 1:119-127, Pengaruh Pengolahan
Tanah Dan Pemberian Bahan Organik (Blotong Dan Abu Ketel) Terhadap Porositas
Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu Pada Ultisol . Tanah Dan Sumberdaya
Lahan.

Novitasari, V. (2019). Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum


Mill.) Dari Benih Lama Yang Diinduksi Kuat Medan Magnet 0,1 Mt, 0,2 Mt Dan 0,3
Mt. (Skripsi), 52-60.

Pangaribuan, D. H., Yasir, M., & Utami, N. K. (2012). Dampak Bokashi Kotoran Ternak
Dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk Anorganik Pada Budidaya Tanaman Tomat. J.
Agron. Indonesia, 40, 204 - 210.

Ressie, M. L., M. L. Mullik, M. L., & Dato, T. D. (2018). Pengaruh Pemupukan Dan Interval
Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Gajah Odot (Pennisetum
Purpereumcv Mott). Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 13, 182-188.

Riyanto, F. A., Herijanto, S., & Rahardjo, S. (2022). Pengaruh Jarak Tanam Terhadap
Produktivitas Rumput Odot (Pennisetum Purperium Cvmoot) Di Padang
Penggembalaan Maribaya Kecamatan Bumiayu. Media Peternakan, 1411-3538.

Sada, S. M., Koten, B. B., Ndoen, B., Paga, A., Toe, P., Wea, R., & Ariyanto. (2018).
Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Keong Mas
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Hijauan Pennisetum Purpureum Cv. Mott.
Jurnal Ilmiah Inovasi, 18, 42-47.

Sengkoen, B. (2019). Pengaruh Level Pemberian Bokashi Cair Berbahan Dasar Limbah
Biogas (Slurry) Dan Ekstrak (Chromolaena Odorata) Terhadap Pertumbuhan Awal
Lamtoro (Leucaena Leucocephala). Journal Of Animal Science, 4, 6-8.

Sri Purnami Pinatih, I. A., Kusmiyarti, T. B., & Susila, K. D. (2015). Evaluasi Status
Kesuburan Tanah Pada Lahan Pertanian Di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 4, 282-292.

Suhariyono, G., & Menry, Y. (2005). Analisis Karakteristik Unsur-Unsur Dalam Tanah Di
Berbagai Lokasi Dengan Menggunakan Xrf. Prosiding Ppi – Pdiptn 2005 Puslitbang
Teknologi Maju – Batan, 197-206.

Syamsuwirman, Badal, B., Meriati, Yuni, D. W., & Warisa, N. (2022). Pengaruh Penggunaan
Poc (Lamtoro + Batang Pisang) Dan Bokashi Sampah Pasar Terhadap Tanaman
Mentimun (Cucumis Sativus L.). Journal Of Scientech Research And Development, 4,
49 - 58.

W. A. Sulaiman, W., Dwatmadji, & Suteky, T. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk Feses
Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput
Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Di Kabupaten Kepahiang. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 13, 365-376.

Wahyu, B., Mustaring, & Basri, M. (2022). Pertumbuhan Kembali Rumput Odot (Pennisetum
Purpureumcv. Mott) Yang Diberi Perlakuan Pupuk Nitrogen Pada Perkembangan
Awalnya. Https://Ejurnal.Fapetkan.Untad.Ac.Id/Index.Php/Agrisains, 23, 139-147.

Wati, W. S., Mashudi, & Irsyammawati, A. (2018). Kualitas Silase Rumput Odot
(Pennisetum Purpureum Cv.Mott) Dengan Penambahan Lactobacillus Plantarum Dan
Molassespada Waktu Inkubasi Yang Berbeda. Vol 1 No 1, 45-53.

Anda mungkin juga menyukai