OLEH
Nur Sakinah (A252110011)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan tingkat tinggi mengalami beberapa fase perkembangan, yang
terjadi pada suatu area dinamis yang disebut tunas meristem apikal. Selama
perkembangan post-embryonic, tunas meristem apikal mengalami beberapa fase
perkembangan dengan urutan : 1. Fase juvenil, 2. Fase vegetatif dewasa, dan 3.
Fase reproduktif dewasa. Transisi dari suatu fase ke fase lainnya disebut dengan
perubahan fase. Transisi dari fase vegetatif dewasa ke fase reproduktif disebut
sebagai pembungaan (Taiz dan Zeiger 2002).
Tanaman akan memasuki periode reproduktif setelah tanaman
mengalami peralihan dari periode vegetative ke periode reproduktif. Perubahan
dari pertumbuhan vegetative ke pertumbuhan reproduktif akan terjadi hanya jika
tanaman sudah mencapai kondisi matang untuk berbunga.
Perubahan dari satu fase ke fase lain bisa dipengaruhi oleh nutrisi,
giberelin dan senyawa kimia lainnya. Pada beberapa tanaman kondisi
pencahayaan yang rendah dapat memperpanjang masa juvenile. Konsekuensi
utama dari tingkat cahaya rendah adalah pengurangan ketersediaan karbohidrat
untuk pertumbuhan apek, sehingga suplai karbohidrat terutama sukrosa berperan
pada peralihan antara juvenilitas dan kemasakan (Taiz dan Zeiger 2002).
Induksi bunga adalah fase yang paling penting dalam proses pembungaan.
Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis atau biokimia pada mata tunas dari
pertumbuhan vegetatif mengarah pada pertumbuhan generatif. Beberapa faktor
yang berperan dalam induksi pembungaan meliputi (1) Faktor eksternal, ialah
cahaya, dan suhu air (2) Faktor internal, ialah status hormonal dan nutrisi
(karbohidrat, nitrogen, asam amino), (3) Faktor manipulasi oleh manusia
(girdling/ringing, pemangkasan, pengeringan, pemangkasan akar, pelengkungan
cabang, pengeringan dan pemberian zat pengatur tumbuh) yang berperan dalam
mengatur rasio source-sink.
Beberapa jenis tanaman untuk dapat berbunga membutuhkan suhu rendah
selama beberapa waktu sebelum induksi pembungaan terjadi. Rangsangan
induksi pembungaan pada suatu tanaman dengan perlakuan suhu rendah disebut
2
rasio source dan sink dan merubah translokasi asimilat, sehingga diharapkan
dapat memacu pembungaan dan pembentukan buah.
Source merupakan bagian tanaman yang melakukan fotosintesis dan
menghasilkan asimilat sedangkan sink adalah bagian tanaman yang memanfaatkan
atau menyimpan asimilat. Daun dan jaringan hijau merupakan penghasil asimilat,
sepanjang pertumbuhan vegetatif, akar, daun, dan batang merupakan sink yang
kompetitif terhadap hasil asimilasi. Proporsi hasil asimilasi yang dibagikan ke
ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
produktivitas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam tulisan ini akan dibahas hasil
penelitian tentang hubungan antara source dan sink serta kaitannya dengan
pembungaan.
Respon Komponen Hasil dan Hasil Terhadap Rasio Source dan Sink
Tanaman Brassicae Semusim dan Tahunan
dinaungi pre antesis. Pada perlakuan pembuangan tunas, respon paling tinggi
ditemui pada L. angustifolia, L. gracilis, dan L. pinetorum (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh source-sink (naungan pre antesis, naungan post antesis,
kontrol dan pembuangan tunas bunga) terhadap jumlah buah per
tanaman pada empat spesies Leucerella. Perbedaan huruf
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan. (p<0.05).
A B
Gambar 1. A dan B . Sistem Pergola pada Tanaman Kiwi Rambat
Sumber : http://www.tuinkrant.com/snoeigids/snoei_actinidia.htm
RESPON DEFOLIASI
Tabel 3 Performansi hasil dan jumlah biji serta berat buah dalam RCZ dan FZ
tanaman Kiwi 'Hayward' pada sistem pergola Pada berbagai tingkat
defoliasi di RCZ. Defoliasi dilakukan 5 hari setelah bunga mekar
penuh pada bulan November.
Dalam setiap kolom, rata-rata(nilai tengah) disertai dengan huruf sama secara statistik tidak
berbeda nyata pada P ≤ 0,05 (uji Tukey).
Sumber: Castillo et al. (2010)
Sebaliknya, nilai karbohidrat larut total dalam kulit batang tidak berbeda dari
bulan Desember-Juli (Gambar. 2).
Gambar. 3. Perubahan konsentrasi pati musiman pada tunas, kulit batang, dan
serat akar yang diberi perlakuan defoliasi (0% ) dan defoliasi 75%
di RCZ, yang dilakukan 5 hari setelah mekar penuh, pada bulan
November. Bar mewakili standard kesalahan dari mean. Untuk
setiap tanggal sampling (bulan), kolom dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada P ≤ 0,05 (t-test)
Sumber: Castillo et al. (2010)
Konsentrasi pati dalam akar berkisar 3,8 - 5,8 mg g-1 berat kering. Hasil
pada karbohidrat menunjukkan bahwa ketika terjadi defoliasi berat (75 %),
konsentrasi karbohidrat (terutama pati) menurun secara signifikan pada musim
panas, baik di tunas maupun dikulit batang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
periode ini terjadi persaingan asimilat antara jaringan dimana pati yang
terakumulasi (contohnya yaitu di tunas dan batang) dan buah yang berkembang.
Namun, pati pada serat akar dan karbohidrat larut serta konsentrasi pati di kulit
batang dan tunas saat ini tidak berbeda nyata antara perlakuan non defoliasi dan
perlakuan defoliasi pada tanaman selama masa istirahat tanaman (Juli)
(Gambar. 2). Hal ini terjadi terutama di tunas, hasil fotosintesis menjadi baik di
11
awal musim gugur setelah panen buah, dan/atau realokasi cadangan pada jaringan
penting dalam mobilisasi karbohidrat buah Kiwi.
Dalam setiap kolom, berarti disertai dengan huruf sama tidak berbeda secara statistik pada P ≤
0,05 (uji Tukey).
Sumber: Castillo et al. (2010)
(Vitis vinifera L.) (Bennett et al., 2005), dimana penipisan karbohidrat di tunas
berkorelasi dengan penurunan pembungaan selanjutnya.
KESIMPULAN
1. Respon Komponen Hasil dan Hasil Terhadap Rasio Source dan Sink
Tanaman Brassicae Semusim dan Tahunan
- Perubahan dalam hasil dan komponen hasil yang dihasilkan dari manipulasi
rasio source dan sink tergantung pada siklus hidup tanaman.
- Pada empat spesies (L. mendocina, L pinetorum, L. angustifolia, L. gracilis)
yang diuji, hasil menurun dengan pemberian naungan sebelum antesis dan
meningkat pada pengurangan tunas buah.
- Simpanan karbon selama masa pre-antesis berperanan penting dalam siklus
reproduksi pada tanaman perenial dan anual pada famili Lesquerella.
- Buah adalah pesaing kuat untuk pasokan karbohidrat terbatas dan defoliasi
berat (75%) memiliki efek yang kecil terhadap ukuran buah efek lebih jauh
defoliasi parsial ditandai pada kesuburan tunas.
- Selama musim panas yang merupakan periode kompetensi paling intens
untuk pasokan karbohidrat, defoliasi parsial sangat dapat mengurangi
konsentrasi karbohidrat non-struktural, kondisi lingkungan yang
menguntungkan pada musim gugur dapat memperbaiki Konsentrasi yang
rendah ini
- Defoliasi parsial dan kerusakan daun menyebabkan penurunan besar pada
return bloom (jumlah bunga pertunas musim dingin). Hal ini terkait dengan
menipisnya karbohidrat non-struktural di musim panas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Nasir S.A. Malik, Jose L. Perez. 2011. The effect of high temperature
interruptions during inductive period on the extent of flowering and on
metabolic responses in olives (Olea europaea L.) Scientia Horticulturae 110
(2006) 104-108. http://www.elsevier.com/locate/scihorti
W.J. Masnatta, D.A. Ravetta. 2011. Seed-yield and yield components response
to source-sink ratio in annual and perennial species of Lesquerella
(Brassicaceae). Industrial Crops and Product 34 (2011) 1393-1398.
http://www.elsevier.com/locate/indcrop
YJ. Kim, Hee Jae Lee, Ki Sun Kim. 2011. Night interruption promotes
vegetative growth and flowering of Cymbidium. Scientia Horticulturae 130
(2011) 887-893. http://www.elsevier.com/locate/scihorti