Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Sugiyanta, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa taala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pendugaan
Nilai Genetik dan Seleksi Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Dua Populasi Cabai
Hias ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret sampai
Agustus 2015 di Indoflowers nursery, Bogor Life Science and Technology (BLST),
Taman Kencana, Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr Ir Syarifah Iis
Aisyah, MSc Agr selaku dosen pembimbing I, Prof Dr Muhamad Syukur, SP Msi
selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga diucapkan kepada Ibu
Suhawiyah dan Bapak Rafiie, serta Mbak Melly tercinta yang selalu ikhlas
mendukung dan memberikan doa. Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan
kepada sahabat kontrakan, sahabat kamar 368, keluarga AGH 48 yang selalu
menemani dan membantu penulis dalam proses perkuliahan selama ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Meika Syahbana Rusli selaku
Direktur Utama dan semua staff PT Bogor Life Science and Technologi (BLST)
yang telah memberikan dana penelitian dan memberikan izin pelaksanaan
penelitian di Indoflower Nursery, PT Bogor Life Science and Technologi (BLST),
Taman Kencana, Bogor.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangsih dalam perkembangan pertanian Indonesia.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Asal dan Botani Tanaman Cabai 2
Cabai Hias dan Manfaatnya 3
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 3
Pemuliaan Tanaman Cabai 3
Heritabilitas 4
METODE 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Percobaan 5
Pengamatan 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Kondisi Umum 9
Karakter Kualitatif 10
Karakter Kuantitatif 14
Seleksi Karakter Unggul F2 18
KESIMPULAN DAN SARAN 21
Kesimpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
1 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145x 92 11
2 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20 11
3 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92 12
4 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20 13
5 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 145 x 92 14
6 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 318 x 20 14
7 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 145 x 92 19
8 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 318 x 20 20
DAFTAR GAMBAR
1 Tipe pertumbuhan tanaman cabai 6
2 Posisi bunga cabai 6
3 Bentuk daun cabai 7
4 Bentuk pangkal buah cabai 7
5 Bentuk buah cabai 7
6 Bentuk lekukan buah cabai 8
7 Gejala serangan kutu aphid dan penyakit antraknosa 9
8 Individu Cabai Hias F2 Hasil Persilangan 145 x 92 20
9 Individu Cabai Hias F2 Hasil Persilangan 318 x 20 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Cabai Hias Bara 25
2 Deskripsi Cabai Hias Seroja 26
3 Deskripsi Cabai Hias Ungara 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menduga nilai heritabilitas pada
karakter kuantitatif dan gen pengendali karakter kualitatif populasi F2 tanaman
cabai hias, serta untuk mendapatkan individu F2 yang memiliki karakter kualitatif
dan kuantitatif unggul.
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis Benua Amerika
khususnya Kolombia dan Amerika Selatan (Syukur et al. 2012). Djarwaningsih
(2005) mengatakan bahwa berdasarkan analisis data sejarah dan bukti-bukti
arkeologi yang berhasil ditemukan, Capsicum berasal dari Amerika Tengah dan
Selatan serta Meksiko. Bosland dan Votava (2000) mengatakan bahwa semua
Capsicum berasal dari belahan bumi bagian barat, kecuali Capsicum anomalum
yang berasal dari Asia.
Bosland dan Votava (2000) mengatakan bahwa spesies Capsicum
merupakan bagian dari famili Solanaceae yang hidup di daerah tropis dan satu
famili dengan tomat, kentang, tembakau dan petunia. Syukur et al. (2012)
menyatakan bahwa spesies Capsicum dapat hidup dengan cara dibudidayakan
ataupun secara liar. Jenis Capsicum yang digunakan sebagai tanaman hias yaitu C.
chinense, Habanero, Scotch Bonnet, Datil dan Charapita. Spesies Capsicum yang
dibudidayakan adalah C. annuum, C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens dan C.
chinense. Spesies C. annuum merupakan salah satu spesies dari 20-30 spesies
dalam genus tersebut. C. annuum digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai besar,
cabai keriting, cabai rawit dan paprika.
Hernani dan Rahardjo (2006) menyatakan bahwa cabai merupakan
tanaman perdu setahun, tingginya berkisar 50 sampai 120 cm dan mempunyai
percabangan banyak. Batang cabai tumbuh tegak dan berbuku. Daun tunggal
terletak berseling. Syukur et al. (2012) mengemukakan bahwa bunga keluar dari
ketiak daun dan buah berwarna merah, ungu, hijau dan putih. Bosland dan Votava
(2000) mendeskripsikan bahwa daun muda berbentuk angular dan berubah
circular ketika daun dewasa. Beberapa kultivar cabai memiliki daun tunggal
sekitar 8 sampai 15 daun sebelum pembungaan yang pertama. Buah cabai terdiri
dari pedikel, kelopak, pangkal buah, benih, kelenjar kapsaisin, lokul, plasenta,
eksokarp, mesokarp, endokarp dan apeks.
3
Buah cabai merupakan sumber vitamin dan nutrisi yang sangat bermanfaat
seperti senyawa kapsaisin, karotenoid, protein, selulosa, pentosa, unsur-unsur
mineral, alkaloid, atsiri dan resin (Hernani dan Rahardjo 2006). Cabai juga
mengandung karbohidrat, lemak dan asam amino (Bosland dan Votava 2000).
Tanaman cabai tidak hanya berguna sebagai bumbu masakan, namun juga
bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang berfungsi sebagai penambah nilai
estetika suatu tempat. Meskipun dapat dimakan seperti cabai biasa, cabai hias
biasanya hanya ditanam sebagai penambah nilai estetika (Bosland dan Votava
2000).
Pemuliaan tanaman adalah perpaduan antara seni dan ilmu dalam merakit
keragaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Tujuan dari pemuliaan tanaman yaitu mendapatkan tanaman berdaya
saing, tahan terhadap cekaman biotik maupun abiotik, mendapatkan kualitas
tanaman yang lebih baik dan bernilai estetika. Metode pemuliaan tanaman cabai
yaitu metode seleksi massa, galur murni, seleksi pedigree, silang balik dan SSD
(Single Seed Descent) (Syukur et al. 2012). Pemuliaan tanaman merupakan
kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Proses kegiatan pemuliaan diawali
dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii)
identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui
persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi,
(v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas
(Carsono 2009). Menurut Syukur et al. (2012) proses persilangan dan
penyerbukan sendiri buatan untuk cabai meliputi (i) persiapan, (ii) kastrasi, (iii)
emaskulasi, (iv) pengumpulan polen, (v) penyerbukan, (vi) isolasi, (vii) pelabelan
dan (viii) penyerbukan sendiri.
4
Heritabilitas
METODE PENELITIAN
Pengamatan
Pengamatan Kualitatif
1. Warna batang bibit diamati sebelum transplanting ke pot dengan
menggunakan mini RHSCC
2. Warna buku diamati ketika tanaman dewasa dengan menggunakan mini
RHSCC
3. Tipe pertumbuhan tanaman cabai
Gambar 1 Tipe pertumbuhan cabai yaitu (3) rendah, (5) sedang dan (7)
tegak
Gambar 2 Posisi bunga cabai yaitu (3) menjuntai, (5) sedang dan (7) tegak
7
Gambar 3 Bentuk daun cabai (1) deltoid, (2) ovate dan (3) lanceolate
Gambar 4 Bentuk pangkal buah (1) acute, (2) obtuse, (3) truncate, (4)
cordate dan (5) lobate
Gambar 5 Bentuk buah cabai (1) elongate, (2) almost round, (3) triangular,
(4) campanulate, (5) blocky dan (6) other
8
12. Lekukan buah cabai diamati dengan memotong buah secara melintang
Gambar 6 Lekukan buah cabai (3) sedikit berombak, (5) sedang dan (7)
berombak
13. Perubahan pola warna buah cabai diamati dari buah muda sampai buah tua
dengan menggunakan mini RHSCC
Analisis Data
Data kuantitatif diolah dengan nilai duga heritabilitas (h2bs) yang dihitung
menggunakan rumus heritabilitas dalam arti luas. Nilai heritabilitas dikatakan
tinggi apabila lebih dari 50%, dikatakan sedang apabila 20% sampai 50% dan
rendah apabila kurang dari 20% (Syukur et al 2012):
(fi .xi)
Rataan hitung ( ) =
fi
Ragam ( )2
= 1/(n-1) fi (xi x)2
Ragam lingkungan ( e) =( 2P1 + 2P2 )/ 2
2
Kondisi Umum
(a) (b)
Gambar 7 Gejala serangan HPT (a) kutu aphid pada galur 318 dan (b)
antraknosa pada galur F2 hasil persilangan 318 x 20
10
Tanaman mulai berbunga pada 29 HST untuk bara (145), 18 HST untuk
seroja (92), 24 HST untuk F2 hasil persilangan 145 x 92, 22 HST untuk
eksplosive (318), 16 HST untuk ungara (20) dan 10 HST untuk F2 hasil
persilangan 318 x 20. Tanaman cabai mulai bisa dipanen pada 56 HST untuk bara
dan seroja, 57 HST untuk F2 hasil persilangan 145 x 92, 83 HST untuk 318, 73
HST untuk 20 dan 68 HST untuk F2 hasil persilangan 318 x 20.
Karakter Kualitatif
Tabel 1 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92
Gen
Karakter Kelas Rasio O E (O-E)/E X2hitung X2tabel
pengendali
Bentuk Obtuse 13 22 20.31 0.14 2 gen
pangkal buah 0.75 3.84 (epistasis do-
3 3 4.69 0.61
cabai Truncate minan resesif)
Bentuk buah Elongate 3 17 18.75 0.16
0.65 3.84 1 gen
cabai Triangular 1 8 6.25 0.49
Pemendekan Ada 1 6 6.25 0.01
0.01 3.84 1 gen
ruas Tidak ada 3 19 18.75 0.00
Tipe tegak 9 15 14.06 0.06 2 gen
pertumbuhan 0.14 3.84 (epistasis
7 10 10.94 0.08
tanaman Sedang resesif ganda)
Pola G-O-R 15 24 23.44 0.01 2 gen
perubahan 0.22 3.84 (epistasis
warna cabai V-G-O-R 1 1 1.56 0.21 dominan ganda)
Keterangan : V = Violet; DV = Dark violet; G = Green; O = Orange; R = Red; = 0.05
11
Tabel 2 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
Karakter Kelas Rasio O E (O-E)/E X2hitung X2tabel Gen pengendali
Bentuk Obtuse 1 2 2.75 0.20
pangkal 0.27 3.84 1 gen
buah cabai Truncate 3 9 8.25 0.07
Bentuk Lanceolate 1 3 2.75 0.02
0.03 3.84 1 gen
daun Ovate 3 8 8.25 0.01
Almost
Bentuk 1 3 2.75 0.02
round 0.03 3.84 1 gen
buah cabai
Triangular 3 8 8.25 0.01
Ada 1 1 0.69 0.14 2 gen
Pemen-
0.15 3.84 (epistasis
dekan ruas tidak ada 15 10 10.31 0.01
dominan ganda)
Tipe Rendah 9 6 6.19 0.01 2 gen
pertumbuh- 0.02 3.84 (epistasis resesif
Sedang 7 5 4.81 0.01
an tanaman ganda)
Putih 3 1 2.06 0.55
Putih
Warna garis tepi 4 3 2.75 0.02 2 gen
0.68 5.99
mahkota violet (epistasis resesif)
Dark
9 7 6.19 0.11
violet
Hijau
15 10 10.31 0.01 2 gen
keunguan
Warna daun 0.15 3.84 (epistasis
Hijau
1 1 0.69 0.14 dominan ganda)
terang
Pola DV-R 15 10 10.31 0.01 2 gen
perubahan 0.15 3.84 (epistasis
G-O-R 1 1 0.69 0.14
warna buah dominan ganda)
Keterangan: V = Violet; DV = Dark violet; G = Green; O = Orange; R = Red; = 0.05
warna mahkota, warna daun dan pola perubahan warna buah pada populasi F2
hasil persilangan 318 x 20. Syukur et al. (2012) menyatakan bahwa perbandingan
3 : 1 pada karakter dominan dengan karakter resesif pada populasi F2 merupakan
hasil penggabungan gamet secara acak, artinya setiap gamet jantan yang
dihasilkan F1 mempunyai kesempatan yang sama mengawini gamet betina dari
individu.
Contoh bagan persilangan yang memiliki satu gen pengendali yaitu
terdapat pada karakter bentuk buah cabai dengan nisbah perbandingan 3 elongate :
1 triangular pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 dibawah ini.
P1 (145) P2 (92)
Tetua EE X ee
Elongate Triangular
F1 Ee
Elongate
F2
1 EE : 2 Ee : 1 ee
3 elongate : 1 triangular
Keterangan:
E = gen dominan yang membentuk buah elongate
e = gen resesif yang membentuk buah triangular
P1 (145) P2 (92)
Tetua TTGG X (ttgg)
tegak sedang
F1 TtGg
Tegak
Keterangan:
T = gen dominan untuk merangsang tipe pertumbuhan tanaman tegak
t = gen resesif yang menghambat tipe pertumbuhan tegak
G = gen dominan pengendali tipe pertumbuhan tanaman
g = gen resesif yang tidak mengendalikan tipe pertumbuhan tanaman
Bagan di atas menunjukkan bahwa karakter tipe pertumbuhan tanaman
tegak dikendalikan oleh dua gen pengendali dengan nisbah perbandingan 9 tegak :
7 sedang. Nisbah perbandingan tersebut berasal dari nisbah 9 : 3 : 3 : 1 pada
populasi F2. Populasi F2 merupakan generasi kedua dari hasil persilangan yang
dilakukan pada tetua yang memili perbedaan karakter. Karakter tipe pertumbuhan
tanaman pada tetua P1 (145) adalah tegak, sedangkan karakter pada tetua P2 (92)
adalah sedang. Karakter tipe pertumbuhan tanaman pada populasi F2
menghasilkan 15 tanaman tegak dan 10 tanaman sedang. Karakter tersebut
menandakan bahwa interaksi gen yang terjadi bersifat epistasis resesif ganda.
Interaksi epistasis resesif ganda disebabkan oleh dua alel resesif yang secara
bersamaan menghalangi gen yang merangsang tipe pertumbuhan tanaman tegak
dan gen yang mengendalikan tipe pertumbuhan tanaman tegak. Artinya, gen tegak
hanya akan terbentuk jika dua gen dominan berinteraksi bersama (T_G_).
Sebaliknya, munculnya gen resesif ganda yang dapat menghambat tipe
pertumbuhan tanaman tegak (tt) atau gen resesif ganda yang tidak mengendalikan
tipe pertumbuhan tanaman (gg) akan menghalangi munculnya karakter
pertumbuhan tanaman tegak, sehingga akan muncul karakter pertumbuhan
tanaman yang sedang.
14
Karakter kuantitatif
Tabel 3 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92
Karakter P1 (145) P2 (92) F2 (145 x 92)
Umur Berbunga
Selang 29.88-41.18 18.97-23.97 25.25-37.71
Nilai tengah 35.53 21.47 31.48
Ragam 31.93 6.26 38.84
Umur Panen
Selang 64.10-77.16 56.33-68.62 64.59-74.85
Nilai tengah 70.63 62.47 69.72
Ragam 42.69 37.77 26.2933
Tinggi Tanaman
Selang 39.72-51.48 17.86-25.29 25.41-36.81
Nilai tengah 45.60 21.58 31.11
Ragam 34.60 13.84 32.48
Tinggi Dikotomus
Selang 20.84-26.32 9.68-13.13 13.01-19.27
Nilai tengah 23.58 11.40 16.14
Ragam 7.51 2.98 9.81
Diameter Batang
Selang 6.27-9.26 4.25-5.46 4.55-6.17
Nilai tengah 7.76 4.85 5.36
Ragam 2.23 0.37 0.66
Diameter Buah
Selang 6.29-7.38 9.21-11.57 7.49-10.24
Nilai tengah 6.84 10.39 8.87
Ragam 0.29 1.39 1.88
Panjang Buah
Selang 29.13-34.73 23.22-29.17 26.29-33.70
Nilai tengah 31.93 26.19 29.99
Ragam 7.82 8.84 13.75
Ketebalan Kulit Buah
Selang 0.66-0.83 0.91-1.31 0.75-1.15
Nilai tengah 0.75 1.11 0.95
Ragam 0.01 0.04 0.04
Bobot Buah
Selang 0.70-1.01 1.27-1.74 0.78-1.30
Nilai tengah 0.85 1.50 1.04
Ragam 0.02 0.06 0.07
Jumlah Buah Tanaman-1
Selang 34.09-55.28 5.45-24.67 18.82-47.82
Nilai tengah 44.68 15.06 33.32
Ragam 112.23 92.31 210.31
15
Tabel 4 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
Karakter P1 (145) P2 (92) F2 (145 x 92)
Umur Berbunga
Selang 28.01-52.49 25.84-44.27 12.07-47.02
Nilai tengah 40.75 35.05 29.55
Ragam 162.25 84.94 305.47
Umur Panen
Selang 83.26-89.24 77.77-85.91 66.06-79.03
Nilai tengah 86.25 81.84 72.55
Ragam 8.92 16.58 42.07
Tinggi Tanaman
Selang 11.27-20.28 21.89-33.57 12. 90-23.67
Nilai tengah 15.78 27.73 18.28
Ragam 20.32 34.12 29.00
Tinggi Dikotomus
Selang 6.38-10.58 14.98-17.69 5.82-15.19
Nilai tengah 8.48 16.34 10.51
Ragam 4.41 1.83 21.95
Diameter Batang
Selang 2.50-3.75 3.96-6.82 2.24-5.95
Nilai tengah 3.12 5.39 4.09
Ragam 0.40 2.04 3.44
Diameter Buah
Selang 7.72-7.96 12.23-14.05 10.62-13.51
Nilai tengah 7.84 13.14 12.06
Ragam 0.01 0.82 2.09
Panjang Buah
Selang 11.99-14.91 20.88-24.88 11.82-22.61
Nilai tengah 13.45 22.88 17.22
Ragam 2.12 3.99 29.11
Ketebalan Kulit Buah
Selang 1.18-1.26 1.22-1.44 0.96-1.49
Nilai tengah 1.22 1.33 1.23
Ragam 0.01 0.01 0.07
Bobot Buah
Selang 0.75-1.03 1.57-1.97 0.81-1.40
Nilai tengah 0.89 1.77 1.11
Ragam 0.02 0.04 0.09
Jumlah Buah Tanaman-1
Selang 2.75-13.75 1.63-14.58 5.11-34.71
Nilai tengah 8.25 8.11 19.91
Ragam 30.25 41.88 219.09
seleksi juga akan semakin efektif karena pengaruh genetik lebih besar dari pada
pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas dalam arti luas pada populasi F2 hasil
persilangan 145 x 92 disajikan pada Tabel 5, sedangkan pada populasi F2 hasil
persilangan 318 x 20 disajikan pada Tabel 6.
Gambar 8 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 145 x 92 (dari kiri ke kanan
nomor 1, 4, 6 dan 20)
Gambar 9 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 318 x 20 (dari kiri ke kanan
nomor 1, 4 dan 35)
Kesimpulan
Saran
Saran dari penelitian ini yaitu dilakukan seleksi lanjutan pada galur terpilih
yang terkait dengan ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman untuk
mendapatkan karakter kualitatif dan kuantitatif unggul. Selain itu, perlu
dilakukan uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjutan pada galur
terpilih untuk dijadikan varietas baru.
22
DAFTAR PUSTAKA
Allard RW. 1960. Priciples Of Plant Breeding. New York (USA): John Wileyand
sons, Inc
Arif AB. 2010. Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Karakter Kualitatif dan
Kuantitatif pada Tiga Kelompok Cabai (Capsicum annuum L.) [Tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Arif AB, Sujiprihati S, Syukur M. 2012. Pendugaan Parameter Genetik pada
Beberapa Karakter Kuantitatif pada Persilangan antara Cabai Besar dengan
Cabai Keriting (Capsicum annuum L.). J Agron. Indonesia 40(2):119-124
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai
[Internet]. [diunduh 2014 Desember 24]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_sub
yek=55¬ab=66
Bosland PW, Votava EJ. 2000. Peppers : Vegetable and Spice Capsicums. New
York (USA): Cabi Publishing
Budiyanto T. 2008. Pola Pewarisan dan Pendugaan Parameter Genetik Beberapa
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Cabai (Capsicum annuum L.) [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Cayanti REO. 2006. Pengaruh Media Terhadap Kualitas Cabai Hias (Capsicum
sp.) dalam Pot [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Carsono N. 2009. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi
Pertanian Indonesia [Internet]. Tersedia pada :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/08/peran_pemuliaan_
tanaman.pdf
Crowder LV. 1986. Genetika Tumbuhan. Kusdiarti L, penerjemah; Soetarso,
editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press
Daryanto A. 2009. Studi Heterosis dan Daya Gabung Karakter Agronomi Cabai
(Capsicum annuum L.) pada Hasil Persilangan Half Diallel [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Desita AY. 2014. Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun
Percobaan Lewikopo [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Djarwaningsih T. 2005. Capsicum spp. (cabai): Asal, Persebaran dan Nilai
Ekonomi. J Biodiversitas 6(4):292-296
Fehr WR. 1987. Principles of Cultivar Development Vol 1. NewYork (USA):
Macmillan
Ferdiansyah H. 2010. Seleksi Daya Hasil Cabai (Capsicum annuum L.) Populasi
F2 Hasil Persilangan IPB C110 dengan IPB C5 [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor
Gomez AK, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian. Syamsuddin E
dan Baharsyah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI press
Hernani, Rahardjo M. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya
[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1995. Descriptors for
Capsicum spp. [Internet]. [diunduh 2014 Desember 30] Tersedia pada:
23
http://www.bioversityinternational.org/uploads/tx_news/Descriptors_for_c
apsicum__Capsicum_spp.__345.pdf
Kasno A, Bari A, Mattjik AA, Solahudin S, Somatmaja S, Subandi. 1987.
Pendugaan parameter Genetik Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) Penelitian Palawija 2(2):81-88
Poehlman JM. 1979. Breeding Fields Crops. Westpor, Connecticat (USA): The
Avi Publishing Company Inc
Pranita DI. 2007. Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Sepuluh Hibrida Cabai
(Capsicum annuum L.) Hasil Persilangan Half Diallel [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan Pengujian
Individual Kebaruan, keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Cabai
[Internet]. [diunduh pada 2015 Januari 2] Tersedia pada:
http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp_english/downlot.php?file=52Pandua
n%20Pengujian%20Individual%20cabai.pdf
[PUSLITBANGHORTI] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2014.
Budi Daya Tanaman Cabai Rawit [Internet]. [diunduh pada 2014
Desember 30] Tersedia pada: http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/
index.php?bawaan=teknologi/isi_teknologi&id_menu=4&id_submenu=19
&id=48
Qosim WA, Rachmadi M, Hamdani JS, Nuri I. 2013. Penampilan Fenotipik,
Variabilitas dan Heritabilitas 32 Genotipe Cabai Merah Berdaya Hasil
Tinggi. J Agron Indonesia 41(2):140-146
Roziq F, Sastrahidayat IR, Djauhari S. 2013. Kejadian Hama dan Penyakit
Tanaman Cabai Kecil yang Dibudidayakan Secara Vertikultur di Sidoarjo.
J HPT 1(4):30-36
Saputra HE, Syukur M, Aisyah SI. 2014. Pendugaan Daya Gabung dan
Heritabilitas Komponen Hasil Tomat pada Persilangan Dialel Penuh. J
Agron Indonesia 42(3):203-209
Sari WP, Damanhuri, Respatijarti. 2014. Keragaman Genetik dan Heritabilitas 10
Genotip pada Cabai Besar (Capsicum annuum L.). J Produksi Tanaman
2(4):301-307
Syukur M, Sujiprihati S, Koswara J, Widodo. 2009. Ketahanan terhadap
Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotricuhum acutatum pada
Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) dan Korelasinya dengan
Kandungan Kapsaicin dan Peroksidase. J Agron Indonesia 37(3):233-239
Syukur M, Sujiprihati S, Siregar A. 2010a. Pendugaan Parameter Genetik
Beberapa Karakter Agronomi Cabai F4 dan Evaluasi Daya Hasilnya
Menggunakan Rancangan Perbesaran (Augmented Design). J Agrotopika
15(1): 9 16
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Kusumah DA. 2011. Pendugaan Ragam
genetik dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Beberapa Genotipe
Cabai. J Agrivigor 10(2):148-156.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Cabai Hias Bara (Desita 2014)
RIWAYAT HIDUP