Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Kimia Organik.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tata Nama
Senyawa Kimia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 4
3. Tujuan Penulisan 4
BAB 2 ISI
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan 41
Daftar Pustaka 42
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak
terlepas dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan, olehnya para ilmuan selalu
mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan.
Dengan hal tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini adalah
sejarah perkembangan tata nama senyawa kimia dan pengolongannya.Setiap senyawa
perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaa unsur, pada mulanya penamaan
senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang, atau sifat
tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Dewasa ini, jutaan senyawa telah dikenal dan tiap tahun ditemukan ribuan
senyawa baru, sehingga diperlukan cara untuk pemberian nama. Oleh karena itu mustahil
bagi kita untuk menghapalkan jutaan nama dan setiap nama berdiri sendiri, tanpa kaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam sistem penamaan yang digunakan sekarang,
nama senyawa didasarkan pada rumus kimianya. Kita akan membahas cara penamaan
senyawa-senyawa organik yang terdiri dari dua dan tiga jenis unsur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa hal yang
menjadi masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengelompokan isomer,struktur,dan tata nama senyawa kimia
2. Bagaimana melakukan penamaan pada unsur dan senyawa kimia?
C. Tujuan Penulisan
BAB 2
4
PEMBAHASAN
1. Pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5–C17 berwujud cair, dan di atas 17
berwujud padat.
2. Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik
didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus mempunyai titik didih
lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama.
Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah.
3. Alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air.
5
4. Pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor).
Pembakaran alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran
sempurna menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna
menghasilkan gas CO. Reaksi pembakaran sempurna:
b. Kegunaan Alkana
Secara umum, alkana berguna sebagai bahan bakar dan bahan baku dalam industri
petrokimia.
1. Metana; berguna sebagai bahan bakar untuk memasak, dan bahan baku
pembuatan zat kimia seperti H2 dan NH3.
2. Etana; berguna sebagai bahan bakar untuk memasak dan sebagai refrigerant
dalam sistem pendinginan dua tahap untuk suhu rendah
3. Propana; merupakan komponen utama gas elpiji untuk memasak dan bahan
baku senyawa organik.
4. Butana; berguna sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan baku karet sintesis.
5. Oktana; merupakan komponen utama bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu
bensin
6
1.2 ALKENA
1. Titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah jumlah atom C,
harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
2. Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air.
3. Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2).
7
1.3 ALKUNA
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga pada
rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2
a. Sifat-Sifat
Senyawa Alkuna
1. Titik didih
alkuna mirip
dengan alkana dan
alkena. Semakin
bertambah jumlah
atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.
2. Alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2, halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2)
dan asam halida (HX = HF, HCl, HBr, HI).
2. MACAM-MACAM ISOMER
Isomer adalah molekul yang memiliki formula molekul yang sama tetapi memiliki
pengaturan yang berbeda pada bentuk 3D. Tidak termasuk pengaturan berbeda yang
diakibatkan rotasi molekul secara keseluruhan ataupun rotasi pada ikatan tertentu
(ikatantunggal).Isomer adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul sama tetapi
rumus strukturnya berbeda sehingga sifat sifatnya pun berbeda
8
2.2 Isomer Kerangka
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus
molekul dan gugus fungsi yang sama, namun kerangka (rantai karbon utama)
berbeda
Contoh:
Isomer gugus fungsi adalah isomer yang memiliki rumus molekul yang
sama, namun atom-atomnya terhubung dengan cara lain sehingga membentuk
gugus fungsi yang berbeda. Berikut beberapa pasangan deret homolog yang
berisomer gugus fungsi.
9
Alkanal (aldehida) dengan alkanon (keton) – rumus umum: CnH2No
Isomer geometri adalah isomer yang terjadi karena perbedaan posisi gugus-gugus
sejenis disekitar ikatan rangkap.Isomer geometri hanya terjadi pada senyawa alkena.
Perhatikan contoh isomer geometri berikut ini:
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa jika senyawa tersebut termasuk kedalam cis, maka posisi
gugus fungsi berada pada posisi yang sama. Sedangkan untuk trans, posisi gugus fungsi
berada pada posisi yang berbeda.
10
2.7 Isomer Optis
Isomer optis adalah isomer yang dicirikan dari perbedaan arah pemutaran bidang
polarisasi cahaya.Senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya dikatakan
sebagai senyawa optis aktif. Isomer yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya 11ea
rah kanan (searah jarum jam) disebut dextro (d atau +). Sebaliknya isomer dari senyawa
yang sama dan memutar bidang polarisasi 11ea rah kiri (berlawanan arah jarum jam)
disebut levo (l atau -)
Sebagai contoh, 2-butanol memiliki satu atom karbon kiral yaitu atom karbon nomor 2
seperti terlihat pada gambar berikut. Atom karbon tersebut berikatan dengan empat gugus
berbeda, antara lain –C2H5, –H, –OH, dan –CH3.
Ada dua sistem dalam penamaan senyawa karboksilat yaitu sistem IUPAC dan sistem
trivial (nama dagang). Kedua sistem cukup berbeda satu sama lain.
1. IUPAC
11
Penamaan asam karboksilat menurut IUPAC cukup mudah. Mereka dinamai dengan
menggantikan akhiran -a pada nama rantai alkana dengan akhiran -oat. Kemidian tinggal
ditambah kata asam di depannya.
Contoh:
Asam
CH4 Metana metanoat
Asam
CH3 – CH3 Etana etanoat
A. Tentukan dulu rantai utama. Rantai utama adalah rantai yang memiliki jumlah atom
C yang paling panjang termasuk atom C dari gugus karboksil.
B. Identifikasi gugus alkil atau gugus lain (substitutuen) yang terikat pada rantai utama.
12
D. Jika terdapat lebih dari satu kosntituen maka penamaannya dimulai dari urutan abjad
konstituen. Jadi bukan lagi menurut urutan rantai paling dekat dengan gugus
karboksilat.
contoh:
Asam 2-propil-3-metil pentanoat –> salah karena seharusnya jika menurut abjad metil
lebih dulu baru propil.
13
Nama : Asam 3,4-dimetil pentaoat
2. Trivial
Untuk tata nama asam karboksilat rantai bercabang sistem trivial menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
A. Tentukan rantai utama (jumlah atom C paling banyak dan termasuk atom C dalam
gugus karboksill)
C. Untuk penomoran substituen dimulai dari atom carbon letak gugus karboksil dengan
urutan α, β, γ, dan seterusnya. Agak berbeda dengan sistem IUPAC yang menggunakan
angka.
Contoh
14
asam β, γ-dimetilvalerat
Dalam tata nama senyawa maupun unsur kimia, dikenal dua sistem yaitu
sistem tata nama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry)
dan sistem tata nama trivial. Sistem tata nama IUPAC merupakan sistem tata nama
yang dilakukan secara sistematis dan beraturan serta mempertimbangkan
prioritas-prioritas berdasarkan pertimbangan tertentu.
Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya
sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal
(n) di depan nama alkana.
Contoh:
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n–butana/butana
CH3 – CH2 – CH3 n–propana/propana
15
| | siklobutana
H2C – CH2
Tentukan penomoran rantai induk, yaitu ujung yang dekat dengan cabang
Tentukan jumlah gugus alkil/ cabang yang sama, jika terdapat dua cabang yang
sama tambahkan di, tiga= tri, empat= tetra
Jika pada struktur alkana tidak ditemukan gugus alkil, maka cukup tambahkan n
(normal), seperti contoh tata nama hidrokarbon berikut.
Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang dekat dengan gugus alkil/
cabang, seperti contoh tata nama senyawa hidrokarbon berikut.
16
Jika ditemukan dua gugus alkil/ cabang yang sama, maka tambahkan sesuai
awalan di, tri, tetra, sebelum nama gugus alkil, seperti tata nama senyawa
hidrokarbon berikut.
Jika terdapat gugus alkil/ cabang yang sama di atom karbon yang sama, ulangi
posisi gugus alkil tersebut, seperti tata nama senyawa hidrokarbon berikut.
Jika gugus alkil berada di posisi yang sama di masing-masing ujung rantai induk,
cari ujung yang gugus alkilnya paling banyak, seperti tata nama senyawa
hidrokarbon berikut.
Tata nama senyawa hidrokarbon yang salah untuk struktur di atas, seperti
berikut ini.
17
Jika terdapat gugus alkil yang berbeda, prioritaskan gugus alkil yang huruf awal
lebih dahulu dalam abjad, seperti tata nama senyawa hidrokarbon berikut.
Jika posisi gugus alkil yang berbeda, jaraknya sama dari ujung-ujung rantai induk,
prioritaskan gugus alkil dengan atom karbon lebih banyak, seperti tata nama
senyawa hidrokarbon berikut.
Contoh lain tata nama senyawa hidrokarbon dapat dilihat pada struktur berikut.
18
2. Tata Nama Trivial (Nama Umum)
Dalam sistem tatanama umum, nama alkana ditentukan oleh jumlah atom karbon
tanpa memperhatikan susunan atom-atom karbon tersebut.
Tata nama senyawa hidrokarbon alkena dan alkuna hampir sama dengan tata nama
senyawa hidrokarbon alkana, cuma yang harus diprioritaskan terlebih dahulu adalah
ikatan rangkap antar atom karbon, bukan lagi cabang. Kecuali posisi dua ikatan rangkap
sama dari dua ujung rantai induk, maka barulah mempertimbangkan posisi gugus alkil.
A. Alkena
Alkena memiliki rumus umum CnH2n. Adapun contoh tata nama senyawa
hidrokarbon alkena adalah sebagai berikut.
19
Jika tidak ditemukan gugus alkil pada rantai induk, maka langsung ke posisi
rangkap, seperti strutur senyawa hidrokarbon alkena berikut ini.
Jika posisi rangkap dan gugus alkil jaraknya sama antar dua ujung rantai induk,
maka prioritas utama adalah rangkap, seperti struktur senyawa hidrokarbon
berikut ini.
Alternatif jawaban
lain (salah)
Jika terdapat dua ikatan rangkap pada rantai induk, tambahkan di, jika tiga=tri,
empat=tetra, seperti struktur hidrokaron alkena berikut ini.
Jika terdapat gugus alkil antara dua ikatan rangkap yang berjarak sama dari dua
ujung rantai induk, maka prioritas berikutnya adalah posisi gugus alkil, seperti
struktur hidrokarbon alkena berikut ini.
20
Jika terdapat gugus alkil yang berbeda, prioritaskan gugus alkil yang huruf awal
lebih dahulu dalam abjad, seperti tata nama senyawa hidrokarbon berikut
berikut.
B. Alkuna
Alkuna memiliki rumus umum CnH2n-2. Adapun contoh tata nama senyawa
hidrokarbon alkuna adalah sebagai berikut
Jika tidak ditemukan gugus alkil pada rantai induk alkuna, maka langsung ke
posisi rangkap, seperti strutur senyawa hidrokarbon alkuna berikut ini.
21
Jika terdapat gugus alkil pada rantai induk alkuna, maka prioritaskan posisi
rangkap, seperti struktur hidrokarbon alkuna berikut.
Jika terdapat
dua ikatan
rangkap pada rantai induk alkuna dengan jarak yang sama dari ujung-ujungnya,
maka prioritas berikutnya adalah posisi alkil, seperti struktur hidrokarbon alkuna
berikut.
22
Menurut sistem IUPAC dalam tata nama alkohol menggunakan kaidah atau aturan
sebagai berikut.
1. Tentukan dulu rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus hidroksil (OH).
Rantai tersebut kemudian menjadi rantai utama yang diberi nama sesuai dengan
nama senyawa alkana dengan mengganti akhiran a dengan ol. Contoh.Pada gambar
di bawah ini rantai terpanjang berjumlah 5 maka dinamakan pentanol.
2. Semua atom karbon selain rantai utama dinamakan cabang dan diberi nama sesuai
nama alkil berdasarkan kepada jumlah atom c.
3. Rantai utama harus diberi nomor dari ujung yang paling dekat dengan gugus -OH.
4.Urutanpemberian nama
Jika cabang lebih dari satu jenis maka diurutkan sesuai abjad dari nama alkil.
Contohnya
23
Diberi nama 3,4-dimetil-2-pentanol
5. Jika kemudian ada lebih dari satu gugus OH pada satu molekul yang sama
(polihidroksil alkohol) maka sobat gunakan akhiran diol (2 gugus OH), triol (tiga
gugus OH), dan seterusnya. Tetapi perlu sobat ingat
akhiran a pada senyawa alkananya masih dipakai.Misal 4
atom c –>.butana –> butanadiol
Namanya 4-etil-3metil-2,4-heksanadiol
Tatanama trivial atau tata nama dagang yang lazim merupakan sistem penamaan yang
tidak resmi dan digunakan sebelum kemunculan sistem IUPAC. Pada umumnya tata
nama trivial alkohol dilakukan dengan menyebutkan nama alkil diakhiri dengan alkohol.
Berikut ini sobat, beberapa nama trivian dan sistem IUPAC untuk alkohol
Nama Nama
Struktur Molekul
IUPAC Trivial
Etial
Etanol
Alkohol
2- Isopropil
Propanol alkohol
Sec-butil
2-Butanol
alkohol
1,2- etilen
etanadiol glokol
24
3.4 Tata Nama Eter
1) Nama sistematik eter adalah alkoksi alkana. Alkil terkecil dianggap sebagai alkoksi,
dan yang terbesar dianggap alkana.
Contoh :
3) Gugus alkoksi merupakan salah satu substituen , sehingga penulisan namanya harus
berdasarkan urutan abjad huruf pertama nomor substituen.
Contoh :
4) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan
neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh;
25
1) Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang mengikat gugus eter (-O-).
Contoh :
Contoh :
Ester (R-CO-O-R') adalah nama turunan alkil dari asam karboksilat Ester
memiliki gugus –RCOORI yang mana R adalah gugus alkil dan gugus alkanoat. Karena
itu, ester sering disebut alkil alkanoat.Gugus alkil (R') disebut pertama kali. Bagian R-
CO-O kemudian dinamai dengan kata terpisah sesuai dengan nama asam karboksilatnya,
dengan nama terakhirnya berakhiran dengan-oat.Contohnya
(CH3)2CHCH2CH2COOCH2CH3 disebut etil 4-metil pentanoat. Untuk ester semacam etil
asetat (CH3COOCH2CH3), etil format (HCOOCH2CH3) atau dimetil fitalat yang berasal
dari asam, maka IUPAC tetap menyarankan tetap memakai nama ini. Beberapa contoh
sederhana ditunjukkan dalam gambar.
Jika gugus alkil tidak terhubung di akhir rantai, maka letak posisi yang terhubung dengan
gugus ester diberi imbuhan "-il" contoh : CH3CH2CH(CH3)OOCCH2CH3 disebut 2-butil
26
propanoat atau 2-butil propionat. Gugus alkanoat adalah gugus yang memiliki satu atom
karbon dan dua atom oksigen yang mana salah satu atom oksigen berikatan rangkap
dengan atom karbon.Bentuk struktur di bawah adalah bentuk gugus alkanoat, Asam
karboksilat paling sederhana, seperti metanoat, etanoat, propanoat dan seterusnya.Jika
terdapat bentuk struktur seperti gambar di bawah ini, maka senyawa tersebut termasuk
ester.
Ester dapat berasal dari asam karboksilat paling sederhana karena memiliki gugus
alkanoat. Nama lain dari asam karboksilat adalah asam alkanoat. Ester dapat dibentuk
melalui reaksi asam dan alkohol dengan eliminasi air.
Contoh : Reaksi asam asetat dan alkohol yang menghasilkan ester asetat.
Jika terdapat bentuk struktur seperti gambar di atas, maka senyawa tersebut termasuk
ester. Perhatikan beberapa rumus struktur senyawa ester pada tabel berikut:
metil propanoat
Alkilnya adalah metil, karboksilatnya adalah propanoat sehingga namanya adalah metil
propanoat.
Contoh berikutnya adalah etil propanoat yang strukturnya sebagai berikut.
27
etil propanoat
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa senyawa ester terdiri dari senyawa C,H,dan O
dengan perbandingan C : H : O adalah 1 : 2 : 2, sehingga rumus umum senyawa ester
adalah: CnH2nO2 .
5. Penamaannya adalah alkil + alkanoat. Jadi, gugus alkil dulu baru disebutkan
gugus alkanoat
6. Semua gugus —COOR masuk ke dalam rantai utama
7. Dalam penamaan IUPAC ester,jika ada cabang, —COO selalu mendapatkan
nomor 1 dan masuk dalam rantai utama
2. Tata Nama Trivial
1. Nama lazimnya adalah alkil alkil ester, sama seperti eter
2. Alkil alkil pada nomor 1 tidak diurutkan berdasarkan abjad
3. Dalam nama lazim, pasti ada atom O di tengah-tengah
28
perhatikan contoh dari nama lazim ester berikut ini.
Esterifikasi:
asam karboksilat + alkohol → ester + air
29
Suatu nitrogen amina dapat memiliki empat gugus atau atom yang terikat padanya dalam
hal nitrogen itu merupakan bagian dari suatu ion positif. Senyawa-senyawa ion
ini terbagi dalam dua kategori. Jika satu atau lebih yang terikat ialah H, maka senyawa
ini disebut garam amina.Jika keempat gugus itu alkil atau aril, maka senyawa itu disebut
garam ammonium kuartener.
Garam amina :
Amina sederhana biasanya diberi nama berdasarkan sistem gugus-fungsional. Gugus alkil
atau aril disebut terlebih dahulu, kemudian ditambahkan akhiran –amina.
Diamian diberi nama alkane induknya (dengan angka awalan yang sesuia) yang diikuti
dengan akhiran –diamina.
Jika lebih dari satu tipe gugus alkil terikat pada nitrogen gugus alkil terbesar dianggap
sebagai induk.Gugus alkil tambahan dinyatakan dengan awalan N-alkil-.
Jika terdapat kefungsionalan yang dimiliki prioritas tata nama yang lebih tinggi, maka
digunakan awalan amino.
30
Amina terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Amina Primer
Amina primer memiliki gugus –RNH2.Amina primer dapat dibentuk dari reaksi asam
basa reversible (dapat balik) antara garam etilamonium bromida dengan amonia berlebih.
Amonia akan mengambil satu atom hidrogen dari ion etilamonium, sehingga terbentuk
amina primer, yaitu etilamina.
Selain itu, amina primer juga dapat dibentuk dari gugus nitro yang direduksi.
b. Amina Sekunder
Amina sekunder memiliki gugus –R2NH. Amina sekunder dapat dibentuk dari
reaksi asam basa reversible antara dietilamonium bromida dengan amonia berlebih.
Amonia akan mengambil satu atom hidrogen dari ion dietilamonium, sehingga terbentuk
amina sekunder, yaitu dietilamina.
c. Amina Tersier
Amina tersier memiliki gugus –R3N. Amina tersier dapat dibentuk dari
reaksi asam basa reversible antara trietilamonium bromida dengan amonia berlebih.
Amonia akan mengambil satu atom hidrogen dari ion trietilamonium, sehingga
terbentuk amina tersier, yaitu trietilamina.
31
- Untuk gugus NH2 mendapat nama amino. Jika gugus NH2 lebih dari satu, maka diberi
imbuhan di-, tri- dan seterusnya.
- Penamaannya dengan menulis angka untuk posisi gugus NH2 terlebih dahulu, lalu
diikuti nama amino ditulis dan diakhiri dengan nama gugus lain.
Contoh :
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 1,3-diaminopropana
Gambar 2 : 1,5-diaminopentana
Gambar 3 : 2,4,6-triaminofenol
- Jika terdapat gugus –OH, maka nama gugus alkana diganti dengan akhiran –ol dan
gugus -NH2 disebut amino. Nama gugus –OH disebut lebih dulu dan diikuti kata amino.
Contoh :
Metanolamino
Etanolamino
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : Metanamina
Gambar 2 : 2-propanamina
Gambar 3 : 1-propanamina
Gambar 4 : 3-butanamina
- Nama amina primer jenuh diturunkan dari nama alkana yang mana akhiran -a diganti
dengan akhiran -amina. Di depan nama amina primer terdapat angka yang menentukan
posisi gugus -NH2.
32
Contoh :
* Nama alkana sesuai dengan
jumlah atom karbon (gugus -
NH2 tidak dihitung).
Contoh :
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 5-heksenilamina
Gambar 2 : 2-propenilamina
Angka di depan nama amina primer tak jenuh menunjukkan posisi ikatan rangkap.
- Jika terdapat substituen pada amina primer jenuh maupun tak jenuh, nama substituen
berserta posisinya diletakkan di depan nama amina primer.
Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka disusun berdasarkan urutan abjad.
Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka mendapat imbuhan di-, tri- dan
seterusnya.
33
Contoh :
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 2-etil-3-metil
butanamina
Gambar 2 : 2,2-dimetil-5-
heksenilamina
- Jika terdapat gugus -NH, maka termasuk amina sekunder. Untuk penamaannya
mendapat awalan N diikuti nama gugus alkil yang terikat pada gugus -NH dan diakhiri
dengan nama alkana+amina.
Contoh :
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : N-metilpropanamina
Gambar 2 : N-propilbutanamina
Gambar 3 : N-propil-2-butanamina
Gambar 4 : N-metil-2-butanamina
Tetapi, jika substituen terikat pada gugus –NH dan substituen tersebut sejenis dengan
gugus alkil yang terikat pada gugus –NH, maka penulisnya diawali dengan N,posisi
substituen.
Contoh :
34
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 3-metil-N-propil butanamina
Gambar 2 : N,4-dimetil-2-pentanamina
Gambar 3 : N-3-dietil-2-pentanamina
Gambar 4 : N-5-dimetil-2-heksanamina
- Jika hanya terdapat gugus –N, maka termasuk amina tersier. Penamaannya diawali
dengan N,N diikuti nama kedua gugus alkil yang terikat pada gugus –N.
-Jika kedua gugus alkil berbeda jenis, maka penamaannya berdasarkan urutan abjad.
- Jika kedua gugus alkil sejenis, maka nama gugus alkil mendapat imbuhan di-, tri- dan
seterusnya.
- Jika terdapat substituen, maka substituen ditulis lebih dulu.
Contoh : 3-kloro-N,N-dimetil-propanamina
3.7 Tata Nama Aldehid dam Keton
Aldehid dan keton adalah senyawa turunan alkana yang memiliki rumus molekul
yang sama. Yang membedakannya adalah gugus fungsinya yaitu gugus fungsi aldehid -
CHO dan fungsi gugus keton -CO-.
35
I. Aldehida/Alkanal
Aldehida/alkanal dianggap sebagai turunan alkana di mana suuatu atom H dari alkana
diganti dengangugus fungsional -C=O-H sehingga aldehida ditulis dengan rumus umum
R - C = O - H. Tata nama aldehid menggunakan aturan IUPAC dan trvial.
Nama IUPAC aldehid adalah alkanal. Tata nama aldehid diturunkan dari nama
alkana induuknya dengan aturan berikut :
O
||
CH3 - CH2 - CH2 - CH - C - H
|
CH2
36
|
CH3
1. Menentukan rantai induk yaitu rantai yang mengandung gugus fungsi. C pada
gugus fungsi -CHO akan selalu berada diujung rantai induk.
Yang merupakan rantai induk adalah yang diberi kotak merah bukan yang
biru.Walapun yang biru rantai karbonnya lebih panjang, tetapi tidak
mengikutkan gugus fungsi/atom C pada gugus fungsi sehingga bukanlah rantai
induk. Ingat atom C pada gugus fungsi dihitung sebagai rantai induk sehingga
akan selalu mendapatkan posisi 1.
37
Aldehid diberi nama menurut nama trivial asam karboksilat induknya dengan
mengubah imbuhan asam -oat atau asam -at menjadi akhiran -aldehida. Contoh tata
nama trivial aldehida berikut ini :
Nama IUPAC keton diturunkan dari alkana induknya, dengan aturan sebagai
berikut :
38
||
CH3 - CH - C - CH - CH3
| |
C2H5 CH3
39
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dari pembelajaran materi ini, diharapkan kita bisa mengerti tentang isomer,
struktur, tata nama dari senyawa organik (alkana, alkena, alkuna). Jadi, belajar itu tidak
hanya dari satu buku tetapi dari buku lain kita juga bisa, karena buku adalah ilmu
pengetahuan untuk kita. Keraguan bukanlah lawan keyakinan, keraguan adalah sebuah
elemen dari kegagalan. Kita juga tidak harus takut pada kegagalan. tetapi pada
keberhasilan melakukan sesuatu yang tidak berarti.
40
DAFTAR PUSTAKA
https://materikimia.com/pengertian-isomer-dan-macam-macam-isomer/ (akses 27
Agustus 2019)
https://www.ilmukimia.org/2014/11/isomer-kerangka-posisi-dan-gugus-fungsi.html
(akses 27 Agustus 2019)
https://rinosafrizal.com/tata-nama-senyawa-hidrokarbon-alkana-alkena-alkuna/ (akses
27 Agustus 2019)
https://www.academia.edu/8174302/Kimia_Organik_Alkana_Alkena_Alkuna_ (akses
27 Agustus 2019)
https://wanibesak.wordpress.com/2010/10/23/tatanama-alkana-alkena-dan-alkuna/
(akses 26 Agustus 2019)
https://rumushitung.com/2015/12/30/asam-karboksilat-tata-nama-reaksi-
manfaatnya/#IUPAC (27 Agustus 2019)
41