3
Journal of Tropical Animal Production OPEN ACCES Freely Available Online
Vol 21, No. 1 pp. 23-38, Juni 2020
ABSTRAK
Pakan merupakan faktor sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan.
Ternak ruminansia sangat bergantung pada pakan hijauan. Di sisi lain, ketersediaan pakan
hijauan sangat berfluktuasi, melimpah di musim hujan tetapi minim di saat musim kemarau..
Jerami jagung adalah produk limbah samping pertanian yang berpotensi digunakan sebagai
alternatif untuk pakan ternak ruminansia. Menggunakan jerami jagung sebagai pakan ternak
untuk hewan ruminansia dapat membantu menyelesaikan masalah kekurangan pakan ternak
terutama di musim kemarau. Penggunaan jerami jagung sebagai pakan ternak terbatas karena
daya cerna yang rendah. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengatasi nilai gizi jerami
jagung yang terbatas seperti membuat hay dan silase sehingga kandungan nutrisinya dapat
ditingkatkan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan ulasan singkat tentang metode untuk
meningkatkan nilai gizi jerami jagung sehingga dapat meningkatkan produktivitas ruminansia.
How to cite : Yanuartono., Indarjulianto, S., Nururrozi, A., Raharjo, S., & Purnamaningsih,
H. 2020. Metode Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Jagung Sebagai Pakan
Ternak Ruminansia. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal
Production Vol 21, No 1 (23-38)
ABSTRACT
Feed is a very important factor in supporting the success of livestock business. Ruminant
livestock rely heavily on forage feed. On the other hand, availability forage feed is very
fluctuating, abundant in the rainy season and lack of dry season. Corn stover is an agricultural
by product that can be potentially used as an alternative for ruminant livestock feed. Using
corn stover as fodder for ruminant animals could solve the problems of fodder shortage
especially in the dry season. The use of corn stover as livestock feed is limited due to inherently
low digestibility. Various methods can be used to overcome the limited nutritional value of
corn stover such as making hay and silage so that the nutritional content can be increased.
This paper aims to provide a brief review of methods for increasing the nutritional value of
corn straw so as to increase the productivity of ruminants.
sesuai dengan fungsinya sehingga nilai hemiselulosa dan lignin (Mussatto &
nutrisinya juga akan berbeda. Perbedaan Teixeira, 2010). Dekomposisi bahan
komposisi dapat juga dipengaruhi oleh organik lignoselulosa yang mengandung
varietas, manajemen pengelolaan tanaman selulosa, hemiselulosa dan lignin dari jerami
dan pengolahan lahan (Monono et al., jagung berlangsung sangat lambat sehingga
2013), jenis atau struktur tanah, stress untuk mempercepat proses degradasi perlu
kekeringan (Schittenhelm, 2010), kepadatan dilakukan pretreatment bahan pakan
jarak tanam (Hansey and De Leon, 2011) (Deublein dan Steinhauser, 2008;
dan stadium pertumbuhan tanaman Taherzadeh and Karimi, 2008).
(Pordesimo et al., 2005). Hasil penelitian di Pretreatment merupakan merupakan
atas menunjukkan bahwa kendala utama perlakuan pendahuluan terhadap
penggunaan jerami jagung sebagai pakan lignoselulosa sehingga mempermudah
adalah nilai nutrisi yang rendah terutama pelepasan hemiselulosa dan selulosa
tingginya kandungan serat kasar tetapi (Dashtban et al., 2009). Tujuan dari
protein rendah. Kandungan serat kasar yang pretreatment adalah untuk memecah atau
tinggi menyebabkan rendahnya kecernaan melonggarkan struktur lignin sehingga
jerami jagung. Berbagai metode dapat enzim dapat masuk ke dalam untuk
dilakukan untuk mengatasi keterbatasan memecah hemiselulosa dan selulosa (Kumar
nilai nutrisi jerami jagung seperti pembuatan et al., 2009). Pretreatment dapat dilakukan
hay dan silase sehingga kandungan dengan tiga cara yaitu secara fisik atau
nutrisinya dapat ditingkatkan. mekanik, kimia, dan biologis (Jin and Chen,
2006; Vadiveloo and Fadel 2009 ;
MATERI DAN METODE Kucharska et al., 2018).
Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Jagung Pretreatment paling sederhana adalah
Jerami jagung banyak dimanfaatkan dengan metode mekanik yang berupa
sebagai pakan ternak, terutama di daerah pemotongan, penggilingan dan pencacahan
lahan kering dan pada saat musim kemarau. dapat meningkatkan hidrolisis enzimatik
Kendala pemanfaatan jerami jagung sebagai jerami jagung secara signifikan (Talebnia et
pakan adalah pada umumnya memiliki al., 2010). Metode yang lebih kompleks dan
kualitas rendah sehingga bila digunakan membutuhkan biaya besar adalah
sebagai pakan basal dibutuhkan pretreatment dengan menggunakan metode
penambahan bahan pakan yang memiliki kimiawi. Bermacam bahan kimia telah
kualitas yang baik seperti konsentrat atau digunakan sebagai pretreatment untuk
leguminosa untuk memenuhi kebutuhan menurunkan lignin dan hemiselulosa dari
nutrisi dan meningkatkan produktivitas jerami jagung seperti perlakuan alkali
ternak. dengan kapur atau CaCO3 (Harfiah dan Zain
Kendala tersebut dapat diatasi dengan Mide, 2014), perlakuan asam dengan HCl
berbagai metode pengolahan guna 5% (Kshirsagar et al., 2015), pelarut organik
meningkatkan nilai nutrisi jerami jagung. seperti asam asetat (Hsu et al., 2009) dan
Metode pengolahan yang paling sederhana penambahan urea (Ojeda-Delgado et al.,
adalah pembuatan hay jerami jagung 2018). Saat ini pretreatment biologis telah
meskipun pada kenyataanya sulit untuk banyak dikembangkan dengan
meningkatkan nilai gizinya karena lebih menggunakan berbagai macam
bertujuan untuk mengawetkan jerami mikroorganisme penghasil enzim yang
jagung setelah panen dan diberikan pada mampu menghidrolisis lignoselulose.
saat musim kering dimana hijauan sulit Mikroorganisme penghasil enzim tersebut
diperoleh. Lignoselulosa merupakan antara lain adalah Phanerochete
penyusun utama kompleks seluler pada chrysosporium, Coridus versicolor (Wang
dinding sel tumbuhan dan terdiri dari et al., 2013), Cyathus stercoreus, Pycnoporus
komponen selulosa yang diselubungi oleh sanguineus, Phlebia brevispora ( Saha et
al., 2016), Irpex lacteus (Xu et al., 2010), adanya jamur dalam baled corn stover
Cupriavidus basilensis dan Pandoraea sp. sehingga menurunkan nilai gizinya (Wendt
(Zhuo et al., 2018). Pretreatment tersebut et al., 2018). Paath et al. (2012) melakukan
pada akhirnya digunakan untuk proses penelitian kandungan nutrisi jerami jagung
fermentasi sehingga menghasilkan silase dari Minahasa Selatan yang dibuat hay
jerami jagung. Namun demikian sebaiknya dengan mengeringkan jerami jagung segar
materi atau bahan pretreatment tersebut melalui panas sinar matahari selama 3 hari.
dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
seperti akses peternak untuk hay jerami jagung mengandung 6,51% PK,
memperolehnya dengan mudah dan biaya 46,55% NDF dan 31,07 ADF. Hasil tersebut
murah sehingga dapat diterapkan di daerah menunjukkan bahwa jika dijadikan pakan
daerah peternakan yang terpencil. basal maka hay jerami jagung tidak dapat
Hay memenuhi kebutuhan minimal protein
Teknologi pembuatan hay jerami ruminansia sebesar 8% (Coleman et al.,
jagung merupakan teknologi yang paling 2003).
sederhana sehingga setiap peternak dapat Meskipun demikian, hasil tersebut
mengerjakannya. Di negara tropis, hay lebih tinggi jika dibandingkan dengan
dibuat dengan membiarkan sisa panen jerami jagung segar yang dari Sumatera
jagung dijemur di ladang sehingga diperoleh Barat yang memiliki kandungan PK 5,56%
jerami jagung yang kering hingga kadar air (BPTP Sumatera Barat, 2011). Hasil
tinggal 22-25% (Nouala et al., 2004). penelitian Sun et al. (2018) menunjukkan
Kelemahan pembuatan hay untuk peternak dampak positif dari pemberian jerami
skala kecil di daerah tropis adalah jagung yang ditambah hay alfalfa pada
ketergantungan dengan panas yang berasal penampilan dan karakteristik karkas domba.
dari sinar matahari. Kelemahan yang lain hasil tersebut tercapai melalui pemberian
adalah suhu dan kelembaban yang tinggi jerami jagung yang ditambah hay alfalfa
mengakibatkan jamur tumbuh dengan dengan perbandingan 40:60. Hay jerami
mudah jika penyimpanannya tidak jagung jika diberikan sebagai pakan tunggal
memenuhi persyaratan. Syarat penyimpanan pada kenyataanya tidak dapat digunakan
yang baik adalah ditempat kering sehingga untuk meningkatkan nilai nutrisinya, namun
dapat meminimalisir pertumbuhan jamur demikian dapat disimpan untuk digunakan
(Womac et al., 2005). pada saat musim kemarau dimana hijauan
Sedangkan di negara maju seperti sulit diperoleh.
Eropa dan Amerika, pembuatan hay Silase
melibatkan mesin untuk panen jerami Silase adalah pakan asal hijauan yang
jagung. Mesin tersebut digunakan memiliki kadar air tinggi hasil fermentasi yang
memotong dan mengeringkan dan diberikan kepada hewan ternak ruminansia.
selanjutnya jerami jagung kering dibuat Silase dapat juga didefinisikan sebagai
dalam bentuk bola (baled corn stover) pakan yang telah diawetkan yang diproses
berukuran besar untuk kemudian disimpan dari bahan baku yang berupa tanaman
sebelum diberikan sebagai pakan ternak hijauan, limbah industri pertanian, serta
(Glassner et al., 1998). Hambatan pada bahan pakan alami lainya, dengan kadar air
pemanfaatan baled corn stover adalah jika pada tertentu kemudian di masukan dalam
kandungan batang lebih dominan akan sebuah tempat yang tertutup rapat kedap
menurunkan palatabilitas (Meteer, 2014). udara, yang biasa disebut dengan silo
Metode untuk meningkatkan palatabilitas (Gibson and Ronald, 1999; Griswold et al.,
baled corn stover tersebut adalah dengan 2010). Silase pada umumnya dibuat dari
mencacahnya sehingga ukuran partikel rumput (Gramineae) atau limbah pertanian
menjadi lebih kecil. hal lain yang patut seperti jerami padi, jerami jagung dan jerami
mendapatkan perhatian peternak adalah gandum (Rotz, 2003). Di banyak negara,
silase jerami jagung merupakan pakan yang dengan jumlah yang kecil karena bersifat
lebih banyak dipilih jika dibandingkan toksik. Keracunan dapat terjadi jika
dengan hijauan maupun limbah pertanian campuran pakan yang mengandung urea
lain karena silase jagung lebih optimal diberikan dalam jumlah besar tanpa adaptasi
dalam menghasilkan nutrisi yang mudah terlebih dahulu (Narasimhalu et al., 1980).
dicerna serta mampu meningkatkan Amoniasi memiliki kemampuan untuk
performan ternak dan produksi susu melarutkan hemiselulosa serta memutuskan
(Church, 1991; Oullet et al., 2003; Keady, ikatan lignin dengan selulosa dan
2005). Menurut Wilkinson and Davies hemiselulosa (Klopfenstein, 1978; Kim et
(2013) dan Borreani et al. (2018) proses al., 2003). Menurut Van Soest (1982)
pembuatan silase umumnya dibagi dalam 4 amoniasi juga mampu melarutkan sebagian
fase, yaitu (1) fase aerobik awal sesaat silika yang banyak terkandung dalam
setelah panen (2) fase fermentasi (3) fase limbah pertanian seperti jerami padi maupun
stabil penyimpanan di dalam silo dan (4) jagung. Sampai saat ini, amoniasi dengan
fase pengeluaran pakan hasil fermentasi dari menggunakan urea merupakan metode yang
silo. Tujuan utama pembuatan silase adalah paling banyak digunakan untuk pembuatan
untuk mempertahankan kualitas kandungan silase jerami jagung guna meningkatkan
nutrisi yang terdapat pada hijauan atau nilai gizinya karena mudah diakses dengan
meningkatkan kualitas bahan pakan ternak harga yang terjangkau oleh peternak kecil.
asal limbah hijauan agar bisa disimpan Hasil penelitian oleh Kunkel et al. (1980)
dalam kurun waktu yang lama, untuk menunjukkan bahwa Anhydrous ammonia
kemudian diberikan pada saat musim (NH3) mampu meningkatkan nilai gizi
kemarau. Metode pembuatan silase jerami jagung. Abera et al. (2018)
memiliki banyak variasi dan dapat berdasarkan hasil penelitiannya
memanfaatkan berbagai macam bahan aditif menyimpulkan bahwa nilai gizi silase
untuk pembuatannya (Harrison et al., 1996). jerami jagung akan meningkat dengan
Metode pembuatan akan lebih tepat jika perlakuan urea dan molasses yang ditambah
disesuaikan dengan daerah atau lokasi pollard sehingga mampu meningkatkan
peternakan dimana diharapkan bahan bahan performans domba Hararghe Highland. Ali
aditif pembuatan silase dapat diperoleh et al. (2012) membuat 2 macam silase
dengan mudah. dengan bahan jerami jagung yang diberi
Berbagai macam contoh bahan aditif tambahan NH3 3% dan 5,8%.
pembuatan silase adalah urea, water soluble Hasil penelitiannya menunjukkan
carbohydrate, bakteri asam laktat, garam, bahwa terjadi peningkatan asupan bahan
enzim, dan asam (Pang et al., 2011; Li et al., kering pada domba yang kemungkinan
2015; Chea et al.,2015). Saat ini yang paling disebabkan oleh peningkatan palatabilitas
sering dimanfaatkan untuk pembuatan silase pakan. Beberapa hasil penelitian
adalah urea dan bakteri asam laktat yang menunjukkan bahwa proses amoniasi dapat
dianggap sangat berpengaruh dalam proses dipercepat dengan penambahan sumber
fermentasi serta kualitas hasil akhir silase urease seperti poultry manure atau poultry
(Hata et al., 2010). Amoniasi adalah salah litter yang mengandung enzim urease dan
satu metode perlakuan kimiawi pembuatan akan merangsang hidrolisa urea membentuk
silase guna meningkatkan kualitas pakan ammonia dan CO2 dalam waktu yang
melalui pemberian urea sebagai sumber Non singkat (Ali et al., 2012; Fariani and
Protein Nitrogen (NPN) untuk ternak Akhadiarto, 2009; Sayed and Fathy, 2010).
ruminansia besar maupun kecil (Teymouri Warly et al. (1996) pada penelitiannya
et al., 2004; Mosier et al., 2005). Tujuan menyatakan bahwa pemberian urea 4% serta
utama amoniasi adalah untuk meningkatkan penambahan 15% poultry manure dapat
kandungan protein dalam ransum, namun mempersingkat waktu fermentasi dari 20
demikian urea hanya dapat digunakan hari menjadi 5 hari.
Tabel 1. Berbagai macam bahan yang dapat digunakan dan waktu pembuatan silase jerami
jagung dan pengaruhnya terhadap kandungan PK.
Waktu Bahan Protein kasar Pustaka
pemb. silase
30 hari 4% urea 7,1% meningkat Woyengo et al., 2004
menjadi 9,00%
135 hari 6% molasses 6,25% meningkat Bostami et al., 2008.
menjadi 12.99%
60 hari 4% urea + 3% molasses 5,004% meningkat Elkholy et al., 2009
menjadi 9,28%
60 hari 2% yeast + 3% molasses 5,004% meningkat Elkholy et al., 2009
menjadi 8,75%
14 hari Trichoderma sp. 6,91% meningkat Islamiyati et al., 2013
menjadi 8,73%
45 hari 0,8% urea 4,31% meningkat Elias and Fulpagare,
menjadi 9,98% 2015
75 hari 3% garam + 3% gula kelapa 6,41% meningkat Chea et al., 2015
sawit dan 10% dedak padi menjadi 9,87%
21 hari 10% Glyricidia sepium + 10% 11,26 % meningkat Ayuni et al., 2017
corn yellow meal menjadi 15,22%
60 hari 1% urea 4,17% meningkat Saeed, 2017
menjadi 4,42%
30 hari 8% molasses 5,4% meningkat Ahmad et al., 2018
menjadi 6,50%
30 hari 6% molasses + 0,6% urea 5,4% meningkat Ahmad et al., 2018
menjadi 9,01%
21 hari water-soluble carbohydrate 8,30% meningkat Kurniawan et al.,
menjadi 8,47% 2019
90 hari Saccharomyces Cerevisiae 6,7% meningkat Zhou et al., 2019
dan Lactobacillus Plantarum menjadi 8,4%
pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa ADG, asupan bahan kering dan produksi
waktu pembuatan silase berkisar antara 21 susu. Pengaruh pemberian silase jerami
sampai dengan 75 hari. kisaran yang lebar jagung terhadap penampilan ternak
tersebut ternyata tidak banyak berpengaruh disajikan pada tabel 2.
besar terhadap peningkatan kandungan Beberapa hasil penelitian
protein kasar. Perbedaan waktu fermentasi menunjukkan peningkatan ADG, asupan
dan peningkatan kandungan PK bahan kering dan peningkatan performan
kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan karkas. Tabel 2 menunjukkan bahwa
bahan-bahan yang digunakan dalam proses penggunasan urea dengan berbagai
fermentasi. konsentrasi menunjukan peningkatan
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa performans ternak. Konsentrasi yang
bahan yang sering digunakan dalam digunakan bisa 4% (Elias and Fulpagare,
pembuatan silase jerami jagung adalah urea 2015; Abera et al., 2018) dan 5,8% (Ali et
dan molasses. Penambahan urea banyak al., 2012), meskipun demikian, masih
dilakukan dalam pembuatan silase karena banyak penelitian dengan menggunakan
memiliki kelebihan seperti kemampuan urea dengan konsentrasi yang berbeda dan
meningkatkan konversi selulose yang tentunya dengan hasil yang berbeda pula.
berasal dari lignoselulose menjadi gula-gula Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
sederhana. Perlakuan dengan urea juga banyak penelitian yang menggunakan bahan
memiliki kelebihan karena tidak bersifat urea kemungkinan karena pertimbangan
korosif dan sedikit menimbulkan polusi (Dai dari sisi harga yang murah dan akses yang
et al., 2014; Yao et al., 2017). Kemungkinan mudah untuk memperolehnya. Kenyataan
lain tingginya frekuensi penggunaan urea tersebut didukung oleh pernyataan Sundstol
dan molasses adalah dari sisi pertimbangan and Owen (1984) dan Tadele and Amha
ekonomis dimana bahan tersebut mudah (2015) yang mengatakan bahwa urea
diperoleh dengan harga yang terjangkau merupakan satu satunya bahan yang mudah
terutama bagi peternak skala kecil. diperoleh dan mudah ditangani pada saat
Pengaruh Pemberian Silase Jerami digunakan untuk pembuatan silase. Dari
Jagung Terhadap Ternak tabel 2 dapat dicermati bahwa bahan bahan
Pembuatan silase jerami jagung telah yang digunakan untuk pembuatan silase
banyak dilakukan di negara negara maju jerami jagung kebanyakan bukan
maupun berkembang untuk meningkatkan menggunakan bahan tunggal tapi
nilai gizinya dan telah digunakan untuk menggunakan kombinasi berbagai bahan.
meningkatkan performan ternak ruminansia. Kombinasi tersebut lebih ditujukan untuk
Pemberian tersebut didukung oleh hasil semakin meningkatkan kualitas nilai gizi
hasil penelitian yang telah dikerjakan. jerami jagung sehingga diharapkan
Meskipun demikian hasil pemberian pakan performan ternak dapat meningkat secara
silase jerami jagung pada ruminansia besar maksimal. Namun demikian, performan
maupun kecil terhadap penampilan ternak ternak masih lebih baik pada pemberian
sangatlah bervariasi. Variasi tersebut pakan hijauan atau leguminose yang bukan
dipengaruhi oleh beberapa sebab seperti merupakan limbah pertanian jika
jenis tanaman jagung (Amuda et al., 2017), dibandingkan dengan pemberian silase
metode pembuatan (Ferraretto and Shaver, jerami jagung. Wei et al., (2019) dalam
2012), bahan yang digunakan (Amuda and penelitiannya mengemukakan bahwa
Tanko, 2019), umur panen jerami jagung pemberian hay alfalfa pada sapi perah
(Johnson et al., 1999). Pemberian silase memberikan hasil yang lebih baik dalam hal
jerami jagung pada umumnya diharapkan efisiensi pakan, fermentasi rumen dan
mampu untuk meningkatkan bobot ternak, biokimia darah.
Nilai lebih dari pemberian silase yang dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai
jerami jagung adalah tidak ada pengaruh pakan saat musim kemarau salah satunya
negatif pada kesehatan sapi perah dan dapat adalah jerami jagung. Kendala pemanfaatan
menekan biaya pakan. Ilham dan Mukhtar jerami jagung sebagai pakan adalah karena
(2017) menambahkan bahwa silase jerami rendahnya kualitas nutrisi memenuhi
jagung 70% dan 30% daun gamal dan kebutuhan dasar dan meningkatkan
lamtoro mampu meningkatkan palatabilitas produktivitas ternak. Kendala tersebut dapat
kambing kacang yang dibuktikan dengan diatasi dengan berbagai metode pengolahan
pakan yang selalu habis dikonsumsi saat guna meningkatkan nilai nutrisi jerami
diberikan. Pada akhirnya, pakan ternak yang jagung. Metode pengolahan yang sederhana
berasal dari silase jerami jagung akan adalah pembuatan hay jerami jagung atau
memberikan manfaat berupa penghematan silase. Pembuatan hay jerami jagung lebih
biaya pakan yang dikeluarkan serta adanya ditujukan untuk mengawetkan sehingga
harapan untuk meningkatkan performans dapat diberikan pada saat musim kering
ternak yang dipeliharanya sehingga dapat dimana pakan hijauan segar sulit untuk
mendatangkan keuntungan secara diperoleh. Sedangkan proses pembuatan
ekonomis. silase jerami jagung lebih ditujukan untuk
meningkatkan nilai gizinya sehingga
KESIMPULAN diharapkan dapat meningkatkan performan
Salah satu tantangan yang dihadapi ternak.
peternak ruminansia negara negara
berkembang di daerah tropis adalah DAFTAR PUSTAKA
rendahnya kualitas pakan terutama pada saat Abera, F., Urge, M., & Animut, G. (2018).
musim kemarau. Salah satu limbah tanaman Feeding value of maize stover treated
with urea or urea molasses for Borreani, G., Tabacco, E., Schmidt, R. J.,
hararghe highland sheep. The Open Holmes, B. J., & Muck, R. E. (2018).
Agriculture Journal, 12(1), 84–94. Silage review: Factors affecting dry
https://doi.org/10.2174/18743315018 matter and quality losses in silages.
12010084 Journal of Dairy Science, 101(5),
Ahmad, F., Tauqir, N. A., Tahir, N., Asghar, 3952–3979. https://doi.org/10.3168/jds.
A., Mujahid, N., Hannan, K. A. A., 2017-13837
Ahmad, N., & Bilal, R. M. (2018). Bostami, A., Khan, R., Amin, M., Sarker,
Performance evaluation of corn and N., Pervage, S., & Hasan, K. (1970).
corn stover silages with different feed Effect of addition of molasses and
additives in growing sahiwal calves. period of preservation on physical and
International Journal of Scientific & nutritional properties of maize stover
Engineering Research, 9, 2269–2282. silage. Bangladesh Journal of Animal
Ali, I., Fontenot, J. P., & Allen, V. G. Science, 37(2), 42–51. https://doi.org/
(2012). Effects of feeding corn stover 10.3329/bjas.v37i2.9880
treated with different nitrogen sources BPTP Sumatera Barat. (2011). Teknologi
on palatability and dry matter intake in Pembuatan Silase Jagung untuk
sheep. Journal Veterinir Animal Pakan Sapi Potong. Badan Litbang
Science, 2, 11–15. Pertanian Kementerian Pertanian
Amuda, A., Falola, O. O., & Babayemi, O. Republik Indonesia.
J. (2017). Chemical composition and Casperson, B. A., Wertz-Lutz, A. E., Dunn,
quality characteristics of ensiled J. L., & Donkin, S. S. (2018).
maize stover. FUW Trends in Science Inclusion of calcium hydroxide-
& Technology Journal, 2, 195–198. treated corn stover as a partial forage
Amuda, A., & Tanko, N. (2019). Physical replacement in diets for lactating dairy
properties of ensiled maize and cows. Journal of Dairy Science,
legumes stover and acceptability by 101(3), 2027–2036. https://doi.org/10.
West African Dwarf goats. Nigerian 3168/jds.2017-13180
Journal of Animal Science and Castillo, A., Kebreab, E., Beever, D., &
Technology, 2, 36–44. France, J. (2000). A review of
Ayuni, T., Kurniawan, W., Napirah, A., & efficiency of nitrogen utilisation in
Rahman. (2017). Fermentation lactating dairy cows and its
Characteristics of Corn Stover and relationship with environmental
Gliricydia sepium Combination Silage pollution. Journal of Animal and Feed
with Different Presentations. The 7th Sciences, 9(1), 1–32. https://doi.org/
International Seminar on Tropical 10.22358/jafs/68025/2000
Animal Production. Chang, V. S., & Holtzapple, M. T. (2000).
Azim, A., Naseer, Z., & Ali, A. (1989). Fundamental factors affecting
Nutritional evaluation of maize fodder biomass enzymatic reactivity. Applied
at two different vegetative stages. Biochemistry and Biotechnology, 84–
Asian-Australasian Journal of Animal 86(1–9), 5–38. https://doi.org/10.1385
Sciences, 2(1), 27–34. https://doi.org/ /ABAB:84-86:1-9:5
10.5713/ajas.1989.27 Chea, B., Hout, T., Mob, S., Theng, K., &
Badan Ketahanan Pangan Kementrian Seng, M. (2015). Nutrient value and
Pertanian RI. (2018). Surplus, RI palatability for cattle on corn stover
Ekspor Jagung. In Buletin Pasokan & silage. International Journal of
Harga Pangan (Maret, pp. 1–12). Environmental and Rural
Berg, J., Tymoczko, J., & Stryer, L. (2007). Development, 6(1), 103–107.
Biochemistry (6th ed.). W.H. Freeman Church, D. (1991). Livestock Feeds and
and Company. Feeding (3rd ed.). Prentice-Hall Inc.
Coleman, S., Hart, S., & Sahlu, T. (2003). heifers. IOSR Journal of Agriculture
Relationships among forage chemistry, and Veterinary Science Ver. I, 8(5),
rumination and retention time with 2319–2372. https://doi.org/10.9790/2
intake and digestibility of hay by goats. 380-08515862
Small Ruminant Research, 50(1–2), Elkholy, M. E. H., Hassanein, E. I., Soliman,
129–140. https://doi.org/10.1016/S092 M. H., Eleraky, W., Elgame, M. F. A.,
1-4488(03)00116-0 & Ibraheim, D. (2009). Efficacy of
Cone, J. W., Van Gelder, A. H., & Marvin, feeding ensiled corn crop residues to
H. J. P. (1996). Influence of drying sheep. Pakistan Journal of Nutrition,
method and ageing on chemical and 8(12), 1858–1867. https://doi.org/10.
physical properties and in vitro 3923/pjn.2009.1858.1867
degradation characteristics of grass Fariani, A., & Akhadiarto, S. (2009).
and maize samples. The Journal of Pengaruh penambahan dosis urea
Agricultural Science, 126(1), 7–14. dalam amoniasi limbah tongkol
https://doi.org/10.1017/S0021859600 jagung untuk pakan ternak terhadap
088766 kandungan bahan kering, serat kasar
Dai, B. L., Zhu, A. F., Mu, F. H., Xu, N., & dan protein kasar. Jurnal Rekayasa
Wu, Z. (2014). Urea (CO(NH2)2) Lingkungan, 5(1), 1–6.
Pretreatment improve biogas Ferraretto, L. F., & Shaver, R. D. (2012).
production performance of rice straw. Meta-analysis: Effect of corn silage
Applied Mechanics and Materials, harvest practices on intake, digestion,
587–589, 896–899. https://doi.org/10. and milk production by dairy cows.
4028/www.scientific.net/AMM.587- The Professional Animal Scientist,
589.896 28(2), 141–149. https://doi.org/10.152
Dashtban, M., Schraft, H., & Qin, W. 32/S1080-7446(15)30334-X
(2009). Fungal bioconversion of Gibson, L., & Ronald, G. J. (1999).
lignocellulosic residues; opportunities Extension publications : forage and
& perspectives. International grain crops (9th ed.). Kendall/Hunt
Journal of Biological Sciences, 5, Pub. Co.
578–595. https://doi.org/10.7150/ijbs. Glassner, D., Hettenhaus, J. R., &
5.578 Schechinger, T. M. (1998). Corn
Deublein, D., & Steinhauser, A. (2008). stover collection project. Proceeding
Biogas from Waste and Renewable of the 1998 Bioenergy Conference,
Resource. VCH Verlag GmbH & Co. 1100–1109.
KGaA. Griswold, K., Craig, P. H., Graybill, J. S., &
Dias-da-silva, A. A., & Sundstøl, F. (1986). Dinh, S. K. (2010). Relating Dry
Urea as a source of ammonia for Matter Density To Dry Matter Loss
improving the nutritive value of wheat Within Corn Silage Bunker Silos.
straw. Animal Feed Science and Hansey, C. N., & de Leon, N. (2011).
Technology, 14(1–2), 67–79. https:// Biomass yield and cell wall
doi.org/10.1016/0377-8401(86)90007-6 composition of corn with alternative
Donkin, S. S., Doane, P. H., & Cecava, M. morphologies planted at variable
J. (2013). Expanding the role of crop densities. Crop Science, 51(3), 1005–
residues and biofuel co-products as 1015. https://doi.org/10.2135/cropsci
ruminant feedstuffs. Animal 2010.08.0490
Frontiers, 3(2), 54–60. https://doi.org/ Harfiah, & Mide, M. Z. (2014). Rice straw
10.2527/af.2013-0015 in vitro digestibiliy of combination
Elias, S. T., & Fulpagare, Y. (2015). Effects treatments alkali, fermented with
of urea treated maize stover silage on cellulolytic, lignolytic and lactic acid
growth performance of crossbred microbes with suplementation of
Kumar, D., & Jhariya, A. N. (2013). DanG, J., Sui, P., & Hu, C. (2015).
Nutritional, medicinal and economical Yield and quality of maize stover:
importance of corn: a mini review. Variation among cultivars and effects
Research Journal of Pharmaceutical of N fertilization. Journal of
Sciences, 2319(7), 7–8. Integrative Agriculture, 14(8), 1581–
Kumar, P., Barrett, D. M., Delwiche, M. J., 1587. https://doi.org/10.1016/S2095-
& Stroeve, P. (2009). Methods for 3119(15)61077-2
Pretreatment of lignocellulosic Liang, W., Carberry, P., Wang, G., Lü, R.,
biomass for efficient hydrolysis and Lü, H., & Xia, A. (2011). Quantifying
biofuel production. Industrial & the yield gap in wheat–maize cropping
Engineering Chemistry Research, systems of the Hebei Plain, China.
48(8), 3713–3729. https://doi.org/10. Field Crops Research, 124(2), 180–
1021/ie801542g 185. https://doi.org/10.1016/j.fcr.2011.
Kunkel, W., Leffel, E. C., & Escobar, E. N. 07.010
(1980). Effect of method of harvest, Martin, R. (2013). Crop residues as a
anhydrous ammonia treatment and potential cattle feed in north-west
supplemental protein on the feeding Cambodia. ACIAR.
value of corn residue. Journal Animal Meteer, W. (2014). New uses of stover:
Science, 51(1), 241. Stalklage as alternative forage.
Kurniawan, W., Bain, A., Syamsuddin, Driftless Region Beef Conference.
Abadi, M., & Sandy, Y. N. (2019). Monono, E. M., Nyren, P. E., Berti, M. T.,
Quality and fermentation characteristic & Pryor, S. W. (2013). Variability in
of corn stover - rubber cassava (Manihot biomass yield, chemical composition,
glaziovii M.A) combination silage. IOP and ethanol potential of individual and
Conference Series: Earth and mixed herbaceous biomass species
Environmental Science, 287, 012022. grown in North Dakota. Industrial
https://doi.org/10.1088/1755-1315/287/ Crops and Products, 41, 331–339.
1/012022 https://doi.org/10.1016/j.indcrop.201
Li, D., Ni, K., Pang, H., Wang, Y., Cai, Y., 2.04.051
& Jin, Q. (2015). Identification and Mosier, N. (2005). Features of promising
antimicrobial activity detection of technologies for pretreatment of
lactic acid bacteria isolated from corn lignocellulosic biomass. Bioresource
stover silage. Asian-Australasian Technology, 96(6), 673–686. https://
Journal of Animal Sciences, 28(5), doi.org/10.1016/j.biortech.2004.06.025
620–631. https://doi.org/10.5713/ajas. Mussatto, S. I., & Teixeira, J. A. (2010).
14.0439 Lignocellulose as Raw Material in
Li, H. Y., Xu, L., Liu, W. J., Fang, M. Q., & Fermentation Processes in Current
Wang, N. (2014). Assessment of the Research, Technology and Education
nutritive value of whole corn stover Topics in Applied Microbiology and
and its morphological fractions. Microbial Biotechnology (A. Méndez-
Asian-Australasian Journal of Animal Vilas (ed.)). Formatex Research
Sciences, 27(2), 194–200. https://doi. Center.
org/10.5713/ajas.2013.13446 Narasimhalu, P. R., Belzile, R. J., Brisson, G.
Liana, M., & Febrina, D. (2011). J., & Holtman, W. B. (1980). Adaptation
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai of lactating cows to rations containing
pakan ruminansia pada peternak urea. Journal of Dairy Science, 63(8),
rakyat di Kec. Rengat Barat Kab. 1264–1272. https://doi.org/10.3168/jds.
Inragiri Hulu. Jurnal Peternakan, S0022-0302(80)83077-3
5(1), 28–37. Nazli, M. H., Halim, R. A., Abdullah, A. M.,
Liang, M., Wang, G., Liang, W., Shi, P., Hussin, G., & Samsudin, A. A. (2018).
Wei, Z.-H., Liang, S.-L., Wang, D.-M., Liu, Xu, C., Ma, F., Zhang, X., & Chen, S.
H.-Y., Wanapat, M., & Liu, J.-X. (2010). Biological pretreatment of
(2019). Lactation performance and corn stover by irpex lacteus for
rumen fermentation in dairy cows fed a enzymatic hydrolysis. Journal of
diet with alfalfa hay replaced by corn Agricultural and Food Chemistry,
stover and supplemented with molasses. 58(20), 10893–10898. https://doi.org/
Asian-Australasian Journal of Animal 10.1021/jf1021187
Sciences, 32(8), 1122–1127. https://doi. Yao, Y., Bergeron, A. D., & Davaritouchaee,
org/10.5713/ajas.18. 0735 M. (2018). Methane recovery from
Wendt, L. M., Smith, W. A., Hartley, D. S., anaerobic digestion of urea-pretreated
Wendt, D. S., Ross, J. A., Sexton, D. wheat straw. Renewable Energy, 115,
M., Lukas, J. C., Nguyen, Q. A., 139–148. https://doi.org/10.1016/j.rene
Murphy, J. A., & Kenney, K. L. ne.2017.08.038
(2018). Techno-economic assessment Zali, S. M., Teimouri, Y. A., & Jafari, S. A.
of a chopped feedstock logistics (2015). Effect of particle size and
supply chain for corn stover. Frontiers fragility of corn silage and alfalfa hay
in Energy Research, 6, 1–14. https:// on intake, digestibility, performance,
doi.org/10.3389/fenrg.2018.00090 and chewing activity of fattening male
Wilkinson, J. M., & Davies, D. R. (2013). lambs. Research & Reviews: Journal
The aerobic stability of silage: key of Veternary Sciences, 1(1), 47–57.
findings and recent developments. Zhou, Ouyang, Zhang, Wei, Tang, Ma, Tan,
Grass and Forage Science, 68(1), 1– Zhu, Teklebrhan, & Han. (2019).
19. https://doi.org/10.1111/j.1365-249 Sweet corn stalk treated with
4.2012.00891.x saccharomyces cerevisiae alone or in
Womac, A. R., Igathinathane, C., combination with lactobacillus
Sokhansanj, S., & Pordesimo, L. O. plantarum: nutritional composition,
(2005). Biomass moisture relations of fermentation traits and aerobic
an agricultural field residue: corn stability. Animals, 9(598), 1–14.
stover. Transactions of the ASAE, https://doi.org/10.3390/ani9090598
48(6), 2073–2083. https://doi.org/10. Zhuo, S., Yan, X., Liu, D., Si, M., Zhang,
13031/2013.20084 K., Liu, M., Peng, B., & Shi, Y.
Woyengo, T., Gachuiri, C., Wahome, R., & (2018). Use of bacteria for improving
Mbugua, P. (2004). Effect of protein the lignocellulose biorefinery process:
supplementation and urea treatment on importance of pre-erosion.
utilization of maize stover by Red Biotechnology for Biofuels, 11(1),
Maasai sheep. South African Journal of 146. https://doi.org/10.1186/s13068-
Animal Science, 34(1), 23–30. https:// 018-1146-4
doi.org/10.4314/sajas.v34i1.3806