Abstract: Pengembangan usaha ternak harus didukung dengan pengembangan industri pakan melalui
optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber bahan baku lokal spesifik lokasi dan berorientasi pada pola integrasi
tanaman-ternak. Pakan di daerah tropis kebanyakan bermutu rend ah dengan serat kasar yang tinggi. Keadaan ini
merupakan tantangan bagi sub sektor peternakan, karena perlu mencari pakan alternatif untuk meningkatkan
produksi ternak. Fungsi mahasiswa sangat strategis dalam mewujudkan kondisi yang dihadapi oleh masyaraka t
pedesaan. Sinergi antara mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)memberikan informasi
sekaligus mempraktikan temuan-temuan baru yang diperoleh di bangku Perguruan Tinggi. Potensi bahan baku
lokal berupa limbah pertanian, perkebunan da n agroindustri sangat besar, namun hanya sebagian kecil yang
digunakan sebagai pakan. Jumlah limbah yang banyak tersebut, sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagaimana
mestinya hanya dibiarkan menumpuk pada tempat -tempat pengolahan tepung sagu sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pemberdayaan dan pembinaan yang meliputi
introduksi teknologi, penata laksanaan budidaya, manajemen pakan yang akan memanfaatkan limbah ampas sagu
yang sangat berlimpah dengan masyarakat sasaran bekerjasama Kwarda Hisbul Watan dan Pemuda Karang
Taruna Kota Palopo. Program KKN-PPM yang dilaksanakan menghasilkan luaran berupa (1) Metode Rencana
Bisnis untuk pengembangan Usaha Pakan Ternak ayam buras dan itik; (2) Teknologi tepat guna dalam
pemanfaatan Limbah ampas sagu; (3) Terjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) Produk berupa Pakan
ternak komersil skala industri kecil.
Sagu merupakan salah satu sumber daya alam limbah pertanian, perkebunan & agroindustri yang
nabati di Indonesia yang mulai akhir tahun 70-an belum dimanfaatkan. Teknologi pakan lengkap
semakin meningkat pemanfaatannya sebagai (completefeed) merupakan salah satu
akibat dari program pemanfaatan swasembada metoda/teknik pembuatan pakan yang digunakan
pangan nasional. Potensi lestari produksi sagu untuk meningkatkan pemanfaatan limbah
sebesar 5.000.000 ton per tahun, namun yang baru pertanian atau perkebunan dan limbah agroindustri
dimanfaatkan sebesar 200.000 ton per tahun. melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik
Pada pengolahan sagu terdapat limbah atau dan suplementasi untuk produksi pakan ternak
hasil ikutan yang berupa kulit batang dan ampas. unggas.
Ampas yang dihasilkan dari proses ekstraksi ini Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha
sekitar 14% dari total berat basah batang sagu peternakan adalah belum tercukupinya kebutuhan
(Flach, 1997). Di sentra-sentra produksi, limbah nutrisi terutama protein dan nutrisi pakan,
ampas sagu pada umumnya belum dimanfaatkan sehingga ternak belum dapat tumbuh dan
dan ditumpuk begitu saja yang pada akhirnya akan berkembang dengan baik. Pakan di daerah tropis
mencemari lingkungan (Kompiang, 1995). kebanyakan bermutu rendah dengan serat kasar
Ampas sagu (Metroxylon sago) merupakan yang tinggi. Keadaan ini merupakan tantangan
limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu, bagi sub sektor peternakan, karena perlu mencari
dimana dalam proses tersebut diperoleh tepung pakan alternatif untuk meningkatkan produksi
dan ampas sagu dalam perbandingan 1 : 6, yang ternak.
kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. Identifikasi beberapa Permasalahan di
Ampas yang dihasilkan dari proses extraksi ini masyarakat pedesaan khususnya Kelurahan
sekitar 14% dari total berat basah batang sagu Pentojongan Kecamatan Telluwanua yaitu:
(Flach, 1997 dan Rumalatu, 1981). Jumlah limbah 1. Lemahnya pengetahuan teknis masyarakat
yang banyak tersebut, sampai saat ini belum petani sagu di pedesaan mengenai potensi
dimanfaatkan sebagaimana mestinya hanya nilai ekonomis limbah ampas sagu.
dibiarkan menumpuk pada tempat - tempat 2. Perlunya penyeliaan dan transfer teknologi
pengolahan tepung sagu sehingga menyebabkan bagaimana proses mengupayakan limbah
pencemaran lingkungan. Kalaupun ada ternak ampas sagu yang berlimpah menjadi bahan
yang memanfaatkannya, hanya ternak-ternak yang dasar pakan ternak yang memiliki nilai
berada di sekitar lokasi pengolahan tepung sagu, ekonomis tinggi.
yang langsung mengkonsumsi di tempat 3. Perlunya pelatihan mengenai penatalaksanaan
penumpukan ampas tanpa dikontrol. pengelolaan usaha pengolahan limbah ampas
Potensi bahan baku lokal berupa limbah sagu sebagai bahan dasar pakan ternak unggas
pertanian, perkebunan dan agroindustri sangat dan ruminansia.
besar, namun hanya sebagian kecil yang
digunakan sebagai pakan. Masih banyak jenis
Keberhasilan pembuatan silase berarti tergantung cepat lambatnya proses silase. Setelah
memaksimalkan kandungan nutrien yang dapat 3 minggu diambil sampel silase ampas sagu
diawetkan. Selain bahan kering, kandungan gula sebanyak 500 gram untuk dianalisis kandungan
bahan juga merupakan faktor penting bagi nutriennya (Kiston et al., 2011)
perkembangan bakteri pembentuk asam laktat Bahan penyusun konsentrat adalah dedak
selama proses fermentasi (Khan et al., 2004) Pada halus, jagung giling, bungkil kelapa, urea, tepung
fase awal proses ensilase, enzim yang bekerja ikan, tepung tulang, ultramineral dan garam.
dalam proses respirasi pada bahan mengoksidasi Konsentrat ketiga perlakuan pakan memiliki
karbohidrat yang terlarut, menghasilkan panas dan kandungan energi dan protein yang berbeda,
menggunakan gulagula yang seyogyanya siap sehingga setelah diketahui kandungan nutrisi silase
pakai untuk proses fermentasi. Kehilangan gula limbah sagu maka setiap perlakuan pakan
pada proses respirasi merupakan hal yang diupayakan memiliki kandungan energy (DE 2,8
menyulitkan baik dari sudut pandang pengawetan kkal/kg) dan protein (16%)
melalui proses pembuatan silase maupun dari segi Teknologi Fermentasi Untuk Pembuatan Pakan
Ternak Unggas
nilai nutrisinya. Gula merupakan substrat bagi
Yang membedakan penggunaan teknologi
bakteri penghasil asam laktat yang akan
ini dengan yang pertama adalah bentuk pakan
menghasilkan asam yang berfungsi sebagai
ternak yang dihasilkan yang mana pada
pengawet bahan yang disilase tersebut.
penggunaan teknologi dengan proses yang pertama
Tahap awal pembuatan silase adalah
pakan akan limbah akan dibiarkan basah dan di
melakukan pencacahan ampas sagu dengan
jaga untuk tetap dalam keadaan segar. Metode
menggunakan mesin pencacah, kemudian
yang kedua adalah ditujukan untuk memperoleh
melakukan pengurangan kadar air ampas sagu
hasil pakan yang dapat diawetkan berbentuk
(menggunakan panas matahari) selama ± 6 – 8 jam
kering yang cocok untuk pemberian ransum pakan
tergantung intensitas sinar matahari sehingga
jenis unggas. Faktor keterbatasan potensi
kadar air limbah sagu tersebut berkisar 50 – 55%,
penggunaan limbah ampas sagu sebagai pakan
kemudian diproses menjadi silase melalui cara
ternak unggas adalah karena kandungan protein
dicampur dengan bahan aditif yaitu molases/ gula
kasarnya rendah dan memiliki serat kasar tinggi.
tetes 15% untuk merangsang aktivitas mikroba
Untuk mendapatkan pakan yang kaya akan
dalam proses fermentasi pembuatan silase, serta
kandungan protein dan vitamin pada limbah ampas
untuk meningkatkan kandungan energi dan protein
sagu maka Ampas sagu diolah dengan
silase yang dihasilkan nantinya. Setelah dicampur
menggunakan teknologi fermentasi.
merata dimasukkan ke dalam kantong (dua lapis)
Teknologi fermentasi ini untuk
dengan ukuran 50 kg, dipadatkan untuk
meningkatkan kadar protein ampas sagu hgga
meminimumkan udara (proses fermentasi
14%. Adapun prosedur dan teknik fermentasi
anaerob). Kemudian disimpan ditempat teduh
ampas sagu sama denngan prosedur Fermentasi
(bebas sinar matahari) selama ± 3 minggu
yang sudah lazim. Tahapan fermentasi limbah negatif, mudah dilakukan, relatif tidak
ampas sagu ini adalah: membutuhkan peralatan khusus dan biaya relatif
1. Limbah ampas sagu terlebih dahulu di murah sehingga masyarakat dan petani mitra
masukan dalam mesin pencacah untuk KKN-PPM di Kelurahan Pentojangan Kecamatan
mengecilkan ukurannya, kemudian langkah Telluawanua Palopo mampu mempratikannya
selanjutnya ampas sagu yang telah dicacah di tanpa menghadapi kendala yang berarti.
jemur sampai kering, selanjutnya diayak
untuk memisahkan tepung elasagu dari serat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Tepung ampas sagu kering dibasahi sampai
lembab (basah), lalu dilakukan pengukusan Pelaksanaan program KKN-PPM dalam
selama 30 menit atau sampai terasa lengket. kegiatan pemanfaatan limbah ampas sagu
3. Ampas sagu yang telah dikukus/ matang (Metroxylon Sagu) di Kelurahan Pentojangan
dibiarkan hingga dingin betul, kemudian di Kecamatan Telluwanua berupa pelatihan dan
timbang dan ditambahkan urea sebanyak 3% pendampingan pada aspek teknis pembuatan pakan
dari berat ela sagu basah kemudian diaduk ternak dengan bahan dasar ampas sagu.
hingga merata, lalu tambahkan Aspergillus Seluruh peserta yang terlibat dalam program
niger (dapat menggunakan ragi tape) KKN-PPM diberikan pembekalan sebelum
sebanyak 3-5 gram/kg ela sagu, kemudian diterjunkan pada lokasi KKN-PPM.
campurkan hingga homogen.
4. Ampas sagu yang telah diberikan ragi
(Aspegillus niger) ditempatkan dalam wadah
yang bersih, bebas air dan minyak, kemudian
tutup rapat hingga antara 48-72 jam kemudian
Pel a ksana a n Pembeka l a n Pes erta KKN-PPM
baru dibuka.
5. Ampas sagu yang telah mengalami fermentasi Mekanisme pelaksanaan kegiatan
sempurna memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pemberdayaan Masyarakat terhadap pemanfaatan
aromanya tercium sangat khas buah atau limbah ampas sagu. Materi persiapan dan
beraroma seperti tape ketan, warnanya aga pembekalan KKN-PPM yang diberikan kepada
kemerahan, teksturnya lembut dan rasanya mahasiswa adalah sebagai berikut:
agak manis. Hasil fermentasi kemudian 1. Pelatihan pembuatan pakan ternak yang
dijemur (atau menggunakan mesin pengering) meliputi;
sampai kering dan siap di kemas atau Identifikasi bahan baku (Ampas sagu)
digunakan dalam sebagai rangsum pakan yang baik dan masih layak untuk di proses
unggas. lebih lanjut menjadi bahan dasar
Proses fermentasi mempunyai kelebihan pembuatan pakan ternak.
antara lain tidak memiliki efek samping yang
10 | J u r n a l E q u i l i b r i u m , Vo l. 0 6 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 06 No. 01 Februari Jurnal Equilibrium ISSN 2089-2152
- Pelatihan: pelatihan dilakukan sebelum pada lingkup pada teknik dan proses
pelaksanaan dilapangan. Jenis pelatihan yang pengolahan pakan ternak sehingga dihasilkan
dilakukan diantaranya teknik pengolahan produk yang baik. Perbaikan teknologi melalui
limbah ampas sagu dan hasil, pemasaran serta penggunaan mesin pencacah, wadah untuk
teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. memasak menggunakan biogas sehingga
Hal ini penting karena tanpa penyiapan diperoleh efisiensi dan efektivitas proses
sumberdaya yang memeiliki keterampilan produksi.
dibidangnya, keberhasilan adalah keniscayaan - Indikator ketercapaian target meningkatnya
Pelaksanaan: pelaksanaan kegiatan kepedulian dan empati mahasiswa kepada
dilaksanakan oleh kelompok dengan pengawalan permasalahan masyarakat ekonomi kurang
teknologi oleh pengabdi (dosen pengusul) dan mampu dengan segala permasalahan di dalam
pendampingan antara lain oleh penyuluh dan masyarakat, sehingga terjadi perubahan
petani andalan. Secara bertahap dalam perilaku mahasiswa secara signifikan.
pelaksanaannya menuju pada pencapaian
kemandirian dan peningkatan kesejahteraan.
Proses pembuatan ampas sagu sebagai bahan dasar
pakan ternak dilakukan secara Fermentasi.
Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan para petani ternak di Proses Pelaksanaan Kegiatan KKN-PPM
Kelurahan Pentojangan dalam memanfaatkan dan Monitoring dan Evaluasi terhadap kegiatan
membuat ampas sagu sebagai bahan dasar pakan Program KKN-PPM dilaksanakan untuk
ternak. mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan
Ketercapaian Target dan Luaran dan menilai kesesuai kegiatan yang telah
Dalam jangka panjang program KKN-PPM dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat
ini adalah peningkatan keberdayaan masyarakat dibentuk oleh kelompok dan dapat juga berfungsi
melalui peningkatan income perkapita akibat sebagai motivator bagi pengurus, anggota
sentuhan pada sektor usaha/ekonomi, peningkatan kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang
indeks pembangunan manusia mengingat sentuhan berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang
peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersedia dilingkungannya agar berlangsung lestari
masyarakat di kelurahan pentojangan, pada aspek
partisipasi penduduk kelurahan Pentojangan baik SIMPULAN
pria maupun wanita. Adpun hasil capaian program Indikator keberhasilan kegiatan KKN-PPM
KKN-PPM yakni antara lain: Pemberdayaan Pemanfaatan Limbah Ampas Sagu
- Peningkatan partisipasi dan kinerja produksi (Metroxylon Sagu) Sebagai Bahan Dasar Pakan
pada tingkat masyarakat pengrajin limbah Ternak Unggas Di Kelurahan Pentojangan Palopo,
ampas sagu. Perbaikan sistem produksi baik Sulawesi Selatan: kemampuan mahasiswa dalam
11 | J u r n a l E q u i l i b r i u m , Vo l. 0 6 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 06 No. 01 Februari Jurnal Equilibrium ISSN 2089-2152
12 | J u r n a l E q u i l i b r i u m , Vo l. 0 6 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 06 No. 01 Februari Jurnal Equilibrium ISSN 2089-2152
Gittinger, James Price. 1986. Analisa ekonomi Seram Barat. Karya Ilmiah. Fakultas
Proyek-proyek Pertanian, Universitas Pertanian/Kehutanan yang berafiliasi
Indonesia Press. Jakarta. dengan Fateta IPB, Bogor.
Khan, M.A., M. Sarwar and M.M.S. Khan. 2004. Sapieza, D.A. dan K.K. Bolsen. 1993. Teknologi
Feeding value of urea treated corncobs Silase (Penanaman, Pembuatan dan
ensiled with or without enzose (corn Pemberiannya pada Ternak). Penerjemah:
dextrose) for lactating crossbred cows. Martoyondo Rini B.S.
Asian-Australia Journal Animimal Science.
8: 1093 – 1097. Siri, S., H. Tabioka dan I. Tasaki. 1992. Effec of
dietary fibre on utilization of energy and
Kiston Simanihuruk, A. Chaniago dan J. Sirait. protein in chickens. Poultry Science
Silase ampas sagu sebagai pakan dasar pada Journal. 29 : 23-28.
Kambing kacang sedang tumbuh. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Townsend, P. K., 1977. 'The Cultural Ecology of
Veteriner 2011. Prosiding. Sago in New Guinea.' In K. Tan (ed.) Sago-
76: Papers of the First International Sago
Kompiang, I.P. 1995. Kumpulan Hasil Penelitian Symposium, pp. 91-95.
Ternak Unggas dan Aneka Ternak. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi. Trisnowati, 1991. Kecernaan in vitro Ampas Sagu
Metroxylon yang Diperlakukan Secara
Mirnawati dan G. Ciptaan. 1999. Pemakaian Biologis. Skripsi. Fakultas Peternakan
empulur sagu (metroxilon sp) fermentasi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
dalam ransum terhadap retensi nitrogen dan
rasio efisiensi protein pada ayam Broiler. Uhi, H.T., Usman,. S. Tirajoh, dan B. Tiro. 1997.
Jurnal Ilmu Peternakan dan Lingkungan. Pengkajian pemanfaatan pakan ternak
5(01) : 8-12. potensial di Irian Jaya. Laporan Hasil
Pengkajian LPTP Koya Barat, Jayapura.
Nurdin. M. 1995. Pemanfaatan Ampas Sagu
Sebagai Subtrat Pembuatan Protein Sel Harry Tum dan Batsebat Wiro (1999).
Tunggal. Laporan Hasil Penelitian, Pemanfaatan Ampas Sagu (Metroxylon
Lembaga Penelitian Unhalu. Kendari. Sagu) Sebagai Pakan Ayam. Seminar
Nasional dan Veteriner.
NRC. 1981. Nutrient Requirement of Goats:
Angora, Dairy, and Meat Goats in Vyas, V.S, “Some Aspect of Struktural Change in
Temperate and Tropical Countries. National Indian Agriculture,” Indian J. Agri.
Academy Pr., Washington DC. Economics., vol. XXXIV, No. Januari-
Maret 1979.
Nurkurnia, E. 1989. Hasil Fermentasi Rumen
Kambing Kacang Betina dengan Pemberian Wahyuni, H.I., I. Mangisah, dan N. Suthama.2008.
Beberapa Tingkat Ampas Sagu (Metroxylon Pengaruh Pakan Berserat Tinggi dan
sp.) dalam Ransum. Skripsi. Fakultas Probiotik dalam Ransum terhadap
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pertumbuhan Organ Pencernaan, Kecernaan
Ransum dan Kinerja Itik. Laporan
Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian Penelitian Kegiatan A3 Jurusan Nutrisi dan
sebagai penghasil dan pengguna energy Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
terbarukan. Perspektif 6(2): 84 – 92. Universitas Diponegoro, Semarang.
13 | J u r n a l E q u i l i b r i u m , Vo l. 0 6 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017