Kelompok 2
Farmasi A 2017
Syari Sekar Suryandari
17101105037
Sebelum obat dapat memberikan efek, obat perlu dilepaskan dari basisnya setelah
obat kontak dengan stratum korneum maka obat akan menembus epidermis dan masuk
ke dalam sirkulasi sistemik secra difusi pasif. Laju absorbsi melintasi kulit tidak segera
tunak tetapi selalu teramati adanya waktu laten. Waktu laten mencerminkan penundaan
penembusan senyawa kebagian dalam struktur tanduk dan pencapaian gradien difusi
(Syukri, 2002).
Faktor yang mempengaruhi absorbsi kuat yaitu penetrasi dan cara pemakaian
temperatur dari kulit sifat fisika kimia obatnya, pengaruh dari sifat dasar salep, lama
pemakaian, kondisi atau keadaan kulit (Anief, 2000).
Absorpsi obat tampaknya ditingkatkan dari pembawa yang dapat dengan mudah
menyebar obat untuk berhubungan dengan jaringan sel untuk absorpsi. Pembawa yang
meningkatkan jumlah uap air yang ditahan kulit umumnya cenderung baik bagi absorpsi
pelarut obat.Pembawa yang bersifat berlemak bekerja sebagai penghalang uap air
sehingga keringat tidak dapat menembus kulit,dan tertahan pada kulit sehingga
umumnya menghasilkan hidrasi dari kulit di bawah pembawa (Ansel, 2005).
Hidrasi dari kulit merupakan fakta yang paling penting dalam absorpsi
perkutan.hidrasi stratum corneum tampaknya meningkatkan derajat lintasan dari semua
obat yang mempenetrasi kulit.Peningkatan absorpsi mungkin disebabkan melunaknya
jaringan akibat pengaruh bunga karang dengan penambahan ukran pori – pori yang
memungkinkan arus bahan lebih besar , besar dan kecil dapat melaluinya. Hidrasi kulit
bukan saja dipengaruhi oleh jenis pembawa (misalnya bersifat lemak) tetapi juga oleh
ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya ketika pemakaian obat (Ansel, 2005).
Bahan tambahan yang dapat berfungsi untuk meningkatkan penembusan zat aktif
(penetrant enhancer) terkadang perlu ditambahkan. zat yang dapat meningkatkan
permeabilitas obat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan permanen
struktur permukaan kulit. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai peningkat
penetrasi antara lain air, sulfoksida, senyawa-senyawa azone, pyrollidones, asam-asam
lemak, alkohol danglikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid (Williams
dan Barry, 2004).
Asam salisilat merupakan asam organis yang berkhasiat fungisid terhadap banyak
fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu , zat ini berkhasiat
bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis,yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit
pada konsentrasi 5-10%.Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar
terhadap infeksi jamur ringan.Sering kali asam ini dikombinasikan dengan asam
benzoat dan belerang yang keduanyamempunyai kerja fungistatis mapun
bakteriostatis.Bila dikombinasi dengan obat lain , misalnya kortikosteroid , asam
salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat dikombinasikan dengan
seng oksida karena akan terbentuk garam seng salisilat yang tidak aktif ( Tjay, 2007).
III. Percobaan
b. Bahan
- Asam salisilat - TCA 10%
- Vaselin - Aquadest
- Natrium EDTA - Tikus putih
2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan salep asam salisilat 5% sebanyak 2g
1) Ditimbang asam salisilat dan vaselin albumin sesuai yang dibutuhkan
2) Dimasukkan ke dalam mortar, gerus sampai halus
3) Ditambahkan vaselin albumin, gerus sampai homogen
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (mg%)