Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum

kesuburan tanah dam pemupukan

PENGENALAN DAN PENENTUAN DOSIS PUPUK

NAMA : MUHAMMAD FATHIR


NIM : G111 16 029
KELAS :E
ASISTEN : RIVANANDA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama
juga sebagai sumber bahan pakan ternak dan memiliki andil terbesar dibandingkan
dengan bahan lain. Peningkatan kebutuhan jagung dalam beberapa tahun terakhir ini
tidak sejalan dengan peningkatan produksi dalam negeri. Peningkatan produksi jagung
menunjukkan bahwa produksi jagung nasional rata-rata negatif dan cenderung
menurun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan
terus meningkat. Pada kenyataannya total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun
ke tahun menunjukkan kesenjangan yang terus melebar dan jika terus dibiarkan,
konsekuensinya adalah peningkatan jumlah impor jagung yang semakin besar dan
negara kita semakin tergantung pada negara asing.
Fenomena dampak negatif intensifikasi pertanian terhadap ekosistem pertanian
terjadi karena intensitas pemakaian pupuk kimia yang terus meningkat dari waktu ke
waktu. Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan tetapi harganya relatif mahal.
Penggunaan pupuk anorganik selalu diikuti dengan masalah lingkungan, baik terhadap
kesuburan biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen.Sebagian
besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering. Masalah utama
penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada
curah hujan, bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan
penurunan kesuburan lahan. Selain itu masalah lain di lahan kering adalah memiliki
pH dan kandungan bahan organik yang rendah. Di pasaran terdapat dua jenis pupuk
yaitu pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses
rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik
pembuat pupuk. Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian
pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap
air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi
tanaman. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam
pembentukan hijau daun. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan
menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan
produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang
yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis jenis pupuk organik dan
anorganik, cara penentuan dosis pupuk dan pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan
tanaman.
kegunaan dari peraktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menggunakan pupuk
sesuai dosis yang diperlukan pada tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Tanah
2.2 Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah. Pemupukan
adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain seperti bahan
kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi pupuk adalah
bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya. Pupuk banyak macam dan
jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya
di dalam tanah dan tanaman. Karena hal-hal tersebut di atas agar diperoleh hasil
pemupukan yang efisien dan tidak merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat,
macam dan jenis pupuk dan cara pemberian pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).
Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang
diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya
pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah
tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk
anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai
bahan kimia sehingga memiliki kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk
anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2007).
Bahan organik hasil pengomposan ini biasanya berbentuk serbuk kasar atau
sedikit bergumpal tergantung kadar air bahan. Pupuk ini sudah dapat digunakan untuk
pemupukan tanaman. Untuk tujuan tertentu bahan-bahan organik yang sudah matang
ini dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk padat dengan berbagai bentuk, misalnya
berbentuk butiran pecah atau butiran seragam, serbuk kasar, pelet atau tablet tergantung
alat pencetaknya. Proses pencetakannya secara umum didahului dengan penghancuran
dan pencampuran bahan organik hasil pengomposan supaya homogen dan baru setelah
itu di cetak sesuai kebutuhan dan bentuk yang diinginkan (Isnaini, 2006).
2.2.1 Jenis dan Sifat Pupuk
1. Kompos
Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya
perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi,
berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N
rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan ber-
C/N rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15%.
Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung, dan serbuk gergaji, memiliki
C/N rasio antara 50-100. Daun segar memiliki C/N rasio 10-12. Proses pembuatan
kompos akan menurunkan C/N rasio hingga menjadi 12-15. Tahapan proses pembuatan
kompos sebagai berikut (Maulana, 2013).
2. Urea
Pupuk urea mengandung 45-46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi
menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis. Urea dibuat dari gas amoniak dan
gas asam arang. Sifat lainnya adalah mudah tercuci oleh air, mudah terbakar oleh sinar
matahari dan bereaksi secara endoterm. Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah
mudah diserap tanaman. Selain itu, kandungan N yang tinggi pada urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya bila diberikan ke dalam
tanah yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan awalnya, yakni amonia dan
karbondioksida yang mudah menguap. % N urea secara teori adalah 46,666 % dapat
dihitung dengan cara mengalikan 2 x Ar N/ Mr Urea x 100%. Pupuk Urea bukan hanya
untuk pertanian, tapi bisa untuk tambak, industri, makanan dan masih banyak lainnya.
Makanya sangat dibutuhkan, kalau warnanya sama maka akan ada kecurangan. Pupuk
berwarna disebut pupuk bersubsidi untuk menghindari kecurangan, pencurian, dan
penimbunan. Pupuk Urea yang tidak berwarna disebut pupuk nonsubsidi. Kemurnian
pupuk Urea dapat diketahui dengan cara % N secara praktek / % N secara teori x 100%.
Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urea
prill dan urea nonprill (Diana, 2013).
Sifat-sifat Pupuk Urea :
- Berat jenis 1, 33 103 kg/m3
- Kelarutan di dalam air 108 g/ 100 ml (200C)
- Titik lebur 132, 7 0C (406 K)
- Keasaman (Pka) 0, 18
- Kebasaan (Pkb) 13, 82
- Kelembaban 81% (20oc)
3. Sp-36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari fosfat
alam dan sulfat. Berbentuk btiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut
di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Reaksi kimia dari pupupk Sp-36 ini tergolong ke dalam netral, tidak higroskopis,
dan tidak bersifat membakar (Silahooy, 2008).
4. Kcl

Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat
higroskopis. Khlor berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau (Silahooy, 2008).
2.2.1.2 Aplikasi Pemupukan
Pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam,
kondisi lahan dan sifat-sifat fisik , kimia tanah & biologi tanah. Dalam aplikasi pupuk
harus diperhatikan kebutuhan hara tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai
hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat
membahayakan pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun
disemprotkan ke permukaan daun. pengaplikasian bahan/unsur-unsur kimia organik
maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan
mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas
tanaman (Lingga, 2008) (Diana, 2013).
Jika yang ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada
didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka
areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu jika pemupukan
ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan
berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah, untuk mengaplikasikan
pupuk sesuai dengan rekomendasi hasil analisis, perlu metode pemupukan yang tepat,
karena kesalahan cara aplikasinya, mengakibatkan pemupukan tidak/kurang efisien.
Dilihat dari sifat bereaksinya pupuk ada yang cepat ada yang lambat, sehingga hal ini
akan mempengaruhi kepada kapan pupuk itu harus diberikan. Pupuk yang bereaksi
cepat biasanya diberikan diawal tanam sebagai pupuk dasar dan akan tersedia dalam
jangka waktu yang lama sehingga frekuensi aplikasinya sedikit. Sedangkan pupuk
yang bereaksi cepat biasanya diberikan secara bertahap karena pupuk ini cepat tercuci
sehinga cepat berkurang ketersediaanya dalam tanah. Dilihat dari peranannya ada yang
berperan dalam pertumuhan vegetatif dan generatif, sehinga pemberiannyapun
disesuaiakan dengan masa pertumbuhan tanaman (Lingga, 2008) (Dian, 2013).
2.4 Tanaman Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan menurut
Warisno (2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Susunan morfologi tanaman
jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah Perakaran tanaman jagung
terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut.
Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam
mineral yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak
diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Wirawan dan Wahab, 2007).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, namun
tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas
bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Panjang
batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm, tergantung tipe jagung. Batang
tanaman jagung tergolong cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin yang
cukup pada batangnya (Rukmana, 1997)(Diah,2011).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan Wahab, 2007).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga (Suprapto, 1999)(Diah, 2011).

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara
lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2006).
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21oC-30oC. Akan tetapi,
untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu
optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah
dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup
untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal
untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000
mm/tahun (Warisno, 2007). Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman
jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis
yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o-50o LU hingga 0o-
40o LS. Jagung bisa ditanam di daerah dataran rendah sampai di daerah pegunungan
yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1800 meter dari permukaan laut. Jagung
yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 meter dari permukaan laut dapat
berproduksi dengan baik (AAK, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Pelataran
Pertanian, Departement ilmu tanah, Fakultas pertanian, Universitas Hasanudin, dan
Teaching farm universitas hasanuddin. Pada hari Minggu, 15 Oktober 2017 pukul
09:00-selesai dan hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 10:00-selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, timbangan
biasa, timbangan analitik dan sendok. Adapun bahan yang digunakan adalah pupuk
urea, pupuk sp-36, pupuk kcl, pupuk kompos, plastik obat, label, polybag, dan
benih jagung.
3.2 Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang pupuk sesuai dosis yang ditentukan.
3. Mengisi tanah kedalam polybag seberat 5kg.
4. Mencampur tanah dengan pupuk kompos 7 hari sebelum menanam.
5. Menanam jagung dan mengaplikasikan pupuk sesuai perlakuan.
6. Menimbang kembali pupuk dengan dosis yang telah ditentukan.
7. Mengaplikasikan pupuk sesuai perlakuan.
8. Mengukur paremeter tanaman setiap 10 hari dari masa tanaman.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Pertumbuhan dan produksi jagung
a. Tinggi Tanaman (cm)
b. Jumlah Daun (helai)
c. Berat Segar dan Berat Kering (gr)
2. Gejala Fisiologi tanaman (termasuk warna)
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2006. Jagung: Seri Budidaya. Kanisius. Yogyakarta
Diah Ekowati, 2011. Pertumbuhan Tanmana Jagung Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject
Dan Pasir Asli Pantai. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta
Diana Saragih. 2013. Pengaruh Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Urea Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Jagung. Universitas Lampung. Lampung
Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara, Fakultas
Pertanian. Medan
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian
Bumi. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Maulana Zulkarnain. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, Dan Custom-Bio
Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan Dan Hasil Tebu Pada Entisol Dikebun
Ngarangkah-Pawon. Universitas Brawijaya. Malang.
Novizan. 2007. Petunjuk Pempukan yang Efektif. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Silahooy, CH. 2008. Efek Pupuk KCl dan SP-36 Terhadap Kalium Tersedia, Serapan
Kalium dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Tanah Brunizem.
Universitas Pattimura. Maluku.
Warsino. 2007. Budidaya Tanman Jagung Manis. Kanisius. Yogyakarta
Wirawan, G.N. dan M.I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung.
http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 7 november 2017.

Anda mungkin juga menyukai