Anda di halaman 1dari 28

Kajian

Hasil Inventarisasi LP2B


Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Sub Direktorat Basis Data Lahan


Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
2014

KATA PENGANTAR
Hingga saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dengan tingkat produktivitas dan
pendapatan usaha yang relatif rendah. Dengan sebagian besar masyarakat hidup
di perdesaan maka kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan banyak terdapat
di perdesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya pengentasan kemiskinan,
pengangguran, dan rawan pangan harus dilakukan dengan membangun serta
mempertahankan lahan pertanian untuk tidak di alih fungsikan. Mengingat peran
petani yang tidak pernah lepas dari pembangunan pertanian, maka tingkat
kesejahteraan petanipun menjadi hal yang sangat penting dalam pembangunan
pertanian.
Sejalan dengan itu, pada tahun 2014 Sub Direktorat Basis Data Lahan,
Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan melakukan inventarisasi lahan
pertanian pangan berkelanjutan dalam bentuk kajian inventarisasi lahan pertanian
pangan berkelanjutan di beberapa Kabupaten diantaranya Kabupaten Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah. Kajian dilakukan berdasarkan kesesuaian data hasil
pemetaan lahan sawah hasil audit lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 serta
updating tahun 2012 dengan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang difokuskan kepada
masukan/saran kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah tentang luasan dan
lokasi sawah untuk dapat di prioritaskan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) serta di pertahankan untuk tidak di alih fungsikan ke lahan
Non Pertanian dalam menunjang peningkatan kesejahteraan petani. Kami harap
kajian ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan di
masa yang akan datang. Masukan, saran, dan kritik yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan kajian ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan
laporan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya. Semoga laporan ini bermanfaat.

Jakarta, Juni 2014


Sub Direktorat Basis Data Lahan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

i
ii
iii
iv

BAB

I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Metodologi
1.5 Ruang Lingkup Wilayah

1
1
2
2
2
2

BAB

II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pemalang
2.1. Gambaran Umum Wilayah
2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting
2.1.3 Kependudukan
2.1.4 Sektor Pertanian
2.2. Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012
2.3. Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah
2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola
Ruang Wilayah
2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B
2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan

III Kajian Lahan Sawah Kabupaten Pemalang Dalam LP2B dan


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

12

BAB

3
3
5
6
6
7
8
8
11
11

BAB IV Kesimpulan dan Saran

16

LAMPIRAN

18

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Pemalang Tahun 2011

Tabel 2.2

Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Menurut Kecamatan


Tahun 2009

Tabel 2.3

Luas Lahan Sawah di Kabupaten Pemalang Hasil Audit Lahan Update


Tahun 2012

Tabel 2.4

Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Pemalang Tahun 2011 2031

11

Tabel 3.1

Luas Hasil Overlay Peta Lahan sawah dengan Rencana Kawasan


Dalam RTRW Kabupaten Pemalang

14

DAFTAR PETA

Peta 2.1

Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pemalang

Peta 2.2

Peta Lahan Sawah Kabupaten Pemalang

Peta 2.3

Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang Tahun


2011 2031

10

Peta 3.1

Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Pemalang

14

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius terhadap ketahanan dan
keamanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya aman merata dan terjangkau. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin
hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk
menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Alih fungsi lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya terpadu
mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan marginal. Di sisi lain, alih
fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan
sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu, diperlukan
pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan
pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan, kamandirian dan kedaulatan pangan,
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan UU No 41 tahun 2009, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan
Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan.
Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau
pertanian pangan lainnya sangat cepat. penyelamatan lahan pertanian pangan dari
lahan pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria
yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan,
potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan (Pasal 9). Amanat undangundang tersebut perlu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi lahan pertanian yang
ada saat ini baik yang beririgasi dan tidak beririgasi. Untuk menghambat laju konversi
maka UU ini memerlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),
Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (KP2B).
Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang
akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini
bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk
menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi
bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan
LC2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Dalam perundangan ini juga
dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi bisa menjadi bagian
kawasan maupun membentang di luar kawasan. Dalam perundangan ini juga
dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi dapat terdapat di dalam
kawasan maupun di luar kawasan. Saat ini pemerintah kabupaten/kota menjadi
perintis upaya penyelamatan sawah. Hingga Juni 2014 dokumen RTRW

Kabupaten/kota yang telah diperdakan mencapai 274 Kab/ Kota (55,80 %) yang
belum 217 Kab/ Kota (44,20%) dan 79 Kab/ Kota diantaranya telah menetapkan luas
LP2B di dalam Perda Tata Ruangnya. Luasan lahan LP2B yang sudah ditetap dalam
RTRW seluas 1.635.786 ha, sedangkan luas lahan sawah hasil audit Kementerian
Pertanian seluas 8.132.642 ha.
Didasari hal tersebut diatas perlu dilakukan kajian berdasarkan data lahan pertanian
serta kesesuaian penetapan lahan pangan pertanian berkelanjutan (hasil inventarisasi)
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kajian inventarisasi data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
adalah melihat kesesuaian data Hasil Pemetaan Lahan Sawah dengan penetapan
LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah dan memberikan masukan/saran kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten mengenai luas dan lokasi penetapan LP2B.

1.3 Sasaran
Sasaran pelaksanaan kajian terhadap hasil inventarisasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah:
a. Teridentifikasinya area LP2B di wilayah kabupaten
b. Teridentifikasinya pola ruang wilayah kabupaten
c. Teridentifikasinya lahan sawah hasil pemetaan audit lahan yang terakomodir dalam
area LP2B dan kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah kabupaten

1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu melakukan analisis spasial dengan mengoverlay peta lahan sawah hasil kegiatan audit lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
dengan peta rencana pola ruang wilayah yang didalamnya terdapat area yang ditetapkan
sebagai LP2B atau lahan pertanian.

1.5 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah yang dikaji adalah Kabupaten/ Kota yang memiliki data RTRW berikut
data spasial hasil inventarisasi.

BAB II
Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pemalang
Secara umum untuk melaksanakan kajian terhadap penetapan lahan pertanian pangan
terlebih dahulu dilakukan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam
pelaksanaan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan pada
Kabupaten Pemalang.
Kabupaten Pemalang (Provinsi Jawa Tengah)
2.1 Gambaran Umum Wilayah
2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
terletak di pantai utara Pulau Jawa. Kabupaten Pemalang berdasarkan letak
geografisnya terletak diantara 109 17 30 109 40 30 Bujur Timur (BT) dan 8 52
30 7 20 11 Lintang Selatan (LS). Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah
111.530 ha dimana meliputi tanah sawah seluas 38.694 ha dan tanah kering seluas
72.836 ha. Luas wilayah Kabupaten Pemalang ditandai dengan batas-batas sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara
: Laut Jawa
2. Sebelah Timur
: Kabupaten Pekalongan
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga
4. Sebelah Barat
: Kabupaten Tegal.
Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 kecamatan yaitu Kecamatan Bodeh, Kecamatan
Ulujami, Kecamatan Comal, Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Petarukan,
Kecamatan Taman, Kecamatan Pemalang, Kecamatan Bantarbolang, Kecamatan
Randudongkal, Kecamatan Warungpring, Kecamatan Moga, Kecamatan Pulosari,
Kecamatan Watukumpul dan Kecamatan Belik, yang dibagi lagi atas 222 desa/
kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pemalang.
Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian Utara Kabupaten
Pemalang merupakan daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1 - 5 meter di
atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan
ketinggian 6 15 m di atas permukaan laut dan bagian Selatan merupakan dataran
tinggi dan pegunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16 925 m
di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pemalang ini dilintasi dua buah sungai
besar yaitu Sungai Waluh dan Sungai Comal yang menjadikan sebagian besar
wilayahnya merupakan daerah aliran sungai yang subur.
Jenis tanah di Kabupaten Pemalang dibagi menjadi tiga bagian antara lain sebagai
berikut:
a. Tanah alluvial : terutama terdapat di dataran rendah
b. Tanah regosol : terdiri dari batu-batuan pasir dan intermedier didaerah bukit
sampai gunung.

c. Tanah latosol

: terdiri dari batu bekuan pasir dan intermedier di daerah perbukitan


sampai gunung.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pemalang berdasarkan peta tanah tinjauan
Karesidenan Pekalongan skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh Direktorat Agraria Jawa
Tengah adalah tanah aluvial, litosol, regosol, andosol dan grumusol
Kondisi hidrologi Kabupaten Pemalang terbagi atas:
a. Air Permukaan
Kabupaten Pemalang dialiri oleh sungai yaitu Sungai Waluh yang terletak kurang
lebih 4 km dari pusat kota dan sungai comal yang terletak kurang lebih 14 km dari
pusat kota.
b. Mata air
Kabupaten Pemalang memiliki potensi berupa mata air antara lain:
1) Mata air Gung Agung yang terletak di Desa Kebongede Kecamatan
Bantarbolang, dengan debet air kurang lebih 10 liter/detik, terletak pada
ketinggian kurang lebih 70 meter diatas permukaan air laut.
2) Mata air Telaga Gede yang terletak di Desa Sikasur Kecamatan Belik.
3) Mata air Asem yang terletak di Desa Bulakan, dengan debet air kurang lebih 160
meter/detik;
c. Air Tanah
Kabupaten Pemalang terbagi menjadi dua wilayah air tanah sebagai berikut:
1) Daerah dataran rendah
Tanah terdiri dari endapan-endapan lepas yang mempunyai sifat lulus air. Pada
daerah ini kandungan air tanahnya cukup besar hanya saja karena dekat pantai
maka terjadi intrusi air laut.
2) Daerah Perbukitan tua dan Perbukitan muda
Daerah perbukitan tua : ditempati batu-batuan dari formasi mioson dan floosen
yang mempunyai sifat kelulusan air yang sangat kecil, terutama serpih dan
Nepal. Adapun yang berukuran kasar seperti pasir mempunyai sifat kelulusan
air, namun karena kelerengan yang cukup terjal maka air tanahnya belum
terbentuk.
Daerah perbukitan muda: ditempati batuan tafaan hasil gunung berapi,
litologinya bersifat lulus air, tetapi morphologinya berupa perbukitan dengan
lereng yang cukup terjal dimungkinkan air tanahnya baru mulai terbentuk. Pada
satuan tafaan litologinya bersifat lulus air, maka kemungkinan sudah
mengandung air tanah.
Kabupaten Pemalang memiliki beberapa bagian wilayah hutan, terdiri dari hutan
lindung dengan luas 1.858,60 ha, hutan suaka alam dan wisata luas 24,10 ha, hutan
produksi tetap sebesar 26.757,60 ha, hutan produksi terbatas sebesar 3.980,70 ha,
hutan bakau dengan luas 1.672,50 ha, dan hutan rakyat seluas 22.874,78 ha. Luas
hutan dibandingkan dengan luas wilayah sebesar 49,57%. Gambaran ini
menunjukkan keadaan yang cukup baik terkait dengan kemampuan wilayah untuk
menyimpan air tanah (catchment area).

Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Pemalang secara spasial sebagaimana


pada Peta 2.1.
Peta 2.1
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pemalang

Sumber : Profil Pengelolaan Tututpan Vegetasi Kabupaten Pemalang Tahun 2012

2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Penggunaan lahan di Kabupaten Pemalang didominasi oleh penggunaan lahan sawah
seluas 38.694 Ha sekitar 34,69%, wilayah Hutan seluas 57.168,28 ha (51,26%),
Tegalan, Ladang, Tambak seluas 171,69 ha (0,15%) dan Rumah, Bangunan dan
Halaman seluas 155,25 Ha (0,14), Perkebunan seluas 14,64 ha (0,01%) dan lainnya
seluas 15.326,14 ha (13,74 ha. Untuk rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.1
Penggunaan Lahan Kabupaten Pemalang.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Pemalang Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Penggunaan Lahan
Lahan sawah
Rumah, Bangunan, dan Halaman Sekitarnya
Tegalan/ Kebun
Ladang/ Huma
Tambak/ Kolam
Hutan lindung
hutan suaka alam dan wisata
hutan produksi tetap
hutan produksi terbatas
hutan bakau
hutan rakyat
Perkebunan
Lainnya (jalan, sungai, lahan tandus, dll)
Total

Luas (ha)
38.694,00
155,25
140,50
15,96
15,23
1.858,60
24,10
26.757,60
3.980,70
1.672,50
22.874,78
14,64
15.326,14
111.530,00

%
34,69
0,14
0,13
0,01
0,01
1,67
0,02
23,99
3,57
1,50
20,51
0,01
13,74
100

2.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang tahun 2009 tercatat sebesar 1.395.232 jiwa,
naik sekitar 5,61 persen dari tahun 2008 (lihat Tabel 2.2), dengan rata-rata kepadatan
1.251 jiwa/km2. Kecamatan Pemalang sebagai ibukota kabupaten memiliki jumlah
penduduk terbesar yaitu sebesar 193.769 atau sekitar 13,89 persen dari total
penduduk Kabupaten Pemalang.
Tabel 2.2
Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Menurut Kecamatan Tahun 2009

No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Moga
Warungpring
Pulosari
Belik
Watukumpul
Bodeh
Bantarbolang
Randudongkal
Pemalang
Taman
Petarukan
Ampelgading
Comal
Ulujami
Jumlah
2008

Luas
(Km2)
41,41
26,31
87,52
124,54
129,02
85,98
139,19
90,32
101,93
67,41
81,29
53,3
26,54
60,55
1.115,30
1.115,30

Banyaknya
Penduduk
69.951
45.119
55.232
104.102
68.408
61.379
83.458
107.648
193.769
173.122
156.047
71.718
92.626
112.653
1.395.232
1.387.453

Kepadatan
Per Km2
1.689
1.715
631
836
530
714
600
1.192
1.901
2.568
1.920
1.346
3.490
1.860
1.251
1.244

Sumber : Kabupaten Pemalang Dalam Angka, 2010

2.1.4 Sektor Pertanian


Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah yang sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sub sektor Tanaman Pangan merupakan
salah satu sub sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah
dan padi gogo), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai.
Produktifitas tanaman padi mengalami kenaikanan selama periode 2011-2012, yaitu
mengalami kenaikan dari 389.867 ton pada tahun 2011 menjadi 433.705 ton pada
tahun 2012. Sedangkan produksi tanaman palawija selama periode yang sama
produksi jagung turun tajam dari 46.144 ton pada tahun 2011 menjadi 28.462 ton pada
tahun 2012 atau turun sekitar 38 persen dengan luas panen sekitar 307 ha. Tanaman
Kedelai juga mengalami penurunan dari 50 ton pada tahun 2011 menjadi 11 ton pada
tahun 2012 dengan luas panen sekitar 10 ha. Keadaan yang berbeda terjadi pada
tanaman ubi kayu dan kacang tanah, dimana keduanya mengalamikenaikan produksi
dibanding tahun 2011

2.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Tahun 2012


Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010
hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra
satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada
tabel 2.3 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.3
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Pemalang Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012

No

Provinsi/
Kabupaten/Kecamatan
JAWA TENGAH
1 Pemalang
a.
b.
c.

Ampelgading
Bantarbolang
Belik

Irigasi

Jenis Lahan Sawah


Pasang
Tadah Hujan
Lebak
Surut

(Ha)

(Ha)

902.313

199.538

1.101.851

31.446

664

32.110

2.447

2.447

2.805

13

1.961

118

2.197

2.805
1.949

(Ha)

Jumlah

(Ha)

(Ha)

d.

Bodeh

2.078

e.

Comal

1.207

1.207

f.

Moga

2.006

43

2.049

g.

Warung Pring

1.685

1.685

h.

Pemalang

3.759

3.759

i.

Petarukan

3.662

3.662

163

3.050

j.

Pulosari

158

k.

Randudongkal

3.050

l.

Taman

3.895

3.895

2.015

2.015

729

485

1.214

m. Ulujami
n.

Watukumpul

Peta 2.2
Peta Lahan Sawah Kabupaten Pemalang

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun 2012

2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Sesuai dengan Perda nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pemalang tahun 2011 2031 yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi
penataan ruang Kabupaten Pemalang dalam pengembangan infrastruktur wilayah
guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin
ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya.
Pada pasal 34 dalam Perda No. 3/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah
Kabupaten Pemalang meliputi :
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 34 yang
terdiri dari :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perkebunan;
e. kawasan peruntukan perikanan;
f. kawasan peruntukan pertambangan;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukan permukiman; dan
j. kawasan peruntukan lainnya.
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 34 ayat 3 huruf c
diatas, diatur dalam pasal 61 antara lain sebagai berikut :
a. kawasan tanaman pangan; dan
b. kawasan hortikultura.
Penjabaran dari pasal 61huruf a sebagaimana pada Pasal 62
(1) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a terdiri
atas:
a. kawasan sawah irigasi; dan
b. kawasan sawah bukan irigasi.
(2) Kawasan sawah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas
kurang lebih 30.299 (tiga puluh ribu dua ratus sembilan puluh sembilan) Hektare
meliputi:
a. Kecamatan Ampelgading dengan luas kurang lebih 2.546 (dua ribu lima ratus
empat puluh enam) Hektare;
b. Kecamatan Bantarbolang dengan luas kurang lebih 2.269 (dua ribu dua ratus
enam puluh sembilan) Hektare;
c. Kecamatan Belik dengan luas kurang lebih 1.963 (seribu sembilan ratus enam
puluh tiga) Hektare;
d. Kecamatan Bodeh dengan luas kurang lebih 1.364 (seribu tiga ratus enam
puluh empat) Hektare;
e. Kecamatan Comal dengan luas kurang lebih 1.551 (seribu lima ratus lima
puluh satu) Hektare;

f. Kecamatan Moga dengan luas kurang lebih 1.355 (seribu tiga ratus lima puluh
lima) Hektare;
g. Kecamatan Pemalang dengan luas kurang lebih 3.462 (tiga ribu empat ratus
enam puluh dua) Hektare;
h. Kecamatan Petarukan dengan luas kurang lebih 4.991 (empat ribu sembilan
ratus sembilan puluh satu) Hektare;
i. Kecamatan Randudongkal dengan luas kurang lebih 2.364 (dua ribu tiga ratus
enam puluh empat) Hektare;
j. Kecamatan Taman dengan luas kurang lebih 3.465 (tiga ribu empat ratus enam
puluh lima) Hektare;
k. Kecamatan Ulujami dengan luas kurang lebih 2.320 (dua ribu tiga ratus dua
puluh) Hektare;
l. Kecamatan Warungpring dengan luas kurang lebih 1.105 (seribu seratus lima)
Hektare; dan
m. Kecamatan Watukumpul dengan luas kurang lebih 1.544 (seribu lima ratus
empat puluh empat) Hektare.
(3) Kawasan sawah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
(4) Kawasan sawah bukan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas kurang lebih 7.316 (tujuh ribu tiga ratus enam belas) Hektare
meliputi:
a. Kecamatan Belik dengan luas kurang lebih 2.351 (dua ribu tiga ratus lima puluh
satu) Hektare;
b. Kecamatan Bodeh dengan luas kurang lebih 894 (delapan ratus sembilan puluh
empat) Hektare;
c. Kecamatan Moga dengan luas kurang lebih 192 (seratus sembilan puluh dua)
Hektare;
d. Kecamatan Pulosari dengan luas kurang lebih 443 (empat ratus empat puluh
tiga) Hektare;
e. Kecamatan Randudongkal dengan luas kurang lebih 645 (enam ratus empat
puluh lima) Hektare;
f. Kecamatan Ulujami dengan luas kurang lebih 558 (lima ratus lima puluh
delapan) Hektare;
g. Kecamatan Warungpring dengan luas kurang lebih 100 (seratus) Hektare; dan
h. Kecamatan Watukumpul dengan luas kurang lebih 2.133 (dua ribu seratus tiga
puluh tiga) Hektare.
(5) Kawasan sawah bukan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
sebagai lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dan cadangan
pengembangan lahan terbangun.
Penjabaran dari pasal 61huruf b sebagaimana pada Pasal 63
(1) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b dengan luas
kurang lebih 9.329 (sembilan ribu tiga ratus dua puluh sembilan) Hektare meliputi:
a. Kecamatan Ampelgading dengan luas kurang lebih 74 (tujuh puluh empat)
Hektare;
b. Kecamatan Bantarbolang dengan luas kurang lebih 407 (empat ratus tujuh)
Hektare;

c. Kecamatan Belik dengan luas kurang lebih 1.019 (seribu sembilan belas)
Hektare;
d. Kecamatan Bodeh dengan luas kurang lebih 648 (enam ratus empat puluh
delapan) Hektare;
e. Kecamatan Moga dengan luas kurang lebih 479 (empat ratus tujuh puluh
sembilan) Hektare;
f. Kecamatan Pemalang dengan luas kurang lebih 441 (empat ratus empat puluh
satu) Hektare;
g. Kecamatan Petarukan dengan luas kurang lebih 82 (delapan puluh dua)
Hektare;
h. Kecamatan Pulosari dengan luas kurang lebih 3.368 (tiga ribu tiga ratus enam
puluh delapan) Hektare;
i. Kecamatan Randudongkal dengan luas kurang lebih 702 (tujuh ratus dua)
Hektare;
j. Kecamatan Taman dengan luas kurang lebih 74 (tujuh puluh empat) Hektare;
k. Kecamatan Ulujami dengan luas kurang lebih 558 (lima ratus lima puluh
delapan) Hektare;
l. Kecamatan Warungpring dengan luas kurang lebih 25 (dua puluh lima) Hektare;
dan
m. Kecamatan Watukumpul dengan luas kurang lebih 1.452 (seribu empat ratus
lima puluh dua) Hektare.
(2) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dan cadangan pengembangan
lahan terbangun.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang Tahun 2011 2031
sebagaimana pada Peta 2.3 berikut:
Peta 2.3
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang Tahun 2011 - 2031

Sumber : RTRW Kabupaten Pemalang Tahun 2011 2031

2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang sudah menetapkan lahan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan pada kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di
kawasan budidaya yang telah dituangkan dalam Perda No 3 Tahun 2011 pasal 62
dengan luas lahan kurang lebih 30.299 (tiga puluh ribu dua ratus sembilan puluh
sembilan) hektar merupakan lahan sawah irigasi yang tersebar di 13 Kecamatan,
sedangkan data spasial sebaran sawah belum diketahui masih bersifat data tabular .
Berdasarkan data spasial sawah hasil audit lahan Kementerian Pertanian tahun 2010
yang di overlay dengan peta pola ruang pada RTRW Kabupaten Pemalang, diperoleh
gambaran bahwa lahan irigasi hasil audit lahan Kementerian Pertanian seluas 31.446
ha yang tersebar di 14 Kecamatan. Jika dibandingkan dengan total luasan lahan
pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan Perda No 3 Tahun 2011, adanya
potensi lahan sawah beririgasi akan beralih fungsi ke non sawah seluas 1.147 ha.
Sedangkan dilihat dari penyebaran lahan sawah irigasi berdasarkan pada penetapan
kawasan dalam peta pola ruang dalam RTRW, di peroleh gambaran sawah irigasi yang
masuk dalam kawasan pertanian seluas 26.114,40 ha dan diluar kawasan pertanian
seluas 5.311,42 ha yang akan berpotensi untuk beralih fungsi.
2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan
Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten
Pemalang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pemalang Tahun 2011 2031 disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan
sebagaimana pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Pemalang Tahun 2011 2031

No

Kawasan dalam RTRW


1 Kawasan Lindung

Kawasan Lindung Yang Memberi Perlindungan Terhadap


Kawasan Bawahannya
3 Kawasan Perlindungan Setempat
4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya
5 Hutan Produksi Terbatas
6 Hutan Produksi Tetap
7 Kawasan Peruntukan Sawah Irigasi
8 Kawasan Peruntukan Sawah Bukan Irigasi
9 Kawasan Peruntukan Hortikultura
10 Kawasan Peruntukan Perkebunan
11 Kawasan Peruntukan Perikanan
12 Kawasan Peruntukan Industri
13 Kawasan Peruntukan Permukiman
Grand Total
2

Sumber Data : Perda Kabupaten Pemalang Nomor 3 Tahun 2011

Luas (Ha)
5.082
6.609
603
532
10.617
16.896
30.299
7.316
9.329
15.713
1.728
664
6.142
111.530

BAB III
Kajian Lahan Sawah Kabupaten Pemalang
Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kajian terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan di Kabupaten
Pemalang. Kajian ini difokuskan pada lahan pertanian pangan berkelanjutan. Dalam
melaksanakan kajian tersebut dilihat pengakomodiran lahan sawah dalam rencana tata
ruang wilayah maka dilakukan overlay peta lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian
Pertanian tahun 2012 dengan rencana pola ruang wilayah pada RTRW Kabupaten
Pemalang yang di dalamnya mencakup lahan yang ditetapkan sebagai LP2B. Kajian yang
menggunakan metode analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil
kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah terdapat
kelemahan mengenai perbedaan skala.
Berdasarkan hasil overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan
peta rencana pola ruang wilayah kabupaten dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut :
a. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan merupakan lahan potensial yang dilindungi
pemanfaatannya agar sesuai dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
b. Kabupaten Pemalang dalam Perda RTRW No 3 Tahun 2011 telah mengakomodir
tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan dalam pasal 62. Luas lahan sawah di Kabupaten Pemalang sesuai
dengan Perda no. 3 tahun 2011 seluas 37.615 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas
30.299 ha (80,5%) dan sawah non irigasi seluas 7.316 ha (19,5%). Luas lahan
pertanian pangan berkelanjutan yang ditetapkan seluas 30.299 ha yang merupakan
lahan sawah beririgasi dan untuk lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan
adalah lahan sawah non beririgasi seluas 7.316 ha dan kawasan hortikultura seluas
9.329 ha yang masuk dalam kawasan peruntukan pertanian
c. Hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang di update tahun 2012, luas
lahan sawah di Kabupaten Pemalang seluas 32.110 ha yang terdiri dari sawah irigasi
seluas 31.446 ha (98%) dan sawah tadah hujan seluas 664 ha (2%). Hasil overlay
sawah hasil audit lahan kementerian pertanian dengan pola ruang pada RTRW
Kabupaten Pemalang, sawah irigasi yang masuk dalam Kawasan Peruntukkan
Pertanian seluas 26.114 ha dan sawah non irigasi seluas 470 ha. Sedangkan sawah
irigasi yang berada di luar kawasan peruntukkan pertanian seluas 5.331 ha serta
sawah tadah hujan seluas 195 ha. Sawah yang berada di luar kawasan peruntukan
pertanian akan mudah berpotensi untuk beralih fungsi ke lahan non sawah.
d. Adanya perbedaan luasan sawah (irigasi dan non irigasi) antara hasil audit lahan
Kementerian Pertanian dengan yang tertuang dalam perda RTRW No. 3 tahun 2011
baik berdasarkan luasan, jenis pengairan, lokasi maupun kawasan dan dapat
digambarkan sebagai berikut :

1). Perbedaan berdasarkan luasan, jenis pengairan dan lokasi per-kecamatan


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kecamatan
Bantarbolang
Randudongkal
Pemalang
Taman
Bodeh
Ampelgading
Warungpring
Ulujami
Comal
Petarukan
Moga
Belik
Pulosari
Watukumpul
Jumlah Total

Hasil Audit
Irigasi Non Irigasi
2.805
3.050
3.759
3.895
2.078
118
2.447
1.685
2.015
1.207
3.662
2.006
43
1.949
13
158
5
729
485
31.446
664

Luas (Ha)
RTRW (Pola Ruang)
Irigasi Non Irigasi
2.269
2.364
645
3.462
3.465
1.364
894
2.546
1.105
100
2.320
558
1.551
4.991
1.355
192
1.963
2.351
443
1.544
2.133
30.299
7.316

Selisih
Irigasi Non Irigasi
536
686
(645)
297
430
714
(776)
(99)
580
(100)
(305)
(558)
(344)
(1.329)
651
(149)
(14)
(2.338)
158
(438)
(815)
(1.648)
1.147
(6.652)

2). Perbedaan luasan berdasarkan lokasi di suatu kawasan


Berdasarkan Perda RTRW No 3 Tahun 2011, lahan sawah beririgasi seluas 30.299
ha yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan sawan non
irigasi seluas 7.316 ha merupakan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan
berada dalam kawasan peruntukan pertanian, namun belum ada data spasial secara
detail.
Berdasarkan data spasial hasil audit lahan Kementerian Pertanian, lahan sawah di
Kabupaten Pemalang seluas 32.110 ha yang masuk dalam kawasan peruntukan
pertanian seluas 26.584 ha (82,79%) (sawah beririgasi 26.114 ha, dan sawah non
irigasi 470 ha), sedangkan sawah yang berlokasi di diluar kawasan peruntukan
pertanian seluas 5.526 ha (17,21%) (sawah beririgasi 5.331 ha, dan sawah non
irigasi 195 ha) dengan rincian sebagai berikut :
No

Kawasan Dalam RTRW

Jenis Sawah (Ha)


Irigasi
Tadah Hujan
10
2
52
11
210
2

1
2
3
4

Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Kawasan Konservasi

Kawasan Lindung Yang Memberi Perlindungan


Terhadap Kawasan Bawahannya

1.414

Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan
Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan
Pertanian Hortikultura
Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan Kering
Sempadan Sungai
Grand Total

474
0,18
382
2.322
1.365
23.562
1.188
466
31.446

6
7
8
9
10
11
12
13

111

6
142
25
302
64
664

Total
12
63
210
2
1.525
474
0,18
387
2.322
1.507
23.586
1.490
530
32.110

e. Luas lahan sawah hasil audit lahan Kementerian Pertanian berdasaran pada Perda
RTRW No 3 Tahun 2011 Kabupaten Pemalang seluas 32.110 ha, berpotensi untuk
berubah fungsi yang berada pada kawasan budidaya diluar kawasan peruntukan
pertanian seluas 5.526 ha (irigasi 5.331 ha dan non irigasi 195 ha) yaitu berpotensi alih

fungsi menjadi Hutan Produksi Terbatas seluas 63 Ha, Hutan Produksi Tetap seluas
210 ha, Kawasan Konservasi seluas 2 ha, Industri seluas 474 ha, perikanan seluas
0,18 ha dan lahan permukiman seluas 2.709 ha.
f. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian yang masuk
dalam Kawasan Lindung Seluas 2.067 Ha (6,44 %) (irigasi 1.889 ha dan non irigasi 177
ha) yang merupakan masuk dalam Hutan Lindung seluas 12 ha, Kawasan Lindung
Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya seluas 1.525 ha dan
sempadan sungai seluas 530 ha.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan secara spasial sebagaimana pada Peta
3.1 berikut :
Tabel 3.1
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Pemalang

Jenis Sawah (Ha)


No

Kawasan Dalam RTRW

1
2
3
4

Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Kawasan Konservasi

Kawasan Lindung Yang Memberi Perlindungan


Terhadap Kawasan Bawahannya

6
7
8
9
10
11
12
13

Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan
Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan
Pertanian Hortikultura
Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan Kering
Sempadan Sungai
Grand Total

Irigasi 1/2
Teknis

Irigasi
Teknis

10
30
154
1

22
56
1

1.064

349

474
0,18
311
2.040
222
17.214
18
134
20.842

71
282
1.143
6.348
1.170
331
10.604

Tadah
Hujan

Total

2
11

12
63
210
2

111

1.525

6
142
25
302
64
664

474
0,18
387
2.322
1.507
23.586
1.490
530
32.110

Peta 3.1
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang

BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
a. Kabupaten Pemalang telah menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan dalam Perda RTRW No. 3 Tahun 2011
pada pasal 62 yang berada pada kawasan peruntukan pertanian. Total luas sawah
37.615 ha yang terdiri dari sawah irigasi 30.299 ha dan non irigasi seluas 7.316 ha.
Lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas 30.299 ha yang merupakan sawah irigasi
dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan seluas 16.645 ha yang terdiri dari
sawah non irigasi 7.316 ha dan kawasan hortikultura 9.329 ha.
b. Luas sawah di Kabupaten Pemalang hasil audit lahan Kementerian Pertanian tahun
2010 yang di update tahun 2012 seluas 32.110 ha (irigasi 31.446 ha dan non irigasi 664
ha). Berdasarkan hasil overlay peta audit lahan Kemeterian Pertanian dengan pola
ruang pada RTRW Kabupaten Pemalang, sawah yang masuk dalam kawasan
peruntukan pertanian seluas 26.584 ha (irigasi 26.114 ha dan non irigasi 470 ha) dan
diluar kawasan peruntukan pertanian seluas 5.526 ha (irigasi 5.331 ha dan non
irigasi 195 ha) yang berpotensi beralih fungsi ke non sawah.
c. Terdapat selisih luasan sawah secara total antara hasil audit lahan dengan luasan
sawah yang ditetapkan dalam perda RTRW Kabupaten Pemalang seluas 5.505 ha.
Luas sawah dalam perda RTRW lebih luas dari hasil audit lahan.
d. Adanya perbedaan luas sawah berdasarkan tipe pengairan dan lokasi sawah terhadap
peruntukan kawasan. Berdasarkan RTRW luas sawah irigasi 30.299 ha serta non
irigasi seluas 7.316 ha berada pada kawasan peruntukan pertanian. Berdasarkan audit
lahan Kementerian Pertanian sawah irigas 31.446 ha (dalam kawasan pertanian 26.114
ha dan diluar kawasan pertanian 5.331 ha) dan sawah non irigasi seluas 664 ha (dalam
kawasan pertanian 470 ha dan diluar kawasan pertanian 195 ha).
e. Belum sinkronnya data lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan yang di tetapkan dalam Perda RTRW No. 3 Tahun
2011 Kabupaten Pemalang dengan data sawah hasil audit lahan Kementerian
Pertanian. LP2B sesuai dalam perda Kabupaten Pemalang adalah lahan sawah irigasi
yang berada pada Kawasan Perentukan Pertanian dengan total luas 30.299 ha,
sedangkan dibandingkan sawah irigasi hasil audit lahan yang masuk kawasan
peruntukan pertanian dalam pola ruang RTRW Kabupaten Pemalang seluas 26.114
ha, dengan selisih 4.185 ha.
f. Untuk Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) sesuai perda RTRW
Kabupaten Pemalang adalah sawah non irigasi 7.316 ha dan kawasan hortikultura
9.329 ha yang berada pada Kawasan Perentukan Pertanian. Dibanding dengan hasil
audit lahan Kementerian Pertanian untuk sawah non irigasi yang masuk dalam kawasan
peruntukan pertanian hanya seluas 470 ha. Selisih sawah non irigasi yang berada pada
kawasan peruntukan pertanian untuk LCP2B seluas 6.846 ha.
g. Hasil kajian di Kabupaten Pemalang dari lahan sawah hasil audit lahan Kementan tahun
2010 yang di update tahun 2012 terdapat luasan sawah yang berada pada Kawasan
Lindung (dalam RTRW Kabupaten) seluas 2.067 Ha (6,44 %).
21

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kajian data autentik data yang tersedia yang berkaitan dengan
inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Perlunya pengkajian ulang terhadap perbedaan luasan sawah (irigasi dan non irigasi)
antara hasil audit lahan Kementerian Pertanian dengan yang tertuang dalam perda
RTRW No. 3 tahun 2011 Kabupaten Pemalang, baik berdasarkan luasan, jenis
pengairan, lokasi maupun kawasan berdasarkan pada data spasial.
b. Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang, disarankan mengkaji ulang kebijakan
penetapan kawasannya, terutama potensi alih fungsi lahan sawah irigasi menjadi jenis
penggunaan lahan non sawah serta total luasan lahan sawah yang kongkrit untuk di
jadikan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam perda RTRW atau perda
lainnya.
c. Disamping itu, agar dapat diupayakan pembangunan basis data spasial oleh
pemerintah daerah untuk dapat mengidentifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) maupun lahan
lainnya yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
d. Selain itu untuk mempertahankan keberadaan lahan sawah yang produktif (misi utama
LP2B) maka pengembangan kelembagaan spesifik perlu dilakukan seperti dalam
proses pengumpulan data melalui kerjasama perguruan tinggi atau instansi terkait
lainnya.
e. Hasil kajian ini, dapat di sampaikan ke Bappeda dalam bentuk paparan sebagai masukan
dalam perencanaan tata ruang ke depan.

22

23

Selisih Luas Sawah Berdasarkan Luasan, Jenis Pengairan dan


Lokasi Per-Kecamatan di Kabupaten Pemalang
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kecamatan

Bantarbolang
Randudongkal
Pemalang
Taman
Bodeh
Ampelgading
Warungpring
Ulujami
Comal
Petarukan
Moga
Belik
Pulosari
Watukumpul
Jumlah Total

Luas (Ha)
Hasil Audit Lahan
RTRW (Pola Ruang)
Irigasi Non Irigasi Irigasi Non Irigasi

2.805
3.050
3.759
3.895
2.078
2.447
1.685
2.015
1.207
3.662
2.006
1.949
158
729
31.446

118

43
13
5
485
664

2.269
2.364
3.462
3.465
1.364
2.546
1.105
2.320
1.551
4.991
1.355
1.963

1.544
30.299

645

894
100
558

192
2.351
443
2.133
7.316

Selisih
Irigasi Non Irigasi

536
686
297
430
714
(99)
580
(305)
(344)
(1.329)
651
(14)
158
(815)
1.147

(645)
(776)
(100)
(558)
(149)
(2.338)
(438)
(1.648)
(6.652)

24

Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan


dalam RTRW Kabupaten Pemalang

Jenis Sawah (Ha)


No

Kawasan Dalam RTRW

1
2
3
4

Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Kawasan Konservasi

Kawasan Lindung Yang Memberi Perlindungan


Terhadap Kawasan Bawahannya

Irigasi 1/2
Irigasi Teknis
Teknis
10
30
22
154
56
1
1
1.064

349

474
0

8 Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan

71

311

9 Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

282

2.040

1.143
6.348
1.170
331
10.604

222
17.214
18
134
20.842

6 Kawasan Peruntukan Industri


7 Kawasan Peruntukan Perikanan

10
11
12
13

Pertanian Hortikultura
Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan Kering
Sempadan Sungai
Grand Total

Tadah Hujan

Total

2
11

12
63
210
2

111

1.525
474
0

387
2.322

142
25
302
64
664

1.507
23.587
1.490
530
32.110

25

28

Anda mungkin juga menyukai