Anda di halaman 1dari 72

I.

Judul Percobaan : Identifikasi Gugus Aldehid, Keton, dan


Karboksilat
II. Hari/Tanggal Percobaan : Mulai : Selasa, 26 Februari 2019
(07.30-12.00 WIB)
Selesai : Senin, 5 Maret 2019 ( 16.00 WIB)
III. Tujuan Percobaan :
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus Aldehid.

2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus Keton.

3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus Karboksilat.

4. Membedakan antara gugus Aldehid, Keton dan Karboksilat yang tedapa di


dalam senyawa organik.

IV. Tinjauan Pustaka

1. Aldehid
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat
lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami
reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami
reaksi poli-merisasi.Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada
suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan
bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna.
Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO,
dimana R =adalah alkil dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Acton,
2013).

Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menghasilkan asam karbonsilat


yang mengandung jumlah atom karbon yang sama. Sementara itu keton tidak
menjalankan reaksi yang serupa karena pada oksidasi terjadi pemutusan ikatan
karbon-karbon menghasilkan dua asam karbonsilat masing-masing
mengandung atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit dari pada keton semula
(keton siklik menghasilkan suatu asam dikarbonsilat yang mengandung atom
karbon yang sama banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon),

1
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama
pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik.
Sedangkan untuk pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari
alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas
antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat
(Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Riswayanto, 2009).

2. Keton

Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus


karbonil sebuah ikatan rangkap C=O. Keton termasuk senyawa yang sederhana
jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti –OH
atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang
bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -
COOH. Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbo yang terikat
padanya. Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang
mengandung cincin benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang
mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan pembahasan (Novan, 2008).

2
Keton banyak digunakan dalam industry parfum, karena baunya yang harum.
Aseton adalah keton yang paling sederhana dan penting. Aseton utamanya
digunakan sebagai pelarut dalam industry (untuk cat dan pernis). Zat ini
merupakian bahan utama pada beberapa merek pengahapus cat kuku. Aseton juga
digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium , pembuiatan kloroform ,
iodoform dan pewarna (Sidik, 1994)

3. Aldehid dan Keton

Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya
aldehida lebih reakstif dibandingkan dengan keton. Kimiawan memanfaatkan
kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk
mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah dilihat. Uji yang paling banyak
digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens, Benedict, dan Fehling
(Matta,1992).

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki gugus karbonil.
Identifikasi secara umum dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-
dinitrofenilhidrasin. Reaksi ini menunjukkan positif untuk gugus karbonil
senyawa aldehid maupun keton dengan terbentuknya senyawa 2,4-
dinitrofenihidrasin berupa endapan berwarna kuning/merah (Abraham, 2010).

Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil
yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat
berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk
hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya
umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).

Aldehid dan keton bereaksi dengan alkohol membentuk masing-masing heniasetal


dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus aldehid atau keton
ditambah gugus alkohol, maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat
terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena

3
adanya tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih
menguntungkan bagi gula (Sulaiman, 1995).

Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni gugus
karbonil. C = O. oleh karena itu keduanya menjalankan reaksi yang sama.
Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen yang
sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil pada aldehida kurang
terlindungi dibandingkan dengan atom karbon karbonil pada keton (Wahjudi,
2003)
Aldehid dan keton merupakan dua senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada gugus
karbonil. Sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonil. Gugus lain pada aldehida adalah R yang bisa
merupakan alkil,aril, atau H. Oleh karena itu aldehid dan keton menjalankan
reaksi-reaksi yang sama pula.

Aldehid Gugus karbonil

Sifat-sifat Fisika aldehid dan keton

1. Formaldehid berwujud gas, sedangkan asetalehid merupakan cairan yang


mendidih pada suhu 21℃. Suku-suku aldehid yang berikutnya (yang mengandung
3 sampai dengan 12 atom C) semuanya berwujud cairan tanpa warna. Dua suku
pertama dalam deret aldehid baunya tidak enak, teti suku-suku yang mengandung
3 sampai dengan 12 atom C adalah cairan yang baunya sedap. Selebihnya padat.
2. Senyawa-senyawa keton yang mengandung 3 sampai dengan 13 atom C
berupa cairan dengan bau sedap, sedangkan suku-suku yang lebih tinggi berwujud
padat.
3. Suku-suku rendah golongan aldehid dan keton dapat larut dalam air,
sedangkan suku-suku yang lebih tinggi sukar atau tidak larut dalam air.

4
4. Asam Karboksilat
Asam karboksilat merupakan senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil.
Rumus umum asam karboksilat ialah R-COOH. Asam karboksilat tergolong asam
karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat dan
proton (Willbraham dan Matta, 1992).

Rumus struktur Ion karboksilat


asam karboksilat

Sifat fisis asam karboksilat mencerminkan ikatan hidrogen yang kuat antara
molekul-molekul atom karboksilat. Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi.
Spektra inframerah asam-asam karboksilat juga menunjukkan efek pengikatan
hidrogen. Asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun
dalam pelarut organik. Suatu sifat yang perlu dicatat dari asam karboksilat
berbobot molekul rendah ialah baunya (Fessenden, 1982).

Contoh dari senyawa asam karboksilat yang paling sederhana adalah asam formiat
(asam semut) HCOOH. Senyawa tersebut dapat dibuat dari hasil reaksi
dekarboksilasi asam oksalat. Persamaan reaksinya sebagai berikut:

O
O
C OH
Gliserol
H C OH CO2(g)
C O

OH

Asam formiat mudah mengalami reaksi oksidasi menghasilkan CO 2 jika


direaksikan dengan oksidasi seperti KMnO4. Persamaan reaksinya:

CH3COOH + 2MnO4- → 3CO2 + 2 MnO2↓ + 2OH- + 2H2O

5
Asam formiat terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida
(Riawan, 1990).

Reaksi-reaksi yang terjadi pada asam karboksilat:

1. Reaksi pembentukan garam


Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada
temperatur tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi:

HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O

2. Reaksi esterifikasi
Ester asam karboksilat adalah senyawa yang mengandung gugus –COOR
dengan R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung
antara asam karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya:

RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O


3. Reaksi oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3 panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat
lambat.
4. Pembentukan asam karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat,
reaksi oksidasi, dan reaksi Grignard (Fessenden, 1982).

6
5. Identifikasi gugus aldehid dan keton:
1. Uji Tollens
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amonikal, merupakan campuran
dari larutan AgNO3 dan larutan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
Tollens adalah Ag2O yang bila akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak
ini akan menempel pada dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak.
Oleh karena itu pereaksi Tollens sering disebut juga pereaksi cermin perak
(Sudarmo, 2006).

Pada dasarnya uji Tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu
mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi keton, selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hart, 2003).

Persamaan reaksinya:

2. Uji Fehling atau Benedict


Fehling A berbentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO 4.
Fehling B merupakan campuran antara larutan NaOH dan kalium natrium tartat.
Berbentuk kristal tidak berwarna atau putih (Sudarmo, 2006).

Reagen Fehling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator
lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat
mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens. Persamaan reaksinya:

7
3. Adisi Bisulfit
Reagen yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada
ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil aldehid dan
beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar di sekeliling atom
karbon karbonil yang bereaksi dengan larutan pekat natrium bisulfit menghasilkan
adisi yang berwujud hablur berwarna putih (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).

4. Pengujian Fenilhidrasin
Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini lebih bereaksi menghasilkan
fenilhidrason setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu
mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan
(melalui tiik lelehnya) untuk mengenal aldehid dan keton. Reksi yang sama
dengan 2,4-dinitro fenilhidrasin menghasilkan 2,4-dinitro fenihidrason yang
biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi (Tim Dosen Kimia Organik,
2017)

5. Reaksi Haloform
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehid dan keton mudah
diganti oleh halogen di dalam larutan basa. Reaksi ini didasarkan pada reaksi yang
cepat antara ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan elektron
dari halogen, maka atom hidrogen yang masih ada pada atom karbon alfa akan
lebih asam, dan lebih mudah terbakar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil

8
yang terikat pada atom karbon karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa
trihalometil oleh halogen dari basa.

Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk
menyediakan iodoform, bromoform, atau kloroform (Tim Dosen Kimia Organik,
2017).

6. Kondensasi Aldol
Oleh karena anion enolat ialah suatu nekloefil, maka ia dapat ditambah kepada
gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang
baru, sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan
larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol
yang jika dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh,
yakni krotonaldehid.

9
Produknya disebut aldol (dinamakan aldol karena produknya berupa aldehida dan
alkohol sekaligus) (Hart, 2003).

6. Tinjauan Bahan.

Aseton Merupakan senyawa yang memiliki nama lain prapanon. Senyawa ini
memiliki wujud cairan yang tidak memiliki warna, berbau sengit, bersifat polar
serta mudah larut dalam air. Larutan ini memiliki titik didih 56°C serta titik beku -
95°C. Aseton bersifat tidak dapat dioksidasai melainkan dengan kondisi tertentu,
dimana rantaikarbon pecah (Acton, 2013).

b. Glukosa

Glukosa adalah monosakarida yang sering ditemukan pada tanaman. Glukosa


memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa memiliki kemampuan dalam
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan disebabkan Glukosa merupakan suatu
Aldoheksosa. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan biotik
maupun fotosintesis (Sumardjo, 2008).

c. Fruktosa

Fruktosa (levulosa/gula buah) adalah isomer gula yang merupakan salah satudari
gula darah. Fruktosa merupakan polihidroksi keton yang memiliki atom karbon 6
dengan rumus C6H12O6 yang sama dengan glukosa namun berbeda dari segi
strukturnya. Tingkat kemanisan gula ini sekitar 120-180% dari gula sukrosa.
Fruktosa dapat diperoleh dari proses hidrolisis inulin dan sakarosa
(Sumardjo,2008).

d. Formalin

Formalin atau Formaldehida merupakan larutan senyawa gugus aldehida.


Formalin tersedia sebagai hasil 40% gas formaldehid. Larutan ini memiliki
titikdidih -19°C. Formalin biasa digunakan sebagai disinfektan, pengawet biologis
dan juga untuk pembuatanresin sintetis. Formalin umumnya mengandung methan
olsebanyak 10– 15 % yang berfungsi sebagai stabilator agar struktur formaldehida

10
pada formalin tidak mengalami polimerisasi dan bersifat reaktif dibandingkan
senyawa aldehida lainnya (Acton, 2013).

e. Tollens (AgNO 3 )

Tollen adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih yang
tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Senyawa ini
memiliki titik didih 444oC, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan dapat
larut dalam air, aseton, ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat berbahaya
apabila bereaksi dengan etanol (Acton, 2013).

f. NH4OH

Merupakan larutan basa amonium hidroksida yang tidak memiliki warna serta bau
yang tidak sedap. NH4OH memiliki titik didih 33,5°C dan titik lebur sebesar -
78°C. Larutan amonium hidroksida bersifat tidak stabil dan mudah larut dalam air
serta mudah mengalami autoionisasi. (Subandi, 2010).

g. NaOH

NaOH adalah senyawa ionik basa kuat yang memiliki wujud serbuk putih.
Senyawa ini memiliki titik didih 1360°C dan titik lebur 318°C dan sangat mudah
larut dalam air. Senyawa NaOH umumnya berbentuk padatan bewarna
putih(Saputro, 2015).

h. Fehling A

Pereaksi fehling ialah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Fehling A adalah CuSO4 yang kondisi anhidratnya memiliki
bentuk serbuk/bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan dalam bentuknya
yang pentahidrat (CuSO4·5H2O) ia bewarna biru terang. (McMurry,2012).

i. Fehling B

11
Fehling B adalah senyawa campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Laurtan ini juga digunkan untuk menguji kandungan gula tereduksi dalam suatu
sampel (McMurry, 2012).

j. Aquades

Aquades ialah air hasil penyulingan yang tidak memiliki mineral. Molekul pada
aquades memiliki bentuk asimetris yang menyebabkan elektronegatifannya lebih
tinggi dari atom hidrogen. Aquades memiliki berat molekul 18,02. Aquades
merupakan cairan bening dan tidak berwarna, namun memiliki bau menyengat
yang ringan. Titik lebur dari aquades yaitu -52ᵒC dan titik didihnya adalah 114ᵒC.
Aquades dapat didekomposisi pada suhu lebih dari 100ᵒC. Aquades merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH
netralsehingga tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya
berfungsisebagai pelarut (Sharifuddin, 2008).

V. Alat dan Bahan


a. Alat :
 Tabung Reaksi 20 buah
 Thermometer 1 buah
 Erlenmeyer 50 mL 1 buah
 Corong Kaca 1 buah
 Kertas saring 3 buah
 Gelas Kimia 10 mL 1 buah
 Gelas Kimia 50 mL 1 buah
 Gelas kimia 250 mL 1 buah
 Gelas ukur 10 mL 3 buah
 Kaca arloji 2 buah
 Desikator 1 buah
 Spatula 1 buah
 Penjepit kayu 1 buah
 Melting Block 1 buah

12
 Pipa kapiler 1 buah
 Kaki tiga 1 buah
 Pipet tetes 15 buah
 Statif dan klem 1 set
 Pembakar Spirtus 1 buah
 Kompor listrik 1 buah
 Oven 1 buah

b. Bahan :
 Asetaldehid ± 0,5 mL
 Sikloheksanon ± 5 mL
 Formalin ± 0,5 mL
 Isopropil alcohol ± 0,5 mL
 Etanol ± 12 mL
 Fehling A ± 10 mL
 Fehling B ± 10 mL
 Larutan 10% NaOH ± 3 mL
 Larutan 5% NaOH ± 20 mL
 Larutan NaOH 1% ± 4 mL
 Asam cuka ± 5 mL
 Larutan Na-aseetat ± 5 mL
 FeCl3 ± 4 mL
 Larutan iodium ± 40 mL
 Larutan KMnO4 ± 3 mL
 HCl pekat ± 0,5 mL
 Natrium bisulfit ± 5 mL
 Fenilhidrazin ± 10 mL
 Larutan AgNO3 1% ± 2 mL
 NH4OH ± 5 mL.

13
VI. Alur Percobaan

1. Uji Tollens

2 ml larutan perak nitrat

3. Dimasukkan ke tabung reaksi


yang telah dicucui dengan air
sabun
4. Ditambah tetes larutan NaOH
5%

Endapan

1. Ditambah NH4 OH 2% tetes


demi tetes hingga tepat larut
2. Dikocok hingga endapan larut

Reagen

Tabung 1 Tabung 2

1 ml Reagen 1 ml Reagen

1.Ditambah 2 tetes benzal 1. Ditambah 2 tetes aseton


2.Dikocok 2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit 3. Didiamkan 10 menit
4. Bila tidak reaksi ditempatkan 4. Bila tidak reaksi ditempatkan
dalam air panas (35-50°C) dalam air panas (35-50°C)
selama 6 menit selama 6 menit
Hasil Hasil

Tabung 3 Tabung 4

1 ml Reagen 1 ml Reagen

1. Ditambah 2 tetes sikloheksana 1. Ditambah 2 tetes formalin


2. Dikocok 2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit 3. Didiamkan 10 menit
4. Bila tidak reaksi ditempatkan 4. Bila tidak reaksi ditempatkan
dalam air panas (35-50°C) dalam air panas (35-50°C)
selama 6 menit selama 6 menit

Hasil Hasil
14
2. Uji Fehling dan Benedict

Tabung 1

5 ml Fehling A 2, 5 ml Reagen

1. Dimasukkan ke gelas kimia 1. Dimasukkan ke tabung reaksi


2. Ditambah 5 ml Fehling B 2. Ditambah 2 tetes formaldehid
3. Tempatkan tabung reaksi
Reagen Fehling
dalam air mendidih
4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit

Hasil
Tabung 3 Tabung 4

2, 5 ml Reagen 2, 5 ml Reagen

1. Dimasukkan ke tabung reaksi 1.Dimasukkan ke tabung reaksi


2. Ditambah 2 tetes aseton 2.Ditambah 2 tetes sikloheksanon
3. Tempatkan tabung reaksi 3.Tempatkan tabung reaksi dalam
dalam air mendidih air mendidih
4. Diamati perubahan yang terjadi 4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit sekitar 10-15 menit

Hasil Hasil
3. Adisi Bisulfit

5 ml larutan jernuh natrium bisulfit

1. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 50 ml
2. Didinginkan dalam air es dan
catat hasilnya
3. Ditambah 2,5 ml aseton tetes
demi tetes dengan dikocok
4. Setelah 5 menit ditambah 10
ml etanol

Hablur

Saring dengan corong penyaring


dan catat

Hablur Filtrat

6. dimasukkan dalam tabung reaksi 15


7. ditambah beberapa tetes HCl pekat
Hasil Pengamatan
1. Pengujian dengan Fenilhidrazin

Tabung 2
2, 5 ml fenilhidrazin
2, 5 ml fenilhidrazin
2. Dimasukkan ke tabung reaksi
3. Ditambah 10 tetes benzaldehid 1. Dimasukkan ke tabung reaksi
4. Ditutup tabung reaksi 2. Ditambah 10 tetes benzaldehid
5. Guncangkan dengan kuat 3. Ditutup tabung reaksi
selama 1-2 menit 4. Guncangkan dengan kuat
selama 1-2 menit
Hablur
Hablur
1. Disaring dengan corong
penyaring Disaring dengan corong
penyaring
Hablur Filtrate
Hablur Filtrate
6. dicuci dengan sedikit air dingin
7. Ditambah sedikit etanol atau 6. dicuci dengan sedikit air dingin
methanol 7. Ditambah sedikit etanol atau
8. dikeringkan methanol
9. diuji titik lehnya 8. dikeringkan
9. diuji titik lehnya
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan

16
1. Reaksi Holoform

Tabung 1 Tabung 2

Tabung reaksi Tabung reaksi

1. Ditambah 3 ml NaOH 5% 1.Ditambah 3 ml NaOH 5%


2. Ditambah 5 tetes aseton 2.Ditambah 5 tetes isopropyl
3. Ditambah 10 ml larutan iodium alkohol
4. Digoncang sampai warna 3.Ditambah 10 ml larutan
iodium tidak hiang lagi iodium
4.Digoncang sampai warna
Endapan kuning
iodium tidak hiang lagi
5. Catat baunya
Endapan kuning
Hasil pengamatan
5.Catat baunya

Hasil pengamatan

2. Kondensasi Aldol

4 ml NaOH 1 %

1.Dimasukkan ke tabung reaksi


2.Ditambah 0,5 ml asetaldehid
3.Goncang dengan baik
4. Catat baunya
5.Didihkan selama 3 mnit dengan
hati-hati
6.Catat bau tengik

Hasil

17
3. Identifikasi Karboksilat

5 ml asam cuka

1. Dimasukkan ke tabung reaksi


2. Ditambah 3 ml KMnO4 1 N
3. Diamati perubahan yang
terjadi

Hasil

5 ml CH3COONa encer 10%

1. Dimasukkan ke tabung reaksi


2. Ditambah 3 ml FeCl3 5%
sampai terjadi warna merah
3. Dipanaskan sampai terjadi
endapan bergumpal warna
merah coklat
4. Saring

Residu
Filtrate

1. Ditambah K4FeCN6 untuk uji


tidak adanya ion ferri
2. Dibandingkan dengan FeCl3
dalam jumlah yang sama

Hasil

18
VII. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Ksimpulan


Perc Sebelum Sesudah
1 Uji Tollens - Larutan perak - Larutan perak - 2AgNO3(aq)+ 2NaOH(aq)→ Senyawa keton tidak dapat
nitrat tidak nitrat + Ag2O(s)+ 2NaNO3(aq)+ H2O(l) bereaksi dengan reagen
2 ml larutan perak nitrat
berwarna larutan NaOH - Ag2O(s)+ 4NH4OH(aq)→ Tollens
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
- NaOH 5% 5% menjadi 2[Ag(NH3)2]OH(aq)+ 3H2O(l)
yang telah dicucui dengan air
sabun larutan tidak larutan - Ag(NH3)2OH(aq)→ [Ag(NH3)2]+
2. Ditambah tetes larutan NaOH berwarna berwarna + OH-
5% Tabung I
- Larutan hijau keruh
Endapan NH4OH 2% terdapat
tidak berwarna endapan
3. Ditambah NH4 OH 2% tetes
demi tetes hingga tepat larut - Benzal larutan - Ditambah
4. Dikocok hingga endapan larut tidak berwarna NH4OH 2% +
- Reagen larutan menjadi tidak 2Ag(NH3)2OH(aq)→
Reagen
tidak berwarna berwarna dan
- Benzaldehid tidak ada
larutan tidak endapan
berwarna - NH4OH 17 +

19
20
Tabung 1 Aseton larutan tetes 2Ag(s) + 2NH3(aq) + 2H2O(l)
1 ml Reagen tidak berwarna - Tabung 1 = 1 Tabung II
- Sikloheksanon ml reagen + 2
1. Ditambah 2 tetes benzal
2. Dikocok larutan tidak tetes benzal
3. Didiamkan 10 menit berwarna dehid
4. Bila tidak reaksi ditempatkan
- Formaldehid menjadi 2Ag(NH3)2OH(aq)
dalam air panas (35-50°C)
selama 6 menit larutan tidak larutan putih Tabung III
berwarna keruh
Hasil

Tabung 2
Tabung 2= 1
1 ml Reagen
ml reagen + 2
2Ag(NH3)2OH(aq)
1. Ditambah 2 tetes aseton tetes aseton
2. Dikocok Tabung IV
menjadi
3. Didiamkan 10 menit
4. Bila tidak reaksi ditempatkan larutan tidak
dalam air panas (35-50°C) berwarna
selama 6 menit 2Ag(NH3)2OH(aq) →
CH3COONH4(aq) + 2Ag(s) +
Hasil
3NH3(aq) + H2O(l)

21
Tabung 3 Tabung 3 = 1

1 ml Reagen ml reagen + 2
tetes
1. Ditambah 2 tetes sikloheksana
sikloheksano
2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit menjadi
4. Bila tidak reaksi ditempatkan larutan
dalam air panas (35-50°C)
berwarna
selama 6 menit
hitam
Hasil
Tabung 4
1 ml Reagen
Tabung 4 = 1
1. Ditambah 2 tetes formalin ml reagen + 2
2. Dikocok
3. Didiamkan 10 menit tetes formalin
4. Bila tidak reaksi ditempatkan menjadi
dalam air panas (35-50°C) larutan
selama 6 menit
berwarna (2
Hasil lapisan
menjadi perak
dan tidak

22
berwarna)

23
2 Uji Fehling dan Benedict - Fehling A - Reagen Tabung I: Aldehid dapat dioksidasi

5 ml Fehling A larutan fehling laruta oleh reagen fehling


berwarna biru biru tua sedangkan keton tidak dapat
1. Dimasukkan ke gelas kimia
muda dioksidasi oleh reagen
2. Ditambah 5 ml Fehling B 2Cu2+(aq) + OH-(aq)→
- Fehling B Tabung 1 fehling yang ditandai dengan
Reagen Fehling
larutan tak - Reagen + terbentuknya endapan
Tabung 1 berwarna formaldehid berwarna merah bata
2Cu2O(s) + 3H2O(l)
2, 5 ml Reagen - Formadehid menjadi
larutan tidak larutan Tabung III Tabung 1
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 2 tetes formaldehid berwarna berwarna biru Formaldehid dapat dioksidasi
3. Tempatkan tabung reaksi - Aseton larutan tua oleh ragen fehling degan
dalam air mendidih
tidak berwarna - Dipanaskan terbentuknya endapan merah
4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit - Sikloheksanon menjadi 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq) bata
larutan tidak larutan
Hasil
berwarna berwarna
biru+ endapan
merah bata

24
Tabung 3 Tabung 3 Tabung IV Tabung 3

2, 5 ml Reagen - Reagen + Aseton tidak dapat dioksidasi


aseton oleh reagen fehling yang
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 2 tetes aseton menjadi dibuktikan dengan tidak
3. Tempatkan tabung reaksi larutan terbentknya endapan merah
dalam air mendidih
berwarna biru 2Cu2+(aq) bata
4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit tua
+ 5OH-(aq)
- Dipanaskan Sikloheksanon tidak dapat
Hasil
menjadi diksidasi oleh reagen fehling
Tabung 4
larutan yang dibuktikan dengan tidak
2, 5 ml Reagen
berwarna biru terbentuknya endapan merah
1.Dimasukkan ke tabung reaksi bata
2.Ditambah 2 tetes sikloheksanon
3.Tempatkan tabung reaksi dalam Tabung 4
air mendidih - Reagen +
4. Diamati perubahan yang terjadi sikloheksanon
sekitar 10-15 menit
menjadi
Hasil larutan biru tua
- Dipanaskan
menjadi

25
larutan
berwarna biru

26
- Benedict Tabung 1
5 ml benedict larutan - Benedict +
1. Dimasukkan ke gelas kimia berwarna biru formaldehid
- Formaldehid menjadi
Reagen benedict 2Cu2+(aq) + 4OH-(aq)→
larutan tidak larutan
Tabung 1
berwarna berwarna biru
2, 5 ml Reagen benedict - Aseton larutan - Dipanaskan
Cu2O(s) + 4H2O(l)
1. Dimasukkan ke tabung reaksi tak berwarna menjadi
2. Ditambah 2 tetes formaldehid - Sikloheksanon larutan
3. Tempatkan tabung reaksi
larutan tak berwarna
dalam air mendidih
4. Diamati perubahan yang terjadi berwarna hijau
sekitar 10-15 menit - Akuades tak

Hasil pengamatan berwarna

27
Tabung 3 Tabung 3
- Benedict +
2, 5 ml Reagen benedict
aseton
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 2 tetes aseton menjadi
3. Tempatkan tabung reaksi larutan 2Cu2+(aq) + 4OH-(aq)
dalam air mendidih berwarna biru
4. Diamati perubahan yang terjadi
sekitar 10-15 menit - Dipanaskan
menjadi
Hasil pengamatan
larutan
Tabung 4
berwarna biru
2, 5 ml Reagen benedict
1. Dimasukkan ke tabung reaksi Tabung 4
2. Ditambah 2 tetes sikloheksanon
- Benedict +
3. Tempatkan tabung reaksi dalam
air mendidih sikloheksanon 2Cu2+(aq)
4. Diamati perubahan yang terjadi menjadi + 4OH-(aq)
sekitar 10-15 menit
larutan
Hasil berwarna biru
- Dipanaskan
menjadi

28
larutan
berwarna biru

29
3 Adisi Bisulfit - NaHSO3 - NaHSO3 + - NaHO3(aq)+ Keton yang tidak
5 ml larutan jernuh natrium bisulfit larutan tidak aseton memepunyai gugus besar

1. Dimasukkan ke dalam berwarna menjadi dikeliling gugus karbonil


Erlenmeyer 50 ml - Aseton larutan larutan tak bereaksi dengan larutan

2. Didinginkan dalam air es dan tidak berwarna berwarna NaHSO3 pekat
catat hasilnya
- Etanol larutan - NaHSO3 + menghasilkan adisi berwujud
3. Ditambah 2,5 ml aseton tetes
demi tetes dengan dikocok tidak berwarna aseton + hablur berwarna putih.
4. Setelah 5 menit ditambah 10 - HCl pekat etanol Setelah ditambah HCl hablur
ml etanol
larutan tidak menjadi putih bereaksi dengan HCl
Hablur berwarna larutan dan membebaskan gugus
terdapat kaarbonil yang ditandai
Saring dengan corong penyaring
dan catat lapisan, atas dengan larutnya hablur
tidak +
Hablur Filtrat
berwarna dan HCl(aq) →
6. dimasukkan dalam tabung reaksi bagian bawah
7. ditambah beberapa tetes HCl pekat keruh
Hasil Pengamatan terdapat
endapan/habl NaCl(aq) + SO 2(g) + H2O(l)
ur berwarna

30
putih
- Disaring
hablur putih
- Ditambah
HCl hablur
larut

31
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin - Fenilhidrazin Tabung 1 - Titik leleh benz-

2, 5 ml fenilhidrazin larutan - Fenilhidrazin aldehid= 120˚C- 130˚C


berwarna + benzaldehid
2. Dimasukkan ke tabung reaksi
3. Ditambah 10 tetes benzaldehid kuning dikocok
4. Ditutup tabung reaksi - Benzaldehid menjadi -
5. Guncangkan dengan kuat larutan tak larutan
selama 1-2 menit
berwarna berwarna
Hablur - Akuades tak putih terdapat
1. Disaring dengan corong berwarna hablur kuning
penyaring - Etanol 70% - Disaring

Filtrate larutan tidak dihasilkan


Hablur
berwarna hablur merah
6. dicuci dengan sedikit air dingin
- Sikloheksanon dan filtrate
7. Ditambah sedikit etanol atau
methanol larutan agak kuning
8. dikeringkan kekuningan - Ditambah air
9. diuji titik lehnya
dan etanol
Hasil Pengamatan menjadi
hablur merah

32
Tabung 2 - Tabung Aldehid dan keton
2, 5 ml fenilhidrazin - Fenilhidrazin mengalami reaksi adisi yang
+ ditandai dengan terbentuknya
1. Dimasukkan ke tabung reaksi
2. Ditambah 10 tetes benzaldehid sikloheksano hablur berwarna kuning
3. Ditutup tabung reaksi n dikocok
4. Guncangkan dengan kuat
menjadi
selama 1-2 menit
larutan
Hablur Titik leleh siklo-heksanon=
kuning
80˚C
5.Disaring dengan corong - Disaring
penyaring dihasilkan

Hablur Filtrate hablur kuning


- Ditambah air
6. dicuci dengan sedikit air dingin
7. Ditambah sedikit etanol atau dan etanol
methanol menghasikan
8. dikeringkan
hablur kuning
9. diuji titik lehnya
Hasil Pengamatan

33
34
5 Reaksi Holoform - NaOH 5% - NaOH + Aseton dapat mem-bentuk
Tabung 1
larutan tidak aseton iodoform dengan terbentuknya
Tabung reaksi brwarna menjadi endapan kuning

5. Ditambah 3 ml NaOH 5% - Aseton larutan larutan tidak


6. Ditambah 5 tetes aseton tidak berwarna berwarna
7. Ditambah 10 ml larutan iodium - Iodium larutan - Ditambah
8. Digoncang sampai warna + CHI3(s)
iodium tidak hiang lagi brwarna larutan
berwarna ungu iodium 1 ml
Endapan kuning
- Isopropyl menjadi
6. Catat baunya larutan tidak larutan
berwarna berwarna
Hasil pengamatan
kuning,
keruh, dan
terdapat
endapan
kuning
- Bau
menyengat

35
Tabung 2 - NaOH + Isopropil alkohol membentuk
iodoform dengan terbentuknya
Tabung reaksi isopropyl endapan kuning
menjadi
7.Ditambah 3 ml NaOH 5%
8.Ditambah 5 tetes isopropyl larutan tidak
alkohol berwarna
9.Ditambah 10 ml larutan - Ditambah
iodium
larutan iod
10. Digoncang sampai
warna iodium tidak hiang lagi menjadi +
larutan CHI3(s)
Endapan kuning berwarna

6.Catat baunya kuning, keruh


dan terdapat
Hasil pengamatan
endapan
kuning
- Bau
menyengat

36
6. Kondensasi Aldol - NaOH larutan - NaOH + Aldehid dapat mengalami
4 ml NaOH 1 % tidak berwarna asetaldehid reaksi kondensasi dalam
- Asetaldehi d mnjadi larutan basa encer sehingga
1.Dimasukkan ke tabung reaksi
2.Ditambah 0,5 ml asetaldehid larutan tidak larutan tidak menghasilkan senyawa jenih
3.Goncang dengan baik berwarna berwarna dan dan melepaskan molekul air
4. Catat baunya
berbau (++) yang ditandai dengan
5.Didihkan selama 3 mnit dengan
hati-hati - Didihkan timbulnya bau ++
6.Catat bau tengik menjadi
larutan keruh
Hasil
putih dan ada
gelembung
dibawah

37
7 Identifikasi Karboksilat - Asam cuka - Asam cuka + CH3COOH(aq)+ 2KMnO 4(aq)→ Asam karboksilat mngalami
larutan tidak KMnO4 2MnO2(s) + 2 KOH(aq) + oksidasi yang ditandai
5 ml asam cuka
berwarna dan menjadi 2H2O(l) + 2CO2(g) dengan perubahan warna
1. Dimasukkan ke tabung reaksi berbau larutan menjadi kehitaman yaitu
2. Ditambah 3 ml KMnO4 1 N menyengat berwarna MnO4
3. Diamati perubahan yang
terjadi - KMnO4 1 N ungu
larutan berwarna kehitaman Ion karboksilat bereaksi
Hasil
ungu khitaman denan ion Fe3+
menghasilkan kompleks
[Fe3(OH)2(CH3CO O)6]+
yang
berwarna merah dan setelah
penambahan K4Fe(CN)6
menghasilkan filtrat
Fe4[Fe(CN)6]3 yang
berwarna kuning

38
- Larutan - CH3COONa 6CH3COOH-(aq) +
5 ml CH3COONa encer 10% CH3COONa + FeCl3 3Fe3+(aq) + 2H2O(l)→

1. Dimasukkan ke tabung reaksi tidak berwarna menjadi [Fe(OH)2(CH3COO)6]+(aq)


2. Ditambah 3 ml FeCl3 5% - Larutan FeCl 5% larutan + 2H+(aq)
sampai terjadi warna merah berwarna kuning berwarna
3. Dipanaskan sampai terjadi
- Larutan jingga [Fe(OH)2(CH3COO)6]+(aq) +
endapan bergumpal warna
merah coklat K4FeCN6 tidak - Didihkan 4H2O(l)→
4. Saring berwarna terbentuk 3Fe(OH)2CH3COO(s) + H++
- Larutan FeCl3 endapan 3CH3COOH(aq)
Residu
Filtrate berwarna kuning berwarna CH3COOH(aq)+
merah bata K4FeCN6(aq)→
3. Ditambah K4FeCN6 untuk uji
tidak adanya ion ferri - Filtrate yang
4. Dibandingkan dengan FeCl3 tidak
dalam jumlah yang sama berwarna

Hasil - Filtrate +
K4FeCN6
warna kuning

39
VIII. Analisis dan Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa oraganik
yang megandung gugus aldehid, gugus keton, gugus karboksilat dan
membedakan antara gugus aldehid, keton dan karboksilat yang terdapat
dalam senyawa organik.
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki
gugus karbonil. Sifat fisis aldehid dan keton yaitu gugus karbonil bersifat
polar, dengan elektron – elektron dalam ikatan sigma, dan terutama
elektron- elektron dalam ikatan phi, tertarik ke oksigen yang lebih
elektronegatif (Fessenden, 1982)
Asam karboksilat merupakan segolongan senyawa organik yang
dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus
fungsi karbonil dan hidroksil (Willbraham dan Matta, 1992).

1. Uji Tollens
Pada percobaan percobaan pertama yaitu uji Tollens yang bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
aldehid dan keton. Prinsip dari uji tollens adalah reaksi reduksi dan
oksidasi, dimana Aldehid bertindak sebadai reduktor (Aldehid akan
dioksidasi menjadi anion karboksilat) sedangkan reagen tollens bertindak
sebagai oksidator (ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi
logam Ag). Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.

Ag2 O (s) + 4 NH3 (aq) + H2O (l)  2 Ag(NH3)2 OH(aq)

Pereaksi Tollens

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat reagen


Tollens, tetapi sebelum membuat reagen Tollens alat-alat yang akan
digunakan untuk percobaan ini harus dicuci sampai bersih dan
dikeringkan kedalam oven, hal ini dilakukan karena apabila alat-alat
yang digunakan tidak bersih atau tidak dikeringkan, akan mengalami
kegagalan karena terkontaminasi oleh zat lain. Setelah membersihkan

40
dan mengeringkan alat yang digunakan, selanjutnya memasukkan 2 mL
larutan perak nitrat 1% kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes
larutan NaOH 5% yang bertujuan untuk membentuk endapan oksida
perak, dari penambahan tersebut dihasilkan larutan berwarna hijau keruh
kecoklatan dan terdapat endapan coklat sehingga membentuk reaksi :

2AgNO3(aq) + 2NaOH (aq)  Ag2O ↓ (s)+ 2NaNO3 (aq) + H2O(l)

Ditambahkan larutan NH4 OH tetes demi tetes sampai endapan coklat hilang dan
warna larutan menjadi tidak berwarna. NH4OH yang digunakan sebanyak 17 tetes.
Larutan yang dihasilkan tersebut adalah reahen tollens yang digunakan berupa ion
perak baramoniak yang akan digunakan untuk membedakan antara aldehid dan
keton. Fungsi penambahan NH4OH adalah untuk membentuk senyawa kompleks
Ag(NH3)2+ yang larut sehingga membentuk reaksi sebagai berikut :

Ag(NH3)2OH (aq) → [ ( ) ]+ + OH-

Reagen yang dihasilkan, dibagi dalam 4 tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1
dengan penambahan benzaldehid, tabung reaksi 2 dengan penambahan aseton,
tanbung reaksi 3 dengan penambahan sikloheksanon, dan pada tabung reaksi 4
dengan penambahan formalin (formaldehid dalam 5 ml air).

Pada tabung reaksi 1 dan 4 terjadi reaksi oksidasi Aldehid, yang ditandai
dengan adanya cermin perak pada sekeliling tabung. Pada percobaan ini
ditambahkan benzaldehid pada tabung reaksi 1 dan ditambahkan formalin pada
tabung reaksi 4 dan terjadi perubahan yaitu warna larutan agak keruh abu-abu dan
timbul cermin perak pada dinding tabung. Warna larutan berubah menjadi gelap.
Dengan munculnya cermin perak pada dinding tabung reaksi maka dapat
dinyatakan bahwa benzaldehid merupakan salah satu contoh dari senyawa aldehid
dan dapat bereaksi dengan pereaksi Tollens. Terbentuknya endapan pada dinding
tabung dikarenakan gugus karbonil pada formalin lebih kurang terlindungi oleh
rantai utamanya. Jadi, akan lebih mudah memutus ikatan H pada formaldehid.

41
Formaldehid merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga
bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo, 2006).

Namun dalam praktikum kami pada tabung reaksi 1 terbentuk larutan putih keruh
dan tidak terbentuk cermin perak. Sedangkan pada tabung reaksi 4 menghasilkan
larutan yang terdapat 2 lapisan yaitu perak pada bagian atas dan larutan tidak
berwarna pada bagian bawah

Reaksi yang terjadi adalah :

Tabung reaksi 1 :

C H (aq) + 2Ag(NH3)2OH (aq)

C ONH4+ 2 Ag ↓(s) + 2NH3 (aq) + H2 O (l)


(aq)

Tabung reaksi 2 :

(aq) + 2Ag(NH3)2OH (aq)


H C H

H C ONH4 (aq) + 2Ag (s) + 2NH3(aq) + H2O(l)

Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator


lemah. Perekasi Tollens adalah contoh oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam
karboksilat. Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi
ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit

42
demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi
Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag2O). Aldehida dapat
mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaaskan unsur perak (Ag).

Pada tabung reaksi 2 dan 3 ditambahkan aseton dan sikloheksanon yang


dihasilkan adalah larutan tidak berwarna. Larutan tidak berwarna tersebut sama
dengan larutan aseton dan larutan sikloheksanon awal, yang berarti pada tabung 2
dan 3 tidak terjadi perubahan sehingga tidak ada reaksi yang terjadi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa aseton dan sikloheksanon termasuk contoh senyawa keton
yang tidak dapat bereaksi dengan pereaksi Tollens. Aseton dan sikloheksanon
tidak terjadi reaksi, karena gugus keton tidak bisa bereaksi dalam uji Tollens
karena aseton dan sikloheksanon tidak memiliki gugus OH atau H bebas
(Sudarmo, 2006).

Persamaan reaksi sebagai berikut :

Persamaan reaksi sebagai berikut :

H3C C CH 3 + Ag(NH3)2OH 

Aseton

O + Ag(NH3)2+ + 3OH- 

Sikloheksanon

Reagen Tollens tidak dapat bereaksi dengan gugus keton karena sifat dari
gugus keton yang terletak diantara atom C lain, sehingga lebih tertutup,
akibatnya Reagen Tollens yang berupa oksidator lemah tidak dapat
mengoksidasi keton (aseton dan sikloheksanon). Berbeda dengan gugus
aldehid (benzaldehid dan formaldehid) yang dapat dioksidasi oleh Reagen
Tollens karena terletak pada ujung senyawa, sehingga dapat dioksidasi oleh
oksidator lemah sekalipun.
2. Uji Fehling

43
Tujuan dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Prinsip uji Fehling yaitu reaksi reduksi dan oksidasi dimana Aldehid akan
dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu 2+ akan tereduksi
menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan
merah bata (Raymond, 2009).

Langkah pertama yang yang dilakukan adalah membuat reagen fehling yaitu
dengan mencampurkan masing 10 mL Fehling A dan fehling B sehingga terjadi
perubahan warna menjadi warna biru tua. Selanjutnya dimasukkan masing-masing
2, 5 mL reagen Fehling ke dalam tabung reaksi 1,3 dan 4.

Tabung reaksi 1 ditambahkan formaldehid 2 tetes sehingga terbentuk warna biru


tua. Kemudian tabung reaksi 1 dipanaskan pada air mendidih dan diamati
perubahan yang terjadi, fungsi pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat
reaksi yang terjadi antara reagen Fehling dengan bahan yang akan diuji. Setelah
dilakukan pemanasan pada tabung reaksi 1, larutan tetap berwarna biru tua namun
terbentuk endapan merah bata, sehingga terbentuk reaksi :

O O

H C H (aq)+ 2Cu2+(aq) + 5 OH- (aq) H C O- (aq)

+ Cu2O (s) + 3 H2O(l)

Hal ini sesuai dengan teori bahwa Aldehid dioksidasi membentuk asam
karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+ (Raymond,2009).

Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya endapan merah bata pada dasar tabung
reaksi.

44
Pada tabung reaksi 3 dan 4 dimasukkan 2, 5 mL reagen Fehling kedalam masing-
masing tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes aseton dan 2 tetes
sikloheksanon pada tabung reaksi 3dan 4, setelah itu dipanaskan dalam air
mendidih.

Pada tabung reaksi 3 dan 4 tidak mengalami perubahan setelah dipanaskan dalam
air mendidih, hal ini dikarenakan aseton dan sikloheksanon tidak mempunyai
atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami
oksidasi. Aseton dalam pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga,
sehingga tidak terbentuk endapan (Sogandi, 2010). Dari percobaan ini diperoleh
persamaaa reaksi sebagai berikut :

Tabung reaksi 3 :
O

CH 3 C CH 3 + 2CuO

Tabung reaksi 4 :

O
+ 2CuO

Uji Benedict
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi
Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri
atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium
sitrat. Pada pencampuran pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak
mengalami pembentukan endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan
dengan teori karena bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi
oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami
reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika
pencampuran dengan glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan
terdapat endapan merah bata pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga senyawa ini

45
termaksud dalam gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran dengan aseton,
larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak bisa teroksidasi dengan pereaksi
benedict.

Pereaksi Fehling dan Benedict terdiri dari kompleks Cu2+ dengan ion tartat untuk
pereaksi Fehling dan ion sitrat untuk Benedict. Keduanya adalah basa. Reaksi
dengan aldehida adalah :

OO

R─C─H + 2 Cu2+ + 5 OH─ ────► R─C─O─ + Cu2O + 3 H2O

larutan biru merah bata

3. Adisi Bisulfit
Percobaan ketiga yaitu adisi bisulfit yang bertujuan untuk menguji
keberadaan keton dengan menggunakan suatu reagen Natrium Bisulfit. Prinsip
dari percobaan ini yaitu reaksi adisi pada keton.

Langkah pertama yaitu memasukkan 5 mL larutan jenuh NaHSO3 tak berwarna ke


dalam erlenmeyer 50 mL. Kemudian, Erlenmeyer tersebut dimasukkan ke dalam
air yang sudah didinginkan. Hal ini dilakukan karena pada saat labu Erlenmeyer
tersebut dimasukkan kedalam air dingin akan terjadi perubahan suhu, dari suhu
kamar menjadi suhu yang lebih rendah, sehingga atom hydrogen yang
seharusnnya menguap menjadi terperangkap dan memperlambat jalannya reaksi,
jadi fungsi dari memasukkan erlenmeyer ke dalam air es ini adalah untuk
memperlambat reaksi adisi yang berlangsung.

Ditambahakan 2,5 mL aseton tak berwarna setetes demi setetes sambil dikocok
agar larutan tercampur sempurna.

Persamaan reaksinya sebagai berikut:

OH
O
3HC C SO3-Na+

CH3 C CH3 (aq)+ NaHSO3(aq) (aq)


CH3

46
Setelah 5 menit diambahkan 10 mL etanol kedalam tabung reaksi. Fungsi
etanol yaitu untuk membentuk hablur. Persamaan reaksi sebagai berikut :

OH OH

3HC C SO3-Na+ (aq)+ C2H5OH(aq)


3HC C OC2H5 (aq)

CH3 CH3

Setelah membentuk hablur bewarna putih, disaring dengan menggunakan


kertas saring. Kemudian hablur diambil menggunakan spatula dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan HCl pekat maka akan terjadi
perubahan yang semula hablur berwarna putih, mejadi larut dan tidak berwarna.
Hal ini dikarenakan HCl pekat berfungsi untuk melarutkan kembali hablur yang
terbentuk, sehingga menandakan bahwa penambahan HCl pekat menyebabkan
ikatan tunggal dalam hablur kembali membentuk ikatan rangkap sehingga
terbentuk kembali aseton. Jadi senyawa ini dapat berjalan reversible. Sehingga
diperoleh persamaan reaksi sebagai berikut :

OH

SO3Na
O
3HC C (aq)+ HCl (aq) (aq)

CH3 CH3 C CH3

47
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
dengan mengguanakan reagen fenilhidrasin. Prinsip percobaan ini adalah
perbedaan titk leleh dari senyawa aldehid dan keton yang direaksikan dengan
fenilhidrazin. Aldehid yang digunakan adalah benzaldehid, sedangkan keton yang
digunakan adalah sikloheksanon.

Langkah awal yang dilakukan dengan menyiapkan dua tabung reaksi. Pada
masing-masing tabung (a) dan (b) dimasukkan 2,5 mL fenilhidrazin (berwarna
kuning muda). Pada tabung reaksi (a) ditambahkan 5 tetes benzaldehid (tidak
berwarna) sehingga terbentuk hablur berwarna kuning sedangkan pada tabung
reaksi (b) ditambahkan 5 tetes sikloheksanon (tidak berwarna) sehingga terbentuk
hablur berwarna kuning. Kedua tabung ditutup dan diguncang dengan kuat selama
1-2 menit agar larutan bereaksi dengan sempurna dan hablur yang terbentuk lebih
maksimal, persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Pada Benzaldehid

+ →

Pada Sikloheksanon

+ → + H2O

Ketika hablur sudah terbentuk sempurna, larutan disaring dengan


menggunakan kertas saring melalui corong, sehingga diperoleh residu dan filtrat.
Residu yang tersaring berwarna kuning kemudian dicuci dengan air dingin denan
cara ditetesi secara melingkar dengan pipet tetes. Hal ini bertujuan untuk
melarutkan zat-zat lain yang tidak diinginkan. Kemudian ditambahkan sedikit
etanol. Fungsi penambahan etanol untuk menghablurkan fenilhidrason yang
terbentuk.

48
Kemudian residu dipindahkan ke kaca arloji kemudian dikeringkan di dalam
desikator. Pengeringan fenilhidrazon benzaldehid memerlukan waktu 3 hari untuk
mmendapatkan kering yang sempurna. Sedangkan fenilhidrazon sikloheksanon
pengeringannya selama 5 hari. Setelah pengeringan, diperoleh fenilhidrazon
benzaldehid berwarna orange, sedangkan fenilhidrazon siklohksanon berwarna
merah tua. Padatan fenilhidrazon yang sudah kering diuji titik lelehnya dengan
cara dimasukkan sedikit saja sampel (fenilhidraon) ± 1 cm ke dalam pipa kapiler.
Kemudian dipanaskan dengan melting block diatas kompor listrik serta dicatat
suhunya. Dari uji tetek leleh ini, diperoleh titik leleh fenilhidrazon benzaldehid
sebesar 130o C. hal ini sesuai denganteori yaitu 154-155°C . Sedangkan titik leleh
fenilhidrazon sikloheksanon berdasarkan kelompok lain sebesar 82o C . hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa titik leleh fenilhidrazon
sikloheksanon ± 80o C. Dari data tersebut diketahui bahwa titik leleh benzaldehid
lebih tinggi dari titik leleh sikloheksanon. Dalam percbaan ini kelompok kami
tidak mendapatkan nilai titik leleh sikloheksanon.

5. Reaksi Haloform
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton dengan cara
mereaksikan Natrium hidroksida dan larutan Iodium dengan Aseton dan
Isopropopil alkohol. Reaksi tersebut menghasilkan endapan Iodoform berwarna
kuning. Prinsip percobaan ini berdasarkan pada kemampuan senyawa aldehid dan
keton untuk membentuk senyawa haloform yang tersusun atas trihalometil berupa
iodoform dalam suasana basa.

Langkah yang dilakukan adalah menyiapkan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi 5


tetes aseton sedangkan tabung 2 diisi 5 tetes isopropilalkohol. Kemudian kedua
tabung masing-masing ditambahkan 3 mL NaOH 5%. Penambahan NaOH ini
untuk memberi suasana basa, karena dalam suasana basa senyawa trihalo mudah
diuraikan menjadi haloform. Kemudian ditambahkan larutan iodium (berwarna
kuning kecoklatan). Fungsi dari penambahan iodium yaitu untuk membentuk
haloform karena atom hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehid
dan keton diganti oleh iodin didalam larutan membentuk iodoform. Penambahan
iodium ini sampai warna larutan iodium tidak hilang lagi sambil diguncangkan

49
sehingga menghasilkan endapan berwarna kuning pada kedua tabung, namun
endapan pada tabung 1 (aseton) lebih banyak daripada endapan pada tabung 2
(isopropil alkohol). Hal tersebut dikarenakan senyawa isopropil alkohol mudah
dioksidasi membentuk metil keton daripada senyawa keton. Atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon alfa akan lebih asam dan mudah tertukar oleh halogen,
sehingga membentuk senyawa trihalometil. Senyawa trihalometil ini jika
diuraikan dengan basa akan membentuk senyawa haloform.

Pada percobaan ini diperoleh bau aseton seperti obat (tengik) dan untuk keton
seperti betadine. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

Pada Aseton

(aq)+ I2 (aq)+ 3NaOH(aq) → (aq)


+ 3H2O + 3 NaI
Pada Isopropil alkohol

(aq) → (aq) + I2 (aq)+ 3NaOH (aq) →

(aq) + 3 NaI (aq) + H2O(l)

6. Kondensasi Aldol
Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskannya
suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH dalam air, ion
enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang
lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid yang lain
(Fessenden,1982).

50
Prinsip percobaan kondensasi aldol adalah reaksi adisi pada aldehid. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu 4 ml larutan 1% NaOH dimasukkan kedalam
tabung reaksi, fungsi NaOH adalah berperan sebagai basa yang
mengambilhidrogen sebagai enolat. Kemudian ditambahkan 0,5 mL asetaldehid,
sehingga menghasilkan bau tengik dan tidak berwarna. Kemudian larutan
didihkan 3 menit dalam penangas air dan menghasilkan warna putih keruh dan
terdapat gelebung dibawahnya. Saat pemanasan bau tengik akan teridentifikasi
sebagai hasil dari kondensasi, yakni krotonaldehid. Persamaan reaksi sebagai
berikut :

O
O

 3HC C H (aq) + OH- (aq) 3HC C H + H2O

O O O- O
H2
+ 3HC C C CH
 3HC C H (aq) H2C C H H

OH O
O- O
H2
H2
3HC C C CH + H2O 3HC C C CH
 H H

7. Karboksilat
a. Pada percobaan uji karboksilat bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam
asetat. Langkah pertama yang harus dilakukan memasukkan 5 ml asam cuka
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan KMnO 4. Fungsi
penambahan KMnO4 adalah sebagai oksidator kuat. Setelah ditambahkan KMnO 4
warna larutan tidak berubah tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa
asam asetat tidak dapat diokisdasi menggunakan KMnO 4 yang dibutikan dengan
larutan berwarna ungu. Persamaan reaksi sebagai berikut :

CH3COOH +2 KMnO4  3CO2 + 2MnO4 + 2KOH + 2H2O

51
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam asetat. Pertama 5mL
CH3COONa 0,1M larutan yang tak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi
. Lalu ditambah 3mL larutan FeCl3 5% yang berwarna kuning menghasilkan
larutan berwarna merah kecoklatan. Persamaan reaksinya :
CH3COONa (aq) + FeCl3 (aq) 3CH3COO- (aq) +NaCl (s) + Fe3+ (aq)

Penambahan FeCl3 berfungsi untuk menghasilkan endapan yang mengandung ion


ferri.

Kemudian dipanaskan sampai endapan menggumpal didasar tabung yang


berwarna merah kecoklatan. Setelah dipanaskan, endapan terpisah dengan
larutannya. Endapan tetap berwarna merah kecoklatan, karena adanya ion
[Fe(OH)2(CH3COO)3]+ pada larutan. Dan larutan bagian atas tak berwarna.
Persamaan reaksi :

3CH3COO- (aq) + Fe3+ (aq) + 3H2O (l) [Fe(OH)2(CH3COO)3](aq) + 2H+ (aq)

Endapan berwarna merah kecoklatan disaring denan menggunakan kertas


saring, sehingga menghasilkan residu yang berwarna merah kecoklatan dan filtrat
larutan yang tak berwarna. Lalu filtrat yang berada pada tabung reaksi 1 ditambah
dengan 3 tetes K4Fe(CN)6 yang berwarna kuning kehijauan menghasilkan larutan
berwarna hijau muda. Didihkan terdpat endapan merah bata.
Penambahan K4Fe(CN)6 bertujuan untuk menunjukkan apakah filtrat tersebut
masih mengandung ion ferri atau tidak. Kemudian tabung reaksi 1 dibandingkan
dengan tabung reaksi 2 yang berisi 3 tetes larutan FeCl3 5% yang berwarna
kuning. Ternyata warna dari tabung reaksi 1 (filtrat + K4Fe(CN)6) berbeda dengan
tabung reaksi 2 (larutan FeCl3 5%), hal ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi
terkandung ion ferri dalam filtrat. Persamaan reaksi :

2NaCl (aq) + K4[Fe(CN)6] (aq)  2KNa[Fe(CN)6] (aq) + 2 KCl (aq)

52
I. DISKUSI
Pada tercobaan Tollens tidak timbul cermin perak karena kurangnya
ketelitian saat praktikum yaitu kurang menunggu terbentknya cermin perak.
Kesalahan juga timbul dari alat yang digunakan belum kering sempurna.

Pada percobaan fenilhidrazin, kelompok kami tidak bisa menguji titik


leleh fenilhidrazin siklohksanon karena sampel yang dikeringkan meleleh
pada ujung pipa kapiler.

II. KESIMPULAN
1. Prinsip uji Tollens yaitu reaksi reduksi dan oksidasi. Reagen tollens
bereaksi dengan senyawa aldehid menghasilkan cermin perak. Reagen
tollens memberikan hasil positif dengan senyawa aldehid yaitu pada
pengujian menggunakan benzaldehid dan formalin, namun kelompok
kami tidak sesuai dengan teori tersebut. Untuk senyawa keton
menunjukkan hasil negative.
2. Prinsip Uji Fehling yaitu reaksi reduksi dan oksidasi. Dimana Aldehid
akan dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu 2+ akan
tereduksi menjadi Cu+. Reagen fehling akan memberikan hasil positif
pada senyawa aldehid yaitu formaldehid dengan menghasilkan endapan
merah bata. Namun memberikan hasil negatif pada senyawa keton yaitu
aseton dan sikloheksanon.
3. Adisi Bisulfit memiliki prinsip yaitu reaksi adisi pada keton. Senyawa
bisulfit mengadisi keton berupa aseton sehingga membentuk hablur
yang berwarna putih. Dalam suasana asam dengan ditambahkan larutan
HCl pekat, membuat gugus karbonil terpisah dari campurannya
sehinggs menghasilkan hablur putih yang larut sehingga larutan
menjadi jernih.
4. Reaksi Fenilhidrazin dengan senyawa aldehid menggunakan bahan uji
yaitu benzaldehid dihasilkan fenilhidrazon dengan titik leleh sebesar
1460C, sedangkan untuk bahan uji Sikloheksanon dihasilkan titik leles
sebesar 820C.

53
5. Reaksi haloform digunakan untuk membuktikan adanya senyawa metil
keton. Aseton dan isopropil alkohol dapat bereaksi dengan NaOH dan
larutan Iodium yang membentuk iodoform, ditunjukkan dengan
terbbentuknya endapan kuning.
6. Asetaldehid mempunyai atom hidrogen pada atom C alfa yang
berfungsi sebagai kondensasi terjadi karena adanya penambahan NaOH.
7. a) Reaksi karboksilat bertujuan untuk mengetahui reaksi pada asam
asetat. Asam asetat tidak dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 yang
dibutikan dengan larutan tetap berwarna ungu.
b) filtrat tidak lagi mengandung ion Fe karena setelah ditambahkan
K4Fe(CN)6 menghasilkan larutan warna hijau, berbeda dengan FeCl3
yang berwarna kuning .

54
JAWABAN PERTANYAAN

1. Buatlah pertanyaan penelitian praktikum diatas

Jawab:

1. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa organik yang


mengandung gugus aldehid?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung
gugus keton?

3. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa organik yang


mengandung gugus karboksilat?
4. Bagaimana cara membedakan antara gugus aldehid, keton, dan
karboksilat yang terdapat di dalam senyawa rganik?

2. Jelaskan perbedaan cara menguji secara kualitatif antara


senyawa yang memiliki gugus aldehid, keton dan karboksilat
Jawab :

Uji tollens :

- Aldehid, dapat bereaksi dengan reagen tollens dengan


mengalami perubahan warna dan membentuk cermin perak.
- Keton, tidak dapat bereaksi dengan reagen tollens

Uji Fehling :

- Aldehid, dapat bereaksi dengan reagen fehling dengan


mengalami perubahan warna dan membentuk endapan
- Keton, tidak dapat bereaksi dengan reagen fehling

Adisi bisulfit:

- Keton, dapat bereaksi dengan bisulfit ditandai dengan adanya

55
hablur yang larut dalam HCl pekat. Pada percobaan ini hanya
dapat mengidentifikasi senyawa keton.

Pengujian dengan fenilhidrasin :

- Aldehid, yang direaksikan dengan fenilhidrasin setelah


dihablurkan dan dikeringkan sampel tersebut memiliki titik
leleh lebih tinggi dari keton, sebesar 120℃
- Keton, yang direaksikan dengan fenilhidrasin setelah
dihablurkan dan dikeringkan sampel tersebut memiliki titik

leleh lebih rendah dari senyawa aldehid, sebesar 120 0C

memiliki titik leleh 800C

Reaksi haloform :

Pada Aseton

(aq)+ I2 (aq)+ 3NaOH(aq) → (aq)


+ 3H2O + 3 NaI
Pada Isopropil alkohol

(aq) → (aq) + I2 (aq)+ 3NaOH (aq) →

(aq) + 3 NaI (aq) + H2O(l)

56
- Keton, dapat bereaksi dengan NaOH serta I 2 membentuk
Iodoform yang ditandai dengan adanya hablur berwarna
kuning.

Kondensasi Aldol :

- Aldehid (Asetaldehid) dapat mengalami reaksi kondesasi aldol


menghasilkan krotonaldehid yang ditandai dengan bau
menyengat dari krotonaldehid.

Asam Karboksilat :

- Mengidentifikasi senyawa asam karboksilat bisa dilakukan,


misal senyawa karboksilat (asam asetat) direksian dengan
KmNO4 jika menghasilkan warna ungu.

3. Jelaskan untuk menguji perbedaan gugus fungsi antara aldehid


dan keton digunakan uji Fehling dan Benedict
Jawab :

Pada percobaan ini digunakan senyawa keton dan aldehid


meliputi sikloheksanon, aseton dan formaldehid.

- Pada tabung pertama reagen fehling ditambahkan 10 tetes


formaldehid yang jernih tak berwarna menghasilkan larutan
jernih berwarna biru tua, setelah itu tabung dipanaskan dalam
penangas air menghasilkan endapan berwarna merah bata di
dasar tabung dan menyisakan larutan berwarna biru tua.
Terbentuknya endapan tersebut merupakan hasil dari oksidasi

Cu menjadi ion Cu2+. Sesuai reaksi :

Hal ini karena gugus aldehid pada formalin lebih terbuka

57
sehingga rintangan sterik lebih kecil, sehingga reagen fehling

dapat mengoksidasi aldehid, dan menjadikan Cu 2+ dalam

reagen fehling mengalami reduksi menjadi Cu + yang akan


mengandap dalam suasana basa berupa endapan Cu 2O yang
dapat teramati sebagai endapan merah bata.
- Pada tabung kedua reagen fehling ditambahkan 10 tetes aseton
sedangkan tabung ketiga ditambahkan 10 tetes sikloheksanon
menghasilkan larutan jernih berwarna biru tua. Kemudian
kedua tabung dipanaskan dalam penangas air . Setelah
dipanaskan cukup lama larutan tidak mengalami perubahan.
Hal ini sesuai, senyawa keton tidak terjadi perubahan
warna atau muncul endapan yang disebabkan sikloheksanon
maupun aseton tidak bereaksi dengan reagen fehling, karena
letak gugus keton yang berada diantara atom C, mengakibatkan
rintangan steriknya lebih besar, sehingga reagen fehling yang

berupa oksidator lemah tidak mampu mengoksidasi gugus

keton dan mengakibatkan Cu2+ tidak tereduksi menjadi Cu+,


dan tidak menghasilkan endapan Cu2O, yang teramati dengan
tidak terbentuknya endapan merah bata pada dasar tabung
reaksi. Sesuai reaksi :

58
Daftar Pustaka

Abraham. 2010. Deteksi Adanya Pemalsuan Minyak Melati Dengan Menguji Putaran
Optik Menggunakan Polimeter WXG-. Semarang : Fakultas Tehnik
Universitas Ponegoro.

Bettelheim, Frederick A. 2009. Laboratory Experiments for Introduction to General,


Organicand Biochemistry.Berlin: Springer-Verlag

Chang, Raymond. 2009. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Clugston, Michael. 2010. Advanced Chemistry. Oxford: Oxford University


PressDebajyoti,

Das. 2011.Biochemistry Part 2. New York: Unity Press

Fessenden. 1986. Identifikasi Senyawa Aldehid dan Keton. Jakarta : Erlangga.

Footer, Christopher. 2008.Organic Chemistry Fifth Edition. California: Brooks/Cole


Cengage Learning

Matta. 2009. Senyawa Aldehid dan Keton. Surabaya : Gramedia.

Madan, Nugraha. 2013.Percobaan Reaksi Aldehid dan Keton. Bandung: Institut


Teknologii Bandung

Marliana, Pratiwi. 2012.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

McFurry, Robert. 2011.Chemistry 8 th Edition. New York: McGraw Hill

Novan. 2008. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Surabaya : Gramedia.

Oxtoby, Miller. 2007. Comprehensive Experimental Chemistry. London: New


AgeInternational

Pavia, Donald L. 2015. Organic Laboratory Techniques: A Small-Scale Approach.


Toronto:Thomson Brooks/Cole Learning

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Sulaiman. 1995. Kimia organik. Medan : USU Press.

59
Sogandi, Gandi. 2010. Percobaan reaksi aldehid dan keton. Banjarmasin:
UNLAM.

Tim Dosen Kimia Organik. 2018. Panduan Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

Sudarmo,Unggul.2006.Kimia 3. Jakarta: Erlangga.

Yasni. 2003. Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Willbraham dan Matta.1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung :


Institut Teknologi Bandung.

60
Dokumentasi

1. UJI TOLLENS
No Alur Gambar Keterangan
1. 2 ml larutan perak nitrat (1) menyiapkan
bahan-bahan yang
1. Dimasukkan ke tabung
akan digunakan
reaksi yang telah dicucui
dengan air sabun (2) mengeringkan
2. Ditambah tetes larutan (1) peralatan yang akan
NaOH 5%
digunakan dengan
oven
Endapan (3) larutan perak
(2) nitrat setelah
3. Ditambah Tabung
NH4OH I 2% tetes
2demi tetes hingga
ml larutan tepat
perak nitrat ditambahkan 2 tetes
larut NaOH 5%
1.4. Dimasukkan ke tabung
Dikocok hingga endapan
reaksi yang telah dicucui membentuk endapan
larut
dengan air sabun
Reagen (4) campuran setelah
2. Ditambah tetes larutan
NaOH 5%
(3)
ditambahkan dengan
Endapan NH4OH tetes demi
3. Ditambah NH4OH 2% tetes tetes menghasilkan
Tabung
demi tetes hingga II
tepat larut
reagen tidak
4. Dikocok hingga endapan larut
(4) berwarna
Reagen
(5) 1 mL reagen
setelah ditambahkan
benzaldehid
Tabung III

(5)

Tabung IV

61
1 ml Reagen

5. Ditambah 2 tetes formalin


6. Dikocok
7. Didiamkan 10 menit
8. Bila tidak reaksi ditempatkan
dalam air panas (35-50°C) selama
6 menit

Hasil

2. UJI FEHLING DAN BENEDICT


No Alur Gambar Keterangan

5 ml Fehling A (1) menyiapkan reagen

3. Dimasukkan ke gelas kimia fehling A dan fehling B


4. Ditambah 5 ml Fehling B (2) mencampurkan 5mL
Tabung
Reagen I
Fehling fehling A dan 5 mL fehling B
2, 5 ml Reagen (1) dalam tabung reaksi
5. Dimasukkan ke tabung reaksi (3) reagen fehling
6. Ditambah 2 tetes formaldehid
7. Tempatkan tabung reaksi dalam air dimasukkan dalam 3 tabung
mendidih reaksi masing-masing 2.5 mL
Tabung
8. Diamati perubahan II terjadi sekitar
yang
10-15 menit lalu ditambahkan 2 tetes
2, 5 ml Reagen (2)
2. Hasil formaldehid pada tabung 1, 2
5. Dimasukkan ke tabung reaksi tetes aseton pada tabung 2,
6. Ditambah 2 tetes aseton
7. Tempatkan tabung reaksi dalam air dan 2 tetessikloheksanon
mendidih pada tabung 3
Tabung III
8. Diamati perubahan yang terjadi sekitar
10-15 menit
2, 5 ml Reagen (3) (4) tabung reaksi diletakkan
Hasil reaksi
5. Dimasukkan ke tabung
dalam air mendidih
6. Ditambah 2 tetes sikloheksanon (5) perbandingan setelah
7. Tempatkan tabung reaksi dalam air
mendidih dipanaskan, tabung 1
8. Diamati perubahan yang terjadi sekitar membentuk endapan merah
10-15 menit
(4) bata sedangkan tabung 2 dan
Hasil

62
tabung 3 tidak.

(5)
(1) reagen benedict
dimasukkan dalam 3 tabung
reaksi, masing-masing berisi
2,5 mL.
(1) (2) tabung 1 setelah
ditambahkan 2 tetes
formaldehid
(3) tabung 2 setelah
(2) ditambahkan 2 tetes aseton
(4) tabung 3 setelah
ditambahkan 2 tetes
3.
sikloheksanon
(3) (5) ketiga tabung diletakkan
dalam air mendidih
(6) perbandingan antar
tabung, tabung 1 membentuk
endapan berwarna merah bata
(4)
dan larutan berubah menjadi
warna hijau, sedangkan
tabung 2 dan tabung 3 tidak
terjadi reaksi.
(5)

63
(6)

3. ADISI BISULFIT
No Alur Gambar Keterangan
3. 5 ml larutan jernuh natrium bisulfit (1) mengukur 5 mL larutan
jenuh natrium bisulfit
5. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 50 ml (2) memasukkan larutan ke
6. Didinginkan dalam air es dan dalam labu erlenmeyer
catat hasilnya (1)
(3) meletakkan labu
7. Ditambah 2,5 ml aseton tetes
erlenmeyer ke dalam gelas
demi tetes dengan dikocok
8. Setelah 5 menit ditambah 10 kimia berisi air es
ml etanol (4) menambahkan 2,5 mL

Hablur (2) aseton


(5) larutan yang terbentuk
Saring dengan corong penyaring
dan catat setelah ditambahkan 2,5 mL
aseton dan 10 mL etanol
Hablur Filtrat
(6) menyaring hablur pada
(3)
6. dimasukkan dalam tabung reaksi larutan menggunakan kertas

7. ditambah beberapa tetes HCl pekat saring

Hasil Pengamatan (7) memasukkan hablur yang


telah disaring ke dalam
tabung reaksi
(4) (8) hablur larut setelah
ditambahkan beberapa tetes
HCl pekat

64
(5)

(6)

(7)

(8)

65
4. PENGUJIAN DENGAN FENILHIDRAZIN
No Alur Gambar Keterangan
Tabung I (1) mengukur 2,5 mL larutan
fenilhidrazin
2, 5 ml fenilhidrazin
(2) menyiapkan larutan
6. Dimasukkan ke tabung reaksi
benzaldehid
7. Ditambah 10 tetes benzaldehid
(1)
8. Ditutup tabung reaksi (3) larutan fenilhidrazin
9. Guncangkan dengan kuat setelah ditambahkan 10 tetes
selama 1-2 menit
benzaldehid
Hablur (4) menyaring hablur yang

10. Disaring dengan corong terbentuk


(2)
penyaring (5) hablur yang dihasilkan
setelah ditambahkan air dan
Hablur Filtrate
etanol
6. dicuci dengan sedikit air dingin
7. Ditambah sedikit etanol atau
methanol (3)
8. dikeringkan
9. diuji titik lehnya
Hasil Pengamatan

(4)

(5)

Tabung II (1) menyiapkan 2,5 mL


fenilhidrazin
2, 5 ml fenilhidrazin
(2) menyiapkan 1 mL
5. Dimasukkan ke tabung reaksi sikloheksanon
6. Ditambah 10 tetes benzaldehid (1)
(3) mencampurkan
7. Ditutup tabung reaksi
8. Guncangkan dengan kuat fenilhidrazin dengan
selama 1-2 menit
66
Hablur

Disaring dengan corong


sikloheksanon
(4) menyaring hablur yang
terbentuk dengan kertas
saring
(2)

(3)

(4)

(1) hablur yang dihasilkan


(2) memasukkan hablur
dalam desikator

(1)

(2)

5. REAKSI HALOFORM
No Alur Gambar Keterangan

67
Tabung I (1) menyiapkan 3 mL NaOH
5% dalam tabung reaksi
Tabung reaksi
(2) setelah ditambahkan
9. Ditambah 3 ml NaOH 5%
dengan 5 tetes aseton
10. Ditambah 5 tetes aseton
11. Ditambah 10 ml larutan (3) menyiapkan 10 mL
iodium (1) larutan iodium
12. Digoncang sampai warna
(4) setelah penambahan iod,
Endapan kuning bau seperti kapur barus

11. Catat baunya (5) membentuk endapan


kuning
Tabung
Hasil II
pengamatan
(6) endapan kuning yang
(2) terbentuk

(3)

(4)

(5)

68
7.Catat baunya

Hasil pengamatan

(6)

6. KONDENSASI ALDOL
No Alur Gambar Keterangan
(1) menyiapkan 4 mL NaOH
4 ml NaOH 1 % 1% ke dalam tabung reaksi

7.Dimasukkan ke tabung reaksi (2) 4 mL NaOH + 0,5 mL


8.Ditambah 0,5 ml asetaldehid asetaldehid larutan berwarna
9.Goncang dengan baik (1) kuning keruh (endapan)
10. Catat baunya
11. Didihkan selama 3 mnit
dengan hati-hati
12. Catat bau tengik

Hasil

(2)

7. IDENTIFIKASI KARBOKSILAT
No Alur Gambar Keterangan

69
7. 5 ml asam cuka (1) menyiapkan 5 mL asam
cuka
4. Dimasukkan ke tabung reaksi
(2) larutan asam cuka setelah
5. Ditambah 3 ml KMnO4 1 N
6. Diamati perubahan yang ditambahkan dengan 3 mL
terjadi (1) KMnO4
Hasil

(2)

5 ml CH3COONa encer 10% (1) memasukkan 5 mL


CH3COONa ke dalam tabung
5. Dimasukkan ke tabung reaksi
6. Ditambah 3 ml FeCl3 5% reaksi
sampai terjadi warna merah (2) mengukur 3 mL FeCl3
7. Dipanaskan sampai terjadi (1) (3) mencampurkan 5 mL
endapan bergumpal warna
merah coklat CH3COONa dengan 3 mL
8. Saring FeCl3
(4) setelah didihkan,
Residu
Filtrate (2) membentuk endapan merah

5. Ditambah K4FeCN6 untuk (5) menyaring larutan, lalu


uji tidak adanya ion ferri diambil filtratnya
6. Dibandingkan dengan FeCl3 (6) filtrat diuji dengan
dalam jumlah yang sama
K4FeCN6 dan dibandingkan
Hasil dengan larutan FeCl3
(3)

(4)

70
(5)

(6)

71
72

Anda mungkin juga menyukai