Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM I

TEKNOLOGI BIOPROSES

FERMENTASI LIMBAH AMPAS KELAP SAWIT SEBAGAI


PAKAN TERNAK BERKALITAS TINGGI

Dosen Pengampu : Muh.Alamsyah, S.T., M.T


Disusun Oleh : Yuspira
NIM : 4022022073

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN AJARAN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

FERMENTASI LIMBAH AMPAS KELAP SAWIT SEBAGAI


PAKAN TERNAK BERKALITAS TINGGI

Yang Disusun Oleh,

Yuspira
NIM: 4022022073

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal

Dosen Pembimbing,

Muh.Alamsyah, S.T., M.T


ABSTRAK

Pemanfaaatan limbah pelepah kelapa sawit sebagai pakan ruminansia masih


sangat terbatas karena tingginya kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa.
Fermentasi menggunakan bakteri rumen dan mikroorganisme efektif merupakan
salah satu teknologi untuk mendegradasi kadar lignin dan meningkatkan kualitas
pakan asal limbah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi pelepah kelapa
sawit sebagai pakan hijauan untuk hewan ruminansia (sapi) dan meningkatkan
kandungan nutrisi pakan dengan cara fermentasi menggunakan bakteri rumen dan
mikroorganisme efektif. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Politeknik
Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi. Metode yang digunakan yaitu metode
percobaan dengan analisis deskriptif, dengan dua perlakuan yaitu biokativator
rumen sapi dan mikroorganisme efektif, perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Pembuatan bioaktivator rumen sapi dengan cara mencampur, mendiamkan air
perasan rumen sapi dan molase selama 24 jam kemudian diambil airnya, selanjutnya
dilakukan analisis uji proksimat. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
kandungan nutrisi pada bahan pakan yang difermentasi dengan bioaktivator rumen
meliputi kadar air 1,74%, kadar abu 0,09% dan serat kasar sebesar 8,21%,
sedangkan bahan pakan yang difermentasi dengan aktivator mikroorganisme efektif
juga mengalami peningkatan kandungan nutrisi seperti serat kasar 14,57%, lemak
kasar 0,87%, kadar abu 1,32%, dan kadar air 2,71%. dengan pemberian secara
basah tidak menyebabkan pengaruh negatif terhadap performa itik yang dibesarkan
umur 90 hari. Pakan alternatif diberikan secara bertahap sedikit demi sedikit sampai
itik dapat mengkonsumsi 100% pakan alternatif.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya laporan yang berjudul “Fermentasi Limbah Ampas Kelap Sawit
Sebagai Pakan Ternak Berkalitas Tinggi” Penulisan laporan ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teknologi Bioproses.
Dalam penulisan laporan ini saya merasa banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas laporan dan
petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini.

Bombana, 06 Agustus 2023

Yuspira
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Ditjen Perkebunan (2015), luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 11,3 juta ha, dengan tingkat produksi 14.898 ton/tahun. Potensi
limbah pelepah dan daun sawit mencapai 40-50 pelepah/pohon/tahun (Hassan dan
Ishida, 1992). Pelepah kelapa sawit merupakan limbah dari perkebunan kelapa sawit
yang biasanya akan menjadi sampah ketika memanennya. Pelepah kelapa sawit dapat
diperoleh sepanjang tahun bersamaan dengan panen tandan buah segar.
Dilihat dari ketersediannya yang kontinue, pelepah kelapa sawit dapat dijadikan
sebagai pakan alternatif bagi ternak ruminansia sebagai pengganti rumput yang
memungkinkan digunakan sebagai pakan. Pemanfaaatan pelepah kelapa sawit sebagai
pakan masih sangat terbatas karena tingginya kandungan lignin dan tingkat kecernaan
bahan kering pelepah kelapa sawit hanya mencapai 45% (Efryantoni, 2012).
Kandungan pelepah kelapa sawit mencapai 20% dari biomassa kering, sehingga
merupakan pembatas utama dalam penggunaan pelepah kelapa sawit sebagai pakan
ternak (Rahman et al., 2011).
Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan kualitas pakan
asal limbah, karena keterlibatan mikroorganisme dalam mendegradasi serat kasar,
mengurangi kadar lignin dan senyawa anti nutrisi, sehingga nilai kecernaan pakan
asal limbah dapat meningkat. Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) menyatakan
bahwa pada proses fermentasi akan terjadi perubahan molekul komplek atau senyawa
organik seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana
dan mudah dicerna.
Dengan mempertimbangkan adanya peningkatan kandungan nutrisi dari bahan
yang sudah difermentasi dan mudahnya memperoleh bahan pakan maka perlu
dilakukan penelitian, sehingga dapat diketahui manfaat pelepah kelapa sawit sebagai
alternatif bahan pakan sapi melalui analisis uji proksimat. Tujuan penelitian untuk
mengetahui potensi bahan pakan alternatif untuk hewan ruminansia dari limbah
perkebunan kelapa sawit, membandingkan kualitas hasil fermentasi pelepah kelapa
sawit dengan bioaktivator rumen sapi dan Mikroorganisme Efektif (EM4) dan
mendapatkan aktivator yang sesuai untuk fermentasi pakan menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Proses fermentasi menggunakan EM4 memiliki mikroorganisme yang afektif
untuk pencernaan ternak. Menurut pendapat Suprihatin (2010) untuk meningkatkan
kandungan nutrisi limbah organik yaitu dengan melakukan proses fermentasi.
Fermentasi merupakan suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat
organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.

2.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah
1. Apakah limbah ampas kelapa sawit bisa di jadikan bahan pangan dan
manfaat dalam lingkungan ?
2. Bagiman proses pembuatan pangan dari ampas kelapa sawit ?

2.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dalam laporan ini yaitu
1. Mampu mengetahui limbah ampas kelapa sawit yang di jadikan bahan
pangan dan manfaat dalam lingkungn
2. Mampu mengetahui proses pembuatan pangan dari ampas kelapa
sawit.

2.4 Manfaa Penelitian


Ampas kelapa sawit dapat di jadian sebagai bahan makanan bagi hewan
ternak sehingga dapat mengurangi limbah sampah pada lingkungan sekitar .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.I DASAR TEORI


fermentasi yang memiliki kualitas baik berwarna kecoklatan, beraroma khas
fermentasi, bertekstur utuh dan halus. Pelepah kelapa sawit segar memiliki warna
putih krem dan beraroma manis, sementara pelepah yang difermentasi memiliki
warna kecoklatan dengan tingkat kecoklatan yang semakin bertambah, demikian juga
aroma yang tercium terasa aroma manis khas fermentasi seiring lamanya masa
fermentasi ( Haustein, 2003).
Hasil fermentasi pelepah kelapa sawit yang ideal jika diamati secara fisik
adalah memiliki bau khas fermentasi, warna kecoklatan, dan tekstur yang lunak atau
remah, menandakan bahwa terjadi proses mikrobial dan proses degradasi serat kasar
oleh mikroorganisme di dalamnya yang merubah tekstur pelepah kelapa sawit dari
yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna.

2.1.1 Kelapa sawit


Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun
berasal dari benua Afrika dan pertama kali ditanam pada tahun 1848 sebagai tanaman
koleksi Kebun Raya Bogor. Pembudidayaan secara komersial untuk pertama kali
dilakukan sekitar tahun 1914 di daerah Deli Sumatera Utara, hingga kini berkembang
sebagai pusat produksi kelapa sawit Indonesia (Said, 1996).
. Menurut Batubara (2002), kelapa sawit merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dapat tumbuh baik di Indonesia, terutama di daerah-daerah dengan
ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut. Pada tahun 2000, area tanam
kelapa sawit di Provinsi Riau seluas 805.646 Ha, tahun 2004 seluas 1.370.284 hektar
(BPS, 2007), kemudian mengalami perkembangan yang signifikan hingga tahun 2008
menjadi 1.674.845 hektar (BPS, 2009). Luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau
merupakan yang terbesar ke 2 setelah Sumatera Utara dan Indonesia merupakan
penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar. pohon kelapa sawit dapat dilihat pada
Gambar 1

Gambar 1 pohon kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang menjadi
andalan Indonesia untuk mendatangkan devisa setiap tahun. Saat ini, Indonesia
merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia
dengan total produksi rata-rata 9,9 juta ton per tahun sejak tahun 2003.

Sejalan dengan semakin tinggi-nya produksi dan luas area per-kebunan kelapa
sawit dari tahun ke tahun, di sisi lain akan terjadi pula peningkatan volume
limbahnya, baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah kelapa sawit
adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama
atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah padat
kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang, janjang, dan fiber (sabut).
Tandan kosong adalah rangka antar buah, sedangkan cangkang adalah kulit buah. Di
antara cangkang terdapat serabut yang disebut fiber. Limbah yang dihasilkan dari
industri pengolahan kelapa sawit antara lain janjang kosong, limbah cair, limbah solid
(padatan) dan cangkang (Pardamean, 2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Telah dilaksanakan penelitian Fermentasi limbah ampas kelapa sawit sebagai
pakan ternak berkualitas tinggi pada hari Agustus 2023 bertempat di Laboratorium
Teknologi Rekayasa Kimia Industri Politeknik Bombana, kelurahan poea, kecamatan
rumbia tengah, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.2 ALAT DAN BAHAN

Anda mungkin juga menyukai