Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KIMIA ORGANIK

SENYAWA KARBONIL

OLEH

NAMA : CHINDY MARCELA MOODUTO

NIM : 821419002

KELAS : A-S1 FARMASI 2019

DOSEN : Dr. HAMSIDAR HASAN, S.Si, M.Si, Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ilmiah biologi tentang komunikasi antar sel. Adapun
makalah kimia organik II tentang senyawa karbonil ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat
memperbaiki makalah kimia organik II ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah kimia organik II


tentang senyawa karbonil ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Januari 2021

Chindy Marcela Mooduto


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
i

DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................


3

2.1 Pengertian...............................................................................................................
3
2.2 Golongan Gugus Karbonil......................................................................................
3

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


12

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
12...................................................................................................................................
3..2 Saran......................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa karbonil adalah kelompok senyawaan organik yang mengandung
gugus karbonil, C=O, gugus fungsional yang paling penting dalam kimia organik.
Senyawa karbonil ada di mana-mana. Sebagian besar senyawa-senyawa yang
penting secara biologis, seperti zat-zat farmasetis dan senyawa-senyawa sintetik
yang kita gunakan sehari-hari mempunyai gugus karbonil. Kandungan utama
dalam senyawa organik adalah atom karbon dan atom hidrogen, ditambah
nitrogen, oksigen, belerang dan atom unsur lainnya. Senyawa induk untuk semua
senyawa organik adalah hidrokarbon, yaitu alkana (mengandung ikatan tunggal),
alkena (mengandung ikatan rangkap karbon-karbon), alkuna (mengandung ikatan
rangkap tiga karbon-karbon), dan hidrokarbon aromatik (mengandung cincin
benzena).
Ikatan karbon – karbon dan ikatan karbon – hidrogen adalah umum untuk
semua senyawa organik. Faktanya ikatan – ikatan ini tidak mempunyai peranan
penting dalam senyawa organik. Hal sebaliknya terjadi pada ikatan  karbon
dengan atom lain yang menimbulkan kereaktifan dalam suatu struktur organik.
Kedudukan kereaktifan  ini dalam suatu molekul disebut gugus fungsi. Senyawa
dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami suatu reaksi kimia yang
sama.
Gugus fungsi yang akan dibahas kali ini adalah gugus karbonil. Gugus
karbonil terdiri dari alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, dan ester. 
Adanya senyawa karbon yang mengikat atom lain menyebabkan terbentuknya
gugus karbonil. Senyawa yang hanya mengandung karbon, hidrogen, dan atom
halogen dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu alkil halida, aril halida, dan halida
vinilik. Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih
hidrogennya diganti dengan halogen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Gugus Fungsi Karbonil?
2. Apa saja yang termasuk golongan Gugus Fungsi Karbonil?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu gugus fungsi karbonil.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam golongan gugus fungsi
karbonil.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Gugus Fungsi Karbonil
Para ahli kimia terdahulu menyebut senyawa organik untuk menyebut
senyawa-senyawa yang terdapat dalam tumbuhan dan binatang. Selanjutnya para
ahli mengembangkan pengertian ini setelah menemukan bahwa semua senyawa
organik memiliki kesamaan yaitu mengandung atom karbon. Senyawa organik
merupakan penyusun sebagian besar minyak bumi, batu bara, protein, lemak,
vitamin,dan enzim. Jumlah senyawa organik berjuta-juta, atom karbon dalam
senyawa tersebut terikat pada unsur lain terutama hidrogen dan sejumlah unsur
non logam termasuk oksigen, hidrogen, sulfur, dan halogen.
Sifat-sifat senyawaan ditentukan terutama oleh gugus fungsionalnya. Senyawa
hidrokarbon merupakan senyawa organik yang paling sederhana. Hail ini
disebabkan karena senyawa hidrokarbon hanya terdiri atas atom karbon dan
hidrogen. Beberapa atom hidrogen dalam molekul hidrokarbon dapat diganti
dengan atom oksigen atau gugus hidroksil. Atom atau gugus-gugus atom inilah
yang menentukan sebagian besar sifat fisika dan kimia molekul itu. Atom atau
gugus atom itu disebut sebagai gugus fungsional.
2.2 Golongan Gugus Fungsi Karbonil
1. Alkohol
Alkohol merupakan turunan dari alkana. Strutur alkohol diperoleh dengan
menggantikan satu atom H dengan gugus –OH. Penamaan alkohol juga
disesuaikan dengan nama alkana yaitu dengan mengubah akhiran –a pada alkana
dengan –ol. Misalkan metana menjadi metanol, etana menjadi etanol.
Perhatikan contoh molekul alkohol berikut.
Jumlah atom C=2, atom H=6, dan 1 atom O. Jadi, alkohol tersebut mempunyai
rumus molekul C2H6O. Rumus umum alkohol dapat dituliskan sebagai berikut:
CnH2n+2O.
a. Tata nama alkohol
Sistem IUPAC digunakan dalam tata nama alkohol dengan aturan
sebagai berikut.
Tentukan rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus OH.
Rantai terpanjang tersebut merupakan rantai utama, diberi nama sesuai
dengan nama alkana nya, tetapi huruf terakhir –a diganti dengan –ol.
Contoh :
1. Rantai terpanjang pada contoh diatas mengandung 5 atom karbon,
sehingga diberi nama pentanol. Semua atom karbon diluar rantai utama
dinamakan cabang, diberi nama alkil sesuai jumlah atom C.
2. Rantai utama diberi nomor dari ujung terdekat dengan rumus –OH.
3. Urutan pemberian nama alkohol adalah sebagai berikut. Nomor
cabang-nama alkil-nomor gugus OH-nama rantai utama. Jika cabang
lebih dari 1 jenis, maka diurutkan sebagai abjad. Senyawa diatas diberi
nama 3,4-dimetil,2-pentanol.
4. Jika terdapat lebih dari 1 gugus OH pada molekul yang sama
(polyhidroksil alkohol), digunakan akhiran –diol,-triol, dan seterusnya.
Dalam hal ini akhiran –a pada alkana rantai utama tetap dipakai.
Selain tata nama menurut IUPAC, terkadang dalam penamaan
senyawa alkohol digunakan tata nama trivial. Tata nama trivial atau nama
lazim merupakan penamaan yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Umumnya tata nama trivial alkohol dilakukan dengan
menyebutkan nama alkil diakhiri dengan alkohol.
b. Klasifikasi alkohol
Klasifikasi alkohol didasarkan pada jenis atom C yang mengikat gugus
–OH. Oleh karna itu alkohol dibedakan menjadi 3 yaitu alkohol primer,
alkohol sekunder, dan alkohol tersier.
Alkohol primer adalah alkohol dengan gugus –OH terikat pada atom C
primer. Alkohol sekunder adalah alkohol dengan gugus –OH terikat pada
atom C sekunder. Alkohol tersier adalah alkohol dengan gugus –OH
terikat pada atom C tersier.

2. Eter (alkoksi alkana)


Eter atau alkoksi alkana terbentuk dari dua alkohol yang bereksi dengan
melepaskan molekul air.
Contoh :
C2H5OH C2H5–OH → C2H5–O–C2H5 + H2O etanol + etanol → Etoksi
etana air.
Secara umum, rumus molekul eter dapat dituliskan sebagai berikut.
R-O-R’.
Gugus fungsi –o- terikat pada dua gugus alkil dapat sama tetapi dapat juga
berbeda. Perhatikan rumus molekul etoksi di atas.  Jumlah atom C=14, H=10, dan
O=1. Jika dituliskan rumus molekulnya adalah C 4H10O. Secara umum rumus
molekul eter adalah seperti berikut.
CnH2n+2O
a. Tata nama eter
Tata nama eter dapat dilakukan dengan sistem IUPAC dalam nama trivial.
Menurut sistem IUPAC eter disebut juga alkoksi alkana. Tata nama menurut
IUPAC dilakukan dengan menetapkan alkil yang lebih kecil sebagai alkoksi
dan alkil yang lebih besar sebagai alkana. Tata nama dengan trivial dilakukan
dengan menyebutkan nama alkil sesuai urutan abjad dan diakhiri eter. Jika
kedua alkil sama digunakan awalan –di. Perhatikan tata nama senyawa eter
berikut.
b. Keisomeran eter
Eter dengan rumus umum R – O – R’mempunyai fungsi dengan alkohol
(R- OH).
Contoh :
a. CH3CH2CH2–OH 1-propanol
b. CH3–CH2–O–CH3 Metoksi etana
1-propanol dan metoksi etana memiliki rumus molekul yang sama
yaitu C3H8O.
3. Aldehid
Aldehida atau alkanal merupakan gugus karbonil yang terkait pada
atom hidrogen dan gugus hidrokarbon (CHO).
Contoh :

Jadi, aldehid mempunyai rumus umum.


Jumlah atom C= 2, H=4, dan O=1. Jika dituliskan rumus
molekulnya adalah C2H4O. Secara umum molekul aldehida adalah seperti
berikut.
CnH2nO
Tata nama aldehida dilakukan dengan dua cara yaitu menurut
sistem IUPAC dan nama trivial. Tata nama aldehida berdasarkan sistem
IUPAC diturunkan dari nama alkana induknya dengan mengubah huruf
terakhiran-a pada alkana dengan huruf-al untuk aldehida. Tentukan rantai
terpanjang yang mengandung gugus fungsi. Penomoran selalu dari atom C
pada gugus fungsi sehingga atom karbon pada gugus –CHO selalu memiliki
nomor 1.
Contoh  :
Penomoran atom karbon pada aldehida dapat menggunakan huruf
yunani. Karbon terdekat dengan gugus -CHO disebut karbon alfa (α).
Karbon berikutnya beta (β), kemudian gamma (δ) atau delta, dan
seterusnya.
Tata nama trivial senyawa aldehida diambilkan dari nama asam
karboksilat induknya dengan mengubah asam-at menjadi akhiran aldehida.
Misalnya asam asetat menjadi asetaldehid. Perhatikan tata nama IUPAC
dan trivial dari beberapa senyawa aldehida berikut.

4. Keton
Keton atau alkanon merupakan gugus yang mengandung gugus
karbonil (C=O) yang diikat oleh dua gugus alkil. Perhatikan contoh berikut.

Jadi rumus umum dari keton adalah seperti berikut.

Senyawa pada contoh di atas memiliki rumus molekul C3H6O.


Jadi keton memiliki rumus molekul yang seperti berikut.
Rumus molekul keton sama dengan rumus molekul aldehida. Oleh karena
itu, keton dan aldehida merupakan isomer fungsional.
a. Tata nama keton
Tata nama untuk keton menurut sistem IUPAC yaitu :
1. Mengubah akhiran –a pada alkane dengan huruf –on.
2. Tentukan rantai terpanjang yang melewati gugus fungsi –CO-
penomoran dimulai dari ujung terdekat gugus fungsi.
Contoh :

4–metil–2–pentanon
Tata nama trivial keton, diambil dari nama alkil yang
melekat pada gugus karbonil kemudian ditambahkan kata keton.
Perhatikan tata nama IUPAC dan trivial dari keton pada tabel
berikut.

5. Asam Karboksilat
Asam karboksilat mempunyai gugus fungsi berupa gugus karboksilat
–COOH atau, rumus umum asam karboksilat adalah seperti berikut.

a. Tata nama asam karboksilat


Tata nama asam karboksilat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sistem IUPAC dan nama trivial. Tata nama asam karboksilat
berdasarkan sistem IUPAC :
1. Diturunkan dari nama alkana induknya dengan memberi awalan
asam dan mengubah akhiran -a pada alkana dengan -oat.
2. Tentukan rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi.
3. Penomoran selalu dari atom C gugus fungsi sehingga atom karbon
pada gugus –COOH selalu memiliki nomor 1.
Contoh :

4. Penomoran atom karbon pada asam karboksilat dapat menggunakan


huruf Yunani. Karbon terdekat dengan gugus –COOH disebut
karbon alfa (α). Karbon berikutnya beta (β), kemudian gamma (γ),
delta (Δ), dan seterusnya. Contohnya seperti diatas.
Ada pun tata nama trivial asam karboksilat diambilkan dari sumber
asam karboksilat tersebut. Misalnya asam metanoat, nama trivial nya
asam formiat atau asam semut (formica dalam bahasa Latin berarti
semut), karena asam metanoat ditemukan pada semut merah. Beberapa
nama menurut IUPAC dan nama trivial asam karboksilat dapat dilihat
pada tabel berikut.

6. Ester
Ester merupakan senyawa yang diturunkan dari asam karboksilat
dengan mengganti hydrogen pada gugus hidroksilnya dengan gugus
hidrokarbon. Oleh karna itu, secara umum struktur dari ester dapat
dilakukan seperti berikut.
R – COO – R’
Ester disebut juga alkil alkana. Bagaimana penamaan eter ?
Penamaan eter menurut IUPAC dilakukan dengan menyebutkan terlebih
dahulu alkil yang melekat pada gugus karbonil kemudian nama
karboksilatnya. Ada pun tata nama trivial eter disesuaikan dengan tata
nama karboksilat.
7. Haloalkana
Haloalkana terbentuk karena reaksi senyawa alkana dengan unsur
golongan halogen (F, Cl, Br, dan I).Senyawa halogen organik diciptakan
di laboratorium melalui reaksi substitusi dan reaksi eliminasi.
Bagaimana penamaan haloalkana? Tata nama senyawa haloalkana
menggunakan nama IUPAC dan nama trivial. Tata nama trivial biasanya
digunakan dalam perdagangan. Tata nama menurut IUPAC digunakan
rumus sebagai berikut.

1. Awalan – haloalkana.
2. Apabila dalam senyawa haloalkana terdapat lebih dari satu zat
halogen, maka pemberian namanya diurutkan menurut abjadnya.
3. Dalam penentuan nomor selalu diberi nama dari ujung rantai yang
paling dekat dengan halogen.
Tata nama trivial haloalkana di rumuskan seperti berikut. Alkil +
awalan halide. Nama trivial senyawa tersebut adalah butil klorida. Akan
tetapi kebanyakan nama trival dipakai tidak berdasarkan rumus, tetapi
berdasarkan nama lazim nya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih
gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana.
2. Eter adalah setiap kelas dari senyawa organik yang ditandai dengan atom
oksigen yang terikat pada dua gugus alkil atau aril.
3. Aldehida adalah setiap dari kelas senyawa organik, di mana atom karbon
berbagi ikatan ganda dengan atom oksigen, ikatan tunggal dengan atom
hidrogen, dan ikatan tunggal dengan atom lain atau kelompok atom
(disebut R dalam rumus kimia umum dan diagram struktur).
4. Keton adalah asam yang dibuat ketika tubuh Anda mulai menggunakan
lemak, bukan karbohidrat, untuk energi.
5. Asam karboksilat adalah golongan asam organik alifatik yang memiliki
gugus karboksil (biasa dilambangkan dengan -COOH).
6. Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian
satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus
organik (biasa dilambangkan dengan R').
7. Haloalkana (disebut pula sebagai halogenoalkana atau alkil halida)
merupakan suatu kelompok senyawa kimia yang berasal dari alkana yang
mengandung satu atau lebih halogen.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Edisi Ke-enam. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama. Penerbit Erlangga.
Johari, J.M.C & Rachmawati, M.(2008). KIMIA 3; SMA dan MA untuk Kelas XII.
Esis: Jakarta
Ouellette, R.J. and Rawn, J.D. 1996 . Organic Chemistry 1st Ed. Prentice-Hall :
New Jersey.
Sukmanawati, Wening, 2009, Kimia untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal 143-156.
Wilbraham, Antony C, 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung:
ITB

Anda mungkin juga menyukai