Anda di halaman 1dari 10

Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT Shorea Leprosula Miq


DI TAMAN NASIONAL KUTAI RESORT SANGKIMA
KABUPATEN KUTAI TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Hariyanto Triwibowo1, Jumani2, dan Heni Emawati3


1
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2
Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75234, Indonesia.
E-Mail: hariyanto@untag-smd.ac.id

ABSTRAK

Identifikasi Hama dan Penyakit Shorea leprosula Miq di Taman Nasional Kutai Resort Sangkima
Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
frekuensi hama dan penyakit jenis meranti Shorea leprosula Miq. (2) Untuk mengetahui intensitas serangan
hama dan penyakti jenis meranti Shorea leprosula Miq. (3) Untuk mengetahui perlu tidaknya pencegahan
dan penanggulangan hama dan penyakit tanaman meranti jenis Shorea leprosula Miq.
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kutai Resort Sangkima Kabupaten Kutai Timur
Provinsi Kalimantan Timur. Pada bulan Agustus 2012 sampai dengan September 2012, yaitu terdiri dari
penentuan dan pembuatan plot dan pengambilan data lapangan.
Hasil penelitian seluas 1 ha dengan pengamatan secara sensus ditemukan 11 pohon Shorea leprosula
Miq, dengan fisik sehat 1 pohon, 8 pohon terserang ringan, 1 pohon terserang sedang, dan 1 pohon terserang
berat. Timbul dan adanya hama dan penyakit tanaman yang sering disebut sebagai organisme pengganggu
tanaman pada areal hutan tanaman maupun hutan alam kebanyakan adalah campur tangan manusia. Dari
hasil perhitungan frekuensi serangan pada plot penelitian sebesar 91% yang berarti bahwa hampir semua
jenis Shorea leprosula Miq terindikasikan ada serangan hama dan penyakit sedangkan yang 9% adalah sehat.
Dari hasil perhitungan intensitas serangan hama dan penyakit dari jenis tanaman Shorea leprosula Miq,
termasuk rusak sedang dengan intensitas serangan sebesar 29,5%. Berdasarkan identifikasi ada beberapa
hama dan penyakit seperti jamur, kanker batang, daun berlubang-lubang dan rayap. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa frekuensi serangan hama dan penyakit Shorea leprosula Miq sebesar 91%, intensitas
serangan hama dan penyakit pada kondisi tegakan termasuk rusak sedang dengan intensitas serangan 29,5%,
penanggulangan hama dan penyakit tanaman belum perlu dilakukan karena kondisi tegakan hanya terserang
sedang. Disarankan berdasarkan hasil pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit jenis Shorea
leprosula Miq perlu adanya pengawasan aktifitas manusia yang dapat menyebabkan hama dan penyakit baru
di hutan Resort Sangkima yang dapat menurunkan kualitas dan pertumbuhan hutan itu sendiri.
Kata kunci : hama, penyakit, frekuensi, intensitas serangan

ABSTRACT
Pest and Disease Identification Shorea leprosula Miq in Kutai National Park Resort Sangkima East Kutai
regency of East Kalimantan Province. The purpose of this study were: (1) To determine the frequency of
pest and disease types meranti Shorea leprosula Miq. (2) To determine the intensity of pests and defect types
meranti Shorea leprosula Miq. (3) To determine whether or not the prevention and control of pests and plant
diseases meranti types Shorea leprosula Miq. This research was conducted in the Kutai National Park Resort
Sangkima East Kutai in East Kalimantan Province. This study was conducted for two months effective the
month of August 2012 until September 2012.The results of the research area of 1 ha with observations census
found 11 Shorea leprosula Miq trees, with one tree physically healthy, 8 mild stricken trees, one tree is being
attacked, and 1 heavy stricken trees. Arise and the presence of pests and plant diseases are often referred to as
crop pests on crops and forests natural forests are mostly human intervention. From the calculation of the

175
Identifikasi Hama dan Penyakit… Hariyanto Triwibowo et al.

frequency of attacks on research plots by 91%, which means that almost all types of Shorea leprosula Miq
indicated no pests and diseases while 9% were healthy. From the calculation of the intensity of pests and
diseases of plants Shorea leprosula Miq, including the intensity of the attack was broken by 29.5%. Based on
the identification of some pests and fungal diseases like cancer, stem, leaves and termite holes. The research
concluded that the frequency of pest and disease Shorea leprosula Miq by 91%, the intensity of pests and
diseases of the damaged condition of the stand, including 29.5% with the intensity of the attacks, control of
pests and plant diseases do not need to be done because the condition only affected stands were .
Recommended based on observation of pests and diseases types Shorea leprosula Miq need for monitoring
human activities that can lead to new pests and diseases in forests Resort Sangkima which can reduce the
quality and growth of the forest it self.
Key words : pests, diseases, frequency, intensity of attacks

1. PENDAHULUAN manusia dalam mengelolanya. Oleh


karena itu perlu difahami hakekat
Sebagian dari hutan tropis terbesar
berbagai masalah yang ditimbulkan oleh
di dunia terdapat di Indonesia.
hama dan penyakit tanaman sebagai dasar
Berdasarkan luasannya, hutan tropis
untuk mengatasi masalah hama dan
Indonesia menempati urutan ketiga
penyakit yang lebih efisien, efektif dan
setelah Brasil dan Republik Demokrasi
ramah lingkungan. Oleh karena perlu
Kongo dan hutan tropis ini memiliki
dilakukan penelitian Identifikasi Hama
kekayaan hayati yang unik. Tipe-tipe
dan Penyakit Pada Jenis Shorea leprosula
utama hutan di Indonesia berkisar dari
Miq di Taman Nasional Kutai Resort
hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran
Sangkima Kabupaten Kutai Timur.
rendah yang selalu hijau seperti di
Tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai
Sumatera dan Kalimantan, sampai hutan-
berikut: Untuk mengetahui frekuensi
hutan monsun musiman dan padang
hama dan penyakit jenis meranti Shorea
savana di Nusatenggara, serta hutan-
leprosula Miq, untuk mengetahui
hutan non Dipterocarpaceae dataran
intensitas serangan hama dan penyakti
rendah dan kawasan di Irian Jaya
jenis meranti Shorea leprosula Miq,
(Papua). Indonesia juga memiliki hutan
untuk mengetahui perlu tidaknya
mangrove terluas di dunia (Anonim,
pencegahan dan penanggulangan hama
2003).
dan penyakit tanaman meranti jenis
Pentingnya pengenalan hama dan
Shorea leprosula Miq.
penyakit tanaman yang adalah sebagai
dasar perlindungan tanaman yang
disebabkan oleh patogen. Patogen baik
yang disebabkan oleh patogen biotik dan 2. METODA PENELITIAN
abiotik. Mengidentifikasi hama dan
penyakit yang disebabkan oleh patogen Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Taman
baik biotik maupun abiotik sangat
Nasional Kutai Resort Sangkima
diperlukan untuk mengetahui cara
Kabupaten Kutai Timur Provinsi
mengidentifkasinya dan cara
Kalimantan Timur. Pada bulan Agustus-
penanggulangannya untuk perbaikan
September 2012.
kulitas tanaman.
Hama dan penyakit tanaman meranti
belum banyak diketahui dan terpublikasi Bahan dan Peralatan
secara umum. Hama dan penyakit terjadi Bahan yang digunakan dalam penelitian
karena bagian dari hasil interaksi antara ini adalah : Thally sheet, untuk mencatat
komponen-komponen dan campur tangan
176 Vol.XIII, No.2, 2014: 175-184
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

data pengukuran di lapangan, Tabel skor identifikasi dan tanaman yang sudah
serangan hama dan penyakit, Kamera, teridentifikasi diberikan tanda dengan cat
untuk dokumentasi, Pita ukur, untuk dengan ketentuan pohon diameter diatas
mengukur keliling batang pohon, Cat 20 cm.
sebagai tanda pada pohon yang telah
diidentifikasi Pengamatan dan Pengumpulan Data

Rancangan Percobaan Pengambilan data di lapangan pada


Plot Penelitian ditentukan seluas 1 ha tanaman, dilakukan pengamatan pada
yang diharapkan dapat memberikan bagian pohon khususnya batang dan daun
gambaran secara umum pada lokasi untuk melihat secara visual ada tidaknya
penelitian dengan rincian plot 100 m x cacat yang disebabkan oleh serangan
100 m. Plot diberikan tanda dengan hama dan penyakit atau faktor yang lain.
rintisan setiap 20 m berupa jalur untuk Adapun penentuan kriteria dan skor
identifikasi dan pencarian jenis meranti untuk serangan pada setiap tanaman
Shorea leprosula Miq pada setiap jalur (Mardji, 2000) dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan lebar 20 m sebagai tanda

Tabel 1. Cara menentukan nilai/skor serangan penyakit pada setiap tanaman


Kriteria Gejala Serangan Skor

Sehat Tidak ada serangan atau ada serangan pada daun tetapi jumlah daun yang 0
terserang dan luas serangan sangat kecil dibandingkan jumlah/luas seluruh
daun

Terserang
Jumlah daun yang terserang sedikit dan jumlah serangan pada masing-masing 1
ringan
daun yang terserang sedikit atau daun rontok atau klorosis sedikit atau tanaman
tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti kanker batang

Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun
Terserang
yang terserang agak banyak atau daun rontok atau klorosis agak banyak atau 2
sedang
disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau mati pucuk

Terserang
Jumlah daun yang terserang dan jumlah daun serangan masing-masing daun 3
berat yang terserang banyak atau daun rontok atau klorosis banyak atau disertai
gejala lain seperti kanker batang atau mati pucuk

Mati Seluruh daun rontok atau tidak ada tanda-tanda kehidupan 4

Analisis Data terserang dengan jumlah pohon secara


Frekuansi Serangan (F) keseluruhan yang diamati, dinyatakan
dalam persen (%) dengan rumus sebagai
Frekuensi serangan (F) dihitung dengan berikut:
membandingkan jumlah pohon yang

177
Identifikasi Hama dan Penyakit… Hariyanto Triwibowo et al.

Y X2 = jumlah pohon yang


FS x 100% terserang sedang (skor 2)
X
Keterangan: X3 = jumlah pohon yang
terserang berat (skor 3)
FS : Frekuensi serangan
X4 = jumlah pohon yang mati
Y : Jumlah pohon yang terserang
(skor 4)
X : Jumlah pohon yang diamati
Y1 = Nilai 1 dengan kriteria
terserang ringan
Intensitas Serangan (IS)
Y2 = Nilai 2 dengan kriteria
Intensitas serangan (IS) dihitung dengan
terserang sedang
menggunakan rumus menurut Singh dan
Y3 = Nilai 3 dengan kriteria
Mishra (1992) yang dilakukan perubahan
terserang berat
model rumusnya oleh Mardji (2000)
Y4 = Nilai 4 dengan kriteria
sebagai berikut:
mati atau tidak ada tanda-tanda
X1Y1 X 2 Y2 X 3 Y3 X 4 Y4 kehidupan
IS x 100%
XY
Untuk menggambarkan kondisi pohon
Keterangan: secara keseluruhan akibat serangan
IS = Intensitas Serangan patogen dapat diketahui berdasarkan
X = jumlah pohon yang kriteria menurut Mardji (2003) dapat
diamati dilihat pada Tabel 3.
Y = jumlah kriteria skor (4)
X1 = jumlah pohon yang
terserang ringan (skor 1)

Tabel 3. Cara Menentukan Kondisi Keseluruhan Jenis Pohon Berdasarkan Intensitas Serangan
Intensitas serangan ( % ) Kondisi tegakan
0 –1 Sehat (S)
> 1 – 25 Rusak ringan (RR)
> 25 – 50 Rusak sedang (RS)
> 50 – 75 Rusak berat (RB)
> 75 –100 Rusak sangat berat (RT)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Y : Jumlah pohon yang diamati


X : Jumlah pohon yang terserang
Frekuensi Serangan (F)
Frekuensi Serangan hama dan 10
penyakit dapat dihitung dengan FS x 100%
11
menggunakan rumus sebagai berikut.
X FS 91%
FS x 100%
Y
Keterangan: Dari hasil perhitungan frekuensi
FS : Frekuensi serangan serangan pada plot penelitian sebesar

178 Vol.XIII, No.2, 2014: 175-184


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

91% yang berarti bahwa hampir semua Penyebab penyakit bercak daun
jenis Shorea leprosula Miq adalah jamur Pestalotia sp. Dan
terindikasikan ada serangan hama dan Cercospora sp. Kelembaban yang tinggi,
penyakit sedangkan yang 9% adalah tumbuhan bawah, gulma yang rapat, dan
sehat. Pada plot penelitian hanya tumpukan seresah yang tebal di sekitar
ditemukan 11 pohon Shorea leprosula pertanaman atau persemaian sangat
Miq karena pada plot penelitian mendukung terjadinya penyakit bercak
didominasi oleh jenis ulin (Eusideroxylon daun. Jamur-jamur penyebab bercak daun
zwageri) dan beberapa jenis yang lainnya. pada umumnya dikenal sebagai parasit
Berdasarkan identifikasi ada fakultatif pada seresah di lantai hutan.
beberapa hama dan penyakit seperti Apabila kondisi lingkungan mendukung,
jamur, kanker batang, daun berlubang- maka jamur akan berkembang dan
lubang dan rayap. Menurut Rahayu menginfeksi tanaman (Rahayu, 1999).
(1999), Pohon meranti (Shorea spp) Pengendalian penyakit bercak
sering diserang oleh beberapa jenis daun pada umumnya tidak sampai
penyakit, yaitu penyakit bercak daun, mematikan tanaman, dapat
penyakit embun jelaga, penyakit tumor mempengaruhi proses fotosintesis pada
buah, penyakit kerdil, penyakit kanker daun. Oleh karena itu, tindakan yang
batang, dan penyakit akar. Penyakit perlu dilakukan adalah sebagai berikut. a.
bercak daun dapat terjadi pada tanaman Melakukan sanitasi dan eradikasi dengan
induk maupun pada anakan. Jenis-jenis membersihkan gulma dan membakar
tanaman yang dapat diserang penyakit daun-daun yang gugur untuk
bercak daun antara lain Shorea pinanga, menciptakan kondisi yang cocok bagi
Shorea leprosulla, Shorea palemanica, tanaman dan menekan jumlah inokulan
Shorea seminis, Shorea balangeran, jamur. b. Untuk mengantisipasi bila
Shorea stenoptera, Shorea guiso, Shorea anakan meranti dari permudaan alam
ovalis, Shorea selanica, Shorea akan dicabut dan ditanam, maka perlu
chrypsophylla, dan Shorea compressa. adanya perawatan untuk mencegah dan
Gejala seranga bercak daun mengendalikan penyakit bercak daun
berupa noda pada permukaan daun atau yang terbawa (Rahayu, 1999).
titik bulatan kecil yang tidak beraturan Menurut Rahayu (1999) bahwa
dengan tepi bercak agak menebal dan penyakit kanker batang umumnya terjadi
berwarna lebih gelap dibandingkan pada tanaman muda umur 3 tahun sampai
dengan bagian tengahnya. Bercak 7 tahun pada semua jenis meranti.
berwarna kening kecoklat-coklatan, Serangan penyakit kanker batang dapat
cokelat kemerah-merahan sampai cokelat mempengaruhi pertumbuhan dan riap
tua. Apabila terdapat beberapa bercak batang.
dalam satu daun, bercak dapat saling Gejala kanker batang berupa
menyatu membentuk daerah bercak yang kematian pada kulit batang yang terjadi
luas. Bercak-bercak tersebut juga dapat secara lokal dan jaringan yang masih
berkembang dengan cepat membentuk hidup di pinggir kanker tersebut menebal
hawar (blight). Apabila intensitas hingga seakan-akan bagian yang sakit
seringan penyakit tinggi, daun akan gugur tenggelam dan terletak lebih rendah
sebelum waktunya. Meskipun nantinya daripada sekelilingnya. Gejala serangan
akan terbentuk jaringan daun baru yang lebih lanjut terlihat adanya
sehat, namun penyakit tersebut dapat pembengkakan batang yang disertai
mempengaruhi proses fotosintesis dan dengan pecahnya jaringan kayu dan
pertumbuhan tanaman (Rahayu, 1999).

179
Identifikasi Hama dan Penyakit… Hariyanto Triwibowo et al.

keluarnya cairan dammar berwarna putih b. Untuk menghindari pertanaman di


keruh pada batang (Rahayu, 1999). lapangan dari penyakit kanker, maka
Penyebab penyakit kanker diduga perlu dilakukan monitoring terutama
merupakan interaksi antara hama, jamur pada pertanaman muda. Pembersihan
pathogen, dan perubahan proses fisiologis gulma di sekitar pertanaman perlu
dari tanaman itu sendiri. Namun, sampai dilakukan untuk menekan jumlah
saat ini agen penyebab penyakit tersebut sumber inokulum (agen penyebab
belum dapat diisolasi dan belum penyakit) dan populasi serangga hama.
diketahui secara pasti. Agen penyebab c. Gejala kanker batng pada stadium
penyakit diduga telah berada pada awal pada umumnya masih dapat
tanaman sejak tanaman masih berupa diselamatkan. Oleh karena itu, apabila
semai atau dapat pula menginfeksi di lapangan terlihat tanaman yang
setelah tanaman berada di lapangan. menderita kanker batang harus segera
Kerusakan fisik oleh serangga atau hama dilakukan perawatan dan pemeliharaan
dapat merusak kondisi tanaman (Rahayu, secara intensif untuk memacu
1999). pertumbuhan tanaman. Dari beberapa
Pengendalian serangan hama dan penyakit pada
a. Untuk mengurangi terjadinya penyakit Shorea leprosula Miq di lokasi
kanker batang, maka bibit yang akan penelitian dapat dilihat pada Gambar
ditanam di lapangan perlu diseleksi. berikut ini.
Bibit yang telah menunjukkan gejala
kanker batang atau telah cacat harus
dibuang.

Gambar 1. Kerusakan pada pohon Shorea leprosula Miq terindikasikan kanker batang.

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa berupa kanker batang dan mengganggu


bekas aktifitas manusia dan sebab alami pertumbuhan pohon itu sendiri baik riap
dapat menyebabkan hama dan penyakit dan diameter, begitu juga pada Gambar 2
180 Vol.XIII, No.2, 2014: 175-184
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

serangan rayap dan Gambar 3 yaitu serangan jamur pada batang pohon.

Gamba 2. Serangan Rayab pada Gambar 3. Serangan Jamur pada


pohon Shorea leprosula pohon Shorea leprosula
Miq di lokasi penelitian Miq di lokasi penelitian

Intensitas Serangan (IS) Y3 = Nilai 3 dengan kriteria


terserang berat
Berdasarkan Tabel 4 intensitas Y4 = Nilai 4 dengan kriteria
serangan dapat dihitung dengan mati atau tidak ada tanda-tanda
menggunakan rumus sebagai berikut: kehidupan
X1Y1 X 2 Y2 X 3 Y3 X 4 Y4
IS x 100% 8.1 1.2 1.3 0.4
XY IS x 100%
11.4
Keterangan: 8 2 3 0
IS x 100%
X = jumlah pohon yang 44
diamati 13
Y = jumlah kriteria skor (4) IS x 100%
44
X1 = jumlah pohon yang
IS 29,5%
terserang ringan (skor 1)
X2 = jumlah pohon yang
terserang sedang (skor 2) Dari hasil perhitungan intensitas
X3 = jumlah pohon yang serangan hama dan penyakit dari jenis
terserang berat (skor 3) tanaman Shorea leprosula Miq, termasuk
X4 = jumlah pohon yang mati rusak sedang dengan intensitas serangan
(skor 4) sebesar 29,5%. Hal ini sependapat
Y1 = Nilai 1 dengan kriteria dengan Novizan (2003), kerusakan
terserangan ringan tanaman oleh serangan hama dan
Y2 = Nilai 2 dengan kriteria penyakit pada suatu areal belum dapat
terserang sedang dikatakan sebagai hama dan penyakit jika

181
Identifikasi Hama dan Penyakit… Hariyanto Triwibowo et al.

jumlahnya masih dapat dikendalikan oleh secara alami dan berkontribusi dalam
musuh alaminya. Sedangkan menurut mencegah pemanasan global dengan
Mardji (2003), bahwa kerusakan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan
ditimbulkan secara ekonomis tidak begitu menyimpannya sebagai karbon dalam
berarti. Ambang ekonomi hama dan bentuk materi organik tanaman. Karena
penyakit yaitu batasan jumlah tertentu separuh massa tanaman merupakan
dari populasi organisme pengganggu karbon, maka sejumlah karbon tersimpan
tanaman yang cukup membuat kerusakan dalam hutan, sehingga hutan merupakan
tanaman dan secara ekonomis mulai penyimpan karbon terbesar di daratan
merugikan. Dari hasil pengamatan belum bumi. Potensi hutan tanaman meranti
perlu adanya tindakan untuk dalam menyerap karbon pun telah
pemberantasan tetapi sangat diperlukan dilakukan untuk menjawab isu di atas,
untuk pencegahan yaitu berupa melalui pendugaan akumulasi volume
pembatasan aktifitas manusia dalam kayu dan biomassa tanaman terhadap 7
kawasan tersebut terutama pembalakan jenis meranti pada berbagai tingkat umur.
yang akan memperparah kesimbangan Kemampuan mereka bervariasi sesuai
ekologis disamping akan mengakibatkan jenis dan umur tanaman. Lebih jauh
hama dan penyakit baru akibat aktifitas dikatakan bahwa variasi daya serap
manusia. Perlunya pembatasan aktifitas karbon disebabkan oleh perbedaan luas
manusia karena lokasi penelitian kawasan, perbedaan kombinasi dan
termasuk kawasan Taman Nasional Kutai komposisi jenis, kerapatan tanaman dan
harus dijaga untuk penyelamatan aset perbedaan komposisi umur tegakan.
hutan Dipterocarpa yang terkenal di Rata-rata penyerapan CO2 perindividu
Kalimantan khususnya di Taman tanaman jenis S. leprosula, S.
Nasional Kutai Resort Sangkima selain palembanica, S. pinanga, S. selanica, S.
sebagai aset pariwisata alam dan sebagai seminis, S. stenoptera Burck dan S.
hutan sebagai obyek penelitian. stenoptera forma Ardikusuma adalah
masing-masing 55.13, 35.37, 28.97,
Beberapa Manfaat Shorea leprosula 40.46, 71.32, 72.18 dan 20.41 ton CO2
Miq per tahun.
Meranti (Shorea sp) sebagai salah Pentingnya tanaman shorea yang
satu jenis kayu primadona dari hutan menyelamatkan dunia ini dalam
tropika ini mulai sulit dicari di pasaran, mencegah pemanasan global melalaui
eksploitasi terhadap jenis ini dimasa penyerapan karbon (CO2) dalam hal ini
ekspor log maupun dimasa kini begitu tanaman Shorea leprosula Miq, sangat
besar sejalan dengan kebutuhan kayu diperlukan suatu hutan yang terdiri dari
konstruksi yang meningkat. Sementara individu pohon yang sehat, yang tidak
pengembangan jenis ini lebih banyak terserang oleh hama dan penyakit.
mengandalkan regenerasi alam, belum Pentingnya jenis Shorea leprosula
lagi masa berbuahnya yang tidak Miq ini dari beberapa penelitian tersbut
beraturan dan masa simpan benih yang maka sewajarnya apabila jenis harus
pendek, menjadi batasan dalam produksi diupayakan bagaimana cara merawatnya
bibit secara berkesinambungan, sebelum dan mengembangkannya di Taman
teknik propagasi vegetatif berhasil Nasional Kutai terutama di Resort
dikembangkan (Heriansyah, 2005) Sangkima.
Menurut Heriansyah (2005),
bahwa rosot karbon hutan memainkan
peranan penting dalam siklus ekologi

182 Vol.XIII, No.2, 2014: 175-184


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Pencegahan dan Penanggulangan Terima Kepada Pimpinan Taman
Pencegahan terhadap serangan Nasional Kutai Resort Sangkima
hama dan penyakit tanaman terutama Kabupaten Kutai Timur Provinsi
jenis meranti yang sangat dikawatirkan Kalimantan Timur yang telah
adalah perambahan berupa penebangan memberikan ijin dan tempat penelitian
liar yang akan menyebabkan kepunahan serta bantuannya.
jenis dan menimbulkan hama dan
penyakit akibat dari pembalakan yang
tidak mempertimbangkan aspek DAFTAR PUSTAKA
perlindungan. Dan apabila direncanakan
untuk perubahan atau perbaikan kualitas [1] Anonim, 2003. Hutan-hutan
dan kuantitas tanaman hanya seperlunya Indonesia. Forest Watch
saja karena dari hasil penelitian tidak Indonesia. Jaringan
perlu dilakukan penambahan atau Monitoring Hutan
penanaman jenis meranti karena sudah Independen.
cukup bagus untuk ditingkatkan dalam
perawatan dan pengelolaan serta [2] Heriansyah I, dan Mindawati, N.
keamanan dari aktifitas manusia. 2005. Potensi hutan tanaman
Penanggulangan juga tidak perlu marga Shorea dalam
dilakukan karena dari hasil penelitian menyerap CO2 melalui
intensitas serangan pada jenis meranti pendugaan biomassa di Hutan
Shorea leprosula Miq termasuk rusak Penelitian Haurbentes. Jurnal
sedang dan masih ada beberapa anakan Penelitian Hutan dan
Shorea leprosula Miq di dalam lokasi Konservasi Alam.
penelitian sebagai regenerasi pohon yang Departemen Kehutanan.
tidak sehat. Dari pengamatan di lapangan Bogor.
perlunya pengawasan dan pembebasan
beberapa anakan meranti supaya [3] Mardji, D. 2000. Penuntun Praktikum
mendapatkan ruang tumbuh dan Penyakit Hutan. Fakultas
intensitas cahaya yang cukup untuk Kehutanan Universitas
pertumbuhan. Mulawarman, Samarinda.

[4] Mardji, D. 2003. Identifikasi dan


4. KESIMPULAN Penanggulangan Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian dan pada Tanaman Kehutanan.
pembahasan dapat ditarik beberapa Pelatihan Bidang
kesimpulan sebagai berikut : Frekuensi Perlindungan Hutan di PT
serangan hama dan penyakit Shorea ITCI Kartika Utama,
leprosula Miq sebesar 91%. Intensitas Samarinda.
serangan hama dan penyakit pada kondisi
tegakan termasuk rusak sedang dengan [5] Novizan. 2003. Petunjuk Pemakaian
intensitas serangan 29,5%. Pestisida. Agro Media
Penanggulangan hama dan penyakit Pustaka. Jakarta.
tanaman belum perlu dilakukan karena
kondisi tegakan hanya terserang sedang.

183
Identifikasi Hama dan Penyakit… Hariyanto Triwibowo et al.

[6] Rahayu, S.1999. Penyakit Tanaman [7] Singh, U.P. and G.D. Mishra. 1992.
Hutan Di Indonesia. Gejala, Effect of Powdery Mildew
Penyebab, dan Teknik (Erysiphe pisi) on Nodulation
Pengendaliannya. Kanisius. and Nitrogenase Activity in
Yogyakarta. Pea (Pisum sativum). Plant
Pathology 41: 262-264.

184 Vol.XIII, No.2, 2014: 175-184

Anda mungkin juga menyukai