BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Alkohol
Alkohol adalah Persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus
hidroksil. Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan
karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut,
bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang
digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,
yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
(Anonim, 2015)
Karena ikatan hidroksil bersifat kovaleen, maka sifat alkohol tidak serupa dengan
hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang berakhiran -ol.
Alkohol dapat digolongkan berdasarkan ;
a. Letak gugus OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya .
Gugus fungsi hidroksil (OH) Model bola dan stik dari gugus
dalam sebuah molekul alkoho fungsi hidroksil (OH) dalam
sebuah molekul alkohol
Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan
memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil. Adapun rumus
molekul dari alkohol yaitu CnH2n+2O.
Alkohol dapat dibagi berdasarkan dimana gugus –OH terikat pada atom karbon,
yaitu:
1. Alkohol Primer
Alkohol primer adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C
yang mengikat 1 atom C yang lain).
Contoh: H3C-CH2-OH (etanol)
Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi Aldehid dan kemudian dioksidasi lagi
menjadi asam karboksilat.
2. Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C sekunder
(atom C yang mengikat 2 atom C yang lain).
Contoh: (H3C)2CH-OH (2-metil-etenol).
3. Alkohol Tersier
Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C tersier (atom C
yang mengikat 3 atom C yang lain).
Contoh : (CH3)C-OH (2,2-dimetil-etanol) .
(Maruli, 2015)
Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam,
alkohol teroksidasi sebagai berikut:
Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut
membentuk asam karboksilat.
Alkohol sekunder membentuk keton.
Alkohol tersier tidak teroksidasi
(Maruli, 2015)
II.1.1.1 Identifikasi Alkohol
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi suatu larutan atau zat apakah mengandung alcohol atau tidak,
diantaranya adalah:
a. Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti
etil klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida. Hidrogen klorida
dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.
CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O
(Anonim, 2015)
Reaksi dengan PBr3 memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat.
Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen halogenasi
yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida, ataupun fosforus
tribromida untuk pembuatan etil bromide. (Fessenden.1991)
. ROH + PBr3 → [R-OPBr2 + HBr]→RBr + HOPBr2
CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl
b. Pembentukan ester dari alkohol
Dengan kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam
karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan
dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.
Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil
sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam sulfat dan
asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna sebagai agen
etilasi dalam sintesis organik. (Anonim, 2015)
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa
organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil
yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat berupa
alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk hidup.
Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya
aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. (Fernandez, 1958)
II.1.2.1 Aldehid
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang
terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih
reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi
oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-
merisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar
dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa
polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu
mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan
–CHO adalah Gugus fungsi aldehida. (Vela, 2014)
Ada beberapa metode untuk membuat aldehida, namun yang paling umum
adalah hidroformilasi. Sebagai contoh adalah butiraldehida yang dihasilkan dengan
hidroformilasi propena:
H2 + CO + CH3CH=CH2 → CH3CH2CH2CHO
(Anonim, 2015)
II.1.2.2 Pembuatan Aldehid
Salah satu reaksi pembuatan aldehida adalah oksidasi alcohol primer.
Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidanya
menjadi asam karboksilat. Oksida khrompiridinkompleks seperti porodiniumkhlor
krmomat adalah oksidator kuat yang dapat mengubah alcohol primer menjadi
aldehida tanpa merubahnya terus menjadi asam karboksilat.
Kebanyakan oksidator merubah alkohol primer menjadi asam karboksilat :
[O] [O]
RCH2OH→ RCOH → RCOOH
(Ralph, 1997)
II.1.2.3 Keton
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus
fungsi karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa
kimia yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum:
R1(CO)R2.
Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari
asam karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya.
Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang
paling sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).
Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α.
Hidrogen yang melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan
asam katalis, keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat
menghasilkan enolat. (Anonim, 2014)
Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik seperti contoh adalah
Adisi nukleofilik atau reaksi keton dengan nukleofil menghasilkan senyawa adisi
karbonil tetrahedral. Reaksi dengan reagen Grignard menghasilkan magnesium
alkoksida dan setelahnya alkohol tersier reaksi dengan alkohol, asam atau basa
menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih jauh menghasilkan ketal dan air. Ini
adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil. reaksi RCOR' dengan natrium amida
menghasilkan pembelahan dengan pembentukan amida RCONH2 dan alkana R'H,
reaksi ini dikenal sebagai reaksi Haller-Bauer (1909). Reaksi keton juga merupakan
Adisi elektrofilik yaitu reaksi dengan sebuah elektrofil menghasilkan kation yang
distabilisasi oleh resonansi. Reaksi enol dengan halogen menghasilkan haloketon-α,
misalnya yang paling umum digunakan sebagai sumber antioksidan adalah α-
tocopherol bermanfaat untuk mencegah atau menghambat autooksidasi dari lemak
dan minyak. Reaksi pada karbon-α keton dengan air berat menghasilkan keCton-d
berdeuterium fragmentasi pada fotokimia reaksi Norrish.
(Maruli, 2014)
II.1.2.4 Pembuatan Keton
Cara yang paling umum untuk pembuatan keton adalah okseidasi dari alkohol
sekunder. Hamper semua macam oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas adalah
chromium oksida (CrO3), Priridinium Khromat, Natrium bikhromat dan Kalium
Permanganat (KMnO4).
OH
CrO3 +H2 SO4
CH3 CHCH3 → CH3 COCH3
Alkohol Keton
Diaril Keton dan aril alkil keton dibuat dengan reaksi Friedel-Craft reaksi dari
benzene ata senyawa aromatic lain yang menghasilkan asetil Khlorida.
(Ralph, 1997)
II.1.2.5 Perbedaan Aldehid dan Keton
Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom
hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan keton
agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton terhadap
adisi nukleofilik. (Vela, 2014)
II.2 Sifat Bahan
a. Acethyl Chloride
1.Rumus Molekul : H3C-COCl
2.Maasa Molar : 78.49 g/mol
3.Densitas : 1.104 g/ml, liquid
4.Bahaya : Mengakibatkan iritasi pada kulit dan mata
5.Fungsi : Uji Identifikasi Alkohol
(Anonim, 2015)
b. Etanol
1. Rumus Molekul : C2H5OH
2. Massa Molar : 46,07 g/mol
3. Densitas : 0,789 g/cm3
4. Bahaya : Mudah terbakar
5. Fungsi : Sebagai Analat yang diidentifikasi
(Anonim, 2015)
c. HCl
1.Rumus molekul : HCl
2.Massa molar : 36,46 g/mol
3.Densitas : 1,18 g/cm3
4.Bahaya : Kulit akan terasa panas dan mengalami iritasi
5.Fungsi : Untuk mengasamkan bahan.
(Anonim, 2015)
d. Zinc Klorida
1. Rumus Molekul : ZnCl2
2. Massa Molar : 136.315 g/mol
3. Denditas : 2.907 g/cm3
4. Bahaya : membuat bekas luka yang serius dan kerusakan kulit
5. Fungsi : Sebagai solven dari larutan asam pada reagen
(Anonim, 2015)
e. H2SO4
1.Rumus Molekul : H2SO4
2.Massa molar : 98,08 g/mol
3.Densitas : 1,84 g/cm3, cair
4.Bahaya : Kulit akan terasa panas dan mengalami iritasi
5.Fungsi : Sebagai larutan asam kuat dan mentralkan cairan basa.
(Anonim, 2015)
f. Asam Kromat
1.Rumus molekul : H2CrO4
2.Massa Molar :118.01 g·mol−1
3.Densitas : 1.201 g cm−3
4.Bahaya : Beracun
5.Fungsi : Sebagai oksidator maupun katalis.
(Anonim, 2015)
g. Aquadest
1.Rumus Molekul : H2O
2.Massa molar : 18.0153 g/mol
3.Densitas : 0.998 g/cm³
4.Bahaya :-
5.Fungsi : sebagai pelarut
(Anonim, 2015)
h. 2-4 dinitroprhenylhidrazine
1. Rumus molekul : C 6H6N4O4
2. Massa molar : 198,14 g / mol
3. Densitas : 1.654g/cm3
4. Bahaya : Mudah terbakar, bersifat karsinogenik
5. Fungsi : Sebagai Pengidentifikasi uji aldehid dan keton
(Anonim, 2015)
i. Aceton
1. Rumus molekul : CH3COCH3
2. Massa molar : 58,08 g/mol
3. Densitas : 0,79 g/cm³, cair
4. Bahaya : Mudah Terbakar
5. Fungsi : Sebagai pelarut pada identifikasi
(Anonim, 2015)
j. KMnO4
1. Rumus Molekul : KMnO4
2. Massa molar : 158.034 g/mol
3. Densitas : 2.703 g/cm3
4. Bahaya :Iritasi yang pada kulit karena merupakan oksidator
5. Fungsi : sebagai oksidator
(Anonim, 2015)
k. NaOH
1.Rumus molekul : NaOH
2.Massa molar : 39,9971 g/mol
3.Densitas : 2,1 g/cm³, padat
4.Bahaya : Iritasi dan terasa panas fikulit
5.Fungsi : Sebagai zat untuk menetralkan larutan asam dan
sebagai larutan basa
(Anonim, 2015)
l. Iodium
1. Rumus Molekul :I
2. Massa Molar : 53 g/mol
3. Densitas : 4.933 g·cm−3
4. Bahaya : Irritan terhadap kulit
5. Fungsi : solven
(Anonim, 2015)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Identifikasi Alkohol
1. Acethyl Chloride
2. Alkohol
3. HCl
4. ZnCl2
5. H2SO4
6. Asam Kromat
7. Aquadest
B. Identifikasi Aldehyde dan Keton
1. 2-4 dinitroprhenylhidrazine
2. Etanol
3. H2SO4
4. Reagen asam kromat
5. Aceton
6. KMNO4
7. Larutan tollens
8. Amonia
9. NaOH
10. Iodium
Reagen :
Dinginkan 10 ml HCl pekat didalam beaker glass dengan menggunakan ice
bath. Selama pendinginan harus sambil dilakukan pengadukkan dan kemudian
larutkan 16 gram ZnCl2 dalam asam.
- Asam Kromat Test :
Ambil beberapa ml cairan, tambahkan beberapa tetes reagen asam kromat dan
catat perubahannya dalam waktu 2 detik. Identifikasi yang positif (+) dari
alkohol primer atau sekunder dapat menghasilkan warna biru kehijau-hijauan.
Alkohol tersier tidak dapat memberikan hasil dalam waktu 2 detik dan larutan
yang akan dihasilkan berwarna orange.
Campuran yang diidentifikasi :
Lakukan percobaan terhadap :
1-butanol (n-butyl alcohol)
2-butanol (sec-butyl alcohol)
2-metyl-2-propanol (t-butyl alcohol)
Reagen :
Larutkan 1 gram asam kromat dalam 1 ml H2SO4 pekat. Kemudian
campurkan dengan 3 ml aquadest secara hati-hati.
B. Identifikasi Aldehid dan Keton
- 2-4 Dinitrophenyhidrazine;
Masukkan 1 tetes cairan yang tersedia kedalam suatu tabung reaksi
dan tambahkan 1 ml reagen 2-4 dinitrophenyhidrazine. Jika campuran tersebut
membentuk suatu padatan, larutkan kira-kira 10 mg padatan dengan sedikit
etyhanol 95% atau bis (2-etoxyethyl) ether sebelum ditambahkan ke reagen.
Kocok campuran tersebut dengan kuat. Beberapa aldehyde dan keton dapat
menghasilkan endapan berwarna kuning kemerah-merahan dalam waktu yang
singkat. Akan tetapi, beberapa campuran lain baru dapat membentuk endapan
dalam waktu lebih dari 5 menit, atau dapat juga dengan menggunakan
pemanasan ringan untuk membentuk endapan. Endapan ini menunjukkan
adanya aldehyde dan keton.
Campuran yang diidentifikasi:
Lakukan pengujian terhadap:
Cycloheaxanone
Benzaldehyde
Benzophenone
Reagen:
Larutkan 3 gram 2-4 dinitrophenylhidrazine kedalam 15 ml H2SO4.
Campurkan 20 ml aquadest dan 70 ml ethanol 95% kedalam beaker. Dengan
pengadukan yang kuat, secara perlahan-lahan tambahkan larutan 2-4
dinitrophenilhydrazine keedalam campuran etanol. Setelah tercampur
sempurna, kemudian saring larutan tersebut dengan menggunakan penyaring
air suling.
- Asam Kromat;
Ambil beberapa ml cairan, tambahkan beberapa tetes reagen asam
khromat dengan cara dikocok. Untuk pembuktian dapat ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan berwarna hijau dan warna orange dari reagen akan
menghilang. Dengan menggunakan aldehyde aliphatic RCHO, larutan
menjadi keruh dalam waktu 5 detik dan endapan terbentuk dalam waktu 30
detik. Dengan aldehyde aromatic, Ar CHO pada umumnya membutuhkan
waktu yang lebih lama. Untuk identifikasi negative, biasanya tidak
membentuk endapan. Dalam beberapa hal dapat terbentuk endapan tetapi
larutan yang dihasilkan berwarna orange. Didalam melakukan identifikasi,
kita harus yakin apabila aceton digunakan sebagai pelarut tidak akan dapat
membuktikan adanya aldehid dan keton dengan menggunakan reagen aceton.
Diamkan campuran tersebut selama 3-5 menit. Apabila tidak ada reaksi yang
terjadi dalam waktu tersebut, maka aceton cukup murni untuk digunakan
sebagai pelarut dalam dalam identifikasi. Jika identifikasi itu terbukti, coba
ke botol aceton yang lain atau murnikan beberapa acetondari aklium
permanganat.
Campuran yang diidentifikasi:
Lakukan pengujian terhadap:
Benzaldehyde
Butanal
Cyclohexanone
Reagen:
Larutkan 1 gram CrO3 kedalam 1ml H2SO4, kemudian tambahkan dengan 3
ml aquadest dengan perlahan-lahan.
- Tollen Test :
Reagen harus disediakan sebelum digunakan untuk menyediakan
reagen, campurkan 1 ml larutan. Tollens A dengan 1 ml larutan tollens B
(NaOH 10%). Endapan perak oksida akan terbentuk. Tambahkan kira-kira
10% larutan ammonia secara perlahan-perlahan kedalam campuran untuk
melarutkan perak oksida. Reagen yang telah disiapkan dapatt digunakan
seketika untuk membuktikan suatu identifikasi. Ambil beberapa tetes cairan
aldehyde, tambahkan larutan ini kedalam tabung reaksi yang berisi 2-3 ml
reagen. Kemudian kocok larutan. Jika didalam tabung reaksi terbentuk
cermin perak maka identifikasi tersebut perlu memanaskan tabung reaksi
kedalam air hangat.
Campuran yang diidentifikasi :
Lakukan pengujian terhadap: Benzaldehyde
Reagen :
Larutan A : Larutkan 3 gram perak nitrat kedalam 30 ml aquadest
Larutan B : Siapkan larutan sodium hidrokside 10%
- Iodoform Test;
Dengan menggunakan pipet Pasteur, tambahkan 4 tetes cairan yang
tersedia ke dalam tabung reaksi yang besar, 5 ml aquades dan 1 ml sodium
hydroxid 10%. Ambil setetes demi setetes iodine dari larutan KI kedalam
larutan didalam tabung reaksi, kocok tabung reaksi setelah penambahan
larutan. Selama penambahan akan mengakibatkan warna pelarut dari iodine
akan hilang dengan cepat. Dalam beberapa hal, kocoklah tabung reaksi
dengan kuat hingga warna dari larutan hilang dan kemudian berubah menjadi
warna kuning muda. Selain itu perlu juga dilakukan sedikit pemanasan
terhadap larutan didalam pemanas air pada suhu 60℃. Untuk membantu
menghilangkan warna dari larutan, sekali lagi kocok tabung reaksi dengan
kuat setelah dilakukan pemanasan.
Setelah warna dari larutan hilang sempurna, kemudian tambahkan
aquades kedalam tabung reaksi dan kocok dengan kuat. Diamkan tabung
reaksi tersebut dalam waktu 5 meit. Endapan kuning dari iodoform akan
terbentuk jika cairan yang tersedia adalah methyl keton atau campuran yang
mudak teroksidasi menjadi methyl keton juga akan megalami hilangnya
warna, tetapi tidak akan membentuk endapan. Untuk membuktikan bahwa
endapan kuning adalah iodoform maka kita harus mengeringkan dan
menentukan titik leleh dari endapan tersebut, dimana titik leleh dari iodoform
adalah 119° - 121℃.
Campuran yang diidentifikasi :
Lakukan percobaan terhadap : Aceton
Reagen:
Larutkan 20 gram KI dan 10 gram I2 dalam 100 ml aquadest
DAFTAR PUSTAKA