Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS & KARTOGRAFI


ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
UNTUK TANAMAN KARET

Disusun oleh:
Eko Santoso Pajuhi

F44120005

Asisten Praktikum:
Miftahul Jannah A

A14100012

Karjono

A14100105

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

PENDAHULUAN
Membangun industri yang kuat di Indonesia harus didasari oleh sistem
pertanian yang baik, mengingat Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris.
Hal ini menjadi tantangan bagi para pakar pertanian untuk terus berinovasi agar
dapat menghasilkan sumberdaya pertanian untuk kebutuhan pangan dan industri.
Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan untuk meningkatkan produksi
pangan melalui kegiatan intensifikasi dan ekstentifikasi.
Indonesia terletak didaerah khatulistiwa yang merupakan daerah tropika
basah, dicirikan oleh adanya curah hujan, kelembapan yang tinggi dan matahari
disepanjang tahun. Faktor iklim memiliki peranan penting dalam pembentukan
lahan, selain dipengaruhi oleh faktor topografi, bahan induk, organisme, dan umur
tanah sehingga lahan di Indonesia sangat beragam jenisnya. Berdasarkan faktor
tersebut lahan diklasifikasikan kedalam kelas-kelas tertentu yang disebut kelas
kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan adalah kelompok lahan yang
menggambarkan tingkat kecocokan suatu lahan untuk suatu tanaman atau produk
pertanian.
Kelas kesesuaian lahan terdiri dari lima kelas, tiga kelas sesuai dan dua
kelas tidak sesuai. Kelas S1, merupakan kelas yang menandakan kesesuaian yang
tinggi antara lahan tanaman. Kelas S2, cukup sesuai antara lahan dan tanaman
hanya saja terdapat batasan untuk penggunaan yang lestari sehingga mengurangi
produktifitas. Kelas S3, merupakan kelas sesuai marginal antara lahan dan
tanaman. Kelas ini memiliki batasan yang lebih kompleks dibandingkan kelas S2
sehingga produktifitas yang dihasilkan lebih sedikit dibanding kelas S2 dan S1.
Kelas N1, merupakan kelas yang menyatakan ketidak sesuaian antara lahan dan
tanaman tetapi masih sangat memungkinkan untuk diatasi dengan biaya yang
cukup besar. Kelas N2, kelas tidak sesuai permanen antara lahan dan tanaman
sehingga penggunaan lahan untuk tanaman tersebut sangat tidak memungkinkan
(Tjokrokusumo 2002).
METODE PRAKTIKUM
Praktikum analisis kesesuaian lahan dilakukan menggunakan software
ArcMap yang terdapat dalam ArcGIS 9.3. Praktikum ini menggunakan data peta
gambar yang telah di koreksi, konversi dan dilineasi. Berikut langkah-langkah
yang dilakukan dalam praktikum ini.
1. Peta yang telah dilineasi dibuka kembali lalu klik kanan pada kolom layer file
berformat shp yang berfungsi menyimpan hasil digitasi kemudian pilih open
atribut.

Gambar 1 Menu Open Atribut

2.

Setelah tabel atribut terbuka, kemudian diklik option pada bagian kanan
bawah, lalu kemudian klik add field.

Gambar 2 Menu Add Field pada tab option

3.

Selanjutnya ditentukan jenis dan nama atribut yang akan ditambahkan


kedalam tabel atribut.

Gambar 3 Pengaturan konten atribut yang akan ditambahkan

4.

Setelah mengatur konten atribut yang akan digunakan klik ok, lalu kemudian
konten yang telah dibuat akan muncul dalam tabel atribut.

Gambar 4 Tabel Atribut

5.

Gambar 4 diatas menunjukan tabel atribut yang telah diberi konten tambahan
yakni Kode poligon yang bertujuan untuk memudahkan proses join dengan
data excel.

6.

Agar lebih mudah dalam mengisi baris dan kolom, editor diaktifkan dengan
memilih menu start editing pada tab editor.

Gambar 5 Menu Start Editing

7.

Setelah selesai dilakukan seperti pada gambar 4, langkah selanjutnya adalah


menggabungkan data dengan cara klik kanan file shp yang digunakan lalu
kemudian pilih join and relates > join

8.

Lalu kemudian muncul window seperti gambar 6 berikut, inputkan data excel
yang akan digabung lalu kemudian dicocokan dengan data yang ada pada
atribut table.

Gambar 6 Window join data

HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum analisis kesesuaian lahan ini dilakukan peta land system
kabupaten bandung untuk mengetahui kesesuaian penanaman tanaman karet.
Karet merupakan kebutuhan yang vitas bagi kehidupan manusia sehari-hari karena
terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti ban kendaraan. Hasil produksi karet yang maksimal
dapat dicapai apabila lahan yang digunakan sesuai dengan karakteristik karet
sehingga perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan di kabupaten bandung dengan
karakteristik tanaman karet (Fauzi 2008). Data kesesuaian lahan antara karet dan
landsystem Kabupaten Bandung diperoleh berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan Berikut hasil penambahan atribut dan join data kesesuaian lahan yang
telah dilakukan.

Gambar 7 Atribut peta landsys bandung yang telah ditambahkan informasi melalui proses join

Penambahan atribut pada peta landsystem diperoleh hasil seperti pada


gambar 7. Penambahan atribut pada peta ini ditambahkan dari file excel yang
telah disediakan sebelumnya. Data atribut yang ditambahkan juga dalam jumlah
yang banyak, dan dengan informasi yang beragam seperti kelas kesesuaian lahan.
Proses penamabahan atribut dengan menggabungkan data seperti ini lebih mudah
dilakukan karena dengan waktu yang sangat singkat dapat menambahkan
informasi sebanyak mungkin tergantung pada data excel yang dimiliki.

Gambar 8 Data luas poligon (kabupaten bandung)

Lahan yang terdapat dikabupaten bandung berdasarkan hasil perbandingan


memiliki kecocokan yang berbeda-beda. Perbandingan yang dilakukan pada
praktikum ini, yakni perbandingan antara kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa
dan kesesuaian lahan untuk tanaman karet dapat dijumpai pada halaman lampiran.
Lahan di kabupaten bandung berdasarkan data yang diperoleh dan diproyeksikan
dalam file shp, tidak semua lahan dapat ditanami karet. Sehingga dilakukan
analisis terhadap luas lahan yang dapat ditanami karet seperti pada gambar 8.

Gambar 9 Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman karet

Gambar 9 diatas menerangkan luasan masing-masing landsystem yang


terdapat di Kabupaten Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh karet dapat
ditanam pada landsystem barong tongkak, Cikadu dan Buludowang yang
tergolong kedalam kelas S1. Sedangkan landsystem Hilboru masuk kedalam kelas
S1 dan S2, yakni perlu dilakukan beberapa treatment untuk mencapai produksi
maksimum dari karet. Landsystem Tanggamus, Bukit Masung, Maput, Kelung,
dan Pendreh tergolong kedalam kelas N atau tidak sesuai untuk ditanami karet.

Gambar 10 Luas masing-masing kelas kesesuaian lahan untuk tanaman karet

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam gambar 10, dapat diketahui bahwa luas
lahan yang dapat ditanami karet (kelas S1) seluas 16638,4 ha. Kelas S2 seluas
2200 ha, kelas N seluas 11714,13 ha, dan luas daerah tidak terdefenisi (air) 4,6 ha.
Curah Hujan
Curah hujan optimal pada tanaman karet berada pada kisaran 1500-2000
mm/tahun. Dimana pada lahan kelas S1, S2, dan S3 ketinggiannya berada
disekitarn angka curah hujan optimal.

Tanah
Persyaratan kondisi tanah yang sesuai dengan pertumbuhan karet adalah
berdrainase cukup baik, tekstur halus dengan lereng < 8% dan bahaya erosi
rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, tanah pada landsystem Buludowang
tergolong kedalam kelas S1, Cikadu dan Barong Tongkak tergolong kedalam
kelas S2.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Achmad. 2008. Kesesuaian Lahan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
Berdasarkan Aspek Agroklimat di Sulawesi Tenggara. Skripsi. Departemen
Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Institut Pertanian Bogor
Tjokrokusumo, Sabaruddin W. 2002. Kelas Kesesuaian Lahan sebagai Dasar
Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan di Daerah Aliran Sungai.
Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol.3 No.2 Hal 136-143.

LAMPIRAN I PERBANDINGAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DAN


KARET

Anda mungkin juga menyukai