Anda di halaman 1dari 62

KARAKTERISASI

MORFOLOGI, PERTUMBUHAN, DAN KUALITAS


GALUR-GALUR CABAI HIAS (Capsicum annuum L.) IPB

DEVI ALVIDA
A24120109

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi


Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-Galur Cabai Hias (Capsicum
annuum L.) IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016

Devi Alvida
NIM A24120109
ABSTRAK

DEVI ALVIDA. Karakterisasi Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-


Galur Cabai Hias (Capsicum annuum L.) IPB. Dibimbing oleh DEWI SUKMA
dan MUHAMAD SYUKUR.

Berkembangnya cabai hias di Indonesia mendorong kegiatan


pengembangan varietas cabai hias dengan karakter unggul dan sesuai dengan
selera konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
karakter morfologi, pertumbuhan, dan kualitas dari galur-galur cabai hias IPB,
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, serta Laboratorium Genetika dan
Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, mulai dari bulan
Januari hingga Juni 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor yaitu genotipe. Bahan tanam
yang digunakan adalah 12 genotipe cabai hias dan 3 varietas pembanding. Secara
morfologi seluruh genotipe uji memiliki keragaman terkecuali pada peubah
bentuk batang, bentuk ujung daun, dan kedudukan bunga. Dilihat dari karakter
pertumbuhannya, genotipe memiliki keragaman karakter tinggi tanaman, tinggi
dikotomus, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang buah, panjang
tangkai buah, diameter buah, lebar tajuk, dan waktu munculnya bunga. Kualitas
genotipe uji memiliki keragaman dalam hal bobot buah, bobot buah per tanaman,
dan jumlah buah per tanaman. Berdasarkan karakter morfologi, pertumbuhan,
kualitas daya hasil, dan preferensi konsumen, genotipe S53181-1U-1, F4318020-
1-1, dan genotipe F4318020-1-2 memiliki potensi sebagai calon varietas untuk
evaluasi dan pengembangan kedepannya.

Kata kunci: analisis gerombol, karakter kualitatif, karakter kuantitatif, pemuliaan


tanaman
ABSTRACT

DEVI ALVIDA. The characterization of Morphology, Plant Growth, and Quality


of IPB Ornamental Pepper Lines (Capsicum annuum L.). Supervised by DEWI
SUKMA and MUHAMAD SYUKUR.

The development of ornamental pepper in Indonesia encourage the


varieties improvement of ornamental pepper with superior characters and in
accordance with consumer preferences. The objective of this research was to
evaluate character of morphology, growth, and quality of IPB ornamental pepper
lines, both quantitative and qualitative character. This research was conducted at
the experimental field in Leuwikopo, Darmaga, Bogor, and the Laboratory of
Genetics and Plant Breeding, Department of Agronomy and Horticulture, from
January to June 2016. The experiment used randomized completed block design,
with single factor, namely plant genotypes. The genotypes were 12 ornamental
pepper lines and 3 national pepper varieties. All of the ornamental pepper lines
were varied morphologically except on stem shape, shape of leaf tip, and flower
position. Based on growth characteristic, genotypes had variation on plant height,
dicotomus height, stem diameter, leaf length, leaf width, fruit length, stem fruit
length, fruit diameter, plant canopy width, and flowering time. The quality of
ornamental pepper lines were varied on fruit weight, fruit yield/plant, and number
of fruit/plant. Based on morphology, growth, yield quality characteristic, S53181-
1U-1, F4318020-1-1, and F4318020-1-2 genotypes are potential to be the
candidate varieties for future evaluation and development.

Keywords: cluster analysis, plant breeding, qualitative character, quantitative


character
KARAKTERISASI
MORFOLOGI, PERTUMBUHAN, DAN KUALITAS
GALUR-GALUR CABAI HIAS (Capsicum annuum L.) IPB

DEVI ALVIDA

Skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Karakterisasi Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-Galur Cabai
Hias (Capsicum annuum L.) IPB” dengan baik. Karya ilmiah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas akhir di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berperan
dan banyak membantu selama masa perkuliahan penulis hingga terselesaikannya
karya ilmiah ini, yaitu:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, serta dukungan baik
secara moril maupun finansial selama masa perkuliahan, hingga penulis
sampai pada tahap penyusunan karya ilmiah ini.
2. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan nasihat yang sangat luar biasa, memberikan motivasi, dan
berbagi ilmu pertanian yang menarik.
3. Dr. Dewi Sukma, S.P., M.Si. dan Prof. Dr. Muhamad Syukur, S.P., M.Si.
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, serta kritik
dan saran dari mulai penyusunan proposal penelitian hingga karya ilmiah ini
dapat selesai dengan baik.
4. Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
IPB, yang menjadi panutan penulis untuk mengembangkan pertanian di
Indonesia menjadi lebih baik lagi.
5. Staf Komisi Pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB.
6. Tim Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman (Pak Arya, Kak Abdul,
Kak Tiara, Kak Andra, Kak Alfa, Kak Ana) dan yang lainnya, yang banyak
membantu dan selalu memberikan arahan selama proses penelitian hingga
penulisan karya ilmiah ini.
7. Teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura angkatan 49, yang telah
banyak membantu selama proses penelitian, terutama para wanita shaleha
(Mira, Danti, Nurul, Lulu, Umi, Riri, Hana, Rina), yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran, serta menjadi pendengar yang baik.
8. Serta pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan, semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan pertanian dimasa depan, khususnya
mengenai pengembangan komoditas cabai hias di Indonesia.

Bogor, November 2016

Devi Alvida
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Taksonomi Cabai 2
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 3
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif 4
Evaluasi Karakter pada Pemuliaan Cabai Hias 5
METODE 6
Tempat dan Waktu Penelitian 6
Bahan dan Alat 6
Rancangan Percobaan 6
Prosedur Percobaan 7
Pengamatan Percobaan 7
Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Kondisi Umum 11
Analisis Sidik Ragam 12
Karakter Kuantitatif 13
Karakter Kualitatif 19
Preferensi Konsumen 26
Analisis Gerombol 27
KESIMPULAN DAN SARAN 29
Kesimpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
1 Data cuaca Kecamatan Darmaga pada bulan Januari hingga Juni 2016 11
2 Rekapitulasi sidik ragam pada karakter kuantitatif yang diamati 13
3 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter 14
batang yang diuji pada setiap genotipe pada 10 MST
4 Nilai tengah karakter umur berbunga, panjang buah, panjang tangkai 15
buah, dan diameter buah yang diuji pada setiap genotipe pada saat
panen
5 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang 16
diuji pada setiap genotipe pada 10 MST
6 Nilai tengah karakter bobot per buah, bobot buah per tanaman, jumlah 17
buah per tanaman, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap
genotipe pada saat panen
7 Rasio lebar tajuk dengan lebar pot, rasio tinggi tanaman dengan tinggi 19
pot, dan rasio lebar tajuk dengan tinggi tanaman
8 Penampilan karakter kualitatif habitus tanaman dan pola tajuk pada 15 20
genotipe cabai hias yang diuji
9 Penampilan karakter kualitatif warna batang, bentuk batang, dan 21
pemendekan ruas pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
10 Penampilan karakter kualitatif bentuk daun, warna daun, tepi daun, dan 22
ujung daun pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
11 Penampilan karakter kualitatif warna mahkota bunga dan kedudukan 23
bunga pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
12 Penampilan karakter kualitatif warna buah sebelum matang, warna 24
buah matang, dan perubahan warna buah pada 15 genotipe cabai hias
yang diuji
13 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, dan 26
penampang melintang buah pada 15 genotipe cabai hias yang diuji

DAFTAR GAMBAR
1 Pemendekan ruas 8
2 Habitus tanaman 8
3 Bentuk daun 9
4 Kedudukan bunga 9
5 Bentuk buah 10
6 Bentuk ujung buah 10
7 Penampang melintang buah 10
8 Representasi pola tajuk tanaman cabai hias 20
9 Representasi warna mahkota bunga cabai hias 22
10 Perubahan warna buah cabai hias dari muda hingga matang 25
11 Analisis gerombol genotipe cabai hias berdasarkan karakter kuantitatif 28
dan kualitatif

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi genotipe S5318-1-4K-1-1 (Jelita) 33
2 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1 (Syakira) 33
3 Deskripsi genotipe S5318-1-2U-1-1 (Lembayung) 33
4 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1-2 (Namira) 34
5 Deskripsi genotipe S5318-1-3U-1-1 (Ayesha) 34
6 Deskripsi genotipe S53183-1-1K-1 (Triwarsana Kuning) 35
7 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1 (shorten internode) 35
8 Deskripsi genotipe S5318-1-1U-1 35
9 Deskripsi genotipe S5318-1-3U-1-3 36
10 Deskripsi genotipe F4318020-1-1 36
11 Deskripsi genotipe F4318020-1-2 37
12 Deskripsi genotipe Seroja 37
13 Deskripsi genotipe Ungara 37
14 Deskripsi genotipe Bara 38
15 Form kuisioner preferensi konsumen 39
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara dengan sumber keanekaragaman


hayati yang cukup beragam. Tanah yang subur menjadi salah satu syarat sebagai
tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan beberapa jenis tanaman,
termasuk untuk tanaman hortikultura. Jenis tanaman hortikultura yang banyak
dibudidayakan di Indonesia yaitu dari jenis sayuran. Jenis tanaman lainnya yang
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia yaitu tanaman hias.
Menurut Zulkarnain (2010) tanaman hias adalah semua tanaman yang
dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya, dan tidak terbatas
hanya pada jenis bunga saja. Pengertian lain dari tanaman hias adalah tanaman
yang memiliki nilai keindahan sebagai pemuas kebutuhan rohani. Tanaman hias
terdiri dari tanaman hias daun, batang, akar, bunga, dan buah serta tanaman hias
air, sedangkan bunga potong merupakan tanaman hias hasil akhir, dimana bunga
yang digunakan adalah bunga yang sudah dipisahkan dari induknya (Mattjik,
2010).
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui formulir Survei Produksi
Hortikultura (SPH) pada tahun 2013, produksi tanaman hias pot sebesar
29.343.407 pohon (Kementan, 2014). Produksi cabai rawit nasional pada tahun
2015 sebesar 869.938 ton, sedangkan produksi cabai besar sebesar 1.045.182 ton.
Jika dilihat dari produksi tahun sebelumnya, produksi cabai rawit mengalami
peningkatan sebesar 8,68% sedangkan produksi cabai besar mengalami penurunan
sebesar 2,74% (BPS, 2015). Selain aspek keindahan, potensi hasil juga merupakan
aspek lain yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai hias, mengingat
kegunaannya selain sebagai tanaman hias juga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan keluarga.
Penggunaan cabai secara umum di berbagai negara masih sebagai bahan
dasar maupun bahan pelengkap dalam pembuatan makanan terutama dalam
pembuatan saus. Meskipun demikian, saat ini sudah banyak masyarakat yang
berminat dalam budidaya cabai hias. Cabai hias memiliki ciri khas dari pada cabai
pada umumnya. Warna buah cabai hias bervariasi dan sangat menarik. Lain hal
nya dengan proses budidaya cabai biasa, pada proses budidaya cabai hias perlu
diperhatikan kualitas dan nilai estetika dari tanaman tersebut. Selain dapat
dinikmati keindahannya, cabai hias juga dapat dikonsumsi seperti cabai pada
umumnya. Seiring dengan semakin banyaknya permintaan terhadap cabai hias
tersebut, maka saat ini sudah banyak dikembangkan varietas-varietas cabai hias
dengan karakter unggul dan juga sesuai dengan selera konsumen. Salah satu cara
untuk mengembangkan varietas cabai hias tersebut yaitu melalui proses pemuliaan
tanaman.
Salah satu sasaran pemuliaan cabai diantaranya adalah perbaikan daya
hasil dan perbaikan karakter-karakter hortikultura. Pemuliaan diarahkan untuk
memperoleh cabai unggul. Karakter unggul cabai merupakan karakter-karakter
yang mendukung hasil tinggi dan kualitas buah prima (Syukur et al., 2012).
Keragaman bentuk maupun warna dari tanaman cabai hias menyebabkan
pentingnya kegiatan karakterisasi. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan untuk
2

menilai karakter morfologi, pertumbuhan, serta kualitas tanaman cabai hias


melalui proses karakterisasi, sehingga diperoleh karakter cabai hias yang
diinginkan. Kualitas cabai sebagai tanaman hias yang diharapkan diantaranya
ialah mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai
banyak cabang sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, mempunyai banyak buah
sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh
konsumen (Cayanti, 2006). Menurut penelitian Nurlaelia (2007), konsumen
tertarik dengan karakter cabai hias yang memiliki tinggi tanaman pendek, jumlah
cabang tersier yang banyak dan memiliki panjang ruas yang pendek. Warna buah
yang beragam dan lama waktu tanaman dapat ditampilkan juga menjadi aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam karakterisasi tanaman cabai hias ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakter morfologi, pertumbuhan,


dan kualitas dari galur-galur cabai hias IPB, baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Terdapat perbedaan karakter kuantitatif dan kualitatif pada aspek morfologi,
pertumbuhan, dan kualitas antar galur cabai hias yang diuji
2. Terdapat genotipe cabai hias yang memiliki karakter lebih baik atau sebanding
dengan varietas pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Cabai

Genus Capsicum berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Selatan.
Genus Capsicum merupakan genus endemik Amerika pada masa pre-Kolombia
yang kemudian menyebar ke dunia baru (Eshbaugh, 2012). Pada proses
domestikasinya, dipilih beberapa spesies Capsicum yang dibedakan berdasarkan
ukuran, bentuk, dan warna. Berkat pengetahuan genetik para taksonom pada abad
ke 18 dan 19 yang menamai banyak ukuran, bentuk, dan warna sebagai pembeda
spesies, dihasilkan beberapa nama pada abad ke 20. Spesies yang telah
didomestikasi yaitu C. annuum var.annuum, C. chinense, C. frutescens, dan C.
baccatum var.pendulum. Spesies kelima yang didomestikasi adalah C. pubescens,
meskipun memiliki kesamaan dalam hal ukuran buah, bentuk, dan warna dengan
keempat spesies sebelumnya, tetapi C. pubescens memiliki morfologi yang yang
berbeda. C. pubescens memiliki bentuk leher yang unik dibandingkan dengan
kebanyakan buah cabai pada umumnya. Selain itu juga bagian bawah buah
berbentuk cekung (Eshbaugh, 2012). C. annuum, C. chinense, dan C. frutescens
mempunyai banyak sifat yang sama, untuk membedakannya dapat dengan
3

mengamati bunga dan buah dari masing-masing spesies (Syukur et al., 2012). Di
Indonesia, spesies yang dibudidayakan secara luas yaitu C. annuum dan C.
frutescens (Kusandriani, 1996).
C. annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas cabai merah besar,
cabai keriting, dan paprika (C. annuum var. grossum). Bunga cabai merah besar
berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum bunga. Permukaan
buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging
buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah cabai besar
umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi kadang-kadang juga dipanen
ketika buah masih berwarna hijau. Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu.
Buah muda berwarna hijau atau ungu, permukaan buah bergelombang,
diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah cabai besar,
sedangkan kulit daging buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih
dalam dan buahnya lebih tahan disimpan. Buah paprika yang muda memiliki
warna yang bervariasi, yaitu kuning, hijau muda, hijau, dan ungu. Buah berbentuk
kotak atau lonceng dengan diameter yang besar permukaannya rata. Kulit daging
buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas). Biasanya buah dipanen saat masih
muda, yaitu ketika masih berwarna hijau atau kuning (Kusandriani dan Muharam,
2005).
C. frustescens (cabai rawit) memiliki buah yang masih muda berwarna
putih, kuning, atau hijau. Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya,
dalam satu ruas terdapat satu kuntum bunga, tetapi kadang-kadang lebih dari satu.
Tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai
daun pendek. Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang kadarnya
tinggi, sehingga rasa buah pedas. Umumnya cabai rawit dipanen ketika buah
masih muda, berwarna hijau, putih, atau kuning. Umur panennya lebih panjang
daripada C. annuum (Kusandriani dan Muharam, 2005).

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Cabai (Capsicum annuum L.) membutuhkan suhu pada malam hari yang
dingin dan suhu pada siang hari yang agak panas untuk pembungaannya. Oleh
karena itu, untuk pertumbuhan dan hasil yang optimum sebaiknya ditanam pada
bulan-bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia. Cahaya matahari
sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada
intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan
cabai terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih
singkat (Sumarni dan Muharam, 2005). Kelembaban tanah dalam keadaan
kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 0C
sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang
rendah akan menghambat pengambilan unsur hara oleh akar (Sumarni dan
Muharam, 2005).
Menurut Purseglove et al. (1981), tanaman cabai (Capsicum sp.) tumbuh
di daerah tropis hingga ketinggian 2000 m dpl atau lebih. Semakin tinggi
ketinggian tempat produksi tidak jauh berbeda, tetapi dapat mempengaruhi waktu
panen yang lebih panjang (Setiawati et al., 2007). Capsicum sp. biasa tumbuh
sebagai tanaman tadah hujan pada daerah dengan curah hujan 600-1250 mm per
4

tahun, sedangkan di daerah yang memiliki curah hujan rendah penanaman perlu
dilakukan dengan sistem irigasi. Cabai tidak tahan dengan genangan. Curah hujan
yang terlalu tinggi dapat merugikan tanaman karena menyebabkan rendahnya
jumlah buah dan dapat menyebabkan kebusukan pada buah. Tanaman cabai dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik,
tetapi tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah tanah liat
yang subur. Di India, tanah yang cocok untuk menanam cabai adalah tanah berat
yang berdrainase baik. pH optimum untuk pertumbuhan adalah 6-6,5. Budidaya
cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah.
Namun yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya. Karena
umurnya yang panjang, pemupukannya lebih banyak. Umumnya tanaman cabai
rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya (Setiawati et al.,
2007).

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif

Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan


interaksi antara keduanya. Faktor genetik diwariskan dari tetua kepada turunanya,
sedangkan faktor lingkungan bisa dimanipulasi agar tanaman dapat tumbuh
seoptimal mungkin (Syukur et al., 2012). Faktor keturunan (genetik) tidak akan
memperlihatkan sifat yang ada pada keturunannya kecuali dengan adanya kondisi
lingkungan yang sesuai (Septeningsih et al., 2013). Karakter-karakter tertentu
pada tanaman seperti warna bunga, bentuk polong, dan warna polong,
dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan tidak atau sedikit sekali
dipengaruhi oleh lingkungan. Karakter ini disebut karakter kualitatif. Banyak
karakter yang mempunyai nilai ekonomi dan agronomi sangat penting seperti
daya hasil, ukuran tanaman, ketahanan kekeringan, ketahanan rebah, dan kualitas
hasil umumnya dipengaruhi oleh banyak gen serta dipengaruhi lingkungan.
Karakter seperti ini disebut karakter kuantitatif (Syukur et al., 2012).
Informasi tentang kendali genetik karakter yang akan dikembangkan akan
membantu keberhasilan program pemuliaan. Karakter-karakter kualitatif yang
dikendalikan oleh gen mayor dan tidak dipengaruhi perubahan lingkungan yang
pada umumnya memiliki nilai heritabilitas tinggi, serta peluang ditemukannya
pada turunan bersegregasi cukup besar, perlu diketahui. Karakter-karakter
ketahanan terhadap hama dan penyakit pada umumnya termasuk dalam kelompok
kualitatif. Pengujian apakah satu tetua memiliki gen ketahanan terhadap suatu
penyakit relatif mudah dilakukan sendiri oleh pemulia yang bersangkutan, atau
melalui informasi dari sumber lain. Pemulia memilih satu atau beberapa tetua
yang mengandung gen mayor tersebut yang akan dihimpun dalam varietas
idamannya. Prinsip ini berlaku juga untuk karakter kuantitatif, baik yang
dikendalikan oleh banyak gen atau yang dikendalikan oleh gen mayor, sebab ada
karakter kuantitatif dikendalikan gen mayor (Syukur et al., 2012).
Karakter-karakter tanaman pada suatu galur cenderung seragam pada
generasi ketujuh (F7). Umur berbunga berkaitan erat dengan umur panen.
Tanaman yang memiliki umur berbunga lama cenderung akan memasuki masa
panen pertama yang lama pula. Umur panen yang lama menghasilkan tanaman
yang relatif lebih tinggi dan menghasilkan buah yang banyak. Bobot buah per
tanaman yang tinggi belum tentu berkorelasi positif dengan jumlah buah per
5

tanaman. Hal itu begantung dengan ukuran buahnya. Tingginya komponen


pertumbuhan dan hasil seperti tinggi tanaman, diameter pangkal dan batang, umur
berbunga, umur panen, jumlah buah, diameter buah, ketebalan daging buah,
jumlah biji, bobot satu buah, dan bobot buah per petak mempengaruhi besarnya
hasil pada galur-galur terpilih (Genefianti et al., 2006).

Evaluasi Karakter pada Pemuliaan Cabai Hias

Tujuan utama pemuliaan cabai adalah memodifikasi genetik tanaman


cabai untuk menghasilkan varietas tanaman dengan daya hasil dan kualitas buah
yang lebih baik, serta lebih tahan terhadap cekaman abiotik dan biotik. Langkah
dalam pemuliaan tanaman yaitu terdiri dari peningkatan keragaman genetik,
evaluasi, seleksi, pengujian, perbanyakan, pelepasan dan distribusi varietas baru
(Maharijaya, 2011). Salah satu komponen penting keberhasilan program seleksi
dalam program pemuliaan adalah keragaman genetik (Syukur et al., 2010)
Semua karakter pada populasi F5 memiliki nilai ragam fenotipe luas.
Keragaman genetik yang luas untuk beberapa karakter pada populasi F5
disebabkan latar belakang genetik populasi yang berbeda. Karakter yang memiliki
keragaman genetik yang luas akan memiliki keragaman fenotipe yang luas.
Karakter yang memiliki keragaman genetik yang sempit belum tentu memiliki
keragaman fenotipe yang sempit. Pengetahuan tentang latar belakang genetik
populasi sangat penting untuk memulai seleksi. Karakter yang memiliki nilai
keragaman genetik luas pada cabai generasi F5 adalah umur berbunga, umur buah
merah, umur panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Umur
berbunga, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, diameter ujung buah,
bobot per buah, dan bobot buah per tanaman memiliki nilai heritabilitas arti luas
yang tinggi. Karakter yang memiliki pengaruh langsung terhadap bobot buah per
tanaman adalah jumlah buah per tanaman. Panjang buah dan bobot per buah
berpengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman (Syukur et al.,
2010).
Karakterisasi dilakukan setelah tahap eksplorasi atau pengumpulan
genotipe yang nantinya akan dilakukan proses seleksi. Hasil dari karakterisasi ini
berupa data masing-masing genotipe, termasuk keunggulan atau kekurangannya
yang digunakan sebagai acuan dalam pelepasan varietas. Karakter yang diamati
berupa daya hasil serta karakter-karakter agronomi. Kegiatan uji daya hasil
pendahuluan dan lanjutan bertujuan untuk memperbanyak jumlah dan kualitas
varietas yang akan dilepas sesuai prosedur pelepasan varietas yang berlaku
(Kirana, 2010). Tahapan ini biasanya dilakukan pada saat musim tanam ketiga
sampai keenam. Pada generasi kelima keragaman tanaman cenderung kecil karena
tanaman lebih homozigot. Sebagai kontrol bisa digunakan varietas lokal, varietas
asal, atau keduanya (Syukur et al., 2012).
Warna dan bentuk cabai yang beragam, unik serta cantik, menjadikan
tanaman cabai juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Banyak sekali mulai kita
jumpai tipe-tipe cabai untuk keperluan tanaman hias yang sudah dikembangkan
secara komersial baik sebagai tanaman hias taman maupun hias dalam pot. Secara
umum, karakter utama untuk seleksi cabai yang disukai oleh pasar diantaranya:
daya hasil, warna dan intensitas buah, bentuk, ukuran, tingkat kepedasan,
ketebalan perikarp, waktu berbunga, pembentukan buah. Pemuliaan tanaman
6

cabai juga sudah mulai diarahkan kepada kandungan senyawa-senyawa berkhasiat


obat (Maharijaya, 2011).
Terdapat karakter khusus yang dicari dalam kegiatan pemuliaan cabai hias.
Kualitas cabai sebagai tanaman hias yang diharapkan diantaranya ialah
mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai banyak
cabang sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, mempunyai banyak buah sebagai
daya tarik tanaman hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh
konsumen (Cayanti, 2006). Menurut penelitian Nurlaelia (2007) konsumen
tertarik dengan karakter cabai hias yang memiliki tinggi tanaman pendek, jumlah
cabang tersier yang banyak dan memiliki panjang ruas yang pendek.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut


Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor. Kegiatan persemaian dilaksanakan di
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan
pada Bulan Januari hingga Juni 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 12 galur cabai hias IPB (S5318-1-4K-1-1,


S5318-1-5K-1, S5318-1-2U-1-1, S5318-1-5K-1-2, S5318-1-3U-1-1, S53183-1-
1U-1, S53183-1-1K-1, S5318-1-5K-1 (shorten internode), S5318-1-1U-1, S5318-
1-3U-1-3, F4318020-1-1, F4318020-1-2) dengan 3 varietas pembanding (Ungara,
Seroja, dan Bara), media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1, pupuk AB Mix, fungisida Propineb konsentrasi 2 g L-1,
insektisida Profenofos konsentrasi 2 ml L-1, dan ajir. Alat yang digunakan adalah
pot dengan diameter 20 cm, tray semai, jangka sorong, timbangan digital, dan alat
pertanian konvensional.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan


Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu genotipe (G) dengan 3 kali
ulangan. Terdapat 12 galur cabai hias dengan 3 varietas pembanding (Ungara,
Seroja, Bara), sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Masing-masing satuan
percobaan terdiri dari 10 tanaman. Jumlah keseluruhan tanaman yang diamati
yaitu sebanyak 450 tanaman.
Model rancangan yang digunakan ( Gomez dan Gomez, 1995) adalah:
Yij = µ + αi + βj + εij
i = 1, 2,..., 15
j = 1, 2, 3
7

Dimana,
Yij = Pengamatan pada genotipe ke-i dan kelompok ke-j
µ = rataan umum
αi = pengaruh genotipe ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
εij = galat percobaan pada genotipe ke-i, kelompok ke-j

Prosedur Percobaan

Pelaksanaan percobaan dimulai dengan penyemaian dan persiapan lahan.


Persemaian benih cabai hias dilakukan di dalam tray semai. Tray semai diisi
media tanam jadi dan pupuk kandang, dengan perbandingan 1:1. Benih yang
sudah berkecambah disiram dengan pupuk AB Mix dengan konsentrasi 5 ml L-1
yang diaplikasikan setiap minggu. Persiapan lahan terdiri dari pengolahan lahan
dan pengisian media ke dalam pot. Pengolahan lahan meliputi pembersihan gulma
dan perataan lahan, dan dilakukan satu minggu sebelum tanam. Jarak tanam antar
pot yaitu 40 cm, dan jarak antar genotipe 50 cm.
Kegiatan pindah tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari. Sebelum
dilakukan pindah tanam, bibit yang sudah siap tanam diaklimatisasi terlebih
dahulu di lahan selama 3-5 hari, kemudian bibit dimasukkan ke dalam pot yang
sudah berisi media tanam. Pada saat penanaman, diberikan insektisida dengan
bahan aktif Karbofuran dengan cara disebar di atas media mengelilingi tanaman.
Pengajiran dilakukan ketika tanaman sudah mulai tinggi dan mudah rebah. Cara
pengajiran yaitu dengan mengikatkan tanaman cabai pada ajir bambu dengan
menggunakan tali rafia yang diikatkan berbentuk angka 8.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, dan penambahan media tanam. Penyiraman
dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu
pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali yang
diberikan dalam bentuk larutan AB Mix dengan konsentrasi 5 ml L-1 dan
diaplikasikan sebanyak 250 ml per tanaman. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan satu minggu dua kali dengan menggunakan fungisida Propineb dengan
konsentrasi 2 g L-1 dan insektisida Profenofos dengan konsentrasi 2 ml L-1 . Pada
umur ± 4 MST dilakukan penambahan media tanam karena campuran media
tanam yang telah ada sebelumnya mulai memadat dan akar tanaman cabai terlihat
di permukaan media tanam sebelumnya.
Pemanenan dilakukan pada saat 50% tanaman dalam satu genotipe buahnya
telah berwarna merah atau telah memasuki fase masak. Panen dilakukan setiap
satu minggu sekali dan dilakukan hingga 8 kali panen.

Pengamatan Percobaan

Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman. Karakter yang diamati


meliputi aspek morfologi, pertumbuhan, dan kualitas baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Pedoman pengamatan warna buah mengacu pada calibration
book Capsicum annuum L. (2010), serta parameter yang diamati yaitu
8

berdasarkan karakter yang tercantum dalam Pusat Perlindungan Varietas Tanaman


(PPVT, 2006) dan Description for Capsicum (IPGRI, 1995) yang meliputi:
a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman
tertinggi pada panen kedua
b. Tinggi dikotomus (cm), diukur dari permukaan tanah sampai percabangan
pertama pada panen kedua
c. Lebar tajuk (cm), diukur pada titik terlebar pada panen kedua
d. Rasio tinggi tanaman dengan tinggi pot, diukur pada panen kedua
e. Rasio lebar tajuk dengan lebar pot, diukur pada panen kedua
f. Rasio tinggi tanaman dengan lebar tajuk, diukur pada saat panen kedua
g. Pola tajuk: segitiga, lingkaran, tidak beraturan, diukur pada panen kedua
h. Karakter batang:
1. Bentuk batang, diamati pada saat panen kedua
2. Warna batang: hijau, hijau dengan garis ungu, ungu, dan lainnya yang
diamati pada saat panen kedua
3. Diameter batang (mm), diukur pada saat panen kedua
4. Pemendekan ruas: tidak ada, satu sampai tiga, lebih dari tiga

Gambar 1. Pemendekan ruas: a) tidak ada, b) satu sampai tiga, c) lebih dari
tiga

i. Habitus tanaman: menyamping, kompak, dan tegak, diamati ketika 50%


populasi tanaman telah mempunyai buah masak

(a) (b) (c)

Gambar 2. Habitus tanaman: a) menyamping, b) kompak, c) tegak


9

j. Karakter daun:
1. Bentuk daun, diamati pada panen kedua

(a) (b) (c)

Gambar 3. Bentuk daun: a) delta, b) oval, c) lanset

2. Warna daun: kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu muda, ungu,
variegata, dan lainnya yang diamati pada saat panen kedua
3. Panjang daun (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran
maksimal pada percabangan utama pada panen kedua
4. Lebar daun (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran
maksimal pada percabangan utama pada panen kedua
5. Tepi daun: rata, bergerigi, berombak, dan lainnya yang diamati pada saat
panen kedua
6. Ujung daun: meruncing, tumpul, membelah, membuka, dan lainnya yang
diamati pada saat panen kedua
f. Karakter bunga dan buah:
1. Waktu munculnya bunga, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi
mempunyai bunga mekar
2. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan
lainnya yang diamati setelah bunga pertama membuka sempurna
3. Kedudukan bunga: tidak tegak, semi tegak, dan tegak

(a) (b) (c)

Gambar 4. Kedudukan bunga: a) tidak tegak, b) semi tegak, c) tegak

4. Umur siap pajang maksimal, jumlah hari setelah tanam sampai 30%
populasi mempunyai variasi warna buah maksimal
5. Warna buah sebelum matang: putih kehijauan, kekuningan, hijau, ungu
6. Warna buah matang: kuning, oranye, merah, coklat
7. Bobot per buah (g), ditimbang bobot 10 buah cabai masak yang diambil
pada saat panen
10

8. Bobot buah per tanaman (g), ditimbang bobot seluruh buah yang dipanen
dari mulai panen pertama hingga panen ke delapan
9. Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung jumlah seluruh buah yang
dipanen dari mulai panen pertama hingga panen ke delapan
10. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah
yang sama dengan pengamatan bobot buah
11. Panjang tangkai buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah
pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah
12. Diameter buah (mm), diukur bagian terlebar buah pada 10 buah yang sama
dengan pengamatan bobot buah
13. Ketebalan kulit buah (mm), diukur dari rata-rata 10 buah yang sama dengan
pengamatan bobot buah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong digital
14. Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky,
lainnya yang diamati pada saat panen kedua

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 5. Bentuk buah: a) elongate, b) almost round, c) triangular,


d) campanulate, e) blocky

15. Bentuk ujung buah: runcing, tumpul, membulat, berlekuk, berlekuk dan
meruncing yang diamati pada saat panen kedua

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 6. Bentuk ujung buah: a) runcing, b) tumpul, c) membulat,


d) berlekuk, e) meruncing

16. Penampang melintang buah: sedikit berombak, intermediet, berombak yang


diamati pada saat panen kedua

(a) (b) (c)


Gambar 7. Penampang melintang buah: sedikit berombak, b) intermediet,
c) berombak
11

17. Perubahan warna buah, diamati saat buah muda hingga buah tua
18. Pengujian preferensi konsumen terhadap tingkat kesukaan pada seluruh
cabai hias yang diteliti

Analisis Data

Analisis data kuantitatif pada rancangan kelompok lengkap teracak


(RKLT) satu faktor dilakukan dengan menggunakan software SAS 9.0. Uji F
untuk mengetahui adanya pengaruh nyata antara genotipe terhadap peubah yang
diamati, jika analisis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata maka dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji lanjut DMRT pada taraf α = 5%. Analisis data
kualitatif dilakukan dengan mengamati dan membandingkan karakter morfologi
dari seluruh genotipe yang diteliti.
Analisis gerombol dilakukan dengan program STAR, perhitungan matriks
ketidakmiripan dilakukan dengan metode Gower dan pengelompokkan dengan
metode average linkage.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kondisi persemaian cabai hias mulai terganggu oleh serangan kutu daun
(Aphis sp.) ketika berumur 4 MSS, sehingga dilakukan pengendalian hama dengan
memberikan insektisida Curacron dengan konsentrasi 2 ml L-1. Bibit cabai hias
yang sudah berumur 5 MSS diaklimatisasi, yaitu dengan cara dipindahkan ke
lahan dan dibiarkan selama tiga hari, kemudian dipindahkan ke dalam pot dan
ditanam di lahan.

Tabel 1. Data cuaca Kecamatan Darmaga pada Bulan Januari hingga Juni 2016
Kelembaban Curah Lama Intensitas
Temperatur Panjang
Bulan 0 udara Hujan Penyinaran Cahaya
( C) Hari
(%) (mm) (%) (cal/m2)
Januari 26,4 86 415,0 56,8 316 6,8
Februari 25,7 89 610,0 30,6 250 3,7
Maret 26,5 86 644,0 55,2 325 6,6
April 26,5 85 558,2 62,8 337 7,5
Mei 27,1 84 329,7 49,0 295 5,9
Juni 26.2 84 373,0 47,0 297 5,6

Penanaman dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, dengan ketinggian


207 m dpl. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan, yaitu dari tanggal 11
Februari 2016 hingga Juni 2016. Berdasarkan data BMKG (2016), curah hujan di
Kecamatan Darmaga dari Bulan Januari hingga Juni 2016 berkisar antara 329,7-
12

644 mm per bulan, suhu berkisar antara 25,7-27,1oC, dan intensitas cahaya
berkisar antara 250-316 cal/m2 (Tabel 1).
Tanaman cabai hias di lahan tidak dapat tumbuh secara optimal. Secara
umum tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat berproduksi secara optimal. Hal itu
disebabkan oleh gangguan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Intensitas
serangan penyakit yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi iklim yang memasuki
musim penghujan. Banyak tanaman yang tidak dapat menghasilkan buah
sebagaimana mestinya.
Faktor penyebab serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai hias di
lahan terutama disebabkan oleh tanah dan cuaca. Menurut Setiawati et al. (2007),
Capsicum sp. biasa tumbuh pada daerah dengan curah hujan 600-1250 mm per
tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan serangan penyakit dan
kebusukan pada buah. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman di lahan
yaitu layu fusarium, busuk daun Choanephora, Gemini Mosaic Virus (GMV),
antraknosa, dan ulat penggerek daun. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh
patogen Fusarium oxysporum. Patogen ini biasanya terdapat di dalam tanah.
Tanaman yang terkena layu fusarium akan menunjukkan gejala daun kekuningan
dan layu yang dimulai dari daun bagian atas. Kelayuan ini terjadi secara bertahap
sampai terjadi kelayuan permanen beberapa waktu kemudian dan daun tetap
menempel pada batang. Layu daun Choanephora disebabkan oleh Choanephora
cucurbitarum. Penyakit ini menyebabkan daun pucuk berubah dari hijau muda
menjadi coklat, membusuk dan hitam. Kebusukan merambat ke bagian bawah
tanaman dan menyerang kembali titik-titik baru tumbuh sehingga hampir semua
pucuk terkulai. Penyakit Gemini Mosaic Virus disebabkan oleh Phytophtora
infestans dan menyebabkan daun menguning dan tanaman menjadi kerdil.
Penyakit antaknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp. Gejalanya
dapat dilihat dari bagian daun, ranting dan cabang busuk kering berwarna coklat
kehitam-hitaman, serta buah yang menjadi busuk (Duriat et al., 2007).

Analisis Sidik Ragam

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh


sangat nyata terhadap seluruh karakter kuantitatif yang diamati kecuali umur
panen dan umur siap pajang maksimal. Kelompok tidak berpengaruh nyata hampir
pada seluruh karakter kuantitatif kecuali panjang daun, lebar daun, waktu
munculnya bunga, dan umur panen. Perbedaan waktu munculnya bunga dan umur
panen pada masing-masing kelompok disebabkan oleh perbedaan umur beberapa
genotipe tanaman cabai hias yang ditanam. Perbedaan umur tanaman cabai hias
tersebut diakibatkan adanya penyulaman pada beberapa genotipe dengan selang
waktu dua minggu dari penyemaian awal. Ibrahim et al. (2013) menyatakan
bahwa umur pindah tanam berpengaruh terhadap umur berbunga dan ukuran daun.
Umur pindah tanam yang lebih lama menyebabkan umur berbunga yang lebih
cepat. Namun secara umum lingkungan pada masing-masing kelompok sudah
cukup homogen (Tabel 2).
Koefisien keragaman pada peubah yang diamati yaitu berkisar antara 7,45-
30,71%. Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang
diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan
(Gomez dan Gomez, 2007).
13

Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pada karakter kuantitatif pada cabai hias
Karakter KT Genotipe KT Ulangan KK (%)
Tinggi tanaman (cm) 186,1** 1,2tn 10,5
Tinggi dikotomus (cm) 45,5** 0,3tn 13,0
Diameter batang (mm) 3,4** 0,7tn 11,0
Panjang daun (cm) 0,6** 0,2* 9,0
Lebar daun (cm) 0,2** 0,0* 10,9
Waktu munculnya bunga (HST) 135,2** 115,1* 22,8
Umur panen (HST) 75,6tn 321,5** 9,8
Umur siap pajang maksimal (HST) 42,1tn 45,2tn 9,3
Bobot buah (g) 0,5** 0,0tn 21,9
Bobot buah per tanaman (g) 142,0** 1,2tn 21,5
Jumlah buah per tanaman (g) 218,3** 8,4tn 30,7
Panjang buah (cm) 1,0** 0,2tn 14,1
Panjang tangkai buah (cm) 0,6** 0,0tn 7,4
Diameter buah (mm) 12,8** 0,0tn 9,5
Ketebalan kulit buah (mm) 0,3** 0,0tn 19,9
Lebar tajuk (cm) 333,2** 24,9tn 15,6
Keterangan : **
berpengaruh sangat nyata pada taraf α = 1%; * berpengaruh nyata pada
taraf α = 5%; tn tidak berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Karakter Kuantitatif

Karakter kuantitatif adalah karakter yang pada umumnya dipengaruhi oleh


banyak gen serta dipengaruhi lingkungan (Syukur et al., 2012). Berdasarkan Tabel
3, pengamatan tinggi tanaman pada 15 genotipe cabai hias yang diuji ini
menunjukkan nilai tengah yang berkisar antara 7,63-33,37 cm. Cabai hias yang
memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu varietas pembanding Bara, tetapi tidak
berbeda nyata dengan varietas Ungara. Genotipe dengan tinggi tanaman terpendek
adalah S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), hal itu dapat dilihat dari keragaan
tanaman yang cenderung menyamping dan terlihat lebih pendek dengan daun
yang cukup rapat. Keragaan tanaman yang seperti itu menyebabkan genotipe S5
318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) lebih rentan terhadap penyakit karena
kondisinya yang cukup lembab. Nilai tengah tinggi dikotomus berkisar antara
4,07-18,43 cm. Cabai hias yang memiliki tinggi dikotomus tertinggi yaitu varietas
Bara. Sama hal nya dengan pengamatan tinggi tanaman, genotipe cabai hias yang
memiliki tinggi dikotomus terpendek adalah S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning). Diameter batang memiliki nilai tengah yang berkisar antara 3,10-6,68
mm. Cabai hias yang memiliki diameter batang terlebar yaitu varietas Bara, tetapi
tidak berbeda nyata dengan varietas Ungara. Genotipe yang memiliki diameter
batang terkecil adalah genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), tetapi tidak
berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira),
dan S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha).
14

Tabel 3. Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter
batang yang diuji pada setiap genotipe pada 10 MST
Tinggi Tinggi Diameter
No Genotipe tanaman dikotomus batang
(cm) (cm) (mm)
de def
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) 13,47 8,27 3,75de
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) 14,50de 8,07ef 3,68de
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) 21,13c 10,77cd 4,38d
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira ) 12,43e 7,40f 4,08d
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) 16,03de 9,23def 3,94de
6 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) 7,63f 4,07g 3,10e
7 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) 14,63de 10,10cde 4,18d
8 S5 318 1 1U 1 14,33de 7,33f 4,30d
de def
9 S5 318 1 3U 1 3 13,37 9,20 4,18d
10 F4 318 020 1 1 27,03b 12,23c 5,36c
11 F4 318 020 1 2 28,90b 15,30b 5,65bc
12 Seroja 14,47d 12,37c 4,32d
13 Ungara 30,07ab 15,93b 6,50ab
14 Bara 33,37a 18,43a 6,68a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan penelitian Eltanti (2015), tinggi tanaman cabai hias berkisar


antara 24,57-112,58 cm. Tinggi tanaman cabai hias genotipe Triwarsana berkisar
antara 29-36 cm, Seroja 31 cm, dan Ungara 47 cm. Tinggi dikotomus cabai hias
berkisar antara 8,26-45,53 cm. Tinggi dikotomus cabai hias genotipe Triwarsana
berkisar antara 9-10 cm, Seroja 8 cm, dan Ungara 15 cm. Diameter batang
berkisar antara 6,45-9,81 mm. Diameter batang genotipe Triwarsana berkisar
antara 6,5-7 mm, Seroja 7,5 mm, dan Ungara 9 mm. Rafiani (2016) juga
menyebutkan bahwa cabai hias varietas Bara memiliki nilai tengah tinggi tanaman
sebesar 45,60 cm, tinggi dikotomus 23,58 cm, dan diameter batang 7,76 mm.
Tanaman cabai hias yang ditanam pada penelitian kali ini menunjukkan
pertumbuhan yang tidak optimal. Hal tersebut disebabkan terutama oleh serangan
penyakit pada tanaman. Busuk daun Choanephora menyerang kembali titik-titik
tumbuh baru sehingga hampir semua pucuk terkulai. Penyakit Gemini Mosaic
Virus dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Duriat et al., 2007). Selain
karena faktor penyakit, terganggunya pertumbuhan tanaman juga diakibatkan oleh
media tanam yang kurang sesuai. Media tanam yang digunakan pada penelitian ini
adalah campuran tanah dan pupuk kandang. Akibat hujan yang terus menerus,
akibatnya tanah menjadi padat sehingga mengganggu perakaran tanaman cabai.
Menurut Cayanti (2006), media tanam yang cocok untuk cabai hias dalam pot
adalah campuran cocopeat, tanah, dan pupuk kandang. Pernyataan tersebut juga
diperkuat oleh Marliah et al. (2011) bahwa media tanam campuran tanah dan
pupuk kandang menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yang paling kecil.
15

Tabel 4. Nilai tengah karakter umur berbunga, panjang buah, panjang tangkai
buah, dan diameter buah yang diuji pada setiap genotipe
Umur Panjang Panjang Diameter
No Genotipe berbunga buah tangkai buah buah
(HST) (cm) (cm) (mm)
1 S5 318 1 4K 1 1 14,67de 2,31cdef 1,48c 5,11h
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 27,67bc 3,00abc 1,80b 7,80def
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 23,00bcd 2,28def 1,40c 6,42fgh
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 21,00bcd 3,13ab 1,92b 7,08efg
(Namira)
5 S5 318 1 3U 1 1 23,00bcd 1,90ef 1,31c 8,59cd
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 20,00cd 1,72f 1,05d 5,64h
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 22,00bcd 3,40a 1,84b 7,67defg
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 17,67cde 1,94ef 1,36c 6,31gh
9 S5 318 1 3U 1 3 10,33e 2,24def 1,49c 8,42cde
10 F4 318 020 1 1 23,67bcd 2,92abcd 1,99b 9,34bc
11 F4 318 020 1 2 26,00bc 2,91abcd 2,53a 10,37b
12 Seroja 19,00cde 2,55bcde 1,86b 9,61bc
13 Ungara 30,33ab 2,39cdef 1,96b 12,98a
14 Bara 37,67a 3,51a 2,62a 7,57defg
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4, nilai tengah karakter umur berbunga berkisar antara


10,33-37,67 HST. Cabai hias yang memiliki umur berbunga terlama adalah
varietas pembanding Bara, tetapi tidak berbeda nyata dengan Ungara. Genotipe
yang memiliki umur berbunga tercepat adalah S5 318 1 3U 1 3, tetapi tidak
berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 1U 1, dan
Seroja. Nilai tengah panjang buah berkisar antara 1,72-3,51 cm. Cabai hias yang
memiliki buah terpanjang yaitu Bara, tetapi tidak berbeda nyata dengan S5 318 1
5K 1 (shorten internode), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), F4
318 020 1 1, dan F4 318 020 1 2, sedangkan genotipe yang memiliki buah
terpendek adalah S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), tetapi tidak berbeda nyata
dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318
1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1 1U 1, S5 318 1 3U 1 3, dan Ungara. Nilai tengah
panjang tangkai buah berkisar antara 1,05-2,62 cm. Cabai hias yang memiliki
tangkai buah terpanjang yaitu varietas pembanding Bara, tetapi tidak berbeda
nyata dengan genotipe F4 318 020 1 2. Genotipe dengan panjang tangkai buah
terpendek yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning). Nilai tengah
diameter buah berkisar antara 5,11-12,98 mm. Cabai hias yang memiliki diameter
buah terlebar yaitu varietas pembanding Ungara, sedangkan yang memiliki
16

diameter buah terendah yaitu genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), tetapi tidak


berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 3 1 1K 1
(Triwarsana kuning), dan S5 318 1 1U 1.

Tabel 5. Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang diuji
pada setiap genotipe pada 10 MST
Lebar Lebar Panjang
No Genotipe tajuk daun daun
(cm) (cm) (cm)
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) 20,82cde 0,60de 1,60fg
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) 22,60cd 0,80c 1,75defg
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) 25,51c 0,70cd 1,69efg
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira ) 17,80de 0,83c 1,98cde
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) 23,29cd 0,77cd 1,87cdef
6 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) 16,96de 0,49e 1,43g
7 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) 18,01de 0,80c 1,85cdef
8 S5 318 1 1U 1 24,06cd 0,60de 1,60fg
9 S5 318 1 3U 1 3 13,60e 0,79c 2,08cd
10 F4 318 020 1 1 41,90a 1,07b 2,16c
11 F4 318 020 1 2 41,80a 1,01b 2,17c
12 Seroja 13,36e 1,00b 2,00cde
13 Ungara 33,77b 1,07b 2,53b
14 Bara 43,55a 1,30a 3,14a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5, nilai tengah lebar tajuk berkisar antara 13,36-43,55


cm. Cabai hias yang memiliki tajuk terlebar yaitu varietas pembanding Bara,
tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe F4 318 020 1 2 dan F4 318 020 1 1.
Genotipe yang memiliki lebar tajuk terkecil adalah varietas Seroja, tetapi tidak
berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 2 (Namira
), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), S5 318 1 5K 1 (Shorten internode), dan
S5 318 1 3U 1 3. Jika dibandingkan dengan penelitian Eltanti (2015), nilai tengah
lebar tajuk berkisar antara 30,97-82,20 cm. Nilai tengah lebar daun berkisar
antara 0,49-1,30 cm. Cabai hias yang memiliki daun terlebar yaitu varietas
pembanding Bara. Sedangkan cabai hias yang memiliki lebar daun terkecil yaitu
S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), tetapi tidak berbeda nyata dengan S5 318 1
4K 1 1 (Jelita) dan S5 318 1 1U 1. Nilai tengah panjang daun berkisar antara 1,43
-3,14 cm. Cabai hias yang memiliki daun terpanjang yaitu varietas Bara. Genotipe
yang memiliki daun terpendek yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), tetapi tidak berbeda nyata dengan S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K
1 (Syakira), S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), dan S5 318 1 1U 1. Menurut Desita
(2014), nilai tengah lebar daun berkisar antara 1,78-2,54 cm, nilai tengah panjang
daun berkisar antara 4,49-6,99 cm.
17

Tabel 6. Nilai tengah karakter bobot per buah, bobot buah per tanaman, jumlah
buah per tanaman, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap
genotipe
Jumlah Ketebalan
Bobot Bobot buah
buah per kulit
No Genotipe per buah per tanaman
tanaman buah
(g) (g)
(buah) (mm)
1 S5 318 1 4K 1 1 0,23f 0,89e 2,00d 0,46e
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 0,77cde 1,34e 4,00cd 0,76de
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 0,36f 1,70e 5,00cd 0,59de
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 0,67de 1,91e 3,00d 0,70de
(Namira )
5 S5 318 1 3U 1 1 0,53ef 1,20e 2,67d 0,76de
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 0,25f 0,73e 3,67cd 0,67de
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 0,79cde 2,21de 3,00d 0,86d
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 0,28f 0,75e 3,33d 0,73de
9 S5 318 1 3U 1 3 0,65de 0,99e 2,00d 0,85d
10 F4 318 020 1 1 0,97c 3,72d 4,33cd 1,18bc
11 F4 318 020 1 2 1,27b 7,91c 7,33c 1,31ab
12 Seroja 0,84cd 2,37de 3,00d 0,92cd
13 Ungara 1,69a 11,46b 11,00b 1,60a
14 Bara 0,93cd 25,84a 41,67a 0,46e
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6, nilai tengah bobot buah genotipe uji berkisar antara
0,23-1,69 g. Cabai hias yang memiliki bobot tertinggi yaitu varietas pembanding
Ungara. Genotipe yang memiliki bobot terendah yaitu genotipe S5 318 1 4K 1 1
(Jelita), tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning),
dan S5 318 1 1U 1. Nilai tengah bobot buah per tanaman berkisar antara 0,73-
25,84 g. Cabai hias yang memiliki bobot buah per tanaman tertinggi yaitu varietas
pembanding Bara. Genotipe yang memiliki bobot buah per tanaman terendah
yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), tetapi tidak berbeda nyata
dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1
1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1
5K 1 (shorten internode), S5 318 1 1U 1, S5 318 1 3U 1 3, dan Seroja. Nilai
tengah jumlah buah per tanaman berkisar antara 2,00-41,67 buah. Cabai hias yang
memiliki jumlah buah per tanaman tertinggi yaitu varietas pembanding Bara.
Genotipe yang memiliki jumlah buah per tanaman terendah yaitu genotipe S5 318
1 4K 1 1 (Jelita) dan S5 318 1 3U 1 3, tetapi tidak berbeda nyata dengan S5 318 1
18

5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318


1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), S5 318 1 5K 1 (shorten
internode), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, dan Seroja. Nilai tengah karakter
ketebalan kulit buah berkisar antara 0,46-1,60 mm. Cabai hias yang memiliki kulit
buah paling tebal yaitu varietas Ungara, tetapi tidak berbeda nyata dengan
genotipe F4 318 020 1 2. Genotipe yang memiliki kulit buah paling tipis yaitu S5
318 1 4K 1 1 (Jelita) dan Bara, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe S5 318
1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5
318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), dan S5 318 1 1U 1.
Jika dibandingkan dengan cabai hias yang ditanam di green house, potensi
hasil cabai hias di green house jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cabai hias
yang ditanam di lahan. Penelitian Eltanti (2015) menunjukkan bahwa nilai tengah
bobot buah berkisar antara 0,91-7,71 g. Bobot buah genotipe Triwarsana berkisar
antara 0,71-0,75 g, Seroja 1,32 g, dan Ungara 2,46 g. Rafiani (2016) juga
menyebutkan bahwa nilai tengah bobot buah varietas Bara sebesar 0,89 g, dengan
jumlah buah per tanamannya sebanyak 8,25 buah. Menurut IPB (2013), bobot
buah per tanaman genotipe Seroja sebesar 130-200 g, sedangkan genotipe Ungara
memiliki bobot buah per tanaman sebesar 130,65 g. Varietas Bara memiliki bobot
buah per tanaman sebesar 500 g. Rendahnya jumlah buah dan bobot buah per
tanaman disebabkan oleh serangan penyakit yang mempengaruhi proses
fotosintesis dan menyebabkan kerontokan bunga dan buah. Akibat dari serangan
cendawan Fusarium oxysporum menyebabkan batang rusak (kelayuan).
Kerusakan batang tersebut disebabkan sistem transportasi yang terdapat pada
jaringan xilem dan sistem translokasi yang terdapat pada jaringan floem terhambat
(Wandani et al., 2015). Hal tersebut diperkuat oleh penjelasan Marcelis et
al.(2004) bahwa ketika suplai asimilat terganggu maka terjadi peningkatan
kerontokan bunga dan buah.
Berdasarkan Tabel 7, rasio lebar tajuk dengan lebar pot tertinggi yaitu
varietas pembanding Bara dengan rasio 2,18 : 1. Rasio tinggi tanaman dengan
tinggi pot tertinggi yaitu varietas Bara dengan rasio 1,67 : 1. Rasio lebar tajuk
dengan tinggi tanaman tertinggi yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning) dengan rasio 2,22: 1. Secara umum, tanaman hias memiliki standar
khusus terkait ukuran dari tanamannya. Ukuran pot yang digunakan harus
disesuaikan dengan ukuran tanamannya. Biasanya, tanaman hias yang baik
memiliki rasio dengan ukuran pot yaitu 2:1. Ukuran tersebut menjadi acuan dalam
pemilihan ukuran pot yang baik dan benar. Pentingnya mengetahui rasio tersebut
karena akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan tanaman. Jika tanaman
memiliki ukuran yang terlalu berbeda jauh dengan ukuran pot yang digunakan,
maka tanaman tersebut akan mudah jatuh. Sebaliknya, jika ukuran pot terlalu
besar dibandingkan dengan tanamannya maka keindahan dari tanaman tersebut
akan berkurang. Menurut Cayanti (2006), kualitas cabai sebagai tanaman hias
yang diharapkan diantaranya ialah mempunyai tinggi tanaman yang proporsional
dengan pot. Menurut penelitian Nurlaelia (2007), konsumen tertarik dengan
karakter cabai hias yang memiliki tinggi tanaman pendek, jumlah cabang tersier
yang banyak dan memiliki panjang ruas yang pendek. Genotipe yang ditanam
pada penelitian ini yang memiliki karakter seperti yang diinginkan konsumen
yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning).
19

Tabel 7. Rasio lebar tajuk dengan lebar pot, rasio tinggi tanaman dengan tinggi
pot, dan rasio lebar tajuk dengan tinggi tanaman
Rasio tinggi Rasio lebar
Rasio lebar
tanaman tajuk dengan
No Genotipe tajuk dengan
dengan tinggi tinggi
lebar pot
pot tanaman
1 S5 318 1 4K 1 1 1,04 : 1 0,67 : 1 1,55 : 1
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 1,13 : 1 0,72 : 1 1,56 : 1
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 1,28 : 1 1,06 : 1 1,21 : 1
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 0,90 : 1 0,61 : 1 1,43 : 1
(Namira )
5 S5 318 1 3U 1 1 1,16 : 1 0,80 : 1 1,45 : 1
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 0,85 : 1 0,38 : 1 2,22 : 1
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 0,90 : 1 0,73 : 1 1,23 : 1
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 1,20 : 1 0,72 : 1 1,68 : 1
9 S5 318 1 3U 1 3 0,68 : 1 0,67 : 1 1,02 : 1
10 F4 318 020 1 1 2,10 : 1 1,35 : 1 1,55 : 1
11 F4 318 020 1 2 2,09 : 1 1,40 : 1 1,45 : 1
12 Seroja 0,67 : 1 0,82 : 1 0,81 : 1
13 Ungara 1,69 : 1 1,50 : 1 1,12 : 1
14 Bara 2,18 : 1 1,67 : 1 1,31 : 1

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh gen sederhana


(satu atau dua gen) dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan
(Syukur et al., 2012). Tabel 8 menunjukkan hasil pengamatan kualitatif habitus
tanaman dan pola tajuk. Varietas pembanding Ungara dan Bara memiliki habitus
tanaman tegak, genotipe S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1
(Triwarsana kuning), dan S5 318 1 1U 1 memiliki habitus tanaman menyamping.
Sepuluh genotipe sisanya memiliki genotipe kompak. Cabai yang memiliki tipe
pertumbuhan tegak, maka terjadinya naungan antar daun dapat berkurang,
sehingga cocok untuk dikembangkan di tempat yang kelembaban udaranya tinggi
karena kondisi ini kurang cocok untuk pertumbuhan organisme pengganggu
tumbuhan (Fitriani et al., 2013). Hasil pengamatan kualitatif terhadap pola tajuk
menunjukkan bahwa genotipe F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, varietas
pembanding Ungara, dan Bara memiliki pola tajuk segi tiga, sedangkan 11
genotipe sisanya memiliki pola tajuk tidak beraturan (Gambar 8).
20

Tabel 8. Penampilan karakter kualitatif habitus tanaman dan pola tajuk pada 15
genotipe cabai hias yang diuji
Habitus Pola
No Genotipe
tanaman Tajuk
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Kompak Tidak beraturan
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Kompak Tidak beraturan
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Kompak Tidak beraturan
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Kompak Tidak beraturan
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Kompak Tidak beraturan
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Menyamping Tidak beraturan
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Menyamping Tidak beraturan
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Kompak Tidak beraturan
9 S5 318 1 1U 1 Menyamping Tidak beraturan
10 S5 318 1 3U 1 3 Kompak Tidak beraturan
11 F4 318 020 1 1 Kompak Segi tiga
12 F4 318 020 1 2 Kompak Segi tiga
13 Seroja Kompak Tidak beraturan
14 Ungara Tegak Segi tiga
15 Bara Tegak Segi tiga

a b

Gambar 8. Representasi pola tajuk tanaman cabai hias: a) tidak beraturan(genotipe


Ayesha), dan b) segi tiga (genotipe Ungara)

Tabel 9 menunjukkan hasil pengamatan karakter kualitatif warna batang,


bentuk batang, dan pemendekan ruas. Hasil pengamatan warna batang
menunjukkan bahwa genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 3 1 1U 1
(Triwarsana ungu), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, dan varietas
pembanding Ungara memiliki warna batang ungu. Genotipe S5 318 1 4K 1 1
(Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 3U 1 1
(Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), S5 318 1 5K 1 (shorten inter
node), S5 318 1 3U 1 3, Seroja, dan Bara memiliki warna batang hijau.
Pengamatan bentuk batang menunjukkan bahwa seluruh genotipe uji memiliki
bentuk batang silindris. Pengamatan pemendekan ruas menunjukkan bahwa dari
21

seluruh genotipe uji, hanya 3 genotipe yang menunjukkan adanya pemendekan


ruas yaitu genotipe S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 5K 1 (Triwarsana
kuning), dan Seroja.

Tabel 9. Penampilan karakter kualitatif warna batang, bentuk batang, dan pemen-
dekan ruas pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Warna Bentuk Pemendekan
No Genotipe
batang batang ruas
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Hijau Silindris Tidak ada
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Hijau Silindris Tidak ada
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Ungu Silindris Tidak ada
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Hijau Silindris Ada
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Hijau Silindris Tidak ada
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Ungu Silindris Tidak ada
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Hijau Silindris Tidak ada
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Hijau Silindris Ada
9 S5 318 1 1U 1 Ungu Silindris Tidak ada
10 S5 318 1 3U 1 3 Hijau Silindris Tidak ada
11 F4 318 020 1 1 Ungu Silindris Tidak ada
12 F4 318 020 1 2 Ungu Silindris Tidak ada
13 Seroja Hijau Silindris Ada
14 Ungara Ungu Silindris Tidak ada
15 Bara Hijau Silindris Tidak ada

Tabel 10 menunjukkan hasil pengamatan karakter kualitatif bentuk daun,


warna daun, dan tepi daun. Pengamatan bentuk daun menunjukkan bahwa
genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2
(Namira), S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), dan S5 318 1 1U 1 memiliki bentuk daun lanset. Genotipe S5 318 1 5K 1
(Syakira), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1 5K 1 (shorten internode), S5 318 1
3U 1 3, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja, Ungara, dan Bara memiliki
bentuk daun oval. Pengamatan warna daun menunjukkan hasil yang cukup
beragam. Genotipe S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), dan S5 318 1 5K 1 (shorten internode) memiliki warna daun hijau muda.
Genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 5K 1 2
(Namira), S5 318 1 1U 1, S5 318 1 3U 1 3, dan Bara memiliki warna daun hijau.
Genotipe S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2,
dan Ungara memiliki warna daun hijau semburat ungu. Genotipe S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung) memiliki warna daun ungu. Pengamatan karakter tepi daun
menunjukkan bahwa genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira),
S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), dan S5 318 1 5K 1(shorten internode) memiliki tepi
daun yang berombak. Genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2
(Namira), S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), S5 318 1 1U 1, S5 318 1 3U 1 3, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja,
Ungara, dan Bara memiliki tepi daun rata.
22

Tabel 10. Penampilan karakter kualitatif bentuk daun, warna daun, dan tepi daun
pada 15 genotipe cabai hias yang diuji

Bentuk Warna Tepi


No Genotipe
daun Daun daun
1 S5 318 1 4K 1 1 Lanset Hijau Berombak
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 Oval Hijau Berombak
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 Lanset Ungu Rata
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 Lanset Hijau Rata
(Namira)
5 S5 318 1 3U 1 1 Oval Hijau muda Berombak
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1U 1 Lanset Hijau semburat ungu Rata
(Triwarsana ungu)
7 S5 318 3 1 1K 1 Lanset Hijau muda Rata
(Triwarsana kuning)
8 S5 318 1 5K 1 Oval Hijau muda Berombak
(shorten internode)
9 S5 318 1 1U 1 Lanset Hijau Rata
10 S5 318 1 3U 1 3 Oval Hijau Rata
11 F4 318 020 1 1 Oval Hijau semburat ungu Rata
12 F4 318 020 1 2 Oval Hijau semburat ungu Rata
13 Seroja Oval Hijau Rata
14 Ungara Oval Hijau semburat ungu Rata
15 Bara Oval Hijau Rata

Tabel 11 menunjukkan hasil pengamatan karakter kualitatif ujung daun,


warna mahkota bunga, dan kedudukan bunga. Pengamatan karakter ujung daun
menunjukkan bahwa seluruh genotipe uji memiliki ujung daun yang meruncing.
Pengamatan warna mahkota bunga menunjukkan bahwa genotipe S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung), S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1
1, F4 318 020 1 2, dan Ungara memiliki warna mahkota bunga ungu. Sepuluh
genotipe sisanya memiliki warna mahkota bunga putih (Gambar 9). Pengamatan
kedudukan bunga menunjukkan bahwa seluruh genotipe uji memiliki kedudukan
bunga yang tegak.
a b

Gambar 9. Representasi warna mahkota bunga cabai hias: a) ungu (genotipe


F4318 020-1-1), dan b) putih (genotipe Triwarsana kuning)
23

Tabel 11. Penampilan karakter kualitatif ujung daun, warna mahkota bunga dan
kedudukan bunga pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Warna
Ujung Kedudukan
No Genotipe Mahkota
Daun Bunga
bunga
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Meruncing Putih Tegak
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Meruncing Putih Tegak
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Meruncing Ungu Tegak
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Meruncing Putih Tegak
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Meruncing Putih Tegak
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Meruncing Ungu Tegak
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Meruncing Putih Tegak
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Meruncing Putih Tegak
9 S5 318 1 1U 1 Meruncing Ungu Tegak
10 S5 318 1 3U 1 3 Meruncing Putih Tegak
11 F4 318 020 1 1 Meruncing Ungu Tegak
12 F4 318 020 1 2 Meruncing Ungu Tegak
13 Seroja Meruncing Putih Tegak
14 Ungara Meruncing Ungu Tegak
15 Bara Meruncing Putih Tegak

Perubahan warna buah cabai hias dari buah muda hingga matang seperti
terlihat pada Tabel 12. Warna buah muda genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung),
S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 1 1U 1, dan F4 318 020 1 1 yaitu
berwarna ungu. Genotipe F4 318 020 1 2 dan Ungara memiliki buah muda
berwarna ungu kehitaman. Genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning)
memiliki buah muda berwarna putih kehijauan. Tujuh genotipe sisanya memiliki
buah muda berwarna kekuningan. Warna buah matang genotipe uji memiliki
variasi warna yang tidak terlalu beragam dibandingkan dengan variasi warna buah
muda. Genotipe S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) dan S5 318 1 1U 1 memiliki
buah matang berwarna oranye. Genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning)
memiliki buah matang berwarna kuning. Sebelas genotipe sisanya memiliki buah
matang berwarna merah.
Perbedaan warna baik pada buah muda maupun pada buah matang
berhubungan erat dengan pigmen antosianin dan karotenoid. Warna ungu dan
kehitaman pada buah muda merupakan akibat dari akumulasi antosianin. Pigmen
antosianin yang ditemukan pada bagian daun, bunga, dan buah muda Capsicum
annuum adalah delphinidin-3-pcoumaroylrutinoside-5 glucoside. Warna pada
buah matang merupakan akibat dari reduksi klorofil, pigmentasi antosianin, dan
akumulasi pigmen karotenoid. Capsanthin dan capsorubin adalah pigmen
terbanyak pada buah matang yang berwarna merah. Buah matang yang berwarna
oranye menunjukkan bahwa pigmen terbanyak pada buah tersebut adalah
violaxanthin dan β-carotene (Stommel dan Albrecht, 2012).
24

Tabel 12. Penampilan karakter kualitatif warna buah sebelum matang, warna
buah matang, dan perubahan warna buah pada 15 genotipe cabai hias
yang diuji
No Warna buah Warna
Perubahan warna buah
Genotipe sebelum buah
matang matang
1 S5 318 1 4K 1 1 Kekuningan Merah Kekuningan – kuning
(Jelita) semburat ungu – oranye
– merah
2 S5 318 1 5K 1 kekuningan Merah Kekuningan –
(Syakira) kekuningan semburat
ungu – ungu – oranye –
merah
3 S5 318 1 2U 1 1 Ungu Merah Ungu – oranye – merah
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 Kekuningan Merah Kekuningan –
(Namira) kekuningan semburat
ungu – oranye – merah
5 S5 318 1 3U 1 1 Kekuningan Merah Kekuningan –
(Ayesha) kekuningan semburat
ungu – oranye merah
6 S5 318 3 1 1U 1 Ungu Oranye Ungu – ungu semburat
(Triwarsana ungu) oranye – oranye
7 S5 318 3 1 1K 1 Putih Kuning Putih kehijauan –
(Triwarsana kuning) kehijauan kekuningan – kuning
8 S5 318 1 5K 1 Kekuningan Merah Kekuningan –
(shorten internode) kekuningan semburat
ungu – oranye merah
9 S5 318 1 1U 1 Ungu Oranye Ungu – ungu muda –
oranye
10 S5 318 1 3U 1 3 Kekuningan Merah Kekuningan –
kekuningan semburat
ungu – oranye - merah
11 F4 318 020 1 1 Ungu Merah Ungu – oranye – merah
12 F4 318 020 1 2 Ungu Merah Ungu kehitaman – ungu
kehitaman semburat merah –
merah
13 Seroja Kekuningan Merah Kekuningan –
kekuningan semburat
ungu – ungu – oranye –
merah
14 Ungara Ungu Merah Ungu kehitaman – ungu
kehitaman kehijauan – merah
semburat hitam – merah
15 Bara Hijau Merah Hijau – oranye – merah
25

Gambar 10. Perubahan warna buah cabai hias dari muda hingga matang

Tabel 13 menunjukkan bahwa bentuk buah cabai hias yang diuji terdiri
dari 8 genotipe yang berbentuk triangular, yaitu genotipe S5 318 1 3U 1 1
(Ayesha), S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja, dan Ungara.
Genotipe sisanya yaitu S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318
1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 5K 1 (shorten inter
node), S5 318 1 3U 1 3, dan Bara memiliki bentuk buah elongate. Karakter
bentuk ujung buah menunjukkan bahwa tiga genotipe cabai hias memiliki bentuk
ujung buah yang runcing yaitu S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 3U 1 3, dan
Bara. Genotipe lainnya yaitu S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1
1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), S5 318 1 5K 1
(shorten internode), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja, dan
Ungara memiliki bentuk ujung buah yang tumpul. Karakter penampang melintang
buah menunjukkan bahwa seluruh cabai hias memiliki penampang melintang buah
yang sama yaitu sedikit berombak.
26

Tabel 13. Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, dan
penampang melintang buah pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Bentuk Penampang
Bentuk
No Genotipe ujung melintang
buah
buah buah
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Elongate Runcing Sedikit
berombak
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
9 S5 318 1 1U 1 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
10 S5 318 1 3U 1 3 Elongate Runcing Sedikit
berombak
11 F4 318 020 1 1 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
12 F4 318 020 1 2 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
13 Seroja Triangular Tumpul Sedikit
berombak
14 Ungara Triangular Tumpul Sedikit
berombak
15 Bara Elongate Runcing Sedikit
berombak

Preferensi Konsumen

Parameter ini diukur dengan menggunakan metode survei secara langsung


kepada partisipan. Survei ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kesukaan
konsumen terhadap genotipe tertentu berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki
oleh genotipe tersebut. Survei ini diikuti oleh 33 orang partisipan (non ahli) yang
terdiri dari mahasiswa aktif Departemen Agronomi dan Hortikultura serta
Departemen Proteksi Tanaman. Partisipan memilih genotipe cabai hias yang
mereka sukai berdasarkan karakter warna, keragaan tanaman, dan karakter
genotipe cabai hias secara keseluruhan.
Berdasarkan karakter warna buah, genotipe cabai hias yang paling disukai
oleh konsumen yaitu genotipe F4318020-1-1 dengan persentase sebesar 45%.
27

Sisanya konsumen memilih genotipe S53181-1U-1, Seroja, Ungara dan S5318-1-


5K-1-2 (Namira). Alasan konsumen lebih memilih genotipe F4318020-1-1 karena
memiliki warna yang menarik, bervariasi, serta memiliki gradasi warna yang
bagus. Warna buah yang terlihat mengkilat juga menjadi salah satu alasan
konsumen memilih genotipe tersebut karena memberikan kesan yang elegan.
Berdasarkan keragaan dari tanamannya, genotipe cabai hias yang paling
disukai oleh konsumen yaitu genotipe S531831-1K-1 (Triwarsana kuning) dengan
persentase sebesar 33%. Sisanya konsumen memilih genotipe Ungara, S5318-1-
5K-1-2 (Namira), S5318-1-5K-1 (Syakira), S53181-1U-1, Bara, dan F4318020-1-
1. Alasan konsumen lebih memilih genotipe S531831-1K-1 (Triwarsana kuning)
karena tanamannya pendek, menggerombol ke samping sehingga terlihat lebih
rimbun dan cocok untuk dijadikan sebagai tanaman hias.
Dilihat dari karakter secara umum 12 genotipe cabai hias uji dan 3
genotipe pembanding, secara umum konsumen memilih 3 genotipe yang paling
disukai yaitu Ungara, S53181-1U-1, dan F4318020-1-1 dengan persentase yang
sama yaitu sebesar 24%. Munculnya tiga genotipe yang paling disukai oleh
konsumen dengan persentase yang sama menunjukkan bahwa setiap konsumen
memiliki selera yang berbeda. Genotipe ungara banyak disukai karena selain
memiliki warna buah yang unik, juga memiliki daya tambah dari bentuk buah
yang agak membulat sehingga terlihat lebih kokoh dan elegan. Genotipe S53181-
1U-1 banyak disukai karena memiliki warna yang bervariasi, dan memiliki
degradasi warna yang cantik dan cukup seragam dalam satu tanaman. Sama
halnya dengan genotipe S53181-1U-1, genotipe F4318020-1-1 banyak disukai
karena memiliki variasi warna dengan gradasi yang indah.

Analisis Gerombol

Analisis gerombol merupakan analisis multivariat yang bertujuan untuk


mengelompokkan objek dari data yang diteliti berdasarkan kesamaan karakteristik
yang dimilikinya. Kesamaan karakteristik ini biasanya diukur menggunakan
ukuran kedekatan antar objek yang dapat berupa ukuran kemiripan atau
ketidakmiripannya (Ariawan et al., 2013). Karakteristik obyek-obyek dalam suatu
gerombol memiliki tingkat kemiripan yang tinggi, sedangkan karakteristik antar
obyek pada suatu gerombol dengan gerombol lain memiliki tingkat kemiripan
yang rendah (Matjik dan Sumertajaya, 2011). Hasil analisis genotipe uji dan
verietas pembanding menghasilkan dendogram seperti pada Gambar 11. Analisis
tersebut berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang telah digabungkan.
Hasil analisis gerombol dengan koefisien ketidakmiripan 46%
mengelompokkan genotipe cabai hias menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
hanya terdiri dari varietas pembanding Bara. Hal tersebut kemungkinan karena
varietas pembanding Bara bukan merupakan cabai hias, sehingga memiliki
karakter yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan genotipe lainnya. Kelompok
kedua terbagi menjadi dua sub kelompok. Sub kelompok pertama terdiri dari
genotipe Ungara, F4318020-1-1, dan F4318020-1-2. Sub kelompok pertama ini
mengelompok karena persamaan warna buah yang sangat mencolok yaitu
dominan ungu. Selain itu, Ungara juga merupakan tetua dari genotipe F4318020-
1-1 dan F4318020-1-2. Sub kelompok kedua terbagi menjadi dua sub sub
kelompok. Sub sub kelompok pertama kemungkinan mengelompok karena
28

persamaan dari variasi warna buah, yang terdiri dari genotipe S5 318 1 4K 1 1
(Jelita), genotipe S5 318 1 3U 1 3, S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1 5K 1
(Syakira), S5 318 1 5K 1, S5318-1-5K-1-2 (Namira), dan Seroja. Sub sub
kelompok kedua terdiri dari genotipe S531831-1K-1 (Triwarsana Kuning), S5
318 1 2U 1 1 (Lembayung), dan S5 318 1 1U 1.

S5 318 1 1U 1

Lembayung

Triwarsana Kuning

Seroja

Namira
Dendogram using Agglomerative Clustering Method

S5 318 1 5K 1

Syakira

Ayesha

S5 318 1 3U 1 3

Jelita

F4 318 020 1 2

F4 318 020 1 1

Ungara

Bara

0.4 0.3 0.2 0.1 0.0

Gambar 11. Analisis gerombol genotipe cabai hias berdasarkan karakter


kuantitatif dan kualitatif
29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara morfologi seluruh genotipe uji memiliki keragaman terkecuali pada


peubah bentuk batang, bentuk ujung daun, dan kedudukan bunga. Dilihat dari
karakter pertumbuhannya, genotipe memiliki keberagaman karakter tinggi
tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang
buah, panjang tangkai buah, diameter buah, lebar tajuk, dan waktu munculnya
bunga. Berdasarkan kualitas yang berhubungan dengan daya hasil, genotipe uji
memiliki keragaman dalam hal bobot buah, bobot buah per tanaman, dan jumlah
buah per tanaman.
Dilihat dari karakter morfologi, pertumbuhannya, dan kualitasnya genotipe
S53181-1U-1, F4318020-1-1, dan genotipe F4318020-1-2 memiliki potensi untuk
dikembangkan karena berdasarkan tingkat kesukaan konsumen lebih unggul
dibandingkan dengan genotipe uji lainnya.

Saran

Genotipe S53181-1U-1, F4318020-1-1, dan F4318020-1-2 berpotensi


untuk dikembangkan menjadi varietas karena merupakan genotipe yang paling
disukai oleh konsumen. Penelitian mengenai tingkat kepedasan dan ketahanan
genotipe uji terhadap serangan hama dan penyakit juga perlu dilakukan untuk
mendukung perakitan varietas cabai hias yang unggul dan berkulitas. Penggunaan
media tanam dengan campuran arang sekam lebih dianjurkan agar pertumbuhan
cabai hias dapat optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ariawan I.M.A., Kencana I.P.E.N. dan Suciptawati N.L.P. 2013. Komparasi


analisis gerombol (Cluster) dan biplot dalam pengelompokan. J.
Matematika 2(4): 17 – 22.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2016. Data cuaca
BMKG Dramaga bulan Januari hingga Juni 2016. Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Produksi sayuran di Indonesia 2011-2015.
http://bps.go.id [21 Oktober 2016].
Cayanti E.O. 2006. Pengaruh media terhadap kualitas cabai hias (Capsicum sp.)
dalam pot. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Duriat A.S., Gunaeni N. dan Wulandari A.W. 2007. Penyakit Penting Tanaman
Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Eltanti F. 2015. Karakteristik morfologi dan molekuler 18 genotipe cabai hias
(Capsicum spp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Eshbaugh W.H. 2012. Taxonomy of the genus Capsicum. p. 14-28. In: Russo
V.M., (Eds). Peppers: Botany, Production, and Uses. CAB International,
London, UK.
30

Fitriani L., Toekidjo dan Purwanti S. 2013. Keragaan lima kultivar cabai
(Capsicum annuum L.) di dataran medium. J. Vegetalika 2(2): 50 – 63.
Genefianti D.W., T. Pamekas, Alnopri, dan Hasanudin. 2006. Uji daya hasil
pendahuluan galur-galur cabai hasil persilangan talang semut/tit super.
http://www.repository.unib.ac.id [ 23 Oktober 2015].
Gomez K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian
Pertanian 2nd. Sjamsudin E. Dan Baharsjah J.S., penerjemah. Jakarta (ID):
UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Prosedures for Agricultural Research.
Ibrahim H.M., Olasantan F.O. and Oyewale R.O. 2013. Age of seedling at
transplanting influenced growth and fruit yield of sweet pepper (Capsicum
annum L. cv. Rodo). J. Agricultural Science 1(4): 107 – 110.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2013. Varietas Tanaman Unggul Institut Pertanian
Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1995. Descriptors for
Capsicum (Capsicum spp.). International Plant Genetic Resources
Institute, Roma, ITA.
[Kementan] Kementerian Pertanian.2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun
2013. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Jakarta.
Kusandriani Y. 1996. Pembentukan Hibrida Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Bandung.
Kusandriani Y. dan Muharam A. 2005. Produksi Benih Cabai. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Bandung.
Maharijaya A. 2011. Pemuliaan dan bioteknologi tanaman cabai sebagai salah
satu sayuran utama di Indonesia. 1 – 14. Dalam: Institut Pertanian Bogor
(Eds.). Proceeding Olimpiade Karya Tulis Inovatif (OKTI). Paris 8 – 9
Oktober 2011.
Marcelis L.F.M., Heuvelink E., Eijer L.R.B.H, Bakker J.D. and Xue L.B. 2004.
Flower and fruit abortion in sweet pepper in relation to source and sink
strength. J.Experimental Botany 55(406): 2261 – 2268.
Marliah A., Nasution M. dan Armin. 2011. Pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas cabai merah pada media tumbuh yang berbeda. J. Floratek 6: 84 –
91.
Mattjik A.A. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman hias. IPB Press,
Bogor.
Mattjik A.A. dan Sumertajaya I.M. 2011. Sidik Peubah Ganda. IPB Press, Bogor.
Nurlaelia L.S. 2007. Aplikasi paclobutrazol untuk meningkatkan penampilan
tanaman cabai (Capsicum sp.) sebagai tanaman hias dalam pot. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan pengujian
individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan cabai
(Capsicum annuum L.). ppvt.setjen.pertanian.go.id [29 Oktober 2015].
Purseglove J.W., Brown E.G., Green C.L. and Robbins S.R.J. 1981. Spices
Volume I. Longman Inc, New York, USA.
Rafiani U.O. 2016. Pendugaan nilai genetik dan seleksi karakter kualitatif dan
kuantitatif dua populasi cabai hias. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
31

Septeningsih, C., Soegianto A. dan Kuswanto. 2013. Uji daya hasil pendahuluan
galur harapan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth)
berpolong ungu. J. Produksi Tanaman 1(4): 23 – 33.
Setiawati W., Murtiningsih R., Sopha G.A. dan Handayani T. 2007. Petunjuk
Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Bandung.
Stommel J.R. and Albrecht E. 2012. Genetics. p. 29-56. In: Russo V.M. (Eds).
Peppers: Botany, Production, and Uses. CAB International, London, UK.
Sumarni, N. dan Muharam A. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Syukur M., Sujiprihati S. dan Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Penebar Swadaya, Bogor.
Syukur M., Sujiprihati S., Yunianti R. dan Nida K. 2010. Pendugaan komponen
ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai
(Capsicum annuum L.) populasi F5. J.Hort.Indonesia 1(3): 74 – 80.
Wandani S.A.T., Yuliani dan Rahayu Y.S. 2015. Uji Ketahanan Lima Varietas
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) terhadap Penyakit Tular
Tanah (Fusarium oxysporum f.sp capsici). J. Lentera Bio 4(3): 155 – 160.
Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN
33

Lampiran 1. Deskripsi genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Hijau
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Lanset
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Berombak
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih Sumber: Sulasih, 2016
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Runcing
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 2. Deskripsi genotipe S5 318 1 5K 1 (Syakira)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Hijau
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Berombak
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih Sumber: Sulasih, 2016
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 3. Deskripsi genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Ungu
Bentuk daun : Lanset
Warna daun : Ungu
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing Sumber: Sulasih, 2016
Warna mahkota bunga : Ungu
34

Lampiran 3. Deskripsi genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) (Lanjutan)

Kedudukan bunga : Tegak


Warna buah sebelum matang : Ungu
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 4. Deskripsi genotipe S5 318 1 5K 1 2 (Namira)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Lanset
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih Sumber: Sulasih, 2016
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 5. Deskripsi genotipe S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau muda
Tepi daun : Berombak
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih Sumber: Sulasih, 2016
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak
35

Lampiran 6. Deskripsi genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning)

Habitus tanaman : Menyamping


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Lanset
Warna daun : Hijau muda
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih
Kedudukan bunga : Tegak Sumber: Sulasih, 2016
Warna buah sebelum matang : Putih kehijauan
Warna buah matang : Kuning
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 7. Deskripsi genotipe S5 318 1 5K 1 (shorten internode)

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau muda
Tepi daun : Berombak
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 8. Deskripsi genotipe S5 318 1 1U 1

Habitus tanaman : Menyamping


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Ungu
Bentuk daun : Lanset
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Ungu Sumber: Sulasih, 2016
36

Lampiran 8. Deskripsi genotipe S5 318 1 1U 1 (Lanjutan)

Kedudukan bunga : Tegak


Warna buah sebelum matang : Ungu
Warna buah matang : Oranye
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 9. Deskripsi genotipe S5 318 1 3U 1 3

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Hijau
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Runcing
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 10. Deskripsi genotipe F4 318 020 1 1

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Segi tiga
Bentuk batang : Ungu
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau semburat ungu
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Ungu Sumber: Sulasih, 2016
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Ungu
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak
37

Lampiran 11. Deskripsi genotipe F4 318 020 1 2

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Segi tiga
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Ungu
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau semburat ungu
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Ungu
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Ungu kehitaman
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 12. Deskripsi genotipe Seroja

Habitus tanaman : Kompak


Pola tajuk : Tidak beraturan
Bentuk batang : Silindris
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Kekuningan
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 13. Deskripsi genotipe Ungara

Habitus tanaman : Tegak


Pola tajuk : Segi tiga
Bentuk batang : Ungu
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau semburata ungu
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Ungu
Kedudukan bunga : Tegak
38

Lampiran 13. Deskripsi genotipe Ungara (Lanjutan)

Warna buah sebelum matang : Ungu kehitaman


Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Triangular
Bentuk ujung buah : Tumpul
Penampang melintang buah : Sedikit berombak

Lampiran 14. Deskripsi genotipe Bara

Habitus tanaman : Tegak


Pola tajuk : Segi tiga
Bentuk batang : Hijau
Warna batang : Silindris
Bentuk daun : Oval
Warna daun : Hijau
Tepi daun : Rata
Ujung daun : Meruncing
Warna mahkota bunga : Putih
Kedudukan bunga : Tegak
Warna buah sebelum matang : Hijau
Warna buah matang : Merah
Bentuk buah : Elongate
Bentuk ujung buah : Runcing
Penampang melintang buah : Sedikit berombak
39

Lampiran 15. Form kuisioner preferensi konsumen

KUISIONER PENELITIAN
“Karakterisasi Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-Galur Cabai
Hias IPB”
Nama :
Departemen :

Berikut ini merupakan kuisioner yang akan digunakan sebagai data


preferensi konsumen mengenai galur cabai hias yang ditanam. Isi dan pilihlah
sesuai dengan selera masing-masing dan berikan alasannya (tulis nama galur yang
dipilih sesuai nama yang tertera pada pot tanaman).
1. Galur mana yang paling anda sukai jika dilihat dari warnanya? serta berikan
alasan (Pilih satu saja)
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..................................
2. Galur mana yang paling anda sukai jika dilihat dari bentuk dan ukurannya?
Serta berikan alasan (Pilih satu saja)
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..................................
3. Jika dilihat secara umum, galur mana yang paling anda sukai diantara dua
galur yang telah anda pilih sebelumnya? Serta berikan alasan
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..................
40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 01 November 1994. Penulis


adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Asep Hermawan dan
Ibu Iis Rismayanti. Penulis lulus dari SMAN 1 Cibadak pada tahun 2012, dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB),
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur
SNMPTN undangan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di Departemen
Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura
(Himagron) periode 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga pernah menjadi
sekretaris pada acara Agrosportsment VI tahun 2014, dan sekretaris divisi aneka
lomba pada acara Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015. Penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum Dasar Pemuliaan Tanaman pada tahun ajaran
2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai