Anda di halaman 1dari 12

MALAKAH

KIMIA ORGANIK
“REAKSI ELIMINASI 2”

Oleh :
Kelompok 4
Farmasi A
Syari Sekar Suryandari (17101105037)
Ravael K. Kolibu (17101105033)
Julianti S. Sumolang (17101105047)
Agnes S. G. Sahuleka (17101105011)
Fera A. Marhaba (17101105042)
Angelika P. Legy (17101105013)
Eufrasia R. Seru (17101105002)
Sheren M. B. Tumurang (17101105024)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MANADO
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerahNya
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan makalah ini hingga
bisa tersusun dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia organik dan
disusun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku dan media elektronik
dengan harapan pembaca dapat memahami tentang “Alkohol & Eter”.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Manado, 19 Mei 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1. Tata nama Alkohol ......................................................................................................... 2
2.1.1. Pengelompokan Alkohol ....................................................................................... 2
2.1.2. Nama IUPAC Alkohol .......................................................................................... 2
2.1.3. Nama Trivial Alkohol ........................................................................................... 4
2.2. Tata nama Eter ................................................................................................................ 4
2.3. Sifat Fisis Alkohol dan Eter ........................................................................................... 5
2.3.1. Titik Didih ............................................................................................................. 5
2.3.2. Kelarutan Dalam Air ............................................................................................. 5
2.4. Pembuatan Eter ............................................................................................................... 6
2.4.1. Dietil Eter .............................................................................................................. 6
2.4.2. Sintesis Eter Williamson ....................................................................................... 6
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 8
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya
senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan eter. Cara
pengelompokkan itu dapat dilihat dari sudut pandang tentang ketatanamaan senyawa
karbon tersebut atau dilihat juga dari sifatnya, baik sifat secara fisik maupun kimia.
Alkohol (R-OH) dan eter (R-O-R) begitu erat hubungannya dengan kehidupan
manusia sehari-hari sehingga orang awam pun kenal akan istilah-istilah dietil eter (eter)
digunakan sebagai pematirasa (anestetik), 2-propanol (isopropil alkohol atau alkohol
gosok) digunakan sebagai bakterisid,dan masih benyak senyawa alkohol dan eter lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


 Bagaimana tata nama Alkohol & Eter?
 Bagaimana Sifat Fisis dari Alkohol & Eter?
 Bagaimana pembuatan Eter?

1.3. Tujuan
 Agar mengetahui bagaimana tata nama Alkohol & Eter
 Agar mengetahui bagaimana Sifat Fisis dari Alkohol & Eter
 Agar mengetahui bagaimana pembuatan eter

1
BAB II
ISI

2.5. Tata nama Alkohol


2.1.1. Pengelompokan alkohol
Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari atom
C, H dan O dengan rumus umum CnH2n+1OH. Berdasarkan atom karbon yang
mengikat gugus –OH alkohol dikelompokkan menjadi :
a) Alkohol primer, yakni alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C
primer

b) Alkohol sekunder, yakni alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C
sekunder

c) Alkohol tersier, yakni alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C
tersier

2.1.2. Nama IUPAC alkohol


1) Pemberian nama alkohol dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama
alkana dengan –ol

Metanol

2) Pemberian nomor pada atom karbon dimulai dari atom karbon yang paling dekat dengan
gugus –OH.

2
3) Bila terdapat lebih dari satu gugus hidroksil, digunakan akhiran –diol, –triol, dan
seterusnya. Catatan akhiran “a” pada alkana induknya tetap digunakan.

2,4-propanadiol

1,2,2-propanatriol

Dalam sistem IUPAC, penomoran dan akhiran dalam tata nama senyawa multi
fungsional ditentukan oleh prioritas tata nama.

Asam karboksilat, aldehida, dan keton mempunyai prioritas tatanama yang


lebih tinggi daripada gugus hidroksil, satu di antara gugus ini memperoleh
penomoran tatanama terendah dan juga dinyatakan oleh akhiran dalam nama itu.
Gugus OH yang berprioritas lebih rendah diberi nama dengan awalan hidroksi-,
seperti :

Dalam suatu senyawa yang mengandung suatu gugus OH dan juga suatu ikatan
rangkapa atau suatu gugus yang lazimnya diberi nama sebagai awalan, maka gugus
hidroksil itu mempunyai prioritas tatanama lebih tinggi. Dalam hal ini, OH
memperoleh bagaimana suatu akhiran ikatan rangkap disisipkan ke dalam suatu
alkohol tak jenuh.

3
2.1.3. Nama Trivial Alkohol
Selain nama IUPAC, alkohol juga mempunyai nama trivial atau nama umum.
Biasanya nama trivial alkohol hanya diberikan pada alkohol degan rantai sederhana.
Nama trivial alkohol dinyatakan dengan nama gugus alkil yang mengikat gugus
hidroksi kemudian diikuti dengan kata alkohol.
𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑯𝟐 𝑶𝑯
Etil Alkohol
Dalam nama trivial suatu –diol diganti dengan glikol, contohnya 1,2-etilenadiol nama
trivialnya adalah nama alkena padanannya kemudian diikuti dengan nama glikol.

2.6. Tata nama Eter


Eter rantai terbuka sederhana hampir semua diberi nama dengan nama trivialnya
sebagai eter alkil.

Nama eter yang lebih rumit, mengikuto aturan tatanama sistematik. Suatu awalan
alkoksi- digunakan bila terdapat lebih dari satu gugu alkoksil (RO-)atau bila terdapat suatu
ggus fungssional yang lebih berprioritas. (gugus hidroksil lebih berprioritas dari pada
gugus alkoksil).

Dalam sistem IUPAC, epokida disebut oksirana. Dalam menomori cincin, oksigen
selalu diberi nomor 1.

4
2.7. Sifat Fisis Alkohol dan Eter
2.3.1. Titik Didih
Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya,
maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter, yang
bobot molekulnya sebanding. Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen
dengan sesamanya, sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang
relatif rendah dibandingkan dengan alkohol. Tabel 7.1 membandingkan titik didih
alkohol dan halida organik yang sama kerangka karbonnya.

2.3.2. Kelarutan Dalam Air


Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan sedangkan alkil
halide padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh
ikatan hidrogen antara alkohol dan air.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar
daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian,
keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air. Eter dapat dipisahkan
secara sempurna melalui destilasi.
Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak molekul-
molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah kelarutan
alkohol dalam air. Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofob ini dapat
mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil. Alkohol berkarbon-tiga,
1-dan 2-propanol, bercampur dengan air, sedangkan hanya 8,3 gram 1-butanol larut
dalam 100 gram air. (Kelarutan ini diikhtisarkan dalam Tabel 7.2)

5
2.4. Pembuatan Eter
2.4.1. Dietil eter
Dalam kodisi yang tepat, reaksi antara asam sulfat dengan etanol menghasilkan
dietil eter lewat etil hidrogen sulfat sebagai zat-antara.

Etanol
Dietil eter mengandung belerang dalam strukturnya. Dietil eter digunakan
sebagai anestetika. Dietil eter sangat mudah menguap, uapnya mudah meledak, dan
mempunyai kecenderungan membuat pusing dan mabuk. Meskipun begitu, dietil eter
merupakan zat pematirasa yang cukup aman.
2.4.2. Sintesis eter Williamson
Sintesis eter Williamson adalah reaksi untuk mensintesiskan eter dengan
mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu alkoksida atau fenoksida
melalui suatu reaksi SN 2 .

6
Rendemen terbaik diperoleh bila alkil halida merupakan metil atau primer.
Sedangkan alkoksida dapat berupa metil, primer, sekunder, tersier maupun arilik.
Biasanya digunakan natrium atau kalium alkoksida atau fenoksida.
Berikut adalah contoh pembuatan eter dengan sintesis eter Williamson :

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Alkohol mempunyai nama IUPAC dan nama trivial atau nama umum. Nama trivial
alkohol biasanya hanya digunakan pada alkohol dengan rantai sederhana.
Sedangkan eter rantai terbuka sederhananya hampir semua diberi nama dengan
nama trivial dan nama eter yang lebih rumit mengikuti aturan tatanama sistematik.
 Titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter yang bobot
molekulnya sebanding karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara
molekul-molekulnya. Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan
sedangkan alkil halida padanannya tidak larut.
 Dietil eter dibuat dengan mereaksikan asam sulfat dan etanol dengan etil hidrogen
sulfat sebagai zat-anatara. Eter juga dapat dibuat dengan prosedur sintesis etil
williamson dengan mensintesis suatu alkil halida dengan alkoksida atau fenoksida
melewati reaksi SN 2 .
3.2. Saran
Diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami tatanama alkohol dan eter, sifat
fisis dari alkohol dan eter, serta lebih memahami bagaimana eter dibuat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J., dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Kusnawan, E. 2008. Panduan Pembelajaran KIMIA untuk SMA/MA kelas XII. Bogor :
PT.Siem & Co.Jakarta.
Novianto, Ipung. 2011. Buku Kerja SMA KIMIA kelas XII. Surakarta : Suara Media Sejahtera.
Utami, Budi, dkk. 2010. KIMIA untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Bandung :
Buku Sekolah Elektronik

iii

Anda mungkin juga menyukai