The cultivation of the Greater Yam (Dioscorea alata) is generally done with
using of stake and mound which is expected to improve the quality and a higher
yield. This research is aimed to determine the effect of of using stake and mound
against the vegetative growth of Greater Yam (Dioscorea alata). This research was
conducted in the Research Farm Leuwikopo, Bogor Agricultural University in
January until May 2018. This research is compiled by the design of split plots with
complete mixed reviews (RKLT) and stakeas the main plot and mound as the spacce
with 4 treatments and 3 replications. The stake factor consists of two levels, there
are without stake (L0) and use stake (L1). Mound factor consists of two levels, there
are without mound (G0) and use mound (G1). The results showed that the staking
did not have effect against vegetative growth but it had significant effect to the time
of seed germination. Mounding did not have effect against vegetative growth but it
had significanteffect against the growth of shoots at 10 MST. Staking and mounding
did not have effect against the Greater Yam on vegetative growth with the age of
early 4 months, so it is not recommended to use mound in the cultivation of the
Greater Yam.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nya dan kasih sayang yang berlimpah maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Pengaruh Pemakaian Lanjaran dan
Guludan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Uwi (Dioscorea alata)
dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu, bapak, beserta keluarga besar penulis untuk setiap doa, dan dukungan
yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi
persembahan dan tanda bakti yang terbaik.
2. Dr. Ir. Eko Sulistyono. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis dalam akademik maupun penelitian skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dan membantu penulis dalam perkuliahan
dan juga selaku dosen penguji wakil urusan yang telah memberikan masukan
dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Deden Derajat Matra, S.P, M.Agr. selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibrahim Johar, S.P. yang telah membantu penulis untuk melakukan penelitian
dan memberikan saran – saran selama penyusunan skripsi ini.
6. Qudsyi Ainul Fawaid dan Willdia Firman Chan, S.P. selaku sahabat penulis
yang selalu mendukung dan mengingatkan penyelesaian skripsi ini.
7. Teman – teman komunitas Banana Pirates dan Rumah Kepemimpinan Bogor
angkatan 8 yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman - teman Azalea (AGH 51) serta semua teman –teman yang membantu
selesainya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu - persatu atas bantuan
dan dukungannya. Ungkapan terima kasih yang terindah diberikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman atas segala doa dan
dukungan yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Uwi 2
Syarat Tumbuh Uwi 2
Fase Vegetatif Uwi 3
Lanjaran 3
Guludan 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Bahan dan Alat 5
Rancangan Percobaan 6
Prosedur Percobaan 6
Pengamatan Percobaan 7
Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Kondisi Umum 9
Pengaruh Lanjaran dan Guludan 10
Persentase umbi berkecambah 10
Waktu dan kecepatan berkecambah 11
Karakter vegetatif 12
KESIMPULAN DAN SARAN 19
Kesimpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1 Kondisi cuaca di lahan percobaan bulan Januari – Mei 2018 9
2 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap waktu berkecambah dan 13
jumlah tunas 10 MST
3 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap jumlah daun 14
4 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap kecepatan berkecambah dan 14
panjang tanaman
5 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap jumlah tunas dan jumlah 15
cabang
6 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap bobot basah dan bobot 16
kering daun, batang, dan umbi saat berumur 17 MST
7 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap kadar air daun, batang, dan 17
umbi saat berumur 17 MST
8 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap volume, lebar dan bobot 18
jenus umbi saat berumur 17 MST
9 Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap bobot, bobot jenis, dan 19
kadar air tanah
DAFTAR GAMBAR
1 Persentase data berkecambah umbi uwi 11
2 Rata – rata waktu perkecambahan bibit uwi 12
3 Kecepatan berkecambah bibit 12
4 Panjang tanaman 17 MST 15
5 Bobot kering batang, daun, akar dan 16
umbi
6 Bobot basah akar dan umbi 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam perlakuan lanjaran dan 23
guludan terhadap pertumbuhan vegetatif uwi
2 Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam perlakuan lanjaran dan 24
guludan terhadap bobot, bobot jenis, kadar air, lebar dan volume
organ tanaman
3 Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam bobot, bobot jenis, dan kadar 24
air tanah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipotesis
Terdapat pengaruh dari pemakaian lanjaran dan guludan terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman uwi (Dioscorea alata), sehingga terdapat
kombinasi perlakuan yang memberikan pertumbuhan yang lebih maksimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Uwi
Uwi dapat ditanam pada dataran rendah hingga ketinggian 1800 mdpl
dengan iklim tropis. Suhu maksimum untuk lingkungan Uwi adalah >30o C dan
minimum adalah 20o C. Suhu optimumnya adalah antara 25-30o C. Uwi merupakan
tanaman yang tahan kekeringan, namun akan menghasilkan produksi umbi yang
maksimum dengan curah hujan yang tinggi. Pencahayaan juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan umbi. Pencahayaan yang terus – menerus secara signifikan
mengurangi produksi umbi. Panjang hari uwi dipengaruhi oleh fotoperiode. Hari
pendek sekitar <10 – 11 jam membantu perkembangan umbi namun masih dapat
bertahan dengan penyinaran 10 - 12 jam (French, 1986).
Tanaman uwi dapat ditanam di lahan dengan cahaya penuh ataupun
ternaungi karena uwi toleran terhadap cahaya penuh dan naungan. Uwi dapat
ditanam dengan menggunakan lubang, larikan, dan guludan. Tanah pada bagian
pangkal batang dibumbun agar umbinya tidak menyembul keluar dari permukaan
tanah karena umbi yang tersembul akan berasa pahit. Uwi dapat tumbuh dengan
baik pada daerah yang memiliki curah hujan 1000 – 1500 mm tahun-1 dengan
terdistribusi selama 6 – 7 bulan (Hapsari, 2014). Uwi tumbuh secara merambat
dengan melilit benda apapun yang berada di dekatnya. Lanjaran atau tiang panjat
diperlukan supaya tanaman dapat tumbuh vertikal dan daunnya dapat melakukan
fotosintesis dengan baik (Saleh, 2011).
Lanjaran
Guludan
METODE
Bahan yang digunakan yaitu Uwi sebanyak 300 umbi ukuran 10 cm dengan
bobot 200 - 300 g, pupuk urea sebanyak 100 kg ha-1, pupuk SP36 100 kg ha-1, dan
KCl 100 kg ha-1 (Rakhmawati, 2017). Alat yang digunakan adalah cangkul,
meteran, linggis, arit, pisau, kored, timbangan, amplop kertas, kertas HVS, lanjaran,
tali plastik, penggaris, dan jangka sorong.
Rancangan Percobaan
Faktor kedua sebagai anak petak adalah pemakaian guludan dengan dua taraf yaitu:
G0 = Tanpa guludan atau lahan datar
G1 = guludan lebar dasar 1 m dan tinggi guludan 0,5 m
Model aditif linier yang digunakan adalah
Yijk = µ + αi + βj + Ck + εijk + αβij + Sj.k
Prosedur Percobaan
Persiapan Lahan
Persiapan lahan tanam diawali dengan pembersihan lahan dari gulma dan
pengolahan tanah. Lahan yang digunakan seluas 150 m2. Lahan diolah dan dibentuk
menjadi enam petak percobaan dengan masing – masing petak percobaan seluas 5
m x 5 m. Setiap ulangan terdiri ats lahan 2,5 m x 2,5 m lahan datar dan guludan.
Setelah tanaman berumur 3 MST, lanjaran dipasang di tiap ulangan. Pengolahan
lahan dilakukan dengan metode minimum tillage.
Penyiapan Bibit
Umbi uwi yang sudah kering siap diolah menjadi bahan bibit. Umbi dipotong
sepanjang 10 cm dengan bobot 200 - 300 g. Bibit yang sudah dipotong lalu diolesi
abu gosok untuk mencegah cairan dari bibit keluar dan mencegah serangan hama
penyakit.
Penanaman Uwi
Bibit uwi ditanam dengan cara dipendam sedalam 20 cm di dalam guludan
tanah setinggi 50 cm. Bibit ditanam dengan jarak tanam 0.5 m dalam barisan dan 1
m antar barisan. Terdapat 6 petak percobaan dengan masing – masing petak
percobaan terdiri dari 2 perlakuan. Masing – masing petak percobaan seluas 5 m x
5 m. Tiap satuan percobaan terdapat 50 individu tanaman. Dosis pupuk yang
diberikan berupa urea sebanyak 100 kg ha-1, pupuk SP36 100 kg ha-1, dan KCl 100
kg ha-1 sehingga didapatkan dosis pemupukan 15 g tiap tanaman untuk urea, SP36,
dan KCl sebagai pupuk dasar (Rakhmawati, 2017).
Perawatan Uwi
Tanaman uwi dibersihkan dari gulma sejak awal penanaman hingga akhir
pengamatan. Gulma dibersihkan satu kali per pekannya. Perlindungan dari hama
dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi apabila diperlukan. Penyiraman
dilakukan setiap harinya apabila tidak turun hujan.
Pengamatan Percobaan
bobot basah akar dan umbi − bobot kering akar dan umbi
= 𝑥 100%
bobot kering akar dan umbi
15. Diameter umbi
16. Volume umbi. Diukur dengan menghitung volume air yang keluar dari wadah
yang dipenuhi air sesuai hukum Archimedes.
17. Bobot jenis umbi dihitung dengan formula:
bobot umbi
Bobot jenis umbi =
volume umbi
Analisis Data
Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam
(uji F) pada taraf α 5 %. Apabila hasil sidik ragam (uji F) menunjukkan pengaruh nyata
pada taraf α 5 %, maka dilakukan uji lanjut nilai tengah antar perlakuan dengan
menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan α 5 %. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel dan SAS.
Percobaan berupa penanaman umbi dilakukan dari bulan Januari – Mei 2018
di Kebun Percobaan Leuwikopo Dramaga. Kondisi cuaca di wilayah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1. Suhu rata – rata di wilayah penelitian yang memiliki
rentang 25 – 27 oC sangat cocok sebagai lingkungan tempat tumbuh uwi. Sejalan
dengan pernyataan French (2006), bahwa uwi masih dapat tumbuh pada wilayah
yang memiliki suhu lebih dari 30 oC dan minimal 20 oC dengan suhu optimum
antara 25 – 30 oC. Hapsari (2014) menyatakan bahwa uwi akan tumbuh dengan baik
pada daerah dengan curah hujan 1000 – 1500 mm tahun-1 atau 83 – 125 mm bulan-
1
yang terdistribusi selama 6 – 7 bulan. Angka curah hujan yang optimum tidak
terlalu tinggi dikarenakan uwi adalah tanaman yang toleran kekeringan daripada
wilayah yang basah. Wilayah yang menjadi lokasi percobaan memiliki curah hujan
yang lebih tinggi daripada yang curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan uwi.
21
20
19
18
17
16
15
Petak Percobaan
Waktu Berkecambah
Gambar 3. Kecepatan berkecambah umbi
Karakter vegetatif
Tabel 5. Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap jumlah tunas dan jumlah cabang
Jumlah Tunas Jumlah Cabang
Perlakuan
12 MST 10 MST 12 MST
Lanjaran
L0 1.86 6.10 11.70
L1 1.75 5.03 8.23
Uji F (Pr>F) 0.74 tn 0.60 tn 0.08 tn
Guludan
G0 1.50 5.65 8.91
G1 2.11 5.48 11.01
Uji F (Pr>F) 0.08 tn 0.52 tn 0.27 tn
Keterangan : Angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf
5%.* = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat
nyata pada taraf 5%, dan tn = tidak berpengaruh nyata.
Tabel 6. Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap bobot basah dan bobot kering
pada daun, batang, dan umbi saat berumur 17 MST
Daun Batang Umbi
Perlakuan
BB (g) BK (g) BB (g) BK (g) BB (g) BK (g)
Lanjaran
L0 257.29 43.86 231.24 46.65 592.70 104.41
L1 314.45 48.15 199.09 36.85 591.50 94.05
Uji F
0.44 tn 0.71 tn 0.49 tn 0.41 tn 0.98 tn 0.84 tn
(Pr>F)
Guludan
G0 243.08 41.87 194.32 40.60 680.00 116.54
G1 328.67 50.14 236.01 42.90 504.2 81.91
Uji F
0.45 tn 0.71 tn 0.51 tn 0.83 tn 0.31 tn 0.33 tn
(Pr>F)
Keterangan : BB = Bobot basah, BK = Bobot kering, KA = Kadar air. Angka pada
baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.* =
berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada
taraf 5%, dan tn = tidak berpengaruh nyata.
Pemakaian lanjaran dan guludan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air
per bobot basah dan kadar air per bobot kering dari daun, batang, dan umbi saat
berumur 17 MST dapat dilihat pada Tabel 7. Kadar air per bobot basah dan bobot
kering daun lebih tinggi dengan menggunakan lanjaran dengan nilai Pr>F 0.1 dan
0.2. Kadar air per bobot basah dan bobot kering batang lebih tinggi dengan
menggunakan guludan dengan nilai Pr>F 0.1 dan 0.09. Kadar air per bobot basah
dan bobot kering umbi lebih tinggi dengan menggunakan lanjaran dengan nilai
Pr>F 0.12 dan 0.12.
Tabel 7. Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap kadar air pada daun, batang, dan
umbi saat berumur 17 MST
Daun Batang Umbi
Perlakuan KA BB KA BK KA BB KA BK KA BB KA BK
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Lanjaran
L0 83.31 512.34 80.13 408.16 83.14 507.24
L1 84.62 562.80 81.44 448.37 84.71 568.82
Uji F
0.10 tn 0.20 tn 0.28 tn 0.30 tn 0.12 tn 0.12 tn
(Pr>F)
Guludan
G0 83.07 502.87 79.52 395.30 83.20 504.90
G1 84.85 572.27 82.05 461.24 84.65 571.15
Uji F
0.32 tn 0.28 tn 0.10 tn 0.09 tn 0.36 tn 0.23 tn
(Pr>F)
Keterangan : BB = Bobot basah, BK = Bobot kering, KA = Kadar air. Angka pada
baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.* =
berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada
taraf 5%, dan tn = tidak berpengaruh nyata.
Tabel 9. Pengaruh lanjaran dan guludan terhadap bobot, bobot jenis, dan kadar air
tanah
Tanah
Perlakuan Bobot jenis
BB (g) BK (g) KA BB (%) KA BK (%)
(g cm-3)
Lanjaran
L0 32.84 21.66 1.03 33.93 52.11
L1 31.05 20.65 0.97 31.80 50.43
Uji F
0.39 tn 0.55 tn 0.53 tn 0.24 tn 0.51 tn
(Pr>F)
Guludan
G0 35.16 23.25 1.10 36.20 51.56
G1 28.74 19.06 0.90 29.53 50.98
Uji F
0.13 tn 0.16 tn 0.16 tn 0.11 tn 0.82 tn
(Pr>F)
Keterangan : BB = Bobot basah, BK = Bobot kering, KA = Kadar air. Angka pada
baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.
Kesimpulan
Pemakaian lanjaran tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif,
pertumbuhan umbi, dan kondisi tanah di sekitaran perakaran tanaman, namun
berpengaruh nyata terhadap waktu berkecambah umbi uwi. Pemakaian guludan
tidak berpengaruh terhadap kondisi tanah di sekitaran perakaran tanaman,
pertumbuhan umbi, dan pertumbuhan vegetatif namun berpengaruh nyata terhadap
jumlah tunas pada 10 MST. Berdasarkan penelitian, pemakaian lanjaran dan
guludan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif uwi pada umur 4 bulan
awal, sehingga direkomendasikan untuk tidak memakai guludan dan lanjaran dalam
budidaya uwi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan bentuk lanjaran dan
guludan yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan uwi selama fase vegetatif.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3. Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam bobot, bobot jenis, dan kadar air
tanah
Pr > F
KK
Peubah Lanjaran Guludan Lanjaran x STD
(%)
Guludan
Bobot basah tanah 0.39 tn 0.13 tn 0.14 tn 18.29 5.84
Bobot kering tanah 0.55 tn 0.16 tn 0.16 tn 20.00 4.23
Bobot jenis tanah 0.38 tn 0.13 tn 0.13 tn 18.35 0.18
Kadar air tanah BB 0.19 tn 0.10 tn 0.12 tn 17.46 5.75
Kadar air tanah BK 0.51 tn 0.82 tn 0.79 tn 8.51 4.36
Keterangan : KK = Koefisien keragaman, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%,
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 5%, dan tn = tidak
berpengaruh nyata.
RIWAYAT HIDUP