Anda di halaman 1dari 7

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

MUH NUR G051211034


E-mail : mnurmamuju2020@gmail.com
ABSTRACT
Plant cultivation is an integral part that cannot be separated from fertilizers.
Plant cultivation is an integral part that cannot be separated from fertilizers.
Several things that must be considered so that fertilization is efficient and on
target include determining the type of fertilizer, fertilizer dosage, fertilization
method, time and frequency of fertilization and controlling the quality of
fertilizer so that fertilization can perform its role. The purpose of this study was
to determine the effect of giving doses of organic and inorganic fertilizers on the
growth process and production of corn plants. Usefulness to know how the effect
of giving doses of organic and inorganic fertilizers on the growth process and
production of corn plants.
Keywords: Corn, Fertilizers, Fertilization

ABSTRAK
Budidaya tanaman merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan
pupuk. Budidaya tanaman merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dengan pupuk. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan
tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode
pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk agar
pemupukan bisa melakukan perannya. Tujuan mengetahui pengaruh pemberian
dosis pupuk organik dan anorganik terhadap proses pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung. Kegunaan mengetahui bagaimana pengaruh pemberian dosis
pupuk organic dan anorganik terhadap proses pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung
Kata Kunci : Jagung, Pupuk, Pemupukan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak diminati oleh masyarakat
khususnya di wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang dilintasi oleh garis
khatulistiwa sangat memberikan keuntungan tersendiri khususnya bagi
masyarakat yang berprofesi di sektor pertanian. Keuntungan yang di dapatkan
berupa tanah yang relatif subur serta memiliki dua musim dengan memiliki iklim
yang tropis. Masyarakat Indonesia sangat memanfaatkan hal tersebut dengan
melakukan budidaya tanaman tertentu dengan berprofesi sebagai seorang petani.
Budidaya tanaman juga meliputi beberapa kegiatan yang mulai dari pra tanam
hingga pasca panen, dan salah satu budidaya tanaman yang banyak dilakukan
yaitu budidaya tanaman jagung (Armando, 2019).
Budidaya tanaman merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dengan pupuk. Tanah sebagai media tumbuh tanaman yang memiliki daya dukung
berbeda-beda, dalam mendukung usaha tani untuk setiap jenis komoditas
pertanian. Suatu bidang lahan jika ditanami secara terus menerus dapat
menyebabkan penurunan kesuburan tanah. Maka diperlukan usaha untuk
menambahkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah yaitu dengan cara
pemupukan. Jadi pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih
unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman ya diberikan lewat tanah, daun atau batang tanaman
dengan cara diinjeksi (Zulfaniah 2020).
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-
masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila
ketersediaannya kurang. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan
efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk,
metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu
pupuk agar pemupukan bisa melakukan perannya (Suwandi et al., 2021).
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlukan dilakukan praktikum mengenai
pemberian dosis pupuk baik itu pupuk organic maupun anorganik terhadap
pembudidayaan tanaman jagung.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk organik dan
anorganik terhadap proses pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
Kegunaan praktikum yaitu agar dapat mengetahui bagaimana pengaruh
pemberian dosis pupuk organic dan anorganik terhadap proses pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Tanah
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam jenis tanah
dan jenis tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh salah satunya yaitu keadaan sifat fisik tanah. Sifat fisik
tanah mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman untuk mencari air dan unsur
hara. Perkembangan akar tanaman membutuhkan kondisi tanah yang gembur.
Akar tanaman tidak dapat berkembang dengan baik apabila tanah mengalami
pemadatan, sehingga tanaman akan terganggu dalam menyerap air dan unsur hara.
Pemberian bahan organik perlu dilakukan dapat mengoptimalkan kualitas fisik
tanah sehingga tanaman bisa tumbuh optimal (Widodo dan Kusuma 2018).
PH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor
(P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh,
berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat
hingga di atas 5.5, Nitrogen menjadi tersedia bagi tanaman dalam bentuk nitrat.
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan
zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai
kemungkinan yang besar untuk teracuni Al. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan
pH, menunjukkan tingkat kemasaman tanah (Widodo dan Kusuma 2018).
Indonesia adalah negara yang kaya akan jenis tanah. Menurut soil taxonomy,
Indonesia memiliki 10 Ordo dari 12 ordo tanah yang ada di seluruh dunia yaitu
Histosol (tanah gambut), Entisol, Inceptisol, Mollisol, Andisol, Vertisol, Alfisol,
Ultisol,Oxisol, dan Spodosol. Masing-masing jenis tanah tersebut memiliki sifat
yang berbedabeda. Potensi N2O pada keberagaman jenis tanah belum banyak
diteliti sehingga diperlukan peninjauan agar didapat kesimpulan tanah apa yang
berpotensi mengemisikan gas N2O tinggi dan mengemisikan gas N2O rendah jika
dikelola dengan cara yang sama (Suntoro et al., 2013).

2.2 Pupuk dan Pemupukan


Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Meskipun demikian, ke dalam pupuk, Khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pupuk NPK organik Granul
terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti
asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain (Noor, 2012).
Pemupukan merupakan hal atau cara memberikan zat yang bertujuan untuk
memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah. Berdasarkan bahan bakunya,
pupuk digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik disebut pupuk alam karena seluruh atau sebagian besar pupuk ini berasal
dari alam. Kotoran hewan, sisa (serasah) tanaman, limbah rumah tangga, dan
batu-batuan merupakan bahan dasar pupuk organik. Kelebihan pupuk organik
dibandingkan pupuk buatan (pupuk kimia) yaitu mampu memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah serta dapat mengurangi penggunaan bahan kimia. Pupuk
anorganik adalah pupuk non-alami yang diproduksi oleh industri sehingga dikenal
juga dengan nama pupuk kimia atau pupuk buatan. Pupuk anorganik tidak mampu
memperbaiki kualitas tanah, berbeda dengan pupuk organik yang bisa berfungsi
sebagai penyubur dan pembenah tanah (Amin, 2012).
Tujuan utama pemupukan adalah untuk menjamin ketersediaan hara secara
optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh
peningkatan hail panen. Penggunaan pupuk yang secara efisien pada dasarnya
adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat
menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari
lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir
berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang
ditambankan dalam pupuk tersebut (Amin, 2012).
Dalam pupuk NPK organik Granul terdapat senyawa-senyawa organik lain
yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-
senyawa organik lain

2.3 Tanaman Jagung


Tanaman jagung memiliki bahasa ilmiah Zea mays, merupakan salah satu
jenis tanaman serealia yang berasal dari benua Amerika. Jagung merupakan
salah satu bahan pangan utama di Indonesia setelah beras. Jagung adalah
komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek pengusahaan dan
penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan pangan dan industri. Bidang
industri jagung menjadi sumber bahan baku di sektor industri termasuk
industri pakan. Potensi yang dimiliki jagung dibutuhkan sebagai alternatif
bahan pangan menggantikan beras. Selain itu, kebutuhan akan jagung terus
meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan bahan baku pakan. Di
Indonesia sendiri memiliki tanah dan iklim yang sangat mendukung untuk
pertumbuhan tanaman jagung (Wanto, 2019).
Jagung memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan
nasional dan internasional setelah beras dan gandum. Jagung merupakan
tanaman yang umumnya ditanam di wilayah dataran rendah, baik di tanah
tegalan, sawah tadah hujan serta ditanam di dataran tinggi. Untuk
pengembangan jagung, penggunaan benih unggul dan bermutu tinggi
menjadi salah satu upaya yang terus dikaji dan disebarluaskan ke petani.
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah
padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan
pokok kedua setelah beras. masalah utama dalam upaya peningkatan
produksi jagung nasional adalah adanya varietas unggul nasional yang masih
lambat. Paket teknologi spesifik lokasi belum banyak tersedia, serta jaminan
pasar dan harga jagung yang belum menarik bagi produsen (Amin, 2012).
Penyakit pada tanaman jagung disebabkan oleh patogen yang beragam
seperti jamur, bakteri, virus, maupun nematoda. Penyakit yang menyerang pada
tanaman jagung tentunya akan mempengaruhi fisiologis tanaman sehingga
tanaman tidak dapat berkembang dengan baik dan menyebabkan berkurangnya
produksi buah yang dihasilkan. Penyerangan penyakit patogen pada tanaman
jagung dapat bermula pada fase bibit (vegetatif) serta pada fase generatif.
Penyakit patogen umum saat fase bibit adalah adanya patogen menyerang benih
serta pada batang dan dapat membuat jagung menjadi rebah (Iswari et al., 2018).
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yanag agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya,
jagung menghendaki beberapa persyaratan. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Suhu yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-34 derajat Celcius, akan tetapi bagi pertumbuhan
tanaman jagung yang ideal memerlukan suhu yang optimum antara 23-27 derajat
Celcius. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat Celcius (Veronika dan Elfayetti, 2017).
Jagung merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari oleh penduduk
perkotaan karena rasanya yang manis, enak dan banyak mengandung karbohidrat,
sedikit protein dan lemak. Budidaya jagung berpeluang memberi keuntungan yang
relatif tinggi bila diusahakan secara efektif dan efisien. Hampir semua tanaman
jagung memiliki nilai ekonomis, beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan
diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua dapat
digunakan untuk pembuatan pupuk kompos dan pupuk hijau, batang dan daun
kering untuk pengganti kayu bakar (Syofia et al., 2014).

METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakn pada hari Sabtu tanggal 30 September 2022, pukul
17.00 WITA sampai selesai di kebun percobaan (experiment Farm). Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang dipakai dalam praktikum ini yaitu Plastik obat bening, timbangan, label,
alat tulis. Adapun bahan yang dipakai yaitu pupuk urea, ZA, pupuk SP-36, pupuk
KCl, kompos, dll.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yanh darus diperhatikan yaitu:
1. Perhitungan Dosis
Kebutuhan pupuk Urea, SP-36 dan KCL untuk lahan
Luas Lahan  Banyaknya Pupuk (gram)  gram/petak
10.000m2
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman :
Kebutuhan pupuk perpetak  gram/ Tanaman
20m2 1m  0,2m
2. Persiapan media tanaman
a. Jika menggunakan pot/polybag
1. Masukkan tanah kering udara yang telah dikompositkan sedikit demi
sedikit ke dalam pot sebanyak 15 kg per pot.
2. Lalu diberikan air sampai kapasitas lapang.
3. Untuk perlakuan yang diberi kompos dan pupuk kandang, maka pot
diinkubasi selama ± 1 minggu sebelum penanaman.
b. Jika langsung di tanah:
1. Membuat bedengan dengan ukuran panjang x lebar x tinggi masing masing
250 cm x 60 cm x 250 cm. Jarak antar bedengan yaitu 30 cm.
2. Membuat lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm. Sehingga terdapat 5
lubuang tanam dalam setiap bedengan.
c. Penanaman dan pemupukan
1. Lubang tanam (untuk benih) dibuat dengan cara ditugal.
2. Jumlah benih untuk satu lubang tanam berjumlah dua biji.
Khusus untuk perlakuan pupuk
3. Pemupukan (penggunaan pupuk dan dosis berdasarkan pada perlakuan masing-
masing kelompok) :
Pupuk Anorganik (Urea, SP-36, KCl)
- Memberikan pupuk urea sebanyak 1/3 dosis pada saat waktu tanam dan 2/3
dosis pada umur 28 hari setelah tanam. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan
sekaligus pada saat waktu tanam.
- Pupuk diberikan dengan cara ditugal yang dibuat di kiri dan kanan lubang
tanam jagung dengan kedalaman 10 cm dengan jarak dari lubang tanam 10
cm. Sedangkan untuk pupuk susulan (Urea) jaraknya 15 cm dari tanaman.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah tanaman
3. Keadaan fisik tanaman

DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya Jagung
Hibrida Bima 5 Di Kabupaten Dongggala. Agrika, 6(1): 34-47.
Armando, Y.,G. 2019. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering
Utisol Melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta agrosia,
12(2): 124-129.
Iswari, P., Prasetyo, J., Nurdin, M., dan Dirmawati, S. R. (2021). Pengaruh
Trichoderma Spp. Dalam Beberapa Jenis Bahan Organik Terhadap
Penyakit Bulai (Peronosclerospora spp.). T. Agrotek Tropika, 9(1), 25-34
Noor, M. 2012. Pertanian Lahan Gambut Potensi dan Kendala. Yogyakarta:
Kanisius.
Suwandi, N.N. Husna, M. 2021. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pemupukan
NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kangkung darat. Jurnal Penelitian
HortikulturaXVII .(4):20-28.
Wanto, A. (2019). Prediksi Poduktivitas Jagung Indonesia Tahun 2019-2020
Sebagai Upaya Antisipasi Impor Menggunakan Jaringan Sraf Tiruan
Backpropagation. Sintech Journal, 1(1) 53-62.
Zulfaniah S, Darmawati A, Anwar S. 2020 Pengaruh dosis pemupukan P dan
konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
edamame (Glycine max (L.) Merrill). NICHE Journal of Tropical Biology
3(1): 8-17.
Widodo, K.H., dan Kusuma, Z. 2018. Pengaruh Kompos Terfhadap Sifat Fisik
Tanah Pertumbuhan Tanaman Jagung Di Inceptisol. Jurnal Tanah Dan
Sumber Daya Lahan. 5(2), 959-967.
Suntoro, Syamsiah, J,. Tiyanto. 2013. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi
10 (1) 45-54.
Veronika, J.S., Elfayetti. 2017. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
Jagung Di Kecamatan Binjai Utara. Tunas Geografi. 6(1) 38-48.
Syofia, I., Munar, A., Sofyan. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Dua Varietas Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccharatasturt). Agrium, 18 (3) 208-218.

Anda mungkin juga menyukai