Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,


lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan.
Oleh karena itu penyediaan pakan harus diusahakan dengan biaya murah, mudah
diperoleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Hijauan merupakan
salah satu makanan utama bagi ternak, namun penyediaan hijauan secara kontinu
mengalami beberapa kendala, karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman
hijauan sehingga ketersediaan pakan semakin berkurang. Salah satu alternatif
menanggulangi masalah ketersediaan pakan adalah memanfaatkan hasil
sampingan pertanian.
Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia
adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun
rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.Hijauan merupakan sumber pakan
utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk
meningkatan produksi perlu penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas,
kualitas maupun kontinuitasnya. Ada beberapa cara pengolahan bahan pakan yang
dapat dilakuakan untuk peningkatan kualitas pakan yang memiliki kecernaan
rendah ataupun protein rendah yaitu : silase, fermentasi ataupun amoniasi dan
wafer.
Amoniasi jerami merupakan metode memperbaiki nutrisi jerami padi
dengan merusak ikatan lignin-hemisellulosa sehingga mudah dicerna mikroba
rumen. Penggunaan urea pada proses amoniasi merupakan perlakuan yang
sederhana murah dan mudah diterapkan bagi para peternak di pedesaan,
mengingat urea tersebut mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang
banyak.
Wafer merupakan salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk
sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk
mengurangi sifat keambaan pakan. Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak

1
yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami
pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu (Noviagama,
2002).

1.2.Tujuan

Tujuan dari praktikum amoniasi adalah untuk konservasi hasil sisa


tanaman pertanian berupa tongkol jagung, meningkatkan kecernaan, dan
meningkatkan nilai N bagas tebu sehingga dapat digunakan sebagai pakan,
dengan cara amoniasi.

Tujuan dari pratikum pembuatan wafer adalah mengamati uji fisik wafer
terhadap ketahanan benturan, penyusutan, kerapatan dan berat jenis wafer dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-4.

Tujuan dari penelitian jamur adalah untuk mengetahu jenis-jenis dari


spesies jamur atau fungi yang bisa digunakan dalam pengolahan bahan pakan.

1.3.Manfaat
Manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami bagaimana cara memanfaatkan dan mengolah limbah pertanian
menggunakan teknologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Amoniasi
Andini dan Firsoni (2010) mengemukakan bahwa fermentasi dapat
meningkatkan kualitas jerami produksi amonia, TVFA, BK, BO, dan produksi gas
untuk produksi massa mikroba sehingga layak dan aman untuk pakan ruminansia.
Hastuti, et al (2011) mengemukakan bahwa perlakuan perbedaan lama waktu
pemeraman (1, 2, 3 dan 4 minggu) berpengaruh meningkatkan kadar protein kasar
dan kadar abu, serta menurunkan kadar serat kasar. Lama peram 2 minggu dalam
proses fermentasi memberikan hasil yang terbaik, karena mempunyai kadar protein
tertinggi dan serat kasar yang rendah, serta mempunyai lama waktu peram yang
paling cepat.
Hidayat (2015) mengemukakan bahwa kandungan nutrisi jerami berbeda-
beda, perbedaan ini disebabkan karena tempat lokasi percobaan yang tingkat
kesuburan tanahnya, irigasi, umur tanam, pemupukannya berbeda. Selain itu juga
kandungan nutrisi yang paling baik dari semua jenis jerami jagung yang diuji adalah
jenis jerami jagung Manis.
Islamiyati, et al (2013) mengemukakan bahwa level pemberian RAC 3%
(karbohidrat mudah tersedia) pada jerami jagung yang diinokulasi fungi Trichoderma
sp. dapat menurunkan NDF, ADF dan ada kecenderungan meningkatkan protein
kasar.
Puastuti (2010) mengemukakan bahwa Penggunaan urea dalam pakan baik
melalui proses amoniasi maupun sebagai suplemen dapat meningkatkan kecernaan
bahan kering dan meningkatkan kadar proteinnya. Penggunaan urea dalam pakan
perlu diimbangi dengan pemberian sumber energi yang fermentabel guna mendukung
daya fermentasi di dalam rumen.
Umiyasih dan Anggraeny (2005) mengemukakan bahwa produksi bahan
kering (BK) jerami jagung bervariasi antara 2,19 t/ha/panen sampai dengan 3,2
t/ha/panen.
Umiyasih dan Wina (2008) mengemukakan bahwa limbah tanaman jagung
dan agroindustrinya cukup potensial sebagai pakan ternak ruminansia. Namun karena
nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya pada umumnya rendah, sebaiknya
dikombinasikan/ disuplementasi dengan bahan pakan lain sebagai sumber protein.

3
2.2. Wafer Komplit
Bata (2008)Molases memiliki kandungan BETN dari bahan kering yang
tinggi.
Jayusmar et al. (2002) Kerapatan adalah kekompakan partikel dalam
lembaran dan sangat tergantung pada kerapatan bahan baku yang digunakan dan
besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran.
Kerapatan wafer menentukan stabilitas dimensi dan penampilan fisik wafer pakan
komplit.
Retnani dkk (2009) Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan ukuran
partikel dalam lembaran dan sangat bergantung pada kerapatan bahan baku yang
digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan
lembaran.
Syamsu et al (2003) Pengolahan hijauan segar menjadi biskuit
dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat
digunakan sepanjang tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan
pada musim kemarau.
Trisyulianti et al. (2003) aktivitas mikroorganisme dapat ditekan pada
kadar air 12%-14%, sehingga bahan pakan tidak mudah berjamur dan membusuk.
Trisyulianti dkk (2001) Bahan baku wafer yang digunakan memiliki
kerapatan yang berbeda-beda. Kerapatan wafer menentukan stabilitas dimensi dan
penampilan fisik wafer pakan komplit.
Trisyulianti et al (2003) Wafer pakan yang mempunyai kerapatan tinggi
akan memberikan tekstur yang padat dan keras sehingga mudah dalam
penanganan, baik dalam penyimpanan maupun pada saat transportasi dan
diperkirakan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan.

2.3. Jamur
Sumardi dan Widiastuti (2004) mengemukakan bahwa jamur kelas
Basidiomycetes mempunyai cirri khas yaitu adanya basidiospora yang merupakan
bentuk spora generatif, basidiospora berkembangnya pada permukaan suatu
struktur yang disebut basidium.

4
Tuomela et al, (2002) beberapa kelompok jamur mampu mendegradasi
senyawa lignin, seperti misalnya kelompok “ Jamur Pelapuk Putih” mampu
menggunakan sellulosa sebagai sumber karbon untuk subntrat pertumbuhannya
dan kemampuan mendegradasi lignin yang aktif adalah jamur pelapuk putih
seperti misalnya Phanerochaete chrysosporium dan Coriolus versicolor yang
mampu merombak hemisellulosa, selllulosa dan lignin dari limbah tanaman
menjadi CO2 dan H2O.
Wina et al, (2005) melaporkan adanya peningkatan kecernaan bahan
kering substrat walaupun kandungan lignin dan selulosa dalam kulit kayu tidak
berkurang.
Menurut Alexsopoulus et al, (1979) dalam Proborini (2012), jamur yang
termasuk kelompok Basidiomycetes umumnya memiliki tubuh buah atau
basidiokarp yang berisikan basidium dan basidiospora.
Sanchez (2009) yang menyatakan bahwa jamur pelapuk menguraikan
lignin melalui proses oksidase menggunakan enzim phenol oksidase menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat di serap oleh mikroorganisme.

5
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Teknologi Pakan Ternak tentang Amoniasi dilaksanakan di


laboratorium gedung C Fakultas Peternakan Uneversitas Jambi. Pada hari kamis-
jum’at, tanggal 28-19 Mei 2019 dilakukan analisis bahan kering pada masing-
masing bahan. Setiap hari Jum’at, tanggal 29 Maret – 26 April 2019 untuk
pengamatan fisik amoniasi. Pada hari senin, 6 Mei 2019 sampai dengan selesai
untuk analisis bahan kering dan bahan organik.
Praktikum Teknologi Pakan Ternak tentang Wafer dilaksanakan di gudang
Farm Fakultas Peternakan dan di laboratorium gedung C Fakultas Peternakan
Uneversitas Jambi. Setiap hari Jum’at, tanggal 5 April – 3 Mei 2019 sampai
dengan selesai.
3.2. Materi

Alat dan bahan yang digunakan adalah botol kispray, plastik ukuran 5 kg 4
buah, timbangan, tali plastik, tissue, label, cawan, oven, tanur, penjepit, desikator,
air 50%, urea 6%, bagase tebu, jerami padi, jerami jagung, tongkol jagung
masing-masing bahan sebanyak 1 kg.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pencetakan
wafer, timbangan, ember atau baskom, plastik ukuran 1 kg,tissue, label, konsentra
dan hijauan dengan perbandingan 60% : 40% total bahan sebanyak 500 gram,
dedak padi 38%, jagung giling 20%, BIS 18%, onggok 20%, Nacl 2%, mineral
feed suplemen 2%, Manihot utilisima (daun ubi), Leuceina leucocephala (petai
cina), Indigofera zolimeriana (indigofera), Callopogonium muconoides ( daun
kalopogonium), Gliricidia sepium (daun gamal), Hymenachine amplexicaulis
(rumput kumpai), Albizia falcataria (daun sengon), air 75%.
Alat dan bahan yang digunakan pada jamur adalah buku catatan dan kamera
ponsel.

6
3.3. Metoda

Cara kerja pada praktikum ini adalah siapkan alat dan bahan. bahan yang
akan diamoniasi dipotong atau dicacah hingga berukuran kecil-kecil lalu dijemur
hingga kering. Sebelum dilakukan amoniasi, terlebih dahulu dilakukan analisis
bahan kering (BK) untuk menghitung persentase urea dan air yang digunakan.
Lalu dihitung berapa penggunaan urea dan air pada setiap plastiknya. Timbang
bahan sebanyak 1 kg bahan, kemudian dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing
sebanyak 250 gram. Larutkan urea yang digunakan pada botol kispray dengan
jumlah air yang telah dihitung. Semprotkan larutan urea tersebut pada bahan yang
hingga merata dan homogen. Ikat plastik tersebut hingga tidak ada udara yang
masuk. Lakukan pengamatan fisik pada setiap perlakuannya. Sebelum dilakukan
analisis jerami terlebih dahulu dijemur hingga kering lalu digiling atau dicacah
hingga halus. Kemudian lakukan analisis bahan kering dan bahan organik. Catan
hasil masing-masing pengamatan dan analisinya.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu siapkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan. Hitung persentasi masing-masing bahan. Hijauan yang digunakan
dicacah atau dipotong kecil-kecil, lalu dijemur hingga kering. Pertama campur
bahan konsentrat dari persentasi yang kecil ke yang besar, di aduk hingga
homogen. Setelah itu tambahkan hijauan sedikit demisedikit dan dihomogenkan
kembali. Kemudian tambahkan air, lalu dihomogenkan, hingga semua bahan
benar-benar tercampur dengan rata. Berat bahan yang telah dicampurkan di
timbnag lalau dibagi 4 bagian sesuai dengan berat awal bahan, dan masukkan
dalam plastik. Bahan yang sudah dibagi tersebut di cetak menggunakan alat
pencetakan wafer, didiamkan selama 1 menit. Setelah itu jemur wafer selama 10
menit. Kemudian timbang masing-masing wafer. Setelah itu jemur wafer selama 3
hari atau hingga kering. Wafer disimpan selama 4 minggu, dalam plsatik tanpa
udara (anaerob). Setiap minggunya dilakukan pengukuran uji fisik wafer. Catat
hasil uji fisik tersebut.
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini ialah mencari pohon-pohon
yang sudah tumbang atau lapuk yang ditumbuhi jamur, setelah mendapatkan
jamur lalu kami mengidentifikasi jenis jamur dan mendokumentasikan jamur
tersebut serta mengshare lokasi penemuan jamur tersebut,

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Amoniasi
Amoniasi jerami merupakan metode memperbaiki nutrisi jerami padi
dengan merusak ikatan lignin-hemisellulosa sehingga mudah dicerna mikroba
rumen. Penggunaan urea pada proses amoniasi merupakan perlakuan yang
sederhana murah dan mudah diterapkan bagi para peternak di pedesaan,
mengingat urea tersebut mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang
banyak.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Fisik Amoniasi Jerami Jagung

Perlakuan Parameter yang Diamati


Minggu ke
Bau Warna Tekstur
1 Amoniasi Coklat Lembab dan alot
2 Amoniasi kecoklatan Lembab dan lebih alot
3 Amoniasi kecoklatan Semakin alot
4 Amoniasi kecoklatan Lembut, lembab, dan alot

Hasil yang di dapat dari pratikum amoniasi menggunakan jerami jagung


dapat dilihat adanya perubahan pada amoniasi di setiap minggunya. Terlihat dari
warna yang semangin mencoklat dan tekstur yang semakin alot.
Ilham et al (2018) yang menyatakan bahwa perubahan warna pada
amoniasi dari kuning menjadi warna coklat mengindikasikan bahwa proses
fermentasi telah berlangsung.

Tabel 2. Analisis Kimia pada Amoniasi


No KA % BK % ABU % BO %
Minggu 1 12.00 % 88.00 % 5.00 % 95.00%
Minggu 2 18.50 % 81.50 % 4.00 % 96.00 %
Minggu 3 14.00 % 86.00 % 8.00 % 92.00 %
Minggu 4 1.50 % 98.50 % 9.00 % 91.00%
Dapat dilihat dari tabel 2 hasil amoniasi pada minggu ke dua mengalami
kenaikan pada KA, BK dan BO. Andini dan Firsoni (2010) mengemukakan bahwa
fermentasi dapat meningkatkan kualitas jerami produksi amonia, TVFA, BK, BO, dan

8
produksi gas untuk produksi massa mikroba sehingga layak dan aman untuk pakan
ruminansia.

Trisyulianti et al., (2001) aktivitas mikroorganisme dapat ditekan pada


kadar air 12%—14%, sehingga bahan pakan tidak mudah berjamur dan
membusuk.

4.2. Wafer Komplit


Wafer merupakan salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk
sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk
mengurangi sifat keambaan pakan. Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak
yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami
pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu (Noviagama,
2002).
Tabel 3. Hasil Uji Fisik Wafer Daun Gamal
Perlakuan Parameter yang Diuji
Minggu
ke Kerapatan Penyusutan Ketahanan Benturan Berat Jenis
3
1 0,12 g/cm 42,71% 95,45% 1,11 g/ml
3
2 0,1 g/cm 49,79% 99,09% 1,54 g/ml
3 0,14 g/cm3 51,05% 98,94% 1,82 g/ml
3
4 0,14 g/cm 53,89% 93,26% 1,18 g/ml
Berdasarkan pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa wafer yang diamati
setiap minggunya cukup baik. Trisyulianti et al (2003) Wafer pakan yang
mempunyai kerapatan tinggi akan memberikan tekstur yang padat dan keras
sehingga mudah dalam penanganan, baik dalam penyimpanan maupun pada saat
transportasi dan diperkirakan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan.
Retnani dkk (2009) Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan ukuran
partikel dalam lembaran dan sangat bergantung pada kerapatan bahan baku yang
digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan
lembaran.

9
4.3. Jamur
Jamur adalah salah satu diantara berbagai organisme yang berperan
penting dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Jamur berperan
sebagai dekomposer sehingga membantu proses dekomposisi bahan organik
dalam ekosistem hutan, seperti kelangsungan hidup atau perkecambahan anakan-
anakan pohon dan pertumbuhan pohon. Selain itu juga jamur dapat digunakan
sebagai proses fermentasi bahan pakan limbah pertanian atau perkebunan. Proses
fermentasi dapat terjadi melalui dengan berbagai cara yaitu secara fisik, kimia dan
biologis. Fermentasi secara biologis adalah fermentasi yang menggunakan
mikroorganisme seperti fungi, khamir, dan bakteri.
Disekitar kita banyak berbagai jenis fungi yang tumbuh di berbagai
tempat. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui manfaat serta kegunaan
dari jamur-jamur tersebut. Salah satunya yaitu jamur Ganoderma applanatum
yang termasuk ke dalam kelas Basidiomycetes. Jamur Ganoderma applanatum
adalah jamur pembusuk kayu, menyebabkan busuk kayu di berbagai pohon.
Ganoderma applanatum termasuk ke dalam klasifikasi jamur perusak kayu
kelompok Brown rot.

Klasifikasi jamur Ganoderma applanatum :


Kingdom : Fungi
Devisi : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum

10
Adapun ciri-ciri jamur dari klasifikasi di atas adalah sebagai berikut :
1. Berwarna putih, dengan cepat berubah menjadi coklat apabila dilukai.
Memudah menjadi pucat kekuning-kuningan ketika basah.
2. Badan buah (basidiokarpa) jamur keras dan kaku.
3. Basidiokarpa tersebar rata pada substratum.
4. Sporanya tidak terlihat sebagaimana jamur pada umumnya, namun jika
ditepukkan maka sporanya akan jatuh.
5. Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu.
Ganoderma applanatum termasuk ke dalam klasifikasi jamur perusak kayu
kelompok Brown rot. Jamur ini merupakan jamur tingkat tinggi dari kelas
Basidiomycetes yaitu golongan jamur yang menyerang holoselulosa kayu dan
meninggalkan residu kecoklat-coklatan yang kaya akan lignin (Tambunan dan
Nandika, 1989). Sumardi dan Widiastuti, (2004) mengemukakan bahwa jamur
kelas Basidiomycetes mempunyai cirri khas yaitu adanya basidiospora yang
merupakan bentuk spora generatif, basidiospora berkembangnya pada permukaan
suatu struktur yang disebut basidium.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk meningkatan produksi perlu penyediaan hijauan pakan yang cukup


baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Ada beberapa cara pengolahan
bahan pakan yang dapat dilakuakan untuk peningkatan kualitas pakan yang
memiliki kecernaan rendah ataupun protein rendah yaitu : silase, fermentasi
ataupun amoniasi dan wafer.
Jamur Ganoderma applanatum adalah jamur pembusuk kayu,
menyebabkan busuk kayu di berbagai pohon. Ganoderma applanatum termasuk
ke dalam klasifikasi jamur perusak kayu kelompok Brown rot.
5.2 Saran

Kepada para praktikan agar serius dalam melaksanakan kegiatan pratikum


agar mendapatkan hasil yang bagus, dan selalu tetap menjaga suasana kondusif
saat praktikum berlangsung.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, P. C. J. dan Minm, C. W. 1979. Introduction Mycology Third


Edition. USA: Jhon Wiley and Sons inc. New York.
Andini, L dan Firsoni. 2010. Uji kualitas jerami jagung fermentasi dengan
menggunakan cairan vitro. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Kerbau 2010. peternakan.litbang. pe r t a ni a n .g o . id/ f ul l t e k s/
lokakarya/lkerbau10-12.pdf

Bata, M. 2008. Pengaruh molasses pada amoniasi jerami padi menggunakan urea
terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro. Jurnal
Agripet. 8: 15-20.

Hastuti. D. Shofia Nur A. Baginda Iskandar M. 2011. Pengaruh Perlakuan


Teknologi Amofer (Amoniasi Fermentasi) Pada Limbah Tongkol Jagung
Sebagai Alternatif Pakan Berkualitas Ternak Ruminansia. Jurnal Ilmu –
ilmu Pertanian MEDIAGRO 55 Vol. 7. No. 1, 2011: Hal. 55-65.
Hidayat, H. 2015. Komposisi nutrisi jerami jagung di Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat untuk Pakan Sapi. Skripsi Program Studi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Islamiyati, R., S. Rasjid, dan A. Asriany (2013). Fraksi serta dan protein kasar
jerami jagung yang diinokulasi fungi Trichoderma sp. Dan RAC. Buletin
Nutrisi dan makanan Ternak 11(1) : 25-28. Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Ilham, F., Sayuti, M., Nugroho, T., 2018. Peningkatan Kualitas Jerami Padi
Sebagai Pakan Sapi Potong Melalui Amoniasi Mengunakan Urea Di Desa
Timbuolo Tengah Provinsi Gorontalo. J. Pengabdi. Kpd. Masy. 24, 717–722.

Jayusmar, E. Trisyulianti & J. Jachja. 2002. Pengaruh suhu dan tekanan


pengempaan terhadap sifat fi sik wafer ransum dari limbah pertanian
sumber serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Med. Pet. 24: 76-
80.

Puastuti, W. 2010. Urea dalam pakan dan implikasinya dalam fermentasi rumen
kerbau. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2010.
Puslitbang Peternakan Bogor.

Retnani, Y., W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati dan K. B. Satoto. 2009. Uji daya
simpan dan palatabilitas wafer ransum komplit pucuk dan ampas tebu
untuk sapi pedet. Media Peternakan. 32 (2): 130-136.

Sanchez, C. 2009. Lignocellulosic Residues: Biodegradation and Bioconversion


by Fungi. Biotechnology Advances 27.

13
Sumardi dan S.M Widiastuti.2004.Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Cetakan
Pertama Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Trisyulianti, J. Jacja dan E., Jayusmar. 2001. Pengaruh suhu dan tekanan
pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum dari limbah pertanian suber
serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Media Peterakan 24 (3):
76-81.

Trisyulianti, E., Suryahadi, V. N. Rakhma. 2003. Pengaruh penggunaan molases


dan tepung gaplek sebagai bahan perekat terhadap sifat fisik wafer ransum
komplit. Media Peternakan. 26 (2): 35-40.

Toumela, M., Oivanen, P., Hatakka, A. 2002. Degradation of synthetic 14C-lignin


by various white-rot fungi in soil, Soil Biology and Biochemistry, 34,
1613-1620.

Umiyasih, U. dan Y, Anggraeny. 2005. Evaluasi limbah dari beberapa varietas


jagung siap rilis sebagai pakan sapi potong. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner di Bogor tahun 2005. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan Bogor. Hal. 125- 130.

Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan dan nilai nutrisilimbah tanaman


jagung sebagai pakan ternak ruminansia.WARTAZOA Vol. 18 No. 3 Th.
2008. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan Bogor.
Wina, E., H. Affandi., E. Solihah and R. Ningsih. 2005. Komposisi serat dan
kecernaan bahan kering kulit kayu acacia mangium yang digunakan
sebagai media jamur Pleurotus ostreatus dan Ganoderma lucidunt. Pros.
Seminar Nasional AINI V. Malang, 10 Agustus 2005(in press).

14
LAMPIRAN

Perhitungan uji fisik wafer minggu ke 1

Diketahui : Berat awal wafer : 192 gram


Berat wafer setelah disimpan : 110 gram
Diameter wafer : 9,4
Tebal wafer : 3,3
µ : 3,14

Kerapatan (k) : W : (µ x r2 x T) = 110 : (3,14 x 9,42 x 3,3)


= 110 : 915,6
= 0,12 g/cm3

Ketahanan benturan : Berat wafer yang dijatuhkan X 100%


Berat Wafer sebelum dijatuhkan

= 105 x 100%
110

= 95,45%

Penyusutan : Berat awal – Berat akhir X 100%


Berat awal

= 192 – 110 x 100%


192

= 82 x 100%
192

= 42,71%

Berat Jenis : Berat awal bahan


Perubahan volume air

= 20
18
= 1,11 g/ml

15

Anda mungkin juga menyukai