Anda di halaman 1dari 18

IDENTIFIKASI SENYAWA HIDROKARBON DAN SENYAWA

ORAGNIK JENUH DANTIDAK JENUH

DISUSUN
OLEH:
ANDI SYAHRIL /4022022005
FERA YUGISTA /4022022014
IRMA YUNITA /4022022024
INDAR /4022022023
SUCIATI /4022022062
UNUN KHARUNNISA /4022022068

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA


INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
penulisan laporan yang berjudul ‘’ IDENTIFIKASI SENYAWA
HIDROKARBON DAN SENYAWA ORAGNIK JENUH DANTIDAK JENUH
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kimia Organik.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas laporan
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kimia organik menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal ini kita
dikelilingi oleh senyawa organik, bahkan hampir semua reaksi dalam hidup kita
melibatkan senyawa organik. Sehingga pengetahuan tentang kimia organik
sangatlah penting. Penyusun utama materi hidup yaitu : protein, karbohidrat,
lemak ( lipid ), asam nukelat (RNA dan DNA), membran sel, enzim, dan hormon
adalah senyawa organik.
Secara umum kimia organik adalah suatu ilmu dari cabang ilmu kimia
yang mempelajari seyawa-senyawa dari karbon (C) dan hidrogen (H) beserta
turunannya, turunan senyawa organik yang biasa terdapat yaitu senyawa yang satu
atom H-nya diganti dengan nitrogen (N), halogen (Cl, Br, dan l), ataupun oksigen
(O). Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut
hodrokarbon.
Hidrokarbon dibagi menjadi dua bagian yaitu hidrokarbon alifatik dan
hidrokarbon siklik. Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi dua bagian yaitu alifatik
jenuh (senyawa alkana) dan alifatik tak jenuh (senyawa alkena dan alkuna),
sedangkan hidrokarbon siklit terbagi menjadi tiga bagian yaitu siklit jenuh (siklo
alkana), siklik tak jenuh (sikloalkena), dan siclik aromatik (benze).
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar
dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan
pelarut polar seperti air atau etanol, sebaliknya hidrokarbon dapat bercampur
dengan pelarut yang relatif non polar seperti karbon tetra non klorida (CCl ) atau
diklorometana (CH CI). Reaktifitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak relatif terhadap sebagian besar
pereaksi, dan hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami reaksi
adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya, sedangkan senyawa aromatic
biasanya mengalami reaksi substitusi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengetahui kelarutan dari hidrokarbon alifatis dan
aromatis
2. Bagamana cara mengetahui perubahan reaksi yang terjadi

C. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui kelarutan dari hidrokarbon
alifatis dan aromatis
2. Mengamati secara seksama perubahan reaksi yang terjadi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.


Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun
dari atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa
hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 2 juta senyawa hidrokarbon. Untuk
mempermudah mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli
menggolongkan hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam
molekulnya. Berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam molekulnya, senyawa
karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik.
Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka
dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya,
senyawa hidrokarbon alifatik terbagi atas senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
(Sukarmin, 2004)

Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari
senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut
polar seperti air atau etanol. Sebaliknya , hidrokarbon dapat bercampur dengan
pelarut yang relative non polar seperti karbon tetraklorida (CCl 4) atau
diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh
jenis ikatannya . Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagaian
besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna ) dapat mengalami
reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Senyawa aromatic
biasanya mengalami reaksi subtitusi . (Anonim, 2012)

Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai


atau suatu cincin. Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu
rantai lurus atau rantai yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu
rantai lurus berarti dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih
dari dua atom karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit
sebuah atom karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain.
(Fessenden, 1997)

Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang
berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat
yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain
alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap
karbon. (Petrucci, 1987)

Langkah pertama dalam menentukan struktur suatu senyawa organik adalah


menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai pada rumus molekul, terlebih
dahulu ditentukan rumus empiris di mana rumus empiris yaitu perbandingan
relatif unsur-unsur penyusunnya. Untuk menentukan banyaknya karbon dan
hidrogen di lakukan dengan mengoksidasi senyawa organic tersebut, dan
kemudian zat hasil oksidasi tersebut di selediki. Alkana yaitu senyawa non polar
sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Alkena mudah larut dalam pelarut zat-
zat organik non polar. Misalnya benzen, karbon tetra klorida, eter dan kloroform
tidak larut dalam air dan zat-zat pelarut polar. (Respati, 1986)

Senyawa hidrokarbon aromatik maupun olefin merupakan bahan baku


utama yang sangat penting dalam berbagai proses industri petrokimia. Saat ini,
sumber utama senyawa tersebut masih mengandalkan pada ketersediaan sumber
alam berupa gas dan minyak bumi hasil proses penyulingan menyadari semakin
menipisnya cadangan minyak bumi tersebut. Pembentukan senyawa aromatik
dapat berlangsung melalui reaksi kondensasi dan dehydrosklisasi molekul
isobutelena dari pada melalui reaksi siklisasi dienon serbuk halus padatan katalis
ZsM-5 komersial (berukuran partikel 3 um) dengan rasio si/Al masing-masing
adalah 25,75 dan 100 digunakan sebagai sampel katalis dalam reaksi konversi
aseton fase gas menjadi hidrokarbon aromatik (Setriadi, 2005).

B. PENGGOLONGAN SENYAWA HIDROKARBON


1. Berdasarkan jenis ikatan
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon
yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu
ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom
karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon
tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai
empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron
terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut
juga parafin yang berarti kurang reaktif. (Wilbraham, 1992)
Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan

sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah CnH dimana n menyatakan


jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan
formula CH4. Metana ini mempunyi sifat tidak berwarna dan tidak berbau, sangat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan titik leburnya
rendah, dibawah 0 oC.Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil, tidak dapat
bereaksi dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat di
laboratorium (Fessenden dan Fessenden, 1982).

2. Berdasarkan bentuk rantai karbon


Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan hidrokarbon
aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan aromatik mempunyai
tiga sifat umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding air dan
terbakar di udara. (Wilbraham, 1992)
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok
besar yaitu :
1. Hidrokarbon alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup
bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai
terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu:
C2H6 (etana), CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana)
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon
yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang
biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan
ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari
hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang
khas. (Syukri, 1999)

3. Penggolongan hidrokarbon alifatik


a. Alkana
Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut
hidrokarbon karena didalamnya hanya terkandung atom karbondan hydrogen.
Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja. Alkana
memiliki rumus CnH2n+2, dimana n adalah bilangan asli yang menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik. Hal ini
dikarenakan lemak-lemak hewani mengandung rantai panjang yang mirip dengan
alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut


hidrokarbon karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan hidrogen.
Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja. Alkana
memiliki rumus umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa
alifatik (Yunani = aleiphas yang berarti lemak). Hal ini dikarenakan
lemak-lemak hewani mengandung karbon rantai panjang yang mirip dengan
alkane. (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Alkana dengan satu formula dapat membentuk beberapa struktur molekul.
Misalnya alkana dengan empat atom karbon dapat membentuk normal butana dan
isobutana, keduanya sama-sama memiliki rumus molekul C 4H10. Hal yang sama
juga terjadi untuk C5H12, dan seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah
dan macam atom sama tetapi berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer.
Isomer berasal dari bahasa Yunani isos + meros yang berarti terbuat dari bagian
yang sama. Senyawa seperti butana dan isobutana hanya berbeda pada urutan
atom yang terikat satu sama lainnya, disebut isomer konstitusional. Alkana rantai
lurus mengandung senyawa atom yang dibangun dengan cara serupa etana. Tidak
perlu kita terpaku pada titik struktur elektron untuk setiap rantai. Tulis saja
lambang karbon senyawa yang diperlukan untuk mendapatkan panjang rantai,
kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang menggambarkan ikatan
kovalen. Ingat bahwa setiap hidrogen untuk empat ikatan kovalen. (Fessenden dan
Fessenden, 1982).

Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki
afinitas yang rendah terhadap senyawa lain, dan relative inert. Meskipun
demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang sesuai.
Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya adalah
karbondioksida dan air serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas.
Contohnya metana (gas alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi.
(Fessenden dan Fessenden, 1982)

Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing masing atom


karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai parafin atau
hidrokarbon jenuh, selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana. Sikloalkana ini
digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik
mempunyai rumus empirik CnH2n, Reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana
adalah (Mushoddaq dan sentosa, 2012):
1. Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana adalah gas karbondioksida
dan sejunlah air dan sejumlah energi.
2. Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang
terikat pada senyawa alkana.
3. Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt
berlangsung jika alkana tersebut memiliki atom karbon tertier.
4. Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan senyawa nitrat dimnaa reaksi
ini dapat berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.
Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000oC tanpa oksigen akan dihasilkan
alkana dengan rantai karbon lebih pendek.

b. alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan
rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih da alam. Etilena,
sebagai contohnya adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan
α-pinen adalah senyawa terbanyak dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta
karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna
kuning yang mewarnai wortel. Beta karoten meupakan vitamin pro vitamin A
(Fessenden dan Fessenden, 1982).

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan


rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih di alam. Etilena,
sebagai contohnya, adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan
α-pinen adalah senyawa terbanyak dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta
karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna
kuning yang mewarnai wortel. Beta karoten merupakan pro vitamin
A. (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Sebagaimana alkana, alkena yang memiliki percabangan akan mengalami


penurunan sedikit titik didih. Meskipun alkena adalah non polar sedikit lebih larut
dalam air dibandingkan alkana pasangannya. Keadaan ini dimungkinkan karena
elektron dan alkena yang agak terbuka itu tertarik oleh hidrogen dari air yang
bermuatan positif parsial. Alkena dengan empat atom karbon atau kurang,
berwujud gas dan tidak berwarna, sedangan senyawa yang memiliki lima atom
karbon atau homolog yang lebih tinggi merupakan cairan yang mudah menguap.

Sifat dari alkena hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan
alkana karena adanya ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan
jumlah atom karbon yang sama dengan alkana baik titik didih maupun titik
leburnya lebih kecil dari alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).

c. alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon.
Kedua kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tak jenuh karena memiliki
atom hydrogen perkarbon lebih seidikit dibanding dengan alkane, alkena yang
memiliki percabangan akan mengalami penururna seikit titik didih (Marsuali,
2004).

2.4 Reaksi pada hidrokarbon


1. Reduksi dan oksidasi merupakan reaksi-reaksi yang sangat umum di
dalam kimia organic. Reaksi-reaksi ini dapat mempengaruhi perubahan
senyawa-senyawa dengan ikatan rangkap dua, ikatan rangkap tiga,
alkohol, aldehid, keton dan senyawa-senyawa lain. Reaksi reduksi adalah
reaksi antara satu senyawa dengan hydrogen, sedangkan reaks ioksidasi
adalah reaksi antara satu senyawa dengan oksigen. Hasil-hasil reduksi
(reduction product) dan hasil-hasil oksidasi (oxidation product) tergantung
dari substrat dan kondisi proses (Sumardjo, 2009).

2. Reaksi adisi artinya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi,


suatu zat ditambahkan ke dalam suatu senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap sehingga ikatan rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal
(Sumardjo, 2009)

3. Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom ataugugus dengan atom


atau gugus lain. Jadi, dalam reaksi ini, satu atom atau gugus yang terdapat
dalam ranai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan
tempatnya yang kosong akan diganti oleh atom gugus yang lain
(Sumardjo, 2009).

4. Eliminasi artinya penghilangan atau pelepasan. Reaksi eliminasi dapat


dianggap kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus
yang masing-masing terkait pada dua buah atom karbon yang letaknya
berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan
ikatan rangkap (Sumardjo,2009).
BAB III
METEODOLOGI PENELITIAN

 WAKTU DAN TEMPAT

Telah dilaksanakan praktikum MENGINDENTIFIKASI SENYAWA


HIDROKARBON DAN SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TAK JENUH
pada hari kamis, 09 Maret 2023 bertempat di Laboratorium Teknologi Rekayasa
Kimia Industri Politeknik Bombana, Desa Lantowua, kecamatan Rrowatu Utara,
Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Tabung reaksi
 Erlenmeyer
 Pipet tetes
 Kapas
 Gelas ukur
 Pipet gondok
b. Bahan
 Asam nitrat pekat (HNO₃)
 Benzene
 Etanol
 Aquadest
 Asam sulfat
 Parafin

C. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
2. Pada pengamatan hidrokarbon alifatis pertama kita mengambil cairan
H₂SO₄ sebanyak 5 ml kedalam gelas beaker, lalu kita menambahkan
parafin sebanyak lima tetes kedalam cairan H₂SO₄ tadi dan kita harus
mengamati setiap perubahan yang terjadi dari setiap tetesan yang diberikan
pada cairan H₂SO₄ dari parafin.
3. Pada pengamatan hidrokarbon alimatis pertama kita mengambil cairan
aquadest sebanak 5 ml, kedalam gelas ukur setelah itu kita menambahkan
Alkohol kedalam aquadest sebanyak 5 ml, dan setelah itu setelah lima
menit kita mengamati perubahan awal hingga perubahan akhir yang terjadi
pada proses penambahan cairan aquadest dan alkohol.
4. Dan catatlah hasil pengamatan.

D. BAGAN ALIR

Penyiapan alat dan


bahan

Proses pencampuran
bahan

Proses pengamatan pada


bahan

Mencatat hasil
pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

A. HASIL

N PENAMBAH
BAHAN SAMPEL PENGAMATAN
O AN REAKSI

1. Hidrokarbon parafin 5 ml H₂SO₄ Pada tetesan awal


parafin yang ditetsekan
alifatis +
pada cairan H₂SO₄ itu
5 tetes parafin
tidak menyatuh
melainkan membeku
dan pada tetesan 2-5
parafin tetap tidak dapat
menyatuh pada cairan
H₂SO₄ melainkan
berbentuk padatan yang
berwrna putih
2. Hidrokarbon 5 ml aquadest Pada reaksi awal yaitu
adanya gelembung yang
alimatis +
muncul pada dinding
5ml alkohol
gelas ukur dan setelah
di amati kembali dalam
waktu 5 menit tidak ada
perubahan yang terjadi.
B. PEMBAHASAN

pada percobaan pertama kita telah melakukan pengamatan tentang


hidrokarbon alifatis, yang dimana kita mengamati penambahan cairan terhadap
H₂SO₄ dan parafin yaitu jika parafin diteteskan kedalam cairan H ₂SO ₄ maka
tidak akan dapat menyatuh melainkan tetesan parafin berbentuk padat atau
membeku diatas (mengapung) pada cairan parafin yang dimana parafin yang
membeku ini itu berwarna putih. Maka dari itu jika kedua cairan ini di satukan
maka akan bersifat tidak jenuh atau tidak dapat menyatuh.
Cairan H₂SO₄ dan parafin tidak dapat menyatuh karena parafin
merupakan hidrokarbon jenuh dengan satu gugus alkil atau satu cabang samping
pada cabang utamanya dan daya reaksinya rendah karena ia juga sukar bereaksi
dengan zat lain. Dan juga parafin tidak menyatuh pada H ₂SO ₄ karena H ₂SO ₄
tidak termasuk dalam atau tidak mempunyai atom karbon tersier.
Pada percobaan kedua kita melakukan pengamatan tentang hidrokarbon
alimatis yaitu dimana kita mengamati penambahan cairan aquadest sebanyak 5 ml
dan alkohol sebanyak 5 ml kita satukan kedalam gelas ukur, pada pengamatan
awal setelah kedua cairan di campurkan itu terdapat gelembung yang muncul pada
dinding gelas ukur dan setelah di amati kembali dalam waktu lima menit itu tidak
ada perubahan yang terjadi, itu menandakan bahwa kedua cairan ini bersifat
jenuh.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Cairan H₂SO₄ dan parafin tidak dapat menyatuh karena parafin


merupakan hidrokarbon jenuh dengan satu gugus alkil atau satu cabang
samping pada cabang utamanya dan daya reaksinya rendah karena ia juga
sukar bereaksi dengan zat lain.
2.

B. SARAN

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan memperhatikan


kelengkapan alat dan bahan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Identifikasi Hidrokarbon. http://praktikum-
organik.blogspot.com/2012/10/percobaan-3-identifikasi-
hidrokarbo.html.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara
Fessenden R.J., dan Fessenden, J.S., 1982. Dasar-dasar Kimia Organik.
Binarupa Aksara, Jakarta
Iskandar, Aomi. Laporan Kimia Organik Senyawa-Senyawa Hidrokarbon.
https://www.academia.edu/18777019/laporan_praktikum_kimia_org
anik_senyawa-senyawa_hidrokarbon. (Jurnal Sumber)
Marsuali, M., 2004. Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik,
dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha
Kabupaten Muna. Sulawesi Tenggara, Makara Sains, Universitas
Khairun, Ternate. Indonesia.
Mudhoddaq, M., dan Sentosa, B., 2012. Deteksi Lapisan Hidrokarbon dengan
Metode Inversi Impedansi Akustik dan EMD (Emperical Mode
Decompostion) Pada Formasi Air Benakat Lapangan “X”. ITS, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai