KIMIA ORGANIK
Kelompok 1
Fina : 4022022015
Min ismy vistarayu : 4022022024
MuhammadIfdal : 4022022014
Widia astuti : 4022022072
Nurmala sari : 4022022037
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada awal abad ke-19 orang meyangka bahwa zat-zat dalam tumbuh-tumbuhan
dibentuk oleh sesuatu yang gaib dan belum diketahui sifat-sifatnya.Kemudian
kepercayaan ini lambat laun hilang dan pada tahun 1828 seorang ahli kimia, Fiedrich
Mohler yang dapat membuat ureum dari zat-zat anorganik.Selain tumbuh-tumbuhan
dan hewan, masih ada sumber senyawa hidrokarbon yang kompleks misalnya, gula,
amilum, protein, glukosida, antibiotika, minyak, lemak dan lain-lain. Dari batu bara
diperoleh kokas, gas batu bara yang mengandung berbagai senyawa organic. Minyak
bumi merupakan campuran senyawa-senyawa karbon, terutama hidrokarbon.Tujuan
dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui sifat-sifat hidrokarbon dan dapat
menentukan reakivitas kmia berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan
aromatik).
Prinsip pada percobaan ini adalah mengetahui sifat-sifat hidrokarbon dan dapat
menentukan reakivitas kmia berdasarkan jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh dan
aromatik) dengan cara memisahkan senyawa hidrokarbon menggunakan metode sifat
fisika dan kimia. Metode pada sifat fisika, kelarutan dan densitas dalam air dan
kelarutan dan densitas dalam dietil eter. Sedangkan dalam metode kimianya dengan
cara pembakaran, uji bromin, uji KMnO4 dan uji H2SO4. Identifikasi ini bermanfaat
untuk sintesis obat-obatan, pendayagunaan bahan bakar, proses pembuatan sabun,
plastik dan lain-lain.
(lingkaran)
rendah berbentuk gas. Karena sifat non-polarnya maka hidrokarbon akan mudah
larut dalam pelarut-pelarut berpolaritas rendah seperti karbontetrakhlorida,
khloroform, benzena, dan eter; selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang
lebih kecil dari air.
2.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum identifikasi senyawa hidrokarbon dan senyawa
organic jenuh dan tak jenuh yaitu:
1. Mampu memahami kelarutan dari hidrokarbon alifatik dan aromatis.
2. Mampu memahami secara seksama perubahan reaksi yang terjadi pada
larutan.
2.4 Manfaat
Manfaat dari prakktikum ini adalah dapat mengetahui bagaimana kelarutan
hidrokarbon alifatik dan aromatis dan mampu memahami bagaimana suatu
reaksi mengalami perubahan yang terjadi pada suatu larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai atau
suatu cincin.Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai
lurus atau rantai yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus
berarti dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih dari dua atom
karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit sebuah atom
karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain. (Fessenden, 1997).
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot
molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut
dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada
alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–
karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah
maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon. (Petrucci,
1987)
2.2 Penggolongan Senyawa Hidrokarbon
2.2.1 berdasarkan jenis ikatan
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai empat
ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas.Semua elektron terikat kuat
oleh kedua atom.Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang
berarti kurang reaktif.(Wilbraham, 1992).
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah.Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki afinitas
yang rendah terhadap senyawa lain, dan relative inert. Meskipun demikian, alkana
dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang sesuai. Alkana bereaksi
dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya adalah karbondioksida dan air
serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas. Contohnya metana (gas
alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi. (Fessenden dan Fessenden, 1982).
b. alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap
karbon-karbon.Alkena terdapat dalam jumlah berlebih da alam.Etilena, sebagai
contohnya adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen
adalah senyawa terbanyak dalam turpentin.Contoh lainnya adalah beta karoten,
mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna kuning yang
mewarnai wortel.Beta karoten meupakan vitamin pro vitamin A (Fessenden dan
Fessenden, 1982).
Sifat dari alkena hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan alkana
karena adanya ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan jumlah atom
karbon yang sama dengan alkana baik titik didih maupun titik leburnya lebih kecil
dari alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).
c. alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon. Kedua
kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tak jenuh karena memiliki atom hydrogen
perkarbon lebih seidikit dibanding dengan alkane, alkena yang memiliki percabangan
akan mengalami penururna seikit titik didih (Marsuali, 2004).
BAB III
METEDIOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktimum Kimia Organik dilaksanakan pada hari selasa bulan Maret 2023,
bertempat dilaboratorium Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Program Studi
Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Kampus Politeknik Bombana, Kelurahan
Poea,Kec. Rumbia,Kab. Bombana, Sulawesi Tenggara.
3.2.2. Bahan
Asam sulfat (H2SO4)
Parafin
Etanol/alcohol
Aquades
3.3 Prosedur kerja
a. Hidrokarbon Alifatis
1. Memasukan 5 ml Lrutan H2SO4 kedalam tabung reaksi menggunakan
labu ukur
2. Larutan tersebut kemudian dipindahkan ke gelas kimia
3. Selanjutnya memasukan paraffin cair kedalam larutan H2SO4 sebanyak 5
tetes
4. Kemudian diamati Selama 1 menit perubahan yang terjadi.
5. Catat hasil pengamatan
b. Hidrokarbon Alimatis
1. Mengambil 5 ml alcohol lalu disimpan didalam tabung reaksi ditutup
menggunakan kapas
2. Mengambil aquades sebanyak 5 ml kedalam labu ukur
3. Larutan alcohol tadi kemudian dicampurkan kedalam aquades yang telah
berada di dalam labu ukur,
4. Amati selama 5 menit perubahan apa yang terjadi
5. Catat hasil pengamatan
Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi
a. Hidrokarbon alifatis
b. Hidrokarbon alimatis
Mengambil 5 ml alcohol
Mengambil aquades
sebanyak 5 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Penembahan
No Bahan Sampel Pengamatan
pereaksi
Hidrokarbon Parafin Reaksi awal yang terjadi
alifatis pada tetesan pertama,
parafin mengalami
pengkristalan, pembekuan
dan tidak menyatu pada
H2SO4. Pada tetesan kedua
dan seterusnya menyatu
dengan kristalan pada
tetesan pertama
Hidrokarbon 5ml aquadest+ Reaksi awal yang terjadi
alimatis 5ml alkohol pada larutan aquadest dan di
dalam gelas tambahkan alkohol
ukur mengalami perubahan
berupa penguapan dan ada
gelembung-gelembung kecil
dan kemudian gelembung
tersebut naik ke atas dan
menyatu dengan
aquadest+alkohol
4.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini di lakukan dengan terlebih dahulu memisahkan alkohol yang
di simpan di dalam tabung reaksi yang di tutup menggunakan kapas. Mengambil
aquades sebanyak 5ml kedalam labu ukur. selanjutnya larutan alkohol tadi kemudian
di campurkan ke dalam aquades yang telah berada di labu ukur. Reaksi awal yang
terjadi pada larutan aquades yang di tambahkan alkohol mengalami perubahan yaitu
terjadinya penguapan dan terdapat gelembung-gelembung kecil, ketika di amati
selama 5 menit gelembung-gelembung tersebut naik keatas dan meyatu dengan
akuades serta alkohol sampai pada akhirnya gelembung-gelembung tersebut yang
menempel pada gelas ukur perlahan menghilang.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Parafin tidak dapat menyatu dengan H2SO4 karena sesuai dengan Desrorier
(2009) mengatakan bahwa dimana sifat parafin itu sukar bereaksi dengan
senyawa lain dan merupakan senyawa tunggal dan mempunyai ikatan jenuh
( hidrokarbo jenuh asiklik).
2. Pada pengamatan menit pertama tetesan parafin menjadi beku.
5.2 SARAN
Hart, Horald. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
Wibraham, antony. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati. Bandung : ITB.
LAMPIRAN