1. Aldehid
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat
lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami
reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami
reaksi poli-merisasi.Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada
suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan
bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna.
Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO,
dimana R =adalah alkil dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Acton,
2013).
1
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama
pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik.
Sedangkan untuk pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari
alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas
antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat
(Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Riswayanto, 2009).
2. Keton
2
Keton banyak digunakan dalam industry parfum, karena baunya yang harum.
Aseton adalah keton yang paling sederhana dan penting. Aseton utamanya
digunakan sebagai pelarut dalam industry (untuk cat dan pernis). Zat ini
merupakian bahan utama pada beberapa merek pengahapus cat kuku. Aseton juga
digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium , pembuiatan kloroform ,
iodoform dan pewarna (Sidik, 1994)
Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya
aldehida lebih reakstif dibandingkan dengan keton. Kimiawan memanfaatkan
kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk
mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah dilihat. Uji yang paling banyak
digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens, Benedict, dan Fehling
(Matta,1992).
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki gugus karbonil.
Identifikasi secara umum dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-
dinitrofenilhidrasin. Reaksi ini menunjukkan positif untuk gugus karbonil
senyawa aldehid maupun keton dengan terbentuknya senyawa 2,4-
dinitrofenihidrasin berupa endapan berwarna kuning/merah (Abraham, 2010).
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil
yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat
berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk
hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya
umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).
3
adanya tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih
menguntungkan bagi gula (Sulaiman, 1995).
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni gugus
karbonil. C = O. oleh karena itu keduanya menjalankan reaksi yang sama.
Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen yang
sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil pada aldehida kurang
terlindungi dibandingkan dengan atom karbon karbonil pada keton (Wahjudi,
2003)
Aldehid dan keton merupakan dua senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada gugus
karbonil. Sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonil. Gugus lain pada aldehida adalah R yang bisa
merupakan alkil,aril, atau H. Oleh karena itu aldehid dan keton menjalankan
reaksi-reaksi yang sama pula.
4
4. Asam Karboksilat
Asam karboksilat merupakan senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil.
Rumus umum asam karboksilat ialah R-COOH. Asam karboksilat tergolong asam
karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat dan
proton (Willbraham dan Matta, 1992).
Sifat fisis asam karboksilat mencerminkan ikatan hidrogen yang kuat antara
molekul-molekul atom karboksilat. Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi.
Spektra inframerah asam-asam karboksilat juga menunjukkan efek pengikatan
hidrogen. Asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun
dalam pelarut organik. Suatu sifat yang perlu dicatat dari asam karboksilat
berbobot molekul rendah ialah baunya (Fessenden, 1982).
Contoh dari senyawa asam karboksilat yang paling sederhana adalah asam formiat
(asam semut) HCOOH. Senyawa tersebut dapat dibuat dari hasil reaksi
dekarboksilasi asam oksalat. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
O
O
C OH
Gliserol
H C OH CO2(g)
C O
OH
5
Asam formiat terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida
(Riawan, 1990).
2. Reaksi esterifikasi
Ester asam karboksilat adalah senyawa yang mengandung gugus –COOR
dengan R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung
antara asam karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya:
6
5. Identifikasi gugus aldehid dan keton:
1. Uji Tollens
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amonikal, merupakan campuran
dari larutan AgNO3 dan larutan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
Tollens adalah Ag2O yang bila akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak
ini akan menempel pada dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak.
Oleh karena itu pereaksi Tollens sering disebut juga pereaksi cermin perak
(Sudarmo, 2006).
Pada dasarnya uji Tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu
mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi keton, selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hart, 2003).
Persamaan reaksinya:
Reagen Fehling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator
lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat
mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens. Persamaan reaksinya:
7
3. Adisi Bisulfit
Reagen yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada
ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil aldehid dan
beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar di sekeliling atom
karbon karbonil yang bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan
adisi yang berwujud hablur berwarna putih (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
4. Pengujian Fenilhidrasin
Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini lebih bereaksi menghasilkan
fenilhidrason setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu
mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan
(melalui tiik lelehnya) untuk mengenal aldehid dan keton. Reksi yang sama
dengan 2,4-dinitro fenilhidrasin menghasilkan 2,4-dinitro fenihidrason yang
biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi (Tim Dosen Kimia Organik,
2017)
5. Reaksi Haloform
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehid dan keton mudah
diganti oleh halogen di dalam larutan basa. Reaksi ini didasarkan pada reaksi yang
cepat antara ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan elektron
dari halogen, maka atom hidrogen yang masih ada pada atom karbon alfa akan
lebih asam, dan lebih mudah terbakar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil
8
yang terikat pada atom karbon karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa
trihalometil oleh halogen dari basa.
Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk
menyediakan iodoform, bromoform, atau kloroform (Tim Dosen Kimia Organik,
2017).
6. Kondensasi Aldol
Oleh karena anion enolat ialah suatu nekloefil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang
baru, sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan
larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol
yang jika dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh,
yakni krotonaldehid.
9
Produknya disebut aldol (dinamakan aldol karena produknya berupa aldehida dan
alkohol sekaligus) (Hart, 2003).
6. Tinjauan Bahan.
Aseton Merupakan senyawa yang memiliki nama lain prapanon. Senyawa ini
memiliki wujud cairan yang tidak memiliki warna, berbau sengit, bersifat polar
serta mudah larut dalam air. Larutan ini memiliki titik didih 56°C serta titik beku -
95°C. Aseton bersifat tidak dapat dioksidasai melainkan dengan kondisi tertentu,
dimana rantaikarbon pecah (Acton, 2013).
b. Glukosa
c. Fruktosa
Fruktosa (levulosa/gula buah) adalah isomer gula yang merupakan salah satudari
gula darah. Fruktosa merupakan polihidroksi keton yang memiliki atom karbon 6
dengan rumus C6H12O6 yang sama dengan glukosa namun berbeda dari segi
strukturnya. Tingkat kemanisan gula ini sekitar 120-180% dari gula sukrosa.
Fruktosa dapat diperoleh dari proses hidrolisis inulin dan sakarosa
(Sumardjo,2008).
d. Formalin
10
pada formalin tidak mengalami polimerisasi dan bersifat reaktif dibandingkan
senyawa aldehida lainnya (Acton, 2013).
e. Tollens (AgNO 3 )
Tollen adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih yang
tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Senyawa ini
memiliki titik didih 444oC, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan dapat
larut dalam air, aseton, ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat berbahaya
apabila bereaksi dengan etanol (Acton, 2013).
f. NH4OH
Merupakan larutan basa amonium hidroksida yang tidak memiliki warna serta bau
yang tidak sedap. NH4OH memiliki titik didih 33,5°C dan titik lebur sebesar -
78°C. Larutan amonium hidroksida bersifat tidak stabil dan mudah larut dalam air
serta mudah mengalami autoionisasi. (Subandi, 2010).
g. NaOH
NaOH adalah senyawa ionik basa kuat yang memiliki wujud serbuk putih.
Senyawa ini memiliki titik didih 1360°C dan titik lebur 318°C dan sangat mudah
larut dalam air. Senyawa NaOH umumnya berbentuk padatan bewarna
putih(Saputro, 2015).
h. Fehling A
Pereaksi fehling ialah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Fehling A adalah CuSO4 yang kondisi anhidratnya memiliki
bentuk serbuk/bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan dalam bentuknya
yang pentahidrat (CuSO4·5H2O) ia bewarna biru terang. (McMurry,2012).
i. Fehling B
11
Fehling B adalah senyawa campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Laurtan ini juga digunkan untuk menguji kandungan gula tereduksi dalam suatu
sampel (McMurry, 2012).
j. Aquades
Aquades ialah air hasil penyulingan yang tidak memiliki mineral. Molekul pada
aquades memiliki bentuk asimetris yang menyebabkan elektronegatifannya lebih
tinggi dari atom hidrogen. Aquades memiliki berat molekul 18,02. Aquades
merupakan cairan bening dan tidak berwarna, namun memiliki bau menyengat
yang ringan. Titik lebur dari aquades yaitu -52ᵒC dan titik didihnya adalah 114ᵒC.
Aquades dapat didekomposisi pada suhu lebih dari 100ᵒC. Aquades merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH
netralsehingga tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya
berfungsisebagai pelarut (Sharifuddin, 2008).
12
Pipa kapiler 1 buah
Kaki tiga 1 buah
Pipet tetes 15 buah
Statif dan klem 1 set
Pembakar Spirtus 1 buah
Kompor listrik 1 buah
Oven 1 buah
b. Bahan :
Asetaldehid ± 0,5 mL
Sikloheksanon ± 5 mL
Formalin ± 0,5 mL
Isopropil alcohol ± 0,5 mL
Etanol ± 12 mL
Fehling A ± 10 mL
Fehling B ± 10 mL
Larutan 10% NaOH ± 3 mL
Larutan 5% NaOH ± 20 mL
Larutan NaOH 1% ± 4 mL
Asam cuka ± 5 mL
Larutan Na-aseetat ± 5 mL
FeCl3 ± 4 mL
Larutan iodium ± 40 mL
Larutan KMnO4 ± 3 mL
HCl pekat ± 0,5 mL
Natrium bisulfit ± 5 mL
Fenilhidrazin ± 10 mL
Larutan AgNO3 1% ± 2 mL
NH4OH ± 5 mL.
13
VI. Alur Percobaan
1. Uji Tollens
Endapan
Reagen
Tabung 1 Tabung 2
1 ml Reagen 1 ml Reagen
Tabung 3 Tabung 4
1 ml Reagen 1 ml Reagen
Hasil Hasil
14
2. Uji Fehling dan Benedict
Tabung 1
5 ml Fehling A 2, 5 ml Reagen
Hasil
Tabung 3 Tabung 4
2, 5 ml Reagen 2, 5 ml Reagen
Hasil Hasil
3. Adisi Bisulfit
1. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 50 ml
2. Didinginkan dalam air es dan
catat hasilnya
3. Ditambah 2,5 ml aseton tetes
demi tetes dengan dikocok
4. Setelah 5 menit ditambah 10
ml etanol
Hablur
Hablur Filtrat
Tabung 2
2, 5 ml fenilhidrazin
2, 5 ml fenilhidrazin
2. Dimasukkan ke tabung reaksi
3. Ditambah 10 tetes benzaldehid 1. Dimasukkan ke tabung reaksi
4. Ditutup tabung reaksi 2. Ditambah 10 tetes benzaldehid
5. Guncangkan dengan kuat 3. Ditutup tabung reaksi
selama 1-2 menit 4. Guncangkan dengan kuat
selama 1-2 menit
Hablur
Hablur
1. Disaring dengan corong
penyaring Disaring dengan corong
penyaring
Hablur Filtrate
Hablur Filtrate
6. dicuci dengan sedikit air dingin
7. Ditambah sedikit etanol atau 6. dicuci dengan sedikit air dingin
methanol 7. Ditambah sedikit etanol atau
8. dikeringkan methanol
9. diuji titik lehnya 8. dikeringkan
9. diuji titik lehnya
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
16
1. Reaksi Holoform
Tabung 1 Tabung 2
Hasil pengamatan
2. Kondensasi Aldol
4 ml NaOH 1 %
Hasil
17
3. Identifikasi Karboksilat
5 ml asam cuka
Hasil
Residu
Filtrate
Hasil
18
VII. Hasil Pengamatan
19
20
Tabung 1 Aseton larutan tetes 2Ag(s) + 2NH3(aq) + 2H2O(l)
1 ml Reagen tidak berwarna - Tabung 1 = 1 Tabung II
- Sikloheksanon ml reagen + 2
1. Ditambah 2 tetes benzal
2. Dikocok larutan tidak tetes benzal
3. Didiamkan 10 menit berwarna dehid
4. Bila tidak reaksi ditempatkan
- Formaldehid menjadi 2Ag(NH3)2OH(aq)
dalam air panas (35-50°C)
selama 6 menit larutan tidak larutan putih Tabung III
berwarna keruh
Hasil
Tabung 2
Tabung 2= 1
1 ml Reagen
ml reagen + 2
2Ag(NH3)2OH(aq)
1. Ditambah 2 tetes aseton tetes aseton
2. Dikocok Tabung IV
menjadi
3. Didiamkan 10 menit
4. Bila tidak reaksi ditempatkan larutan tidak
dalam air panas (35-50°C) berwarna
selama 6 menit 2Ag(NH3)2OH(aq) →
CH3COONH4(aq) + 2Ag(s) +
Hasil
3NH3(aq) + H2O(l)
21
Tabung 3 Tabung 3 = 1
1 ml Reagen ml reagen + 2
tetes
1. Ditambah 2 tetes sikloheksana
sikloheksano
2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit menjadi
4. Bila tidak reaksi ditempatkan larutan
dalam air panas (35-50°C)
berwarna
selama 6 menit
hitam
Hasil
Tabung 4
1 ml Reagen
Tabung 4 = 1
1. Ditambah 2 tetes formalin ml reagen + 2
2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit tetes formalin
4. Bila tidak reaksi ditempatkan menjadi
dalam air panas (35-50°C) larutan
selama 6 menit
berwarna (2
Hasil lapisan
menjadi perak
dan tidak
22
berwarna)
23
2 Uji Fehling dan Benedict - Fehling A - Reagen Tabung I: Aldehid dapat dioksidasi
24
Tabung 3 Tabung 3 Tabung IV Tabung 3
25
larutan
berwarna biru
26
- Benedict Tabung 1
5 ml benedict larutan - Benedict +
1. Dimasukkan ke gelas kimia berwarna biru formaldehid
- Formaldehid menjadi
Reagen benedict 2Cu2+(aq) + 4OH-(aq)→
larutan tidak larutan
Tabung 1
berwarna berwarna biru
2, 5 ml Reagen benedict - Aseton larutan - Dipanaskan
Cu2O(s) + 4H2O(l)
1. Dimasukkan ke tabung reaksi tak berwarna menjadi
2. Ditambah 2 tetes formaldehid - Sikloheksanon larutan
3. Tempatkan tabung reaksi
larutan tak berwarna
dalam air mendidih
4. Diamati perubahan yang terjadi berwarna hijau
sekitar 10-15 menit - Akuades tak
27
Tabung 3 Tabung 3
- Benedict +
2, 5 ml Reagen benedict
aseton
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 2 tetes aseton menjadi
3. Tempatkan tabung reaksi larutan 2Cu2+(aq) + 4OH-(aq)
dalam air mendidih berwarna biru
4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit - Dipanaskan
menjadi
Hasil pengamatan
larutan
Tabung 4
berwarna biru
2, 5 ml Reagen benedict
1. Dimasukkan ke tabung reaksi Tabung 4
2. Ditambah 2 tetes sikloheksanon
- Benedict +
3. Tempatkan tabung reaksi dalam
air mendidih sikloheksanon 2Cu2+(aq)
4. Diamati perubahan yang terjadi menjadi + 4OH-(aq)
sekitar 10-15 menit
larutan
Hasil berwarna biru
- Dipanaskan
menjadi
28
larutan
berwarna biru
29
3 Adisi Bisulfit - NaHSO3 - NaHSO3 + - NaHO3(aq)+ Keton yang tidak
5 ml larutan jernuh natrium bisulfit larutan tidak aseton memepunyai gugus besar
30
putih
- Disaring
hablur putih
- Ditambah
HCl hablur
larut
31
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin - Fenilhidrazin Tabung 1 - Titik leleh benz-
32
Tabung 2 - Tabung Aldehid dan keton
2, 5 ml fenilhidrazin - Fenilhidrazin mengalami reaksi adisi yang
+ ditandai dengan terbentuknya
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 10 tetes benzaldehid sikloheksano hablur berwarna kuning
3. Ditutup tabung reaksi n dikocok
4. Guncangkan dengan kuat
menjadi
selama 1-2 menit
larutan
Hablur Titik leleh siklo-heksanon=
kuning
80˚C
5.Disaring dengan corong - Disaring
penyaring dihasilkan
33
34
5 Reaksi Holoform - NaOH 5% - NaOH + Aseton dapat mem-bentuk
Tabung 1
larutan tidak aseton iodoform dengan terbentuknya
Tabung reaksi brwarna menjadi endapan kuning
35
Tabung 2 - NaOH + Isopropil alkohol membentuk
iodoform dengan terbentuknya
Tabung reaksi isopropyl endapan kuning
menjadi
7.Ditambah 3 ml NaOH 5%
8.Ditambah 5 tetes isopropyl larutan tidak
alkohol berwarna
9.Ditambah 10 ml larutan - Ditambah
iodium
larutan iod
10. Digoncang sampai
warna iodium tidak hiang lagi menjadi +
larutan CHI3(s)
Endapan kuning berwarna
36
6. Kondensasi Aldol - NaOH larutan - NaOH + Aldehid dapat mengalami
4 ml NaOH 1 % tidak berwarna asetaldehid reaksi kondensasi dalam
- Asetaldehi d mnjadi larutan basa encer sehingga
1.Dimasukkan ke tabung reaksi
2.Ditambah 0,5 ml asetaldehid larutan tidak larutan tidak menghasilkan senyawa jenih
3.Goncang dengan baik berwarna berwarna dan dan melepaskan molekul air
4. Catat baunya
berbau (++) yang ditandai dengan
5.Didihkan selama 3 mnit dengan
hati-hati - Didihkan timbulnya bau ++
6.Catat bau tengik menjadi
larutan keruh
Hasil
putih dan ada
gelembung
dibawah
37
7 Identifikasi Karboksilat - Asam cuka - Asam cuka + CH3COOH(aq)+ 2KMnO 4(aq)→ Asam karboksilat mngalami
larutan tidak KMnO4 2MnO2(s) + 2 KOH(aq) + oksidasi yang ditandai
5 ml asam cuka
berwarna dan menjadi 2H2O(l) + 2CO2(g) dengan perubahan warna
1. Dimasukkan ke tabung reaksi berbau larutan menjadi kehitaman yaitu
2. Ditambah 3 ml KMnO4 1 N menyengat berwarna MnO4
3. Diamati perubahan yang
terjadi - KMnO4 1 N ungu
larutan berwarna kehitaman Ion karboksilat bereaksi
Hasil
ungu khitaman denan ion Fe3+
menghasilkan kompleks
[Fe3(OH)2(CH3CO O)6]+
yang
berwarna merah dan setelah
penambahan K4Fe(CN)6
menghasilkan filtrat
Fe4[Fe(CN)6]3 yang
berwarna kuning
38
- Larutan - CH3COONa 6CH3COOH-(aq) +
5 ml CH3COONa encer 10% CH3COONa + FeCl3 3Fe3+(aq) + 2H2O(l)→
Hasil - Filtrate +
K4FeCN6
warna kuning
39
VIII. Analisis dan Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa oraganik
yang megandung gugus aldehid, gugus keton, gugus karboksilat dan
membedakan antara gugus aldehid, keton dan karboksilat yang terdapat
dalam senyawa organik.
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki
gugus karbonil. Sifat fisis aldehid dan keton yaitu gugus karbonil bersifat
polar, dengan elektron – elektron dalam ikatan sigma, dan terutama
elektron- elektron dalam ikatan phi, tertarik ke oksigen yang lebih
elektronegatif (Fessenden, 1982)
Asam karboksilat merupakan segolongan senyawa organik yang
dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus
fungsi karbonil dan hidroksil (Willbraham dan Matta, 1992).
1. Uji Tollens
Pada percobaan percobaan pertama yaitu uji Tollens yang bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
aldehid dan keton. Prinsip dari uji tollens adalah reaksi reduksi dan
oksidasi, dimana Aldehid bertindak sebadai reduktor (Aldehid akan
dioksidasi menjadi anion karboksilat) sedangkan reagen tollens bertindak
sebagai oksidator (ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi
logam Ag). Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.
Pereaksi Tollens
40
dan mengeringkan alat yang digunakan, selanjutnya memasukkan 2 mL
larutan perak nitrat 1% kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes
larutan NaOH 5% yang bertujuan untuk membentuk endapan oksida
perak, dari penambahan tersebut dihasilkan larutan berwarna hijau keruh
kecoklatan dan terdapat endapan coklat sehingga membentuk reaksi :
Ditambahkan larutan NH4 OH tetes demi tetes sampai endapan coklat hilang dan
warna larutan menjadi tidak berwarna. NH4OH yang digunakan sebanyak 17 tetes.
Larutan yang dihasilkan tersebut adalah reahen tollens yang digunakan berupa ion
perak baramoniak yang akan digunakan untuk membedakan antara aldehid dan
keton. Fungsi penambahan NH4OH adalah untuk membentuk senyawa kompleks
Ag(NH3)2+ yang larut sehingga membentuk reaksi sebagai berikut :
Reagen yang dihasilkan, dibagi dalam 4 tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1
dengan penambahan benzaldehid, tabung reaksi 2 dengan penambahan aseton,
tanbung reaksi 3 dengan penambahan sikloheksanon, dan pada tabung reaksi 4
dengan penambahan formalin (formaldehid dalam 5 ml air).
Pada tabung reaksi 1 dan 4 terjadi reaksi oksidasi Aldehid, yang ditandai
dengan adanya cermin perak pada sekeliling tabung. Pada percobaan ini
ditambahkan benzaldehid pada tabung reaksi 1 dan ditambahkan formalin pada
tabung reaksi 4 dan terjadi perubahan yaitu warna larutan agak keruh abu-abu dan
timbul cermin perak pada dinding tabung. Warna larutan berubah menjadi gelap.
Dengan munculnya cermin perak pada dinding tabung reaksi maka dapat
dinyatakan bahwa benzaldehid merupakan salah satu contoh dari senyawa aldehid
dan dapat bereaksi dengan pereaksi Tollens. Terbentuknya endapan pada dinding
tabung dikarenakan gugus karbonil pada formalin lebih kurang terlindungi oleh
rantai utamanya. Jadi, akan lebih mudah memutus ikatan H pada formaldehid.
41
Formaldehid merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga
bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo, 2006).
Namun dalam praktikum kami pada tabung reaksi 1 terbentuk larutan putih keruh
dan tidak terbentuk cermin perak. Sedangkan pada tabung reaksi 4 menghasilkan
larutan yang terdapat 2 lapisan yaitu perak pada bagian atas dan larutan tidak
berwarna pada bagian bawah
Tabung reaksi 1 :
Tabung reaksi 2 :
42
demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi
Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag2O). Aldehida dapat
mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaaskan unsur perak (Ag).
H3C C CH 3 + Ag(NH3)2OH
Aseton
O + Ag(NH3)2+ + 3OH-
Sikloheksanon
Reagen Tollens tidak dapat bereaksi dengan gugus keton karena sifat dari
gugus keton yang terletak diantara atom C lain, sehingga lebih tertutup,
akibatnya Reagen Tollens yang berupa oksidator lemah tidak dapat
mengoksidasi keton (aseton dan sikloheksanon). Berbeda dengan gugus
aldehid (benzaldehid dan formaldehid) yang dapat dioksidasi oleh Reagen
Tollens karena terletak pada ujung senyawa, sehingga dapat dioksidasi oleh
oksidator lemah sekalipun.
2. Uji Fehling
43
Tujuan dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Prinsip uji Fehling yaitu reaksi reduksi dan oksidasi dimana Aldehid akan
dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu 2+ akan tereduksi
menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan
merah bata (Raymond, 2009).
Langkah pertama yang yang dilakukan adalah membuat reagen fehling yaitu
dengan mencampurkan masing 10 mL Fehling A dan fehling B sehingga terjadi
perubahan warna menjadi warna biru tua. Selanjutnya dimasukkan masing-masing
2, 5 mL reagen Fehling ke dalam tabung reaksi 1,3 dan 4.
O O
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Aldehid dioksidasi membentuk asam
karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+ (Raymond,2009).
Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya endapan merah bata pada dasar tabung
reaksi.
44
Pada tabung reaksi 3 dan 4 dimasukkan 2, 5 mL reagen Fehling kedalam masing-
masing tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes aseton dan 2 tetes
sikloheksanon pada tabung reaksi 3dan 4, setelah itu dipanaskan dalam air
mendidih.
Pada tabung reaksi 3 dan 4 tidak mengalami perubahan setelah dipanaskan dalam
air mendidih, hal ini dikarenakan aseton dan sikloheksanon tidak mempunyai
atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami
oksidasi. Aseton dalam pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga,
sehingga tidak terbentuk endapan (Sogandi, 2010). Dari percobaan ini diperoleh
persamaaa reaksi sebagai berikut :
Tabung reaksi 3 :
O
CH 3 C CH 3 + 2CuO
Tabung reaksi 4 :
O
+ 2CuO
Uji Benedict
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi
Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri
atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium
sitrat. Pada pencampuran pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak
mengalami pembentukan endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan
dengan teori karena bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami
reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika
pencampuran dengan glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan
terdapat endapan merah bata pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga senyawa ini
45
termaksud dalam gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran dengan aseton,
larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak bisa teroksidasi dengan pereaksi
benedict.
Pereaksi Fehling dan Benedict terdiri dari kompleks Cu2+ dengan ion tartat untuk
pereaksi Fehling dan ion sitrat untuk Benedict. Keduanya adalah basa. Reaksi
dengan aldehida adalah :
OO
3. Adisi Bisulfit
Percobaan ketiga yaitu adisi bisulfit yang bertujuan untuk menguji
keberadaan keton dengan menggunakan suatu reagen Natrium Bisulfit. Prinsip
dari percobaan ini yaitu reaksi adisi pada keton.
Ditambahakan 2,5 mL aseton tak berwarna setetes demi setetes sambil dikocok
agar larutan tercampur sempurna.
OH
O
3HC C SO3-Na+
46
Setelah 5 menit diambahkan 10 mL etanol kedalam tabung reaksi. Fungsi
etanol yaitu untuk membentuk hablur. Persamaan reaksi sebagai berikut :
OH OH
CH3 CH3
OH
SO3Na
O
3HC C (aq)+ HCl (aq) (aq)
47
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
dengan mengguanakan reagen fenilhidrasin. Prinsip percobaan ini adalah
perbedaan titk leleh dari senyawa aldehid dan keton yang direaksikan dengan
fenilhidrazin. Aldehid yang digunakan adalah benzaldehid, sedangkan keton yang
digunakan adalah sikloheksanon.
Langkah awal yang dilakukan dengan menyiapkan dua tabung reaksi. Pada
masing-masing tabung (a) dan (b) dimasukkan 2,5 mL fenilhidrazin (berwarna
kuning muda). Pada tabung reaksi (a) ditambahkan 5 tetes benzaldehid (tidak
berwarna) sehingga terbentuk hablur berwarna kuning sedangkan pada tabung
reaksi (b) ditambahkan 5 tetes sikloheksanon (tidak berwarna) sehingga terbentuk
hablur berwarna kuning. Kedua tabung ditutup dan diguncang dengan kuat selama
1-2 menit agar larutan bereaksi dengan sempurna dan hablur yang terbentuk lebih
maksimal, persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada Benzaldehid
+ →
Pada Sikloheksanon
+ → + H2O
48
Kemudian residu dipindahkan ke kaca arloji kemudian dikeringkan di dalam
desikator. Pengeringan fenilhidrazon benzaldehid memerlukan waktu 3 hari untuk
mmendapatkan kering yang sempurna. Sedangkan fenilhidrazon sikloheksanon
pengeringannya selama 5 hari. Setelah pengeringan, diperoleh fenilhidrazon
benzaldehid berwarna orange, sedangkan fenilhidrazon siklohksanon berwarna
merah tua. Padatan fenilhidrazon yang sudah kering diuji titik lelehnya dengan
cara dimasukkan sedikit saja sampel (fenilhidraon) ± 1 cm ke dalam pipa kapiler.
Kemudian dipanaskan dengan melting block diatas kompor listrik serta dicatat
suhunya. Dari uji tetek leleh ini, diperoleh titik leleh fenilhidrazon benzaldehid
sebesar 130o C. hal ini sesuai denganteori yaitu 154-155°C . Sedangkan titik leleh
fenilhidrazon sikloheksanon berdasarkan kelompok lain sebesar 82o C . hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa titik leleh fenilhidrazon
sikloheksanon ± 80o C. Dari data tersebut diketahui bahwa titik leleh benzaldehid
lebih tinggi dari titik leleh sikloheksanon. Dalam percbaan ini kelompok kami
tidak mendapatkan nilai titik leleh sikloheksanon.
5. Reaksi Haloform
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton dengan cara
mereaksikan Natrium hidroksida dan larutan Iodium dengan Aseton dan
Isopropopil alkohol. Reaksi tersebut menghasilkan endapan Iodoform berwarna
kuning. Prinsip percobaan ini berdasarkan pada kemampuan senyawa aldehid dan
keton untuk membentuk senyawa haloform yang tersusun atas trihalometil berupa
iodoform dalam suasana basa.
49
sehingga menghasilkan endapan berwarna kuning pada kedua tabung, namun
endapan pada tabung 1 (aseton) lebih banyak daripada endapan pada tabung 2
(isopropil alkohol). Hal tersebut dikarenakan senyawa isopropil alkohol mudah
dioksidasi membentuk metil keton daripada senyawa keton. Atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon alfa akan lebih asam dan mudah tertukar oleh halogen,
sehingga membentuk senyawa trihalometil. Senyawa trihalometil ini jika
diuraikan dengan basa akan membentuk senyawa haloform.
Pada percobaan ini diperoleh bau aseton seperti obat (tengik) dan untuk keton
seperti betadine. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Pada Aseton
6. Kondensasi Aldol
Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskannya
suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH dalam air, ion
enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang
lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid yang lain
(Fessenden,1982).
50
Prinsip percobaan kondensasi aldol adalah reaksi adisi pada aldehid. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu 4 ml larutan 1% NaOH dimasukkan kedalam
tabung reaksi, fungsi NaOH adalah berperan sebagai basa yang
mengambilhidrogen sebagai enolat. Kemudian ditambahkan 0,5 mL asetaldehid,
sehingga menghasilkan bau tengik dan tidak berwarna. Kemudian larutan
didihkan 3 menit dalam penangas air dan menghasilkan warna putih keruh dan
terdapat gelebung dibawahnya. Saat pemanasan bau tengik akan teridentifikasi
sebagai hasil dari kondensasi, yakni krotonaldehid. Persamaan reaksi sebagai
berikut :
O
O
O O O- O
H2
+ 3HC C C CH
3HC C H (aq) H2C C H H
OH O
O- O
H2
H2
3HC C C CH + H2O 3HC C C CH
H H
7. Karboksilat
a. Pada percobaan uji karboksilat bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam
asetat. Langkah pertama yang harus dilakukan memasukkan 5 ml asam cuka
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan KMnO 4. Fungsi
penambahan KMnO4 adalah sebagai oksidator kuat. Setelah ditambahkan KMnO 4
warna larutan tidak berubah tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa
asam asetat tidak dapat diokisdasi menggunakan KMnO 4 yang dibutikan dengan
larutan berwarna ungu. Persamaan reaksi sebagai berikut :
51
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam asetat. Pertama 5mL
CH3COONa 0,1M larutan yang tak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
. Lalu ditambah 3mL larutan FeCl3 5% yang berwarna kuning menghasilkan
larutan berwarna merah kecoklatan. Persamaan reaksinya :
CH3COONa (aq) + FeCl3 (aq) 3CH3COO- (aq) +NaCl (s) + Fe3+ (aq)
52
I. DISKUSI
Pada tercobaan Tollens tidak timbul cermin perak karena kurangnya
ketelitian saat praktikum yaitu kurang menunggu terbentknya cermin perak.
Kesalahan juga timbul dari alat yang digunakan belum kering sempurna.
II. KESIMPULAN
1. Prinsip uji Tollens yaitu reaksi reduksi dan oksidasi. Reagen tollens
bereaksi dengan senyawa aldehid menghasilkan cermin perak. Reagen
tollens memberikan hasil positif dengan senyawa aldehid yaitu pada
pengujian menggunakan benzaldehid dan formalin, namun kelompok
kami tidak sesuai dengan teori tersebut. Untuk senyawa keton
menunjukkan hasil negative.
2. Prinsip Uji Fehling yaitu reaksi reduksi dan oksidasi. Dimana Aldehid
akan dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu 2+ akan
tereduksi menjadi Cu+. Reagen fehling akan memberikan hasil positif
pada senyawa aldehid yaitu formaldehid dengan menghasilkan endapan
merah bata. Namun memberikan hasil negatif pada senyawa keton yaitu
aseton dan sikloheksanon.
3. Adisi Bisulfit memiliki prinsip yaitu reaksi adisi pada keton. Senyawa
bisulfit mengadisi keton berupa aseton sehingga membentuk hablur
yang berwarna putih. Dalam suasana asam dengan ditambahkan larutan
HCl pekat, membuat gugus karbonil terpisah dari campurannya
sehinggs menghasilkan hablur putih yang larut sehingga larutan
menjadi jernih.
4. Reaksi Fenilhidrazin dengan senyawa aldehid menggunakan bahan uji
yaitu benzaldehid dihasilkan fenilhidrazon dengan titik leleh sebesar
1460C, sedangkan untuk bahan uji Sikloheksanon dihasilkan titik leles
sebesar 820C.
53
5. Reaksi haloform digunakan untuk membuktikan adanya senyawa metil
keton. Aseton dan isopropil alkohol dapat bereaksi dengan NaOH dan
larutan Iodium yang membentuk iodoform, ditunjukkan dengan
terbbentuknya endapan kuning.
6. Asetaldehid mempunyai atom hidrogen pada atom C alfa yang
berfungsi sebagai kondensasi terjadi karena adanya penambahan NaOH.
7. a) Reaksi karboksilat bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam
asetat. Asam asetat tidak dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 yang
dibutikan dengan larutan tetap berwarna ungu.
b) filtrat tidak lagi mengandung ion Fe karena setelah ditambahkan
K4Fe(CN)6 menghasilkan larutan warna hijau, berbeda dengan FeCl3
yang berwarna kuning .
54
JAWABAN PERTANYAAN
Jawab:
Uji tollens :
Uji Fehling :
Adisi bisulfit:
55
hablur yang larut dalam HCl pekat. Pada percobaan ini hanya
dapat mengidentifikasi senyawa keton.
Reaksi haloform :
Pada Aseton
56
- Keton, dapat bereaksi dengan NaOH serta I 2 membentuk
Iodoform yang ditandai dengan adanya hablur berwarna
kuning.
Kondensasi Aldol :
Asam Karboksilat :
57
sehingga rintangan sterik lebih kecil, sehingga reagen fehling
58
Daftar Pustaka
Abraham. 2010. Deteksi Adanya Pemalsuan Minyak Melati Dengan Menguji Putaran
Optik Menggunakan Polimeter WXG-. Semarang : Fakultas Tehnik
Universitas Ponegoro.
Marliana, Pratiwi. 2012.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
59
Sogandi, Gandi. 2010. Percobaan reaksi aldehid dan keton. Banjarmasin:
UNLAM.
Tim Dosen Kimia Organik. 2018. Panduan Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
60
Dokumentasi
1. UJI TOLLENS
No Alur Gambar Keterangan
1. 2 ml larutan perak nitrat (1) menyiapkan
bahan-bahan yang
1. Dimasukkan ke tabung
akan digunakan
reaksi yang telah dicucui
dengan air sabun (2) mengeringkan
2. Ditambah tetes larutan (1) peralatan yang akan
NaOH 5%
digunakan dengan
oven
Endapan (3) larutan perak
(2) nitrat setelah
3. Ditambah Tabung
NH4OH I 2% tetes
2demi tetes hingga
ml larutan tepat
perak nitrat ditambahkan 2 tetes
larut NaOH 5%
1.4. Dimasukkan ke tabung
Dikocok hingga endapan
reaksi yang telah dicucui membentuk endapan
larut
dengan air sabun
Reagen (4) campuran setelah
2. Ditambah tetes larutan
NaOH 5%
(3)
ditambahkan dengan
Endapan NH4OH tetes demi
3. Ditambah NH4OH 2% tetes tetes menghasilkan
Tabung
demi tetes hingga II
tepat larut
reagen tidak
4. Dikocok hingga endapan larut
(4) berwarna
Reagen
(5) 1 mL reagen
setelah ditambahkan
benzaldehid
Tabung III
(5)
Tabung IV
61
1 ml Reagen
Hasil
62
tabung 3 tidak.
(5)
(1) reagen benedict
dimasukkan dalam 3 tabung
reaksi, masing-masing berisi
2,5 mL.
(1) (2) tabung 1 setelah
ditambahkan 2 tetes
formaldehid
(3) tabung 2 setelah
(2) ditambahkan 2 tetes aseton
(4) tabung 3 setelah
ditambahkan 2 tetes
3.
sikloheksanon
(3) (5) ketiga tabung diletakkan
dalam air mendidih
(6) perbandingan antar
tabung, tabung 1 membentuk
endapan berwarna merah bata
(4)
dan larutan berubah menjadi
warna hijau, sedangkan
tabung 2 dan tabung 3 tidak
terjadi reaksi.
(5)
63
(6)
3. ADISI BISULFIT
No Alur Gambar Keterangan
3. 5 ml larutan jernuh natrium bisulfit (1) mengukur 5 mL larutan
jenuh natrium bisulfit
5. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 50 ml (2) memasukkan larutan ke
6. Didinginkan dalam air es dan dalam labu erlenmeyer
catat hasilnya (1)
(3) meletakkan labu
7. Ditambah 2,5 ml aseton tetes
erlenmeyer ke dalam gelas
demi tetes dengan dikocok
8. Setelah 5 menit ditambah 10 kimia berisi air es
ml etanol (4) menambahkan 2,5 mL
64
(5)
(6)
(7)
(8)
65
4. PENGUJIAN DENGAN FENILHIDRAZIN
No Alur Gambar Keterangan
Tabung I (1) mengukur 2,5 mL larutan
fenilhidrazin
2, 5 ml fenilhidrazin
(2) menyiapkan larutan
6. Dimasukkan ke tabung reaksi
benzaldehid
7. Ditambah 10 tetes benzaldehid
(1)
8. Ditutup tabung reaksi (3) larutan fenilhidrazin
9. Guncangkan dengan kuat setelah ditambahkan 10 tetes
selama 1-2 menit
benzaldehid
Hablur (4) menyaring hablur yang
(4)
(5)
(3)
(4)
(1)
(2)
5. REAKSI HALOFORM
No Alur Gambar Keterangan
67
Tabung I (1) menyiapkan 3 mL NaOH
5% dalam tabung reaksi
Tabung reaksi
(2) setelah ditambahkan
9. Ditambah 3 ml NaOH 5%
dengan 5 tetes aseton
10. Ditambah 5 tetes aseton
11. Ditambah 10 ml larutan (3) menyiapkan 10 mL
iodium (1) larutan iodium
12. Digoncang sampai warna
(4) setelah penambahan iod,
Endapan kuning bau seperti kapur barus
(3)
(4)
(5)
68
7.Catat baunya
Hasil pengamatan
(6)
6. KONDENSASI ALDOL
No Alur Gambar Keterangan
(1) menyiapkan 4 mL NaOH
4 ml NaOH 1 % 1% ke dalam tabung reaksi
Hasil
(2)
7. IDENTIFIKASI KARBOKSILAT
No Alur Gambar Keterangan
69
7. 5 ml asam cuka (1) menyiapkan 5 mL asam
cuka
4. Dimasukkan ke tabung reaksi
(2) larutan asam cuka setelah
5. Ditambah 3 ml KMnO4 1 N
6. Diamati perubahan yang ditambahkan dengan 3 mL
terjadi (1) KMnO4
Hasil
(2)
(4)
70
(5)
(6)
71
72