Anda di halaman 1dari 7

6. Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem sawah Gambar 9.

Model integrasi Sederhana di Ekosistem


Sistem sawah merupakan teknik budidaya yang tinggi, Sawah
terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air,
sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi pula, dampak
yang dapat dirasakan adalah kesuburan tanah dapat
dipertahankan. Hal ini dicapai dengan sistem pengairan yang
sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan
potensi yang besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau
menggunakan sistem sawah.

a. Integrasi Sederhana
Ekosistem lahan sawah (irigasi) memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Sumber : Suprio Guntoro (2011)
agroekosistem lainnya terutama karena faktor
ketersediaan air. Umumnya, pada agroekosistem sawah
Selain mengurangi resiko dampak perubahan
(dengan komoditas utama padi dan palawija) padi
ikilm penerapan model pertanian teknoekologis di
ditanam dua kali dan palawija ditanam satu kali per
ekosistem sawah juga akan membuka peluang petani
tahun. Untuk menerapkan model pertanian tekno-
sawah untuk meningkatkan pendapatannya. Untuk
ekologis, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menerapakan model pertaanian tekno ekologis langkah
menambah komoditas baru, yakni sapi atau kerbau.
pertama yang harus dilakukan adalah menambah
komoditas baru yakni sapi atau kerbau. Limbah padi
dan palawija berupa jerami bisa dimanfaatkan untuk
pakan. Begitu pula limbah sapi atau kerbau (berupa
kotoran dan urine) bisa dijadikan pupuk bagi tanaman
padi atau palawija. Dengan integrase sederhana ini,
petani sudah bisa memperoleh pendapatan baru dari
ternak sapi, sekaligus menekan biaya untuk pupuk.

189 190
b. Interaksi kompleks menghemat benih, yang biasanya dibutuhkan 25-30
Pada model integrase sederhana yang kg/ha menjadi 20 kg/ha.
memadukan padi, palawija, dan ternak, kita dapat
mengembangkan integrase yang lebih kompleks. Jika Gambar 10. Model integrasi Kompleks di Ekosistem
penanaman padi bisa dilakukan dua kali dalam setahun Sawah
atau lebih, maka saat itu bisa dibudidayakan ikan dalam
areal pertanaman padi (mina padi). Saat tersedia air di
pertanaman padi, petani juga bisa membudidayakan
azolla. Azolla adalah tumbuhan air yang daunnya dapat
mengikat nitrogen di udara, sehingga azolla banyak
mengandung protein. Ikan yang dibudidayakan dapat
memanfaatkan berbagai zat makanan dari jasad renik
yang hidup di sela-sela tanaman padi dan azolla.
Sebaliknya, kotoran ikan bisa menjadi sumber nutrisi
bagi tanaman padi dan azolla. Tanaman azolla bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk, yaitu dengan
menenggalamkan tanaman ini ke dalam lumpur di sela-
sela tanaman padi, dan bias juga di buat jadi pakan
ternak.
Lebih bagus lagi kalau ada pengolahan gabah Sumber : Suprio guntoro (2011)
di sekitar sawah karena dedk dan sekam bisa pakan
untuk ternak sapi, domba, dan ikan. Kalau Selain dimanfaatkan sebagai pakan sapi, jerami
memungkinkan bisa ditambah dengan itik. Jarak tanam padi juga bisa dijadikan sebagai media budi daya jamur.
padi harus ditata untuk memberi ruang yang cukup bagi Dari produksi jamur ini bisa dijual produk dalam bentuk
itik, tiktok, dan ikan. Sistem tandur jajar legowo yang jamur mentah, diolah menjadi keripik jamur, asinan
cocok untuk mina padi dibuat pola tanam dengan jarak jamur, dan lain-lain. Jika semua komoditas di ekosistem
antar-baris yang sempit (20 cm) dan antara dua barisan sawah ini ditata dengan baik, maka petani akan
dengan dua barisan yang lain dibuat jarak yang legowo menghasilkan produk seperti beras, telor, daging itik,
selebar 40 cm. Dengan sistem tandur jajar legowo akan ikan, jamur, kompos dan bio gas.

191 192
Ada beberapa kendala dalam melakukan model Gambar 11. Model integrasi di ekosistem pertanian
pertanian tekno-ekologis di sawah antara lain : urban
1) Rendahnya pengetahuan dan kesadaran petani
terhadap potensi ekosistem di lingkungannya.
2) Ancaman terhadap budi daya ikan dan ternak di
sawah karena pencemaran air oleh pestisida.
3) Faktor keamanan, rasa takut memelihara ternak di
pematang sawah.
4) Terbatasnya laham dan modal dalam
pengembangan komoditas secara diversifikasi.

7. Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem


Kawasan Urban
a. Integrasi sederhana
Ekosistem kawasan urban dicirikan oleh
pemukiman yang padat. tanaman yang banyak
dikembangkan adalah tanaman semusim yakni
holtikultura seperti sayur, buah-buahan juga tanaman
hias. Dikawasan ini banyak terdapat limbah sampah Sumber : Suprio guntoro (2011)
baik berupa sampah organik maupun anorganik.
Sampah organik dapat dimanfaatkan untuk berbagai b. Integrasi Kompleks
kepentingan seperti pupuk, sumber pakan, biogas dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK terbuka
kemungkinan adanya komoditas-komoditas yang dapat
di integrasikan kedalam model pertanian tekno ekologis
dikawasan urban sehingga menjadi lebih kompleks.

193 194
Gambar 12. Proses pengolahan sampah organik untuk pepohonan yang biasa ditanam sebagai tanaman pagar,
pakan ternak tanaman sela, atau tanaman peneduh jalan di kawasan
urban, seperti tanaman kapuk randu, akasia, dan
angsana.
Hasil ternak berupa daging bisa disuplai ke
restoran, pasar atau hotel, sedangkan limbahnya
(kotoran dan urine) bisa dimasukkan dalam digester
untuk memproduksi biogas sebagai sumber energy
untuk memasak atau penerangan. Sementara itu, limbah
biogas berupa slurry dan sludge, di proses lebih lanju
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk cair dan padat.
Pupuk ini dapat mendorong pengembangan tanaman
hortikultura (sayur-mayur dan buah-buahan semusim)
yang bisa ditanam di pekarangan rumah, lahan tidur,
dan lahan-lahan lain. Dengan demikian akan terbentuk
rantai ekosistem yang tertutup secara integrative antara
kegiatan pasar, hotel, atau restoran dengan usaha
perternakan dan hortikultura. Di samping dapat
membantu menambah lapangan kerja, berkembangnya
pertanian di kawasan urban. Untuk kedepannya
mungkin ada komoditas lain yang dapat diintegrasikan
ke dalam model pertanian tekno-ekologis yang sudah
Sumber : Suprio Guntoro (2011)
terbentuk di kawasan urban, sehigga integrasi ini
semakin kompleks dan bervariasi.
Ternak ruminosa (sapi, kerbau, kambing, dan
Kendala yang mungkin dihadapi dalam
domba) lebih muda di integrasikan dengan pemanfaatan
implementasi model pertanian tekno-ekologis di
sampah organik. Sedangkan ternak nonruminansia
ekosistem sub-urban sebagai berikut:
(ternak monogastrik seperti ayam dan itik) bisa
1) Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan
diintegrasikan dengan limbah kota yang berasal dari
masyarakat di kawasan sub-urban tentang potensi
hotel atau restoran. Selain dari pasar, resotoran, dan
ekosistem.
hotel, pasokan limbah juga bisa berasal dari limbah

195 196
2) Adanya kebiasaan membuang sampah yang tanpa Gambar 13. Model integrasi sederhana di ekosistem
memilah antara yang organik dan anorganik. Hal pantai
ini menyebabkan proses produksi pakan dan
pupuk berbasis sampah menjadi mahal dan agak
lama.
3) Adanya kemnungkinan sampah organik
mengandung limbah-limbah beracun yang berasal
dari rumah sakit, pabrik tekstil dan lain-lain.
4) Masih kurangnya fasilitas pengolahan limbah atau
sampah serta dukungan dari pihak terkait.

8. Model pertanian Tekno Ekologis di Ekosistem Pantai

a. Integrasi Sederhana
Dikawasan pantai, umumnya penduduk bermata
pencaharian nelayan, para nelayan kecil sarana
Sumber : Suprio Guntoro (2011)
penangkap ikannya masih sangat sederhana tidak heran
kondisi ekonomi sebagian nelayan masih
b. Integrasi Kompleks
menggembirakan padahal pada masa mendatang
gelombang pasang dan badai diramalkan akan sering Dengan sumber daya alam yang relative besar
terjadi, maka dari itu nelayan memerlukan pembinaan dikawasan pantai penerapan model integrasi yang
untuk menguasai kegiatan-kegiatan lain di luar kompleks pada rantai ekosistem akan menciptakan
keterampilan menangkapkan ikan. lapangan kerja dan jenis produk yang banyak dengan
Umumnya dikawasan kering dekat pantai di sedikit menggunakan teknologi. Diharapkan dapat
dominasi oleh tanaman kelapa, buah kelapa dapat memperbaiki kehidupan para nelayan dimasa depan,
dimanfaatkan untuk berbagai macam produk selain selain itu diharapkan juga pantai bisa ditumbuhkan desa
dalam bentuk utuh, temprung dan sabut kelapa dapat yang mandiri dengan 4 aspek yaitu: pangan, pakan,
dijadikan bahan industri rumah tangga melalui proses pupuk dan energi.
pirolisis/pemanasan.

197 198
Gambar 14. Model integrasi kompleks di ekosistem bisa diterapkan dengan sistem integrasi sederhana atau
pantai integrasi kompleks.
Dari aspek ekologi, model pertanian tekno-ekologis
berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal
melalui siklus produksi tertutup guna menekan penggunaan
bahan-bahan anorganik (kimiawi). Implikasinya, model tekno-
ekologis ini akan dapat mendukung kelestarian ekosistem. Jika
penerapannya didukung oleh aplikasi teknologi yang bersifat
adaptasi dan mitigasi secara terencana dan terarah, model
pertanian tekno-ekologis dapat membantu petani dalam
menyikapi fenomena global perubahan iklim yang semakin
ekstrem.

Pustaka
Guntoro, Suprio. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-
Ekologis. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT Meditatama
Sumber: Suprio Guntoro (2011) Sarana Perkasa. Jakarta.
Wisnu, Sukardi. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra
Gama Widya. Yokyakarta.
B. Rangkuman
Yuwono, Triwibowo dkk. 2016. Pembangunan Pertanian
Ada beberapa penerapan model pertanian tekno- Membangun Kedaulatan Pangan. Gadjah Mada
ekologis yang bisa diterapkan di Indonesia, yaitu model University Press. Yokyakarta.
pertanian tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim Yudono, Prapto dkk. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Gadjah
basah, tekno-ekologis di lahan kering beriklim kering, tekno- Mada University Press.
ekologis di ekosistem sawah, tekno-ekologis di ekosistem
kawasan urban, tekno-ekologis di ekosistem pantai. Tekno-
ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah di antaranya
diterapkan pada perkebunan kopi dan kakao. Setiap metode

199 200

Anda mungkin juga menyukai