Anda di halaman 1dari 7

SUPLEMEN 3

RESUME PENELITIAN DASAR


POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
PROPINSI SUMATERA SELATAN

Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Universitas Bina Darma pada
November 2007 lalu telah menyelesaikan penelitian dasar mengenai potensi ekonomi
daerah atau kerap disebut sebagai Baseline Economic Survey (BLS) dalam rangka membantu
pengembangan komoditas unggulan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Propinsi
Sumatera Selatan. Fokus BLS adalah mencari dan memetakan komoditas-komoditas
unggulan (atau disebut KPJU – komoditas/produk/jenis usaha) per kabupaten, sehingga
setiap kabupaten lebih fokus dalam mengembangkannya.
Pelaksanaan BLS mempunyai beberapa tujuan masing-masing: (i) peningkatan
pertumbuhan ekonomi, (ii) penciptaan lapangan kerja, dan (iii) peningkatan daya saing
produk. Sehingga dengan demikian, komoditas-komoditas unggulan daerah yang
ditemukan sejalan dengan tiga tujuan dimaksud. Kandidat KPJU berasal dari kunjungan
lapangan yang didukung oleh data sekunder di masing-masing kecamatan di tiap
kabupaten. Dalam menyeleksi masing-masing kandidat komoditas unggulan digunakan
sebelas kriteria yakni: (i) skill tenaga kerja, (ii) bahan baku, (iii) modal, (iv) sarana
produksi/usaha, (v) teknologi), (vi) sosial budaya, (vii) manajemen usaha, (viii) ketersediaan
pasar, (ix) harga, (x) penyerapan tenaga kerja, (xi) sumbangan terhadap perekonomian.
Dengan menggunakan sebelas kriteria itu, kemudian dilakukan focus group discussion
(FGD) untuk menseleksi kandidat KPJU. Proses pembobotan berdasarkan 11 kriteria
tersebut menggunakan teknis analisa Analytical Hierarchy Process (AHP). Lihat bagan pola
pikir. FGD dilakukan disetiap kabupaten yang disurvei. Setelah ditemukan daftar komoditas
unggulan, FGD kemudian memformulasi kebijakan dan langkah pengembangan masing-
masing KPJU.
BLS tahun 2007 dilakukan di 11 kabupaten/kota (Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan,
Muara Enim, Lahat, Pagar Alam, Musi Rawas, dan Lubuklinggau. Sebelumnya pada tahun
2006 telah dilakukan BLS yang meliputi Palembang, Musi Banyuasin, dan Prabumulih.

1
Kerangka Berfikir

LEVEL 1 MENCARI KOMODITI UNGGULAN


FOKUS

LEVEL 2 Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
TUJUAN

LEVEL 3 Skilled Sarana Penyerapan Sumbangan


Tenaga Bahan Modal Produksi/ Teknologi
Sosial Manajeman Ketersediaan Tenaga terhadap
KRITERIA Harga
Baku Budaya Usaha Pasar Perekonomian
Kerja Usaha Kerja

Tingkat Pendidikan
n
Pelatiha Ketersediaan Kemudahan Menjual
Pengalaman kerja Kemudahan Kemudahan Mendistribusikan
Jumlah lembaga pelatihan (memperoleh teknologi) (lokasi)

Ketersediaan bahan baku Ciri khas lokal


Harga perolehan bahan baku Stabilitas Harga
Religion/Budaya
Retensi/parishabilitybahan baku
Kesinambungan bahan baku Turun temurun Penyerapan Tenaga Kerja
Mutu
Kemudahan Kemudahan untuk- me Backward & Forward Linkages
manage Jumlah jenis usaha yg
Kebutuhan investasi awal terpengaruh krn keberadaan
Kebutuhan modal kerja usaha ini
Aksesibilitas thd sumber
pembiayaan

i
Ketersediaan Sarana Produks
Harga
Kemudahan

LEVEL 4
ALT. KOMODITI Tan. pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa-Jasa

LEVEL 5
ALT. KEBIJAKAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

2
Dari hasil pengolahan data yang bersumber dari FGD di masing-masing kabupaten/kota
diperoleh KPJU unggulan. Masing-masing kabupaten/kota mempunyai lima KPJU unggulan
sebagaimana pada matrik di bawah.

Tabel.1. Matrik KPJU Unggulan Lintas Sektoral Kabupaten/Kota


Se-Sumatera Selatan
KPJU (Rangking/Skor)
No Kab/Kota
1 2 3 4 5
Karet Sawit Padi Kelapa Perikanan Laut
1 Banyuasin
(0.0602) (0.0511) (0.0503) (0.0439) (0.0400)
Sayuran
Makanan Pengolahan
Karet Padi Dataran
2 Ogan Ilir Olahan Logam
(0.0693) (0.0653) Rendah
(0.0566) (0.0425)
(0.0448)
Makanan
Karet Padi Sawit Ikan Patin
3 OKI Olahan
(0.0576) (0.0530) (0.0478) (0.0372)
(0.0371)
Karet Sawit Sapi Ayam Pedaging Jagung
4 Muaraenim
(0.0990) (0.0799) (0.0735) (0.0570) (0.0510)
Karet Jagung Sawit Ikan Nila Sapi
5 Lahat
(0.0745) (0.0497) (0.0490) (0.0400) (0.0393)
Perdagangan Pengolahan
Karet Sawit Sapi
6 OKU Induk Umum Batu Mulia
(0.0893) (0.0795) (0.0747)
(0.0752) (0.0680)
Padi Karet Duku Sapi Ikan Patin
7 OKUT
(0.0959) (0.0843) (0.0824) (0.0627) (0.0603)
Karet Kopi Coklat Pisang Ikan Nila
8 OKUS
(0.0400) (0.0649) (0.0540) (0.0391) (0.0384)
Karet, Padi Sawit Ikan Nila Sapi
9 Musi Rawas
0.0745 (0.0504) (0.0490) (0.0400) (0.0393)
Cabe Besar Agrowisata Kopi Kambing Ikan Nila
10 Pagaralam
(0.0976) (0.0527) (0.0509) (0.0435) (0.0399)
Ayam Sapi
Lubuk Padi Ikan Nila Pariwisata
11 Pedaging (0.0422)
Linggau (0.0785) (0.0433) (0.0405)
(0.0543)
Keterangan:
1. Angka dalam kurung merupakan rangking/skor berdasarkan perhitungan AHP
2. OKI = Ogan Komering Ilir
OKU = Ogan Komering Ulu
OKUT = Ogan Komering Timur
OKUS = Ogan Komering Ulu Selatan

Selain daftar KPJU unggulan, disamping mengangkat permasalahan pengembangan di


masing-masing komoditas, BLS juga menghasilkan alternatif solusi dalam
pengembangannya. Beberapa besaran permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusi
dalam pengembangan KPJU di masing-masing sektor ekonomi terangkum dalam tabel 2 di
bawah:

3
Tabel 2
DAFTAR KPJU UNGGULAN DI SUMATERA SELATAN BESERTA PERMASALAHAN
DAN ALTERNATIF SOLUSI

No. KPJU Besaran Permasalahan Alternatif Solusi


1 Sektor Karet & Kelapa Sawit: 1. Penyediaan bibit unggul yang
Perkebunan 1. Masih rendahnya bersertifikat.
(Karet, Sawit, produktivitas kebun 2. Peningkatan transparansi hubungan
Kelapa, Kakao, 2. Masih rendahnya harga antara inti dan plasma.
dan Kopi) ditingkat petani 3. Penyediaan tempat pelelangan hasil
3. Kurangnya akses karet dan pembinaan
permodalan untuk pelelangannya.
membiayai 4. Peningkatan penyuluhan dan
4. Kondisi infrastruktur yang pendampingan.
kurang mendukung. 5. Perbaikan teknologi pengolahan
Kelapa: kakao untuk peningkatan mutu.
1. Penggunaan bibit yang 6. Sosialisasi produk perbankan
kurang unggul 7. Pemberian insentif kredit berbunga
2. Budidaya yang masih murah.
tradisional 8. Perbaikan infrasruktur
3. Harga panen yang rendah 9. Peningkatan keamanan guna
karena dikuasai tengkulak mencegah tindak kriminal
Kakao: pencurian.
1. Jatuhnya harga pada saat
panen raya.
2. Penanganan pasca panen
yang masih sederhana
3. Usia tanaman sudah tua
Kopi:
1. Masih rendahnya mutu
bibit
2. Kurangnya akses
permodalan untuk
membiayai
3. Masih tingginya tindak
pencurian

2. Sektor Tanaman Padi: 1. Peningkatan fungsi Bulog


Pangan 1. Produktivitas yang belum dalam menja kestabilan
optimal. harga beras pada saat
2. Rendahnya harga pada panen raya.
saat panen raya. 2. Pengendalian dan
3. Kurangnya akses pengawasan mekanisme
permodalan untuk pasar dalam menjaga
membiayai kestabilan harga komoditas
4. Mutu pengelolaan pasca tanaman pangan lainnya
panen yang masih rendah. pada saat panen raya
Jagung: 3. Perbaikan teknologi
1. Masih rendahnya kualitas pengolahan pasca panen
benih. dan penyimpanan (untuk
2. Penanganan pasca panen beras), grading dan
yang masih sederhana. pengemasan (untuk duku)

4
3. Usia tanaman sudah tua. 4. Pengembangan industri hilir
Duku: cabe
1. Jatuhnya harga pada saat 5. Promosi investasi
panen pengembangan produk dan
2. Penanganan pasca panen industri pengolahan pisang
yang masih sederhana. 6. Sosialisasi produk
3. Usia tanaman sudah tua. perbankan
Sayuran Dataran Rendah & 7. Peningkatan keamanan
Cabe Besar: untuk mencegah tindak
1. Produktivitas yang belum kriminal pencurian
optimal
2. Rendahnya harga pada
saat panen raya
3. Kurangnya akses
permodalan
4. Kurangnya mutu
pengendalian pasca panen
5. Tindak kriminal pencurian
Pisang:
1. Budi daya yang masih
tradisional
2. Kurangnya akses
permodalan
3. Kurangnya minat investor
dalam penanganan pasca
panen.

3. Sektor Perikanan Ikan Nila: 1. Bantuan benih berkualitas kepada


1. Harga pakan yang mahal petani
2. Jangkauan pasar yang 2. Peningkatan mutu pakan ikan
terbatas buatan sendiri
3. Kurangnya akses 3. Pembukaan akses pasar produk-
permodalan produk perikanan
Ikan Patin: 4. Penaataan kawasan perikanan
1. Masih rendahnya kualitas untuk pengembangan industri
benih perikanan
2. Kurangnya akses 5. Sosialisasi skim kredit
permodalan 6. Pendirian pabrik pakan ikan
3. Harga yang rendah pada
saat panen raya
Perikanan laut:
1. Fluktuasi harga yang tajam
pada musim ombak
2. Belum berkembangnya
industri pengolahan ikan
3. Kurangnya akses
permodalan

4. Sektor Sapi: 4. Pengembangan kemitraan peternak


peternakan 1. Terbatasnya tenaga besar dan kecil
inseminator buatan 5. Revitalisasi rumah potong hewan
2. Kurang akses permodalan 6. Menggalakkan teknologi amoniasasi

5
3. Seringnya terjadi atau alternatif lain untuk menjaga
penjagalan liar pasokan pasokan HMT di musim
4. Pasokan Hijauan Makanan kemarau
Ternak (HMT) pada saat 7. Peningkatan penyuluhan
kemarau panjang. 8. Sosialisasi skim kredit perbankan
9. Pemberian insentif kredit berbunga
Ayam pedaging: murah atau pengembalian yang
1. Masih rendahnya kualitas ringan.
budi daya
2. Kurangnya akses
permodalan
3. Pola kemitraan yang
kurang fleksibel dimana
sistem penggiliran
produksi yang kurang adil
Kambing:
1. Produktivitas reproduksi
yang belum optimal
2. Kurang akses permodalan
3. Sistem budidaya yang
masih tradisional.

5. Sektor Makanan Olahan, pengolahan 1. Sosialisasi skim kredit


Perindustrian logam, dan pengolahan batu 2. Peningkatan promosi
mulia: 3. Penguatan kelompok usaha
1. Kurangnya akses 4. Pelatihan mengenai mutu dan disain
permodalan untuk para pengrajin
2. Kurangnya informasi pasar 5. Pencarian pasar baru
3. Rendahnya kemampuan
manajerial
4. Kualitas produk yang
belum optimal
5. Kurangnya promosi

6. Sektor Perdagangan umum: Pembangunan sarana pasar yang


Perdagangan Kondisi pasar tradisional yang memadai
semrawut dan didominasi oleh
Pedagang Kaki Lima
7. Sektor Pariwisata Agrowisata dan Pariwisata: 1. Peningkatan promosi pariwisata
1. Kurangnya upaya promosi 2. Peningkatan manajemen dan sarana
2. Pengelolaan akomodasi akomodasi
yang masih tradisional 3. Perluasan pangsa pasar
3. Terbatasnya jangkauan
pasar

Hasil BLS 2007 telah didiseminasikan atau disosialisasikan oleh Bank Indonesia
Palembang pada tanggal 4 Desember 2007 kepada Pemerintah Daerah (Propinsi dan
Kabupaten) Sumatera Selatan, perbankan, asosiasi, akademisi, dan pihak terkait lainnya.
Hasil-hasil BLS tersebut nantinya juga akan didiseminasikan di masing-masing kabupaten

6
pada tahun 2008. Dalam acara diseminasi BLS juga ditandatangani Memorandum of
Understanding antara Pemerintah Daerah Sumatera Selatan dan Bank Indonesia tentang
Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor Riil dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
melalui Peningkatan Produktivitas Komoditi Unggulan Daerah. MoU tersebut memfokuskan
pengembangan UMKM untuk: penggemukan sapi, karet, dan budi daya ikan.

Anda mungkin juga menyukai