Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK DASAR

HIDROKARBON

NAMA

ST NURFAJRIANI

NIM

H31113310

GOL/KLP

H5 / 2(DUA)

HARI/TGL

RABU/ 19 MARET 2014

ASSISTEN

ANDI TENRI SANA

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 19 Maret 2014


Asisten,

Praktikan,

ANDI TENRI SANA


NIM. H311109291

ST NURFAJRIANI
NIM. H31113310
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa hidrokarbon banyak kita temukan dalam kehidupan kita
sehari- hari. Senyawa hidrokarbon ini terdapat luas di alam dan juga saat ini dapat
disintesis misalnya minyak bumi. Didalam ilmu kimia senyawa hidrokarbon ini
masuk dalam ruang lingkup kimia organik

karena tersusun atas senyawa organik

berupa hidrogen dan karbon.


Hidrokarbon yang paling banyak terdapat dalam minyak bumi adalah
alkana berantai lurus, yang terdiri atas rantai atom-atom karbon yang saling terikat
oleh ikatan tunggal, dengan atom-atom hidrogen yang mencukupi pada setiap
atom karbon untuk bisa menghasilkan kapasitas maksimum pengikatan yaitu
empat ikatan. Alkana ini memiliki rumus umum CnH2n+2 . Ujung-ujung molekul ini
ialah gugus metil (-CH3), dengan gugus metilena (-CH2-) diantara keduanya. Kita
dapat menuliskan pentana (C2H5) sebagai CH3CH2CH2CH2CH3 untuk menyatakan
strukturnya secara lebih eksplisit atau dengan cara singkatan yaitu CH3(CH2)3CH3.
Senyawa-senyawa hidrokarbon ini meskipun hanya tersusun atas 2 elemen
dasar

yaitu

hidrogen

dan

karbon

namun

memiliki

banyak

anggota

senyawa- senyawa yang mempunyai gugus ikatan tertentu. Setiap kelompok


senyawa- senyawa ini memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang menarik
untuk dipelajari. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan
hidrokarbon ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah membedakan antara hidrokarbon jenuh


dengan tidak jenuh dan senyawa aromatik.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kelarutan suatu hidrokarbon dalam air dan dietil eter
2. Untuk mengetahui reaksi antara hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan
Br2/CCl4 5%.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini adalah menentukan kelarutan suatu senyawa
hidrokarbon yaitu n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen,
parafin dalam pelarut polar dan nonpolar seperti air, dietil eter. Serta mereaksikan
senyawa hidrokarbon dengan beberapa pereaksi seperti KMnO4 ,Br2/ CCl4 5 %.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah hidrokarbon mengacu pada senyawa yang tersusun dari atom


karbon dan hydrogen. Hidrokarbon dan senyawa turunannya umumnya terbagi
menjadi tiga kelompok besar (Pine, dkk., 1988) :
1. Hidrokarbon alifatik, terdiri atas rantai atom karbon yang tidak

mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai


hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon asiklik
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon
yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih.
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik

yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan


tunggal dan ikatan rangkap bersilih-ganti. Kelompok ini digolongkan
terpisah dari hidrokarbon alisiklik dan alifatik karena sifat fisika dan
kimianya yang khas.
Senyawa organik yang paling sederhana, terbentuk dari dua elemen yakni
hidrogen dan karbon. Senyawa hidrokarbon ini selain terdapat luas di alam juga
dpt dibuat (disintetis) di laboratorium. Secara umum senyawa hidrokarbon ini
terbagi atas tiga kelompok utama yaitu; hidrokarbon jenuh (saturated), tak jenuh
(unsaturated) dan aromatik.
antara karbon karbon.

Pembagian ini didasarkan atas pada jenis ikatan

Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan ikatan

tunggal karbon-karbon, hidrokarbon jenuh mengandung karbon-karbon ganda dua


atau ganda tiga, sedangkan hidrokarbon aromatik adalah kelompok senyawa siklik
tak jenuh namun sifatnya berbeda dengan alkena.

Sifat dari senyawa ini

umumnya dicirikan oleh benzena (Tim Dosen Kimia, 2013).


Alkana dan sikloalkana adalah golongan senyawa hidrokarbon jenuh
dimana semua ikatannya tunggal-tunggal. Alkana disebut juga senyawa alafatik

atau alisiklik yang artinya adalah senyawa rantai terbuka. Istilah lain untuk
sikloalkana adalah parafin yang artinya sukar bereaksi. Golongan sikloalkana
adalah salah satu komponen utama dalam minyak bumi yang melalui proses
fraksinasi (penyulingan) akan menghasilkan premeum dengan titik didih antara
30-200o C (Sitorus, 2010).
Minyak bumi serta gas bumi yang berkaitan dengannya kini merupakan
sumber utama hidrokarbon. Kemungkinan untuk mengubah sebagian kelebihan
cadangan batu bara dunia menjadi hidrokarbon yang berguna mendapatkan
perhatian besar dan dikaji secara meluas karena cadangan minyak bumi menyusut.
Juga telah dipertimbangkan kemungkinan bahwa tumbuhan tertentu boleh jadi
merupakan sumber hidrokarbon penting untuk masa mendatang. Gas bumi pada
dasarnya terdiri atas metana (CH4), etana (C2H6) dan propana (C3H8) biasanya
merupakan 5 sampai 10 persen dari keseluruhan, bersama dengan runut
hidrokarbon C4 dan C5.

Gas itu dibebaskan dari berbagai laah yang tak

dikehendaki dan zat berbobot molekul lebih tinggi dan kemudian digunakan
hamper semata-mata sebagai bahan bakar (Pine, dkk., 1988).
Hidrokarbon jenuh terdiri atas dua kelompok utama yaitu alkana dan
sikloalkana.

Rumus umum senyawa alkana adalah CnH 2 n 2 dimana n

menyatakan jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana
dengan formula CH4. Metana ini mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak
berbau, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan
titik leburnya rendah, dibawah 0o C. Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil,
tidak dapat bereaksi
terdapat

dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum

di laboratorium (Tim Dosen Kimia, 2013).

Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing masing atom


karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai parafin atau
hidrokarbon jenuh.selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana. Sikloalkana ini
digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik
mempunyai rumus empirik CnH2n (Pine, dkk., 1988).
Reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana adalah :
1. Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana adalah gas karbondioksida
dan sejunlah air dan sejumlah energi.
2. Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang
terikat pada senyawa alkana
3. Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt
berlangsung jika alkana tersebut memiliki atom karbon tertier
4. Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan senyawa nitrat dimnaa reaksi
ini dapat berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.
5. Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000o C tanpa oksigen akan
dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
Alkana dan sikloalkana memiliki sifat-sifat fisik diantarnya tidak larut
dalam air karena molekulnya adalah non polar (hidrofobik). Berat jenis alkana dan
sikloalkana lebih ringan dibandingkan air, maka keduanya bila dicampur alkana
dan sikloalkana berada di atas air. Sifat fisik lain yang cukup penting khususnya
untuk alkana adalah titik didih (bp = boiling point). Titik didih sebanding dengan
BM suatu molekul. Pada suhu kamar alkana ada berwujud gas (C 1-C5), Cair dan
padatan. Faktor lain yang berpengaruh pada titik didih adalah luas permukaan

untuk molekul yang mempunyai BM sama. Sebagai contoh tiga isomer pentana
mempunyai urutan titik didih : n-pentana >2-metil butana > 2,2- dimetil propana,
dimana luas permukaan berbanding terbalik dengan titik didihnya (Sitorus, 2010).
Pada senyawa hidrokarbon tak jenuh dikenal alkena dan alkuna. Alkena
adalah suatu hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dua
karbon karbon. Alkena dikenal pula sebagai alifin. Sedangkan alkuna adalah
suatu hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon. Kedua
kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tidak jenuh karena memiliki atom
hidrogen per-karbon lebih sedikit dibanding dengan alkana (Tim dosen Kimia,
2013).
CnH2n-2 (alkuna), CnH2n (alkena), CnH2n+2 (alkana)
Dengan jalan demikian alkana sesungguhnya dapat diperoleh dengan jalan
penambahan sejumlah hidrogen terhadap alkena dan alkuna.
R-C

C R + katalis H 2

RCH = CHR katalis H 2

RCH 2 - CH 2 R

Sering pula ditemukan suatu hidrokarbon memiliki dua ikatan rangkap du,
senyawa hidrokarbon yang demikian itu dikenal sebagi alkadiena atau diena.
Dikenal pula adanya triena, tetraena dan seterusnya hingga poliena. Demikian
juga halnya dengan senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan
rangkap tiga, ataupun kombinasi antara rangkap dua dengan rangkap tiga cukup
banyak ditemukan (Tim dosen Kimia, 2013).
Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan ganda di antara atom-atom
karbonnya. Alkena sederhana atau olefin mengandung satu ikatan ganda dua dan
mempunyai rumus umum CnH2n-2 dalam bentuk rantai lurus atau cabangnya.
Alkuna sederhana atau asetilena mempunyai ikatan ganda tiga di antara atom-

atom karbonnya dan dapat dituliskan dengan rumus umumnya C nH2n-2. Dengan
sedikit perubahan, aturan penamaan untuk alkana berlaku bagi alkena dan alkuna.
Rantai utama adalah rantai panjang yang mengandung ikatan ganda. Penomoran
atom karbon sedemikian rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor
terendah. Akhiran ena digunakan untuk alkena, sedangkan una untuk alkuna.
Nama biasa untuka alkena adalah merupakan turuna dari etilena, sedangkan untuk
alkuna adalah dari asetilena. Atom karbon dalam rantai diberi nomor sedemikian
rupa sehingga ikatan ganda mendapatkan nomor terendah (Petrucci dan Suminar,
1985).
Alkena sangat mudah dioksidasi, misalnya dengan KMnO4 dalam keadaan
asam. Warna merah jingga akan hilang dengan cepat. Hal ini merupakan salah
satu cara untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap. Bila reaksi dilakukan
dengan KMnO4 suasana alkalis, pada temperatur rendah, maka akan terjadi
senyawa dihidroksi atau glikol (Respati, 1986).
Senyawa aromatik adalah senyawa yang menyerupai senyawa benzena
yang merupakan hidrokarbon induk dari kelompok senyawa aromatik. Benzena
berupa cairan dalam suhu normal, banyak digunakan sebagai pelarut organik.
Sifatnya non polar, tidak bercampur dengan air namun dapat bercampur dengan
pelarut organik lainnya seperti dietil eter, karbon tetraklorida, atau heksana.
Benzena dan turunannya banyak diperoleh dari batubara dan minyak bumi.
Molekul benzena banyak mempunyai cincin karbon beranggota enam dimana tiap
tiap karbon mengikat satu hidrogen dengan rumus empiris C 6 H 6 , sikloheksana
C 6 H 12 , walaupun benzena memiliki ketidakjenuhan namun sifat benzena lebih
mendekati hidrokaron jenuh dibndingkan dengan hidrokarbon tidak jenuh seperti

alkena dan alkuna.

Terbukti bahwa benzena tidak menghilangkan warna air

Brom, tidak teroksidasi dengan kalium permanganat, juga tidak mengalami reaksi
adisi dengan asam klorida maupun asam sulfat, padahal pereaksi pereaksi tersebut
sangat mudah bereaksi dengan alkena dan alkuna. Hal tersebut menunjukkan
bahwa benzena tidak setara dengan alkena maupun alkuna (Tim dosen Kimia,
2013).
Benzena memperlihatkan gambaran orbital molekul. Benzena merupakan
bangun datar dengan enam lingkar cincin serta enam orbital p yang tegak dan
sejajar. Keenam orbital p ini bersama sama memebentuk orbital molekul yang
meliputi keenam atom. Elektron orbital p mengisi rbital molekul ikatan-berenergi
rendah hingga penuh, sehingga menghasilkan kadang yang menguntungkan
ditinjau dari segi energi dan menjadikan benzena sangat stabil. Bayangkanlah
benzena sebagai sebuah cincin karbon datar yang memiliki awan elektron
di atas dan bawahnya (Respati, 1986).

Gambar struktur benzena


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana, sikloheksena,


benzena, etil asetoasetat, toluena, dietil eter, parafin, aquadest, KMnO4 0,1 M, Br2/
CCl4 5 %.
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, dan gelas piala.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon dalam Air dan Dietil Eter
Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu disiapkan 10 tabung reaksi
yang bersih dan kering. Pada 5 tabung reaksi pertama diisi 0.5 mL air, dan 5
tabung reaksi kedua diisi 0,5 mL dietil eter. Lalu ditambahkan setetes demi
setetes larutan

n-heksana (10 tetes), kemudian dikocok dan diperhatikan

kelarutannya dan di catat hasil pengamatannya. Selanjutnya prosedur diatas


diulang dengan menggunakan hidrokarbon sikloheksena, benzena, toluen dan
parafin
3.3.2

Reaksi Senyawa Hidrokarbon


Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu disiapkan 12 tabung reaksi

yang bersih dan kering. Masing-masing tabung reaksi diisi sebanyak 1,0 mL
n-heksana, sikloheksena, benzena, toluen, parafin dan etil asetoasetat (sebagai
pembanding), lalu ditambahkan 1 tetes larutan 0,1 M KMnO 4 1,0 mL, lalu
dikocok dan bila perlu dipanaskan. Kemudian diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi. Selanjutnya percobaan di atas diulang dengan mengganti 0,1 M
KMnO4 1 mL dengan 1-2 tetes larutan 1,0 mL Br2/ CCl4 5%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Hidrokarban dalam Air dan Dietil Eter


Kelarutan

Kelarutan
( air)

(dietil eter)

n- heksana

Larut dalam dietil

Sikloheksena

Eter
Larut dalam dietil

Benzena

Eter
Larut dalam dietil

Eter
Larut dalam dietil

Eter
Larut dalam dietil

Hidrokarbon

Toluen
Parafin

Keterangan

Eter
4.1.2

Reaksi hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4

Hidrokarbon
n- heksana
Sikloheksena
Benzena

+KMnO4 0,1 M
Berwarna ungu
Berwarna ungu
Berwarna ungu

Br2/ CCl4 5 %
Berwarna orange
Berwarna orange
Berwarna merah

Keterangan
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi

bata
Tidak bereaksi
Toluen

Parafin
Etil
asetoasetat

Berwarna ungu

Berwarna ungu
Terbentuk endapan
coklat

Berwarna bening

Berwarna bening

Berwarna bening

4.2 Reaksi
1. CH3 CH2 CH2 CH2 - CH2 CH3 + KMnO4

pada KMnO4
dan bereaksi
pada Br2/ CCl4
Tidak bereaksi
pada KMnO4
dan bereaksi
pada Br2/ CCl4
Bereaksi

2.

+ KMnO4

3.

+ KMnO4
CH3

4.

+KMnO4
O

5. CH3 C CH2 C OC2H5 + KmnO4

OH
OH

CH3 CH CH2 CH CH2


-OC2H5 +

MnO2 + KOH

6. CH3 CH2 CH2 - CH2 CH2 CH3 + Br2


7.

+ Br2

8
+ Br2

9.

CH3
+ Br2

O
O

10. CH3 C CH2 C OC2H5 + Br2

CH3 C CH2 C OBr +


C2H5Br

4 .3 Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan pertama mengenai kelarutan hidrokarbon
dalam air dan dietil eter dengan menggunakan beberapa hidrokarbon yang bersifat

non polar seperti n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil
eter, parafin. Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa senyawa-senyawa
tersebut tidak dapat larut dalam tetapi dapat larut dalam dietil eter. Hal ini
disebabkan karena senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa non polar
sedangkan air termasuk senyawa polar dan dietil eter termasuk senyawa non polar,
di dalam senyawa non polar terdapat gaya tarik Van Der Waals antara pelarut dan
zat terlarut. Selain itu, dalam propilena (alkena) terdapat elektron phi yang agak
terbuka sehingga tertarik oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif parsial.
Pada percobaan kedua mengenai reaksi antara hidrokarbon dengan KMnO4
0,1 M dan Br2/ CCl4 5% :
1. Reaksi n heksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
n-heksana dan n-pentana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak
terjadi reaksi dan larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena nheksana termasuk hidrokarbon jenuh yang hanya bisa bereaksi dengan
senyawa halogen apabila menggunakan katalisator dan reaksinya merupakan
reaksi subsitusi, n-heksana dan n-pentana juga tidak mengandung rantai
cabang sehingga tidak terdapat atom karbon tertier, padahal ada tidaknya
rantai cabang juga sangat mempengaruhi terjadinya suatu reaksi. Demikian
juga ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan
berwarna orange. n-heksana dapat bereaksi dengan Br2 apabila digunakan
katalisator dan reaksinya merupakan reaksi subsitusi.
2. Reaksi Sikloheksana dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Sikloheksana ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi
dan larutan berwarna ungu.Demikian juga ketika direaksikan dengan Br 2/

CCl4 5% tidak terjadi reaksi dan larutan berwarna orange. Hal ini disebabkan
karena sikloheksana termasuk dalam senyawa jenuh sehingga tidak dapat lagi
bereaksi dengan hidrokarbon.
3. Reaksi benzena dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Benzena ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
larutan berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena benzen memiliki ikatan
terkonjugasi sehingga dapat beresonansi yang menyebabkan elektron pada
senyawa benzena selalu berpindah-pindah. Benzena tidak dapat bereaksi
dengan Br2/ CCl4 5% dan larutan berwarana merah bata, ini menandakan
bahwa benzen sukar sekali bereaksi dengan Br2/ CCl4 bila dibandingkan
dengan hidrokarbon yang lain. Selain itu benzen juga bersifat stabil
sehinngga sukar sekali bereaksi dengan hidrokarbon lain kecuali dengan
menggunakan katalisator.
4. Reaksi toluen dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Toulen ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak terjadi reaksi dan
larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%
terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan
teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin
disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang
digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan
sehingga kurang reaktif.
5. Reaksi parafin. dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Parafin ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M tidak teng rerjadi reaksi
dan larutan berwarna ungu. Namun ketika direaksikan dengan Br2/ CCl4 5%

terjadi reaksi dan larutan berwarna bening, sehingga tidak sesuai berdasarkan
teori dimana larutan tersebut berubah warna menjadi orange. Ini mungkin
juga disebabkan oleh kesalahan dalam praktikum, tidak sterilnya alat yang
digunakan sehingga terkontaminasi terhadap larutan yang digunakan
sehingga kurang reaktif.

Padahal kita ketahui parafin merupakan suatu

senuyawa yang afinitasnya kecil sehingga sukar sekali bereaksi dan


merupakan senyawa yang stabil.
6. Reaksi Etil asetoasetat dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5%.
Etil asetoasetat ketika direaksikan dengan KMnO4 0,1 M terjadi reaksi dan
menimbulkan endapan coklat. Demikian juga ketika direaksikan dengan
Br2/ CCl4 5% terjadi reaksi dan larutan berwarna bening.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah:
1.

Senyawa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti : n-heksana,


sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, dan tidak
larut dalam pelarut polar (air) tetapi larut dalam pelarut non polar (dietil
eter).

2.

Senyawa hidrokarbon seperti n-heksana, sikloheksana, parafin, benzena, dan


toluen tidak dapat bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5% karena
bersifat stabil, sedangkan etil asetoasetat dapat bereaksi dengan KMnO4 0,1
M dan Br2/ CCl4 5%.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya petugas laboratorium lebih memperhatikan alat dan bahan
yang akan digunakan, sebab tidak sedikit dijumpai alat yang sudah tidak layak
pakai (rusak). Selain itu, kebersihan laboratorium harus dijaga sehingga praktikan
dapat merasa lebih nyaman dalam praktikum.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih fokus dalam membimbing dan mengarahkan
praktikan, sehingga praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Pine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 1. ITB : Bandung.
Pine, Stanley H, dkk., 1988, Kimia Organik 2. ITB : Bandung.
Petrucci, Ralph H dan Suminar.1985, Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Respati.1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta.
Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Tim

Dosen Kimia. 2013.


Hasanuddin : Makassar

Kimia

Organik.

UPT

MKU

Universitas

AAAAAAAAAAAAAAA

Anda mungkin juga menyukai