DEVI ALVIDA
A24120109
Devi Alvida
NIM A24120109
ABSTRAK
DEVI ALVIDA
Skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Karakterisasi Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-Galur Cabai
Hias (Capsicum annuum L.) IPB” dengan baik. Karya ilmiah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas akhir di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berperan
dan banyak membantu selama masa perkuliahan penulis hingga terselesaikannya
karya ilmiah ini, yaitu:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, serta dukungan baik
secara moril maupun finansial selama masa perkuliahan, hingga penulis
sampai pada tahap penyusunan karya ilmiah ini.
2. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan nasihat yang sangat luar biasa, memberikan motivasi, dan
berbagi ilmu pertanian yang menarik.
3. Dr. Dewi Sukma, S.P., M.Si. dan Prof. Dr. Muhamad Syukur, S.P., M.Si.
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, serta kritik
dan saran dari mulai penyusunan proposal penelitian hingga karya ilmiah ini
dapat selesai dengan baik.
4. Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
IPB, yang menjadi panutan penulis untuk mengembangkan pertanian di
Indonesia menjadi lebih baik lagi.
5. Staf Komisi Pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB.
6. Tim Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman (Pak Arya, Kak Abdul,
Kak Tiara, Kak Andra, Kak Alfa, Kak Ana) dan yang lainnya, yang banyak
membantu dan selalu memberikan arahan selama proses penelitian hingga
penulisan karya ilmiah ini.
7. Teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura angkatan 49, yang telah
banyak membantu selama proses penelitian, terutama para wanita shaleha
(Mira, Danti, Nurul, Lulu, Umi, Riri, Hana, Rina), yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran, serta menjadi pendengar yang baik.
8. Serta pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan, semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan pertanian dimasa depan, khususnya
mengenai pengembangan komoditas cabai hias di Indonesia.
Devi Alvida
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1 Pemendekan ruas 8
2 Habitus tanaman 8
3 Bentuk daun 9
4 Kedudukan bunga 9
5 Bentuk buah 10
6 Bentuk ujung buah 10
7 Penampang melintang buah 10
8 Representasi pola tajuk tanaman cabai hias 20
9 Representasi warna mahkota bunga cabai hias 22
10 Perubahan warna buah cabai hias dari muda hingga matang 25
11 Analisis gerombol genotipe cabai hias berdasarkan karakter kuantitatif 28
dan kualitatif
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi genotipe S5318-1-4K-1-1 (Jelita) 33
2 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1 (Syakira) 33
3 Deskripsi genotipe S5318-1-2U-1-1 (Lembayung) 33
4 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1-2 (Namira) 34
5 Deskripsi genotipe S5318-1-3U-1-1 (Ayesha) 34
6 Deskripsi genotipe S53183-1-1K-1 (Triwarsana Kuning) 35
7 Deskripsi genotipe S5318-1-5K-1 (shorten internode) 35
8 Deskripsi genotipe S5318-1-1U-1 35
9 Deskripsi genotipe S5318-1-3U-1-3 36
10 Deskripsi genotipe F4318020-1-1 36
11 Deskripsi genotipe F4318020-1-2 37
12 Deskripsi genotipe Seroja 37
13 Deskripsi genotipe Ungara 37
14 Deskripsi genotipe Bara 38
15 Form kuisioner preferensi konsumen 39
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Cabai
Genus Capsicum berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Selatan.
Genus Capsicum merupakan genus endemik Amerika pada masa pre-Kolombia
yang kemudian menyebar ke dunia baru (Eshbaugh, 2012). Pada proses
domestikasinya, dipilih beberapa spesies Capsicum yang dibedakan berdasarkan
ukuran, bentuk, dan warna. Berkat pengetahuan genetik para taksonom pada abad
ke 18 dan 19 yang menamai banyak ukuran, bentuk, dan warna sebagai pembeda
spesies, dihasilkan beberapa nama pada abad ke 20. Spesies yang telah
didomestikasi yaitu C. annuum var.annuum, C. chinense, C. frutescens, dan C.
baccatum var.pendulum. Spesies kelima yang didomestikasi adalah C. pubescens,
meskipun memiliki kesamaan dalam hal ukuran buah, bentuk, dan warna dengan
keempat spesies sebelumnya, tetapi C. pubescens memiliki morfologi yang yang
berbeda. C. pubescens memiliki bentuk leher yang unik dibandingkan dengan
kebanyakan buah cabai pada umumnya. Selain itu juga bagian bawah buah
berbentuk cekung (Eshbaugh, 2012). C. annuum, C. chinense, dan C. frutescens
mempunyai banyak sifat yang sama, untuk membedakannya dapat dengan
3
mengamati bunga dan buah dari masing-masing spesies (Syukur et al., 2012). Di
Indonesia, spesies yang dibudidayakan secara luas yaitu C. annuum dan C.
frutescens (Kusandriani, 1996).
C. annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas cabai merah besar,
cabai keriting, dan paprika (C. annuum var. grossum). Bunga cabai merah besar
berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum bunga. Permukaan
buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging
buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah cabai besar
umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi kadang-kadang juga dipanen
ketika buah masih berwarna hijau. Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu.
Buah muda berwarna hijau atau ungu, permukaan buah bergelombang,
diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah cabai besar,
sedangkan kulit daging buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih
dalam dan buahnya lebih tahan disimpan. Buah paprika yang muda memiliki
warna yang bervariasi, yaitu kuning, hijau muda, hijau, dan ungu. Buah berbentuk
kotak atau lonceng dengan diameter yang besar permukaannya rata. Kulit daging
buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas). Biasanya buah dipanen saat masih
muda, yaitu ketika masih berwarna hijau atau kuning (Kusandriani dan Muharam,
2005).
C. frustescens (cabai rawit) memiliki buah yang masih muda berwarna
putih, kuning, atau hijau. Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya,
dalam satu ruas terdapat satu kuntum bunga, tetapi kadang-kadang lebih dari satu.
Tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai
daun pendek. Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang kadarnya
tinggi, sehingga rasa buah pedas. Umumnya cabai rawit dipanen ketika buah
masih muda, berwarna hijau, putih, atau kuning. Umur panennya lebih panjang
daripada C. annuum (Kusandriani dan Muharam, 2005).
Cabai (Capsicum annuum L.) membutuhkan suhu pada malam hari yang
dingin dan suhu pada siang hari yang agak panas untuk pembungaannya. Oleh
karena itu, untuk pertumbuhan dan hasil yang optimum sebaiknya ditanam pada
bulan-bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia. Cahaya matahari
sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada
intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan
cabai terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih
singkat (Sumarni dan Muharam, 2005). Kelembaban tanah dalam keadaan
kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 0C
sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang
rendah akan menghambat pengambilan unsur hara oleh akar (Sumarni dan
Muharam, 2005).
Menurut Purseglove et al. (1981), tanaman cabai (Capsicum sp.) tumbuh
di daerah tropis hingga ketinggian 2000 m dpl atau lebih. Semakin tinggi
ketinggian tempat produksi tidak jauh berbeda, tetapi dapat mempengaruhi waktu
panen yang lebih panjang (Setiawati et al., 2007). Capsicum sp. biasa tumbuh
sebagai tanaman tadah hujan pada daerah dengan curah hujan 600-1250 mm per
4
tahun, sedangkan di daerah yang memiliki curah hujan rendah penanaman perlu
dilakukan dengan sistem irigasi. Cabai tidak tahan dengan genangan. Curah hujan
yang terlalu tinggi dapat merugikan tanaman karena menyebabkan rendahnya
jumlah buah dan dapat menyebabkan kebusukan pada buah. Tanaman cabai dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik,
tetapi tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah tanah liat
yang subur. Di India, tanah yang cocok untuk menanam cabai adalah tanah berat
yang berdrainase baik. pH optimum untuk pertumbuhan adalah 6-6,5. Budidaya
cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah.
Namun yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya. Karena
umurnya yang panjang, pemupukannya lebih banyak. Umumnya tanaman cabai
rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya (Setiawati et al.,
2007).
METODE
Rancangan Percobaan
Dimana,
Yij = Pengamatan pada genotipe ke-i dan kelompok ke-j
µ = rataan umum
αi = pengaruh genotipe ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
εij = galat percobaan pada genotipe ke-i, kelompok ke-j
Prosedur Percobaan
Pengamatan Percobaan
Gambar 1. Pemendekan ruas: a) tidak ada, b) satu sampai tiga, c) lebih dari
tiga
j. Karakter daun:
1. Bentuk daun, diamati pada panen kedua
2. Warna daun: kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu muda, ungu,
variegata, dan lainnya yang diamati pada saat panen kedua
3. Panjang daun (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran
maksimal pada percabangan utama pada panen kedua
4. Lebar daun (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran
maksimal pada percabangan utama pada panen kedua
5. Tepi daun: rata, bergerigi, berombak, dan lainnya yang diamati pada saat
panen kedua
6. Ujung daun: meruncing, tumpul, membelah, membuka, dan lainnya yang
diamati pada saat panen kedua
f. Karakter bunga dan buah:
1. Waktu munculnya bunga, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi
mempunyai bunga mekar
2. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan
lainnya yang diamati setelah bunga pertama membuka sempurna
3. Kedudukan bunga: tidak tegak, semi tegak, dan tegak
4. Umur siap pajang maksimal, jumlah hari setelah tanam sampai 30%
populasi mempunyai variasi warna buah maksimal
5. Warna buah sebelum matang: putih kehijauan, kekuningan, hijau, ungu
6. Warna buah matang: kuning, oranye, merah, coklat
7. Bobot per buah (g), ditimbang bobot 10 buah cabai masak yang diambil
pada saat panen
10
8. Bobot buah per tanaman (g), ditimbang bobot seluruh buah yang dipanen
dari mulai panen pertama hingga panen ke delapan
9. Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung jumlah seluruh buah yang
dipanen dari mulai panen pertama hingga panen ke delapan
10. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah
yang sama dengan pengamatan bobot buah
11. Panjang tangkai buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah
pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah
12. Diameter buah (mm), diukur bagian terlebar buah pada 10 buah yang sama
dengan pengamatan bobot buah
13. Ketebalan kulit buah (mm), diukur dari rata-rata 10 buah yang sama dengan
pengamatan bobot buah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong digital
14. Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky,
lainnya yang diamati pada saat panen kedua
(d) (e)
15. Bentuk ujung buah: runcing, tumpul, membulat, berlekuk, berlekuk dan
meruncing yang diamati pada saat panen kedua
17. Perubahan warna buah, diamati saat buah muda hingga buah tua
18. Pengujian preferensi konsumen terhadap tingkat kesukaan pada seluruh
cabai hias yang diteliti
Analisis Data
Kondisi Umum
Kondisi persemaian cabai hias mulai terganggu oleh serangan kutu daun
(Aphis sp.) ketika berumur 4 MSS, sehingga dilakukan pengendalian hama dengan
memberikan insektisida Curacron dengan konsentrasi 2 ml L-1. Bibit cabai hias
yang sudah berumur 5 MSS diaklimatisasi, yaitu dengan cara dipindahkan ke
lahan dan dibiarkan selama tiga hari, kemudian dipindahkan ke dalam pot dan
ditanam di lahan.
Tabel 1. Data cuaca Kecamatan Darmaga pada Bulan Januari hingga Juni 2016
Kelembaban Curah Lama Intensitas
Temperatur Panjang
Bulan 0 udara Hujan Penyinaran Cahaya
( C) Hari
(%) (mm) (%) (cal/m2)
Januari 26,4 86 415,0 56,8 316 6,8
Februari 25,7 89 610,0 30,6 250 3,7
Maret 26,5 86 644,0 55,2 325 6,6
April 26,5 85 558,2 62,8 337 7,5
Mei 27,1 84 329,7 49,0 295 5,9
Juni 26.2 84 373,0 47,0 297 5,6
644 mm per bulan, suhu berkisar antara 25,7-27,1oC, dan intensitas cahaya
berkisar antara 250-316 cal/m2 (Tabel 1).
Tanaman cabai hias di lahan tidak dapat tumbuh secara optimal. Secara
umum tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat berproduksi secara optimal. Hal itu
disebabkan oleh gangguan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Intensitas
serangan penyakit yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi iklim yang memasuki
musim penghujan. Banyak tanaman yang tidak dapat menghasilkan buah
sebagaimana mestinya.
Faktor penyebab serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai hias di
lahan terutama disebabkan oleh tanah dan cuaca. Menurut Setiawati et al. (2007),
Capsicum sp. biasa tumbuh pada daerah dengan curah hujan 600-1250 mm per
tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan serangan penyakit dan
kebusukan pada buah. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman di lahan
yaitu layu fusarium, busuk daun Choanephora, Gemini Mosaic Virus (GMV),
antraknosa, dan ulat penggerek daun. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh
patogen Fusarium oxysporum. Patogen ini biasanya terdapat di dalam tanah.
Tanaman yang terkena layu fusarium akan menunjukkan gejala daun kekuningan
dan layu yang dimulai dari daun bagian atas. Kelayuan ini terjadi secara bertahap
sampai terjadi kelayuan permanen beberapa waktu kemudian dan daun tetap
menempel pada batang. Layu daun Choanephora disebabkan oleh Choanephora
cucurbitarum. Penyakit ini menyebabkan daun pucuk berubah dari hijau muda
menjadi coklat, membusuk dan hitam. Kebusukan merambat ke bagian bawah
tanaman dan menyerang kembali titik-titik baru tumbuh sehingga hampir semua
pucuk terkulai. Penyakit Gemini Mosaic Virus disebabkan oleh Phytophtora
infestans dan menyebabkan daun menguning dan tanaman menjadi kerdil.
Penyakit antaknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp. Gejalanya
dapat dilihat dari bagian daun, ranting dan cabang busuk kering berwarna coklat
kehitam-hitaman, serta buah yang menjadi busuk (Duriat et al., 2007).
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pada karakter kuantitatif pada cabai hias
Karakter KT Genotipe KT Ulangan KK (%)
Tinggi tanaman (cm) 186,1** 1,2tn 10,5
Tinggi dikotomus (cm) 45,5** 0,3tn 13,0
Diameter batang (mm) 3,4** 0,7tn 11,0
Panjang daun (cm) 0,6** 0,2* 9,0
Lebar daun (cm) 0,2** 0,0* 10,9
Waktu munculnya bunga (HST) 135,2** 115,1* 22,8
Umur panen (HST) 75,6tn 321,5** 9,8
Umur siap pajang maksimal (HST) 42,1tn 45,2tn 9,3
Bobot buah (g) 0,5** 0,0tn 21,9
Bobot buah per tanaman (g) 142,0** 1,2tn 21,5
Jumlah buah per tanaman (g) 218,3** 8,4tn 30,7
Panjang buah (cm) 1,0** 0,2tn 14,1
Panjang tangkai buah (cm) 0,6** 0,0tn 7,4
Diameter buah (mm) 12,8** 0,0tn 9,5
Ketebalan kulit buah (mm) 0,3** 0,0tn 19,9
Lebar tajuk (cm) 333,2** 24,9tn 15,6
Keterangan : **
berpengaruh sangat nyata pada taraf α = 1%; * berpengaruh nyata pada
taraf α = 5%; tn tidak berpengaruh nyata pada taraf α = 5%
Karakter Kuantitatif
Tabel 3. Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter
batang yang diuji pada setiap genotipe pada 10 MST
Tinggi Tinggi Diameter
No Genotipe tanaman dikotomus batang
(cm) (cm) (mm)
de def
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) 13,47 8,27 3,75de
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) 14,50de 8,07ef 3,68de
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) 21,13c 10,77cd 4,38d
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira ) 12,43e 7,40f 4,08d
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) 16,03de 9,23def 3,94de
6 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) 7,63f 4,07g 3,10e
7 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) 14,63de 10,10cde 4,18d
8 S5 318 1 1U 1 14,33de 7,33f 4,30d
de def
9 S5 318 1 3U 1 3 13,37 9,20 4,18d
10 F4 318 020 1 1 27,03b 12,23c 5,36c
11 F4 318 020 1 2 28,90b 15,30b 5,65bc
12 Seroja 14,47d 12,37c 4,32d
13 Ungara 30,07ab 15,93b 6,50ab
14 Bara 33,37a 18,43a 6,68a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 4. Nilai tengah karakter umur berbunga, panjang buah, panjang tangkai
buah, dan diameter buah yang diuji pada setiap genotipe
Umur Panjang Panjang Diameter
No Genotipe berbunga buah tangkai buah buah
(HST) (cm) (cm) (mm)
1 S5 318 1 4K 1 1 14,67de 2,31cdef 1,48c 5,11h
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 27,67bc 3,00abc 1,80b 7,80def
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 23,00bcd 2,28def 1,40c 6,42fgh
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 21,00bcd 3,13ab 1,92b 7,08efg
(Namira)
5 S5 318 1 3U 1 1 23,00bcd 1,90ef 1,31c 8,59cd
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 20,00cd 1,72f 1,05d 5,64h
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 22,00bcd 3,40a 1,84b 7,67defg
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 17,67cde 1,94ef 1,36c 6,31gh
9 S5 318 1 3U 1 3 10,33e 2,24def 1,49c 8,42cde
10 F4 318 020 1 1 23,67bcd 2,92abcd 1,99b 9,34bc
11 F4 318 020 1 2 26,00bc 2,91abcd 2,53a 10,37b
12 Seroja 19,00cde 2,55bcde 1,86b 9,61bc
13 Ungara 30,33ab 2,39cdef 1,96b 12,98a
14 Bara 37,67a 3,51a 2,62a 7,57defg
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 5. Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang diuji
pada setiap genotipe pada 10 MST
Lebar Lebar Panjang
No Genotipe tajuk daun daun
(cm) (cm) (cm)
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) 20,82cde 0,60de 1,60fg
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) 22,60cd 0,80c 1,75defg
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) 25,51c 0,70cd 1,69efg
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira ) 17,80de 0,83c 1,98cde
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) 23,29cd 0,77cd 1,87cdef
6 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) 16,96de 0,49e 1,43g
7 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) 18,01de 0,80c 1,85cdef
8 S5 318 1 1U 1 24,06cd 0,60de 1,60fg
9 S5 318 1 3U 1 3 13,60e 0,79c 2,08cd
10 F4 318 020 1 1 41,90a 1,07b 2,16c
11 F4 318 020 1 2 41,80a 1,01b 2,17c
12 Seroja 13,36e 1,00b 2,00cde
13 Ungara 33,77b 1,07b 2,53b
14 Bara 43,55a 1,30a 3,14a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 6. Nilai tengah karakter bobot per buah, bobot buah per tanaman, jumlah
buah per tanaman, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap
genotipe
Jumlah Ketebalan
Bobot Bobot buah
buah per kulit
No Genotipe per buah per tanaman
tanaman buah
(g) (g)
(buah) (mm)
1 S5 318 1 4K 1 1 0,23f 0,89e 2,00d 0,46e
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 0,77cde 1,34e 4,00cd 0,76de
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 0,36f 1,70e 5,00cd 0,59de
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 0,67de 1,91e 3,00d 0,70de
(Namira )
5 S5 318 1 3U 1 1 0,53ef 1,20e 2,67d 0,76de
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 0,25f 0,73e 3,67cd 0,67de
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 0,79cde 2,21de 3,00d 0,86d
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 0,28f 0,75e 3,33d 0,73de
9 S5 318 1 3U 1 3 0,65de 0,99e 2,00d 0,85d
10 F4 318 020 1 1 0,97c 3,72d 4,33cd 1,18bc
11 F4 318 020 1 2 1,27b 7,91c 7,33c 1,31ab
12 Seroja 0,84cd 2,37de 3,00d 0,92cd
13 Ungara 1,69a 11,46b 11,00b 1,60a
14 Bara 0,93cd 25,84a 41,67a 0,46e
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Berdasarkan Tabel 6, nilai tengah bobot buah genotipe uji berkisar antara
0,23-1,69 g. Cabai hias yang memiliki bobot tertinggi yaitu varietas pembanding
Ungara. Genotipe yang memiliki bobot terendah yaitu genotipe S5 318 1 4K 1 1
(Jelita), tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning),
dan S5 318 1 1U 1. Nilai tengah bobot buah per tanaman berkisar antara 0,73-
25,84 g. Cabai hias yang memiliki bobot buah per tanaman tertinggi yaitu varietas
pembanding Bara. Genotipe yang memiliki bobot buah per tanaman terendah
yaitu genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), tetapi tidak berbeda nyata
dengan genotipe S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1
1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1
5K 1 (shorten internode), S5 318 1 1U 1, S5 318 1 3U 1 3, dan Seroja. Nilai
tengah jumlah buah per tanaman berkisar antara 2,00-41,67 buah. Cabai hias yang
memiliki jumlah buah per tanaman tertinggi yaitu varietas pembanding Bara.
Genotipe yang memiliki jumlah buah per tanaman terendah yaitu genotipe S5 318
1 4K 1 1 (Jelita) dan S5 318 1 3U 1 3, tetapi tidak berbeda nyata dengan S5 318 1
18
Tabel 7. Rasio lebar tajuk dengan lebar pot, rasio tinggi tanaman dengan tinggi
pot, dan rasio lebar tajuk dengan tinggi tanaman
Rasio tinggi Rasio lebar
Rasio lebar
tanaman tajuk dengan
No Genotipe tajuk dengan
dengan tinggi tinggi
lebar pot
pot tanaman
1 S5 318 1 4K 1 1 1,04 : 1 0,67 : 1 1,55 : 1
(Jelita)
2 S5 318 1 5K 1 1,13 : 1 0,72 : 1 1,56 : 1
(Syakira)
3 S5 318 1 2U 1 1 1,28 : 1 1,06 : 1 1,21 : 1
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 0,90 : 1 0,61 : 1 1,43 : 1
(Namira )
5 S5 318 1 3U 1 1 1,16 : 1 0,80 : 1 1,45 : 1
(Ayesha)
6 S5 318 3 1 1K 1 0,85 : 1 0,38 : 1 2,22 : 1
(Triwarsana kuning)
7 S5 318 1 5K 1 0,90 : 1 0,73 : 1 1,23 : 1
(shorten internode)
8 S5 318 1 1U 1 1,20 : 1 0,72 : 1 1,68 : 1
9 S5 318 1 3U 1 3 0,68 : 1 0,67 : 1 1,02 : 1
10 F4 318 020 1 1 2,10 : 1 1,35 : 1 1,55 : 1
11 F4 318 020 1 2 2,09 : 1 1,40 : 1 1,45 : 1
12 Seroja 0,67 : 1 0,82 : 1 0,81 : 1
13 Ungara 1,69 : 1 1,50 : 1 1,12 : 1
14 Bara 2,18 : 1 1,67 : 1 1,31 : 1
Karakter Kualitatif
Tabel 8. Penampilan karakter kualitatif habitus tanaman dan pola tajuk pada 15
genotipe cabai hias yang diuji
Habitus Pola
No Genotipe
tanaman Tajuk
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Kompak Tidak beraturan
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Kompak Tidak beraturan
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Kompak Tidak beraturan
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Kompak Tidak beraturan
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Kompak Tidak beraturan
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Menyamping Tidak beraturan
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Menyamping Tidak beraturan
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Kompak Tidak beraturan
9 S5 318 1 1U 1 Menyamping Tidak beraturan
10 S5 318 1 3U 1 3 Kompak Tidak beraturan
11 F4 318 020 1 1 Kompak Segi tiga
12 F4 318 020 1 2 Kompak Segi tiga
13 Seroja Kompak Tidak beraturan
14 Ungara Tegak Segi tiga
15 Bara Tegak Segi tiga
a b
Tabel 9. Penampilan karakter kualitatif warna batang, bentuk batang, dan pemen-
dekan ruas pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Warna Bentuk Pemendekan
No Genotipe
batang batang ruas
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Hijau Silindris Tidak ada
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Hijau Silindris Tidak ada
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Ungu Silindris Tidak ada
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Hijau Silindris Ada
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Hijau Silindris Tidak ada
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Ungu Silindris Tidak ada
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Hijau Silindris Tidak ada
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Hijau Silindris Ada
9 S5 318 1 1U 1 Ungu Silindris Tidak ada
10 S5 318 1 3U 1 3 Hijau Silindris Tidak ada
11 F4 318 020 1 1 Ungu Silindris Tidak ada
12 F4 318 020 1 2 Ungu Silindris Tidak ada
13 Seroja Hijau Silindris Ada
14 Ungara Ungu Silindris Tidak ada
15 Bara Hijau Silindris Tidak ada
Tabel 10. Penampilan karakter kualitatif bentuk daun, warna daun, dan tepi daun
pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Tabel 11. Penampilan karakter kualitatif ujung daun, warna mahkota bunga dan
kedudukan bunga pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Warna
Ujung Kedudukan
No Genotipe Mahkota
Daun Bunga
bunga
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Meruncing Putih Tegak
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Meruncing Putih Tegak
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Meruncing Ungu Tegak
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Meruncing Putih Tegak
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Meruncing Putih Tegak
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Meruncing Ungu Tegak
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Meruncing Putih Tegak
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Meruncing Putih Tegak
9 S5 318 1 1U 1 Meruncing Ungu Tegak
10 S5 318 1 3U 1 3 Meruncing Putih Tegak
11 F4 318 020 1 1 Meruncing Ungu Tegak
12 F4 318 020 1 2 Meruncing Ungu Tegak
13 Seroja Meruncing Putih Tegak
14 Ungara Meruncing Ungu Tegak
15 Bara Meruncing Putih Tegak
Perubahan warna buah cabai hias dari buah muda hingga matang seperti
terlihat pada Tabel 12. Warna buah muda genotipe S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung),
S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 1 1U 1, dan F4 318 020 1 1 yaitu
berwarna ungu. Genotipe F4 318 020 1 2 dan Ungara memiliki buah muda
berwarna ungu kehitaman. Genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning)
memiliki buah muda berwarna putih kehijauan. Tujuh genotipe sisanya memiliki
buah muda berwarna kekuningan. Warna buah matang genotipe uji memiliki
variasi warna yang tidak terlalu beragam dibandingkan dengan variasi warna buah
muda. Genotipe S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) dan S5 318 1 1U 1 memiliki
buah matang berwarna oranye. Genotipe S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning)
memiliki buah matang berwarna kuning. Sebelas genotipe sisanya memiliki buah
matang berwarna merah.
Perbedaan warna baik pada buah muda maupun pada buah matang
berhubungan erat dengan pigmen antosianin dan karotenoid. Warna ungu dan
kehitaman pada buah muda merupakan akibat dari akumulasi antosianin. Pigmen
antosianin yang ditemukan pada bagian daun, bunga, dan buah muda Capsicum
annuum adalah delphinidin-3-pcoumaroylrutinoside-5 glucoside. Warna pada
buah matang merupakan akibat dari reduksi klorofil, pigmentasi antosianin, dan
akumulasi pigmen karotenoid. Capsanthin dan capsorubin adalah pigmen
terbanyak pada buah matang yang berwarna merah. Buah matang yang berwarna
oranye menunjukkan bahwa pigmen terbanyak pada buah tersebut adalah
violaxanthin dan β-carotene (Stommel dan Albrecht, 2012).
24
Tabel 12. Penampilan karakter kualitatif warna buah sebelum matang, warna
buah matang, dan perubahan warna buah pada 15 genotipe cabai hias
yang diuji
No Warna buah Warna
Perubahan warna buah
Genotipe sebelum buah
matang matang
1 S5 318 1 4K 1 1 Kekuningan Merah Kekuningan – kuning
(Jelita) semburat ungu – oranye
– merah
2 S5 318 1 5K 1 kekuningan Merah Kekuningan –
(Syakira) kekuningan semburat
ungu – ungu – oranye –
merah
3 S5 318 1 2U 1 1 Ungu Merah Ungu – oranye – merah
(Lembayung)
4 S5 318 1 5K 1 2 Kekuningan Merah Kekuningan –
(Namira) kekuningan semburat
ungu – oranye – merah
5 S5 318 1 3U 1 1 Kekuningan Merah Kekuningan –
(Ayesha) kekuningan semburat
ungu – oranye merah
6 S5 318 3 1 1U 1 Ungu Oranye Ungu – ungu semburat
(Triwarsana ungu) oranye – oranye
7 S5 318 3 1 1K 1 Putih Kuning Putih kehijauan –
(Triwarsana kuning) kehijauan kekuningan – kuning
8 S5 318 1 5K 1 Kekuningan Merah Kekuningan –
(shorten internode) kekuningan semburat
ungu – oranye merah
9 S5 318 1 1U 1 Ungu Oranye Ungu – ungu muda –
oranye
10 S5 318 1 3U 1 3 Kekuningan Merah Kekuningan –
kekuningan semburat
ungu – oranye - merah
11 F4 318 020 1 1 Ungu Merah Ungu – oranye – merah
12 F4 318 020 1 2 Ungu Merah Ungu kehitaman – ungu
kehitaman semburat merah –
merah
13 Seroja Kekuningan Merah Kekuningan –
kekuningan semburat
ungu – ungu – oranye –
merah
14 Ungara Ungu Merah Ungu kehitaman – ungu
kehitaman kehijauan – merah
semburat hitam – merah
15 Bara Hijau Merah Hijau – oranye – merah
25
Gambar 10. Perubahan warna buah cabai hias dari muda hingga matang
Tabel 13 menunjukkan bahwa bentuk buah cabai hias yang diuji terdiri
dari 8 genotipe yang berbentuk triangular, yaitu genotipe S5 318 1 3U 1 1
(Ayesha), S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana
kuning), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja, dan Ungara.
Genotipe sisanya yaitu S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318
1 2U 1 1 (Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 5K 1 (shorten inter
node), S5 318 1 3U 1 3, dan Bara memiliki bentuk buah elongate. Karakter
bentuk ujung buah menunjukkan bahwa tiga genotipe cabai hias memiliki bentuk
ujung buah yang runcing yaitu S5 318 1 4K 1 1 (Jelita), S5 318 1 3U 1 3, dan
Bara. Genotipe lainnya yaitu S5 318 1 5K 1 (Syakira), S5 318 1 2U 1 1
(Lembayung), S5 318 1 5K 1 2 (Namira), S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 3 1
1U 1 (Triwarsana ungu), S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning), S5 318 1 5K 1
(shorten internode), S5 318 1 1U 1, F4 318 020 1 1, F4 318 020 1 2, Seroja, dan
Ungara memiliki bentuk ujung buah yang tumpul. Karakter penampang melintang
buah menunjukkan bahwa seluruh cabai hias memiliki penampang melintang buah
yang sama yaitu sedikit berombak.
26
Tabel 13. Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, dan
penampang melintang buah pada 15 genotipe cabai hias yang diuji
Bentuk Penampang
Bentuk
No Genotipe ujung melintang
buah
buah buah
1 S5 318 1 4K 1 1 (Jelita) Elongate Runcing Sedikit
berombak
2 S5 318 1 5K 1 (Syakira) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
3 S5 318 1 2U 1 1 (Lembayung) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
4 S5 318 1 5K 1 2 (Namira) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
5 S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
6 S5 318 3 1 1U 1 (Triwarsana ungu) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
7 S5 318 3 1 1K 1 (Triwarsana kuning) Triangular Tumpul Sedikit
berombak
8 S5 318 1 5K 1 (shorten internode) Elongate Tumpul Sedikit
berombak
9 S5 318 1 1U 1 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
10 S5 318 1 3U 1 3 Elongate Runcing Sedikit
berombak
11 F4 318 020 1 1 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
12 F4 318 020 1 2 Triangular Tumpul Sedikit
berombak
13 Seroja Triangular Tumpul Sedikit
berombak
14 Ungara Triangular Tumpul Sedikit
berombak
15 Bara Elongate Runcing Sedikit
berombak
Preferensi Konsumen
Analisis Gerombol
persamaan dari variasi warna buah, yang terdiri dari genotipe S5 318 1 4K 1 1
(Jelita), genotipe S5 318 1 3U 1 3, S5 318 1 3U 1 1 (Ayesha), S5 318 1 5K 1
(Syakira), S5 318 1 5K 1, S5318-1-5K-1-2 (Namira), dan Seroja. Sub sub
kelompok kedua terdiri dari genotipe S531831-1K-1 (Triwarsana Kuning), S5
318 1 2U 1 1 (Lembayung), dan S5 318 1 1U 1.
S5 318 1 1U 1
Lembayung
Triwarsana Kuning
Seroja
Namira
Dendogram using Agglomerative Clustering Method
S5 318 1 5K 1
Syakira
Ayesha
S5 318 1 3U 1 3
Jelita
F4 318 020 1 2
F4 318 020 1 1
Ungara
Bara
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani L., Toekidjo dan Purwanti S. 2013. Keragaan lima kultivar cabai
(Capsicum annuum L.) di dataran medium. J. Vegetalika 2(2): 50 – 63.
Genefianti D.W., T. Pamekas, Alnopri, dan Hasanudin. 2006. Uji daya hasil
pendahuluan galur-galur cabai hasil persilangan talang semut/tit super.
http://www.repository.unib.ac.id [ 23 Oktober 2015].
Gomez K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian
Pertanian 2nd. Sjamsudin E. Dan Baharsjah J.S., penerjemah. Jakarta (ID):
UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Prosedures for Agricultural Research.
Ibrahim H.M., Olasantan F.O. and Oyewale R.O. 2013. Age of seedling at
transplanting influenced growth and fruit yield of sweet pepper (Capsicum
annum L. cv. Rodo). J. Agricultural Science 1(4): 107 – 110.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2013. Varietas Tanaman Unggul Institut Pertanian
Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1995. Descriptors for
Capsicum (Capsicum spp.). International Plant Genetic Resources
Institute, Roma, ITA.
[Kementan] Kementerian Pertanian.2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun
2013. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Jakarta.
Kusandriani Y. 1996. Pembentukan Hibrida Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Bandung.
Kusandriani Y. dan Muharam A. 2005. Produksi Benih Cabai. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Bandung.
Maharijaya A. 2011. Pemuliaan dan bioteknologi tanaman cabai sebagai salah
satu sayuran utama di Indonesia. 1 – 14. Dalam: Institut Pertanian Bogor
(Eds.). Proceeding Olimpiade Karya Tulis Inovatif (OKTI). Paris 8 – 9
Oktober 2011.
Marcelis L.F.M., Heuvelink E., Eijer L.R.B.H, Bakker J.D. and Xue L.B. 2004.
Flower and fruit abortion in sweet pepper in relation to source and sink
strength. J.Experimental Botany 55(406): 2261 – 2268.
Marliah A., Nasution M. dan Armin. 2011. Pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas cabai merah pada media tumbuh yang berbeda. J. Floratek 6: 84 –
91.
Mattjik A.A. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman hias. IPB Press,
Bogor.
Mattjik A.A. dan Sumertajaya I.M. 2011. Sidik Peubah Ganda. IPB Press, Bogor.
Nurlaelia L.S. 2007. Aplikasi paclobutrazol untuk meningkatkan penampilan
tanaman cabai (Capsicum sp.) sebagai tanaman hias dalam pot. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan pengujian
individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan cabai
(Capsicum annuum L.). ppvt.setjen.pertanian.go.id [29 Oktober 2015].
Purseglove J.W., Brown E.G., Green C.L. and Robbins S.R.J. 1981. Spices
Volume I. Longman Inc, New York, USA.
Rafiani U.O. 2016. Pendugaan nilai genetik dan seleksi karakter kualitatif dan
kuantitatif dua populasi cabai hias. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
31
Septeningsih, C., Soegianto A. dan Kuswanto. 2013. Uji daya hasil pendahuluan
galur harapan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth)
berpolong ungu. J. Produksi Tanaman 1(4): 23 – 33.
Setiawati W., Murtiningsih R., Sopha G.A. dan Handayani T. 2007. Petunjuk
Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Bandung.
Stommel J.R. and Albrecht E. 2012. Genetics. p. 29-56. In: Russo V.M. (Eds).
Peppers: Botany, Production, and Uses. CAB International, London, UK.
Sumarni, N. dan Muharam A. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Syukur M., Sujiprihati S. dan Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Penebar Swadaya, Bogor.
Syukur M., Sujiprihati S., Yunianti R. dan Nida K. 2010. Pendugaan komponen
ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai
(Capsicum annuum L.) populasi F5. J.Hort.Indonesia 1(3): 74 – 80.
Wandani S.A.T., Yuliani dan Rahayu Y.S. 2015. Uji Ketahanan Lima Varietas
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) terhadap Penyakit Tular
Tanah (Fusarium oxysporum f.sp capsici). J. Lentera Bio 4(3): 155 – 160.
Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN
33
KUISIONER PENELITIAN
“Karakterisasi Morfologi, Pertumbuhan, dan Kualitas Galur-Galur Cabai
Hias IPB”
Nama :
Departemen :
RIWAYAT HIDUP