HIDROKARBON
NAMA
ST NURFAJRIANI
NIM
H31113310
GOL/KLP
H5 / 2(DUA)
HARI/TGL
ASSISTEN
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan,
ST NURFAJRIANI
NIM. H31113310
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu
hidrogen
dan
karbon
namun
memiliki
banyak
anggota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau alisiklik yang artinya adalah senyawa rantai terbuka. Istilah lain untuk
sikloalkana adalah parafin yang artinya sukar bereaksi. Golongan sikloalkana
adalah salah satu komponen utama dalam minyak bumi yang melalui proses
fraksinasi (penyulingan) akan menghasilkan premeum dengan titik didih antara
30-200o C (Sitorus, 2010).
Minyak bumi serta gas bumi yang berkaitan dengannya kini merupakan
sumber utama hidrokarbon. Kemungkinan untuk mengubah sebagian kelebihan
cadangan batu bara dunia menjadi hidrokarbon yang berguna mendapatkan
perhatian besar dan dikaji secara meluas karena cadangan minyak bumi menyusut.
Juga telah dipertimbangkan kemungkinan bahwa tumbuhan tertentu boleh jadi
merupakan sumber hidrokarbon penting untuk masa mendatang. Gas bumi pada
dasarnya terdiri atas metana (CH4), etana (C2H6) dan propana (C3H8) biasanya
merupakan 5 sampai 10 persen dari keseluruhan, bersama dengan runut
hidrokarbon C4 dan C5.
dikehendaki dan zat berbobot molekul lebih tinggi dan kemudian digunakan
hamper semata-mata sebagai bahan bakar (Pine, dkk., 1988).
Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan
sikloalkana.
menyatakan jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana
dengan formula CH4. Metana ini mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak
berbau, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan
titik leburnya rendah, dibawah 0o C. Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil,
tidak dapat bereaksi
terdapat
untuk molekul yang mempunyai BM sama. Sebagai contoh tiga isomer pentana
mempunyai urutan titik didih : n-pentana >2-metil butana > 2,2- dimetil propana,
dimana luas permukaan berbanding terbalik dengan titik didihnya (Sitorus, 2010).
Pada senyawa hidrokarbon tak jenuh dikenal alkena dan alkuna. Alkena
adalah suatu hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dua
karbon karbon. Alkena dikenal pula sebagai alifin. Sedangkan alkuna adalah
suatu hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon. Kedua
kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tidak jenuh karena memiliki atom
hidrogen per-karbon lebih sedikit dibanding dengan alkana (Tim dosen Kimia,
2013).
CnH2n-2 (alkuna), CnH2n (alkena), CnH2n+2 (alkana)
Dengan jalan demikian alkana sesungguhnya dapat diperoleh dengan jalan
penambahan sejumlah hidrogen terhadap alkena dan alkuna.
R-C
C R + katalis H 2
RCH 2 - CH 2 R
Sering pula ditemukan suatu hidrokarbon memiliki dua ikatan rangkap du,
senyawa hidrokarbon yang demikian itu dikenal sebagi alkadiena atau diena.
Dikenal pula adanya triena, tetraena dan seterusnya hingga poliena. Demikian
juga halnya dengan senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap tiga, ataupun kombinasi antara rangkap dua dengan rangkap tiga cukup
banyak ditemukan (Tim dosen Kimia, 2013).
Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan ganda di antara atom-atom
karbonnya. Alkena sederhana atau olefin mengandung satu ikatan ganda dua dan
mempunyai rumus umum CnH2n-2 dalam bentuk rantai lurus atau cabangnya.
Alkuna sederhana atau asetilena mempunyai ikatan ganda tiga di antara atom-
atom karbonnya dan dapat dituliskan dengan rumus umumnya C nH2n-2. Dengan
sedikit perubahan, aturan penamaan untuk alkana berlaku bagi alkena dan alkuna.
Rantai utama adalah rantai panjang yang mengandung ikatan ganda. Penomoran
atom karbon sedemikian rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor
terendah. Akhiran ena digunakan untuk alkena, sedangkan una untuk alkuna.
Nama biasa untuka alkena adalah merupakan turuna dari etilena, sedangkan untuk
alkuna adalah dari asetilena. Atom karbon dalam rantai diberi nomor sedemikian
rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor terendah (Petrucci dan Suminar,
1985).
Alkena sangat mudah dioksidasi, misalnya dengan KMnO4 dalam keadaan
asam. Warna merah jingga akan hilang dengan cepat. Hal ini merupakan salah
satu cara untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap. Bila reaksi dilakukan
dengan KMnO4 suasana alkalis, pada temperatur rendah, maka akan terjadi
senyawa dihidroksi atau glikol (Respati, 1986).
Senyawa aromatik adalah senyawa yang menyerupai senyawa benzena
yang merupakan hidrokarbon induk dari kelompok senyawa aromatik. Benzena
berupa cairan dalam suhu normal, banyak digunakan sebagai pelarut organik.
Sifatnya non polar, tidak bercampur dengan air namun dapat bercampur dengan
pelarut organik lainnya seperti dietil eter, karbon tetraklorida, atau heksana.
Benzena dan turunannya banyak diperoleh dari batubara dan minyak bumi.
Molekul benzena banyak mempunyai cincin karbon beranggota enam dimana tiap
tiap karbon mengikat satu hidrogen dengan rumus empiris C 6 H 6 , sikloheksana
C 6 H 12 , walaupun benzena memiliki ketidakjenuhan namun sifat benzena lebih
mendekati hidrokaron jenuh dibndingkan dengan hidrokarbon tidak jenuh seperti
Brom, tidak teroksidasi dengan kalium permanganat, juga tidak mengalami reaksi
adisi dengan asam klorida maupun asam sulfat, padahal pereaksi pereaksi tersebut
sangat mudah bereaksi dengan alkena dan alkuna. Hal tersebut menunjukkan
bahwa benzena tidak setara dengan alkena maupun alkuna (Tim dosen Kimia,
2013).
Benzena memperlihatkan gambaran orbital molekul. Benzena merupakan
bangun datar dengan enam lingkar cincin serta enam orbital p yang tegak dan
sejajar. Keenam orbital p ini bersama sama memebentuk orbital molekul yang
meliputi keenam atom. Elektron orbital p mengisi rbital molekul ikatan-berenergi
rendah hingga penuh, sehingga menghasilkan kadang yang menguntungkan
ditinjau dari segi energi dan menjadikan benzena sangat stabil. Bayangkanlah
benzena sebagai sebuah cincin karbon datar yang memiliki awan elektron
di atas dan bawahnya (Respati, 1986).
3.1 Bahan
yang bersih dan kering. Masing-masing tabung reaksi diisi sebanyak 1,0 mL
n-heksana, sikloheksena, benzena, toluen, parafin dan etil asetoasetat (sebagai
pembanding), lalu ditambahkan 1 tetes larutan 0,1 M KMnO 4 1,0 mL, lalu
dikocok dan bila perlu dipanaskan. Kemudian diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi. Selanjutnya percobaan di atas diulang dengan mengganti 0,1 M
KMnO4 1 mL dengan 1-2 tetes larutan 1,0 mL Br2/ CCl4 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelarutan
( air)
(dietil eter)
n- heksana
Sikloheksena
Eter
Larut dalam dietil
Benzena
Eter
Larut dalam dietil
Eter
Larut dalam dietil
Eter
Larut dalam dietil
Hidrokarbon
Toluen
Parafin
Keterangan
Eter
4.1.2
Hidrokarbon
n- heksana
Sikloheksena
Benzena
+KMnO4 0,1 M
Berwarna ungu
Berwarna ungu
Berwarna ungu
Br2/ CCl4 5 %
Berwarna orange
Berwarna orange
Berwarna merah
Keterangan
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
bata
Tidak bereaksi
Toluen
Parafin
Etil
asetoasetat
Berwarna ungu
Berwarna ungu
Terbentuk endapan
coklat
Berwarna bening
Berwarna bening
Berwarna bening
4.2 Reaksi
1. CH3 CH2 CH2 CH2 - CH2 CH3 + KMnO4
pada KMnO4
dan bereaksi
pada Br2/ CCl4
Tidak bereaksi
pada KMnO4
dan bereaksi
pada Br2/ CCl4
Bereaksi
2.
+ KMnO4
3.
+ KMnO4
CH3
4.
+KMnO4
O
OH
OH
MnO2 + KOH
+ Br2
8
+ Br2
9.
CH3
+ Br2
O
O
10. CH3 C CH2 C OC2H5 + Br2
4 .3 Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan pertama mengenai kelarutan hidrokarbon
dalam air dan dietil eter dengan menggunakan beberapa hidrokarbon yang bersifat
non polar seperti n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil
eter, parafin. Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa senyawa-senyawa
tersebut tidak dapat larut dalam tetapi dapat larut dalam dietil eter. Hal ini
disebabkan karena senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa non polar
sedangkan air termasuk senyawa polar dan dietil eter termasuk senyawa non polar,
di dalam senyawa non polar terdapat gaya tarik Van Der Waals antara pelarut dan
zat terlarut. Selain itu, dalam propilena (alkena) terdapat elektron phi yang agak
terbuka sehingga tertarik oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif parsial.
Pada percobaan kedua mengenai reaksi antara hidrokarbon dengan KMnO4
0,1 M dan Br2/ CCl4 5% :
1. Reaksi n heksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
n-heksana dan n-pentana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak
terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena nheksana termasuk hidrokarbon jenuh yang hanya bisa bereaksi dengan
senyawa halogen apabila menggunakan katalisator dan reaksinya merupakan
reaksi subsitusi, n-heksana dan n-pentana juga tidak mengandung rantai
cabang sehingga tidak terdapat atom karbon tertier, padahal ada tidaknya
rantai cabang juga sangat mempengaruhi terjadinya suatu reaksi. Demikian
juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan
berwarna orange. n-heksana dapat bereaksi dengan Br2 apabila digunakan
katalisator dan reaksinya merupakan reaksi subsitusi.
2. Reaksi Sikloheksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Sikloheksana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi
dan larutan berwarna ungu.Demikian juga ketika direaksikan dengan Br 2/
CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna orange. Hal ini disebabkan
karena sikloheksana termasuk dalam senyawa jenuh sehingga tidak dapat lagi
bereaksi dengan hidrokarbon.
3. Reaksi benzena dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Benzena ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena benzen memiliki ikatan
terkonjugasi sehingga dapat beresonansi yang menyebabkan elektron pada
senyawa benzena selalu berpindah-pindah. Benzena tidak dapat bereaksi
dengan Br2/ CCl4 5% dan larutan berwarana merah bata, ini menandakan
bahwa benzen sukar sekali bereaksi dengan Br2/ CCl4 bila dibandingkan
dengan hidrokarbon yang lain. Selain itu benzen juga bersifat stabil
sehinngga sukar sekali bereaksi dengan hidrokarbon lain kecuali dengan
menggunakan katalisator.
4. Reaksi toluen dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Toulen ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%
terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan
teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin
disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang
digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan
sehingga kurang reaktif.
5. Reaksi parafin. dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Parafin ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak teng rerjadi reaksi
dan larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%
terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan
teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin
juga disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang
digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan
sehingga kurang reaktif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah:
1.
2.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya petugas laboratorium lebih memperhatikan alat dan bahan
yang akan digunakan, sebab tidak sedikit dijumpai alat yang sudah tidak layak
pakai (rusak). Selain itu, kebersihan laboratorium harus dijaga sehingga praktikan
dapat merasa lebih nyaman dalam praktikum.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih fokus dalam membimbing dan mengarahkan
praktikan, sehingga praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Pine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 1. ITB : Bandung.
Pine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 2. ITB : Bandung.
Petrucci, Ralph H dan Suminar.1985, Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Respati.1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta.
Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Tim
Kimia
Organik.
UPT
MKU
Universitas
AAAAAAAAAAAAAAA