Anda di halaman 1dari 12

LAOPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

“Penetapan parameter farmakokinetika obat setelah pemerian dosis tunggal menggukanan


ekskresi urine kumulatiif “

Oleh:

Ade Apriliyani 11171003

Kelas : 4 FA 1

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
I. TUJUAN
Mampu menghitung parameter farmakokinetika obat setelah emberian dosis
tunggal melalui oral, berdasarkan data ekskresi urine kumulatif.

II. PRINSIP
Penentuan parameter farmakokinetik urin mencangkup tetapan eliminasi waktu
paruh dan klirens setelah pemberian obat secara oral dengan data sampel urine secara
kumulatif yang diperoleh parameter farmakokinetiknya dengan menggunakan
spektofotometer UV-Vis

III. TEORI DASAR


Selain dengan contoh darah, parameter farmakokinetik suatu obat juga dapat
ditetapkan dari pengukuran kadar atau metabolitnya dalam urine. Sebenarnya pengukuran
atau penggunaan cuplikan urin ini dapat lebih baik dari cuplikan darah, terutama jika obat
di ekskresi sempurna dalam bentuk tak berubah. Data urine mengukur langsung obat
yang berada dalam badan, kadar obat dalam urine lebih besar dari pada darah volume
yang tersedia lebih besar dan yang penting adanya variabilitas kliren renal dapat
diabaikan. Namun demikian enggunaan data urine ini memiliki keterbatasan, yakni sulit
diperoleh pengosongan kandung kemih yang sempurna, ada kemungkinan terjadi
dekomposisi obat selama penyimpanan, dan adanya kemungkinan terjadi hidrolisis
konjugat metabolit yang tidak stabil di dalam urine aibatnya dapat memengaruhi jumlah
total obat dalam bentuk tak beruah yang diekskresikan kedalam urine dalam waktu tak
terhingga. Dengan demikian jelas akan mempengaruhi validasi hasil perhitungan
parameter farmakokinetiknya.
Metode ekskresi urine kumulatif ini biasanya dipergunakan untuk menetapkan
parameter Kel, fa, t½, persen %, yang diabsorpsi, jumlah obat yang akhirnya diabsorpsi
serta besar ketersediaan hayati obat ( EBA = estentof of bioavailability of drug ).
Urine merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian berat udara (96%)
sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal pemulihan semen terdalah
kandung kemih dan membuang melalui proses.
Semua obat melalui proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi
berjalan melewati membran. Pergerakan obat dan ketersediaan obat tergantung pada
ukuran dan bentuk molekul draat ionisasi, kelartan ada lipid dari bentuk ionik dan non
ionik dan yang mengikat pada jaringan.
Persetujuan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi
sistemik dan secara keseluruhan menunjukan kinetik dan antara zat aktif yan mencapai
peredaran darah terhadap jumlah obat yang ditetapkan. Ketersediaan hayati obat yang
ditetapkan ketersediaan hayati obat yang diformulasikan menjadi ketersediaan farmasi
merupakan bagian dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dari yang utama untk
keefektifan obat tersebut. Penguuan terhadap jenis hayati ini tergantung ada absorpsi obat
kedalam sirkuliasi namun juga pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut.
Klirens obat merupakan istilah farmakokinetik untuk repesentasi eliminasi obat
dari tubuh tanpa membicarakan transisi prosesnya klirens obat. Pertimbangan seluruh
tubuh sebagai sistem pengeliminasi obat dalam jumlah obat yang diberikan persatuan
waktu. Klirens obat diisajikan dalam istilah volume cairan yang dibersihkan dan oba
ersatuan waktu (mg/menit).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Wadah plastik
 Label
 Sektrofotometer UV-Vis
 Wajan penamung urine
 Lemari pendingin

b. Bahan
 Urine
 Obat
 Tissue
 Alumunium foil
 Aqadest

V. PROSEDUR

1. Tentukan manusia untuk relawan. Dua heri sebelum praktikun relawan sudah mulai
minum obat uji. Satu minggu sebelum praktikum tidak diperkenankan minum obat
sejenis
dengan obat uji atau obat lain yang dapat mengganggu penetapan kadar obat uji.
2. Sebelum minum obat, tetapkan terlebih dahulu dahalu interval pengambilan cuplikan.
3. Minum obat uji (tablet 500 mg). Perhatikansistem water loading. Jangan lupa untuk
\mengambil urin blangko sebelum minuan obat.
4. Kumpulkan cuplikan urin pada sederetan irterval wakta yang ditentukan sebelumnya.
Catat volume di setiap interval waktu pengambilan cuplikan yang diperoleh. Ambil
kurang
lebih 10 ml, masukan kedalam flakon dan simpan dalam lemari es.
5. Tetapkan kadar obat uji utuh dalanm cuplikan urin.
6. Data kadar obat dalam urin yang diperoleh pada setiap interval waktu pengambilan
cuplikan, masukkan dalam tabel I. Selanjutnya hitung parameter famakokinetik obat (K
el ,
t1/2, ka, fa, persen jumlah obat yang diabsorpsi, jumlah obat yang pada akhinya
diabsorpsi), dengan cara melengkapi isian pada tabel I selanjunya, berdasarkan pada cara
perthitungan yang terdtapat pada tabel II.
7. Simpulkan hasilnya dan laporkan

VI. TUGAS PENDAHULUAN


1. Plot numerik jumlah kumulatif obat yang diekskresikan dalam urin terhadap
waktu.

2. Plot semi logaritmik Are terhadap waktu untuk penetapan Kel.


3. Plot semi logaritmik kecepatan eksresi obat tak berubah terhadap waktu guna
mencari Kel.

VII. DATA PENGAMATAN

Interval V Konsentrasi Ael Ae


t (jam) T mid Abs Ael (µg)
waktu (mL) (µg/mL) (mg) (mg)

  0           0  
06.00-08.00 2 590 2 0 3,51 2070,9 2,07 2.07
08.00-10.00 4 170 3 0,018 7,89 1341,3 1,34 3.41
10.00-14.00 8 120 6 0,837 61,23 7347,6 7,34 10.75
14.00-18.00 12 534 10 0,135 36,39 19432,26 19,43 30.18
18.00-24.00 18 70 15 0,752 186,67 13066,9 13,06 43.24
24.00-06.00 24 84 21 0,388 98,01 8232,84 8,23 51.47

ln
ln ΔT (F) 100%- 100
dAe/dt ARE ln ARE Db % Abs
dAe/dt (mg) %abs %-
%abs
    51.4718 3.94142257 0 0 0 100 4.605
1,035 0,0348 49.4209 3.90037341 10.15147 12.22237 16 84 4.43
-
0,67 48.0778 3.87282053 6.575 9.9872 12.83347 87.16653 4.467
0,3995
1,835 0,6080 40.7302 3.70696983 18.00882 28.7682 36.96691 63.03309 4.143
4,857 15,806 21.29794 3.05861035 47.67809 77.8215 100 0 0
5,415 0,7783 8.23104 2.10791237 21.35114 64.6101 83.02346 16.97654 2.831
1,371 0,3163 0 0 13.45235 64.94415 83.45271 16.54729 2.806
 T mid
= T0+T0 1 /2
= 0+2/2
=2
 Ael (µg)
=CxV
= 3,51 x 590 = 2070,9
 Ael (mg)
= Ael (µg) x 1000
= 2070,9 x 1000 = 2,07
 Ae (mg)
= Ae 1 + Ael
=2.07 + 1,34 = 3.41
 dAe/dt
Ae t 0− Ae t 01
=
t 0−t 0 1
2.07−0
= = 1,035
2−0
 ln dAe/dt
= in 1,035
= 0,0348
 ARE
= Ae terakhir- Ae skrg
= 51.47 – 0
= 51.47
 ln ARE
= in 51.47
= 3.94142257
 DB
= 1/Kel x dAe/dt
= 1/ 0,102 x 1,035
= 10.15147
 ΔT (F) (mg)
= DB + Ae
= 10.15147 + 3.41 = 12.22237
 % Abs
= ΔT (F) (mg) / ΔT (F) (mg) terbesar
12.22237
= x 100 %
77.8215
= 16 %
 100%-%abs
= 100%-%abs
= 100%- 16 %
= 84 %
 ln 100%-%abs
= in 100%-%abs
= in 84
= 4.43 %

 Keliminasi

ARE
4.5
4 f(x) = − 0.1 x + 4.18
3.5 R² = 0.9
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

a = 4.1791
b = -0.102
Kel = 0,102/jam
R² = 0.9028
dAe/dt
2

1.5

1
f(x) = 0.03 x + 0.18
0.5 R² = 0.13
0
0 5 10 15 20 25
-0.5

a = 0.1843
b = 0.0324
Ka = 0.0324/jam
R² = 0.131

 Kabsorpsi
5
4.5
4
3.5
f(x) = − 0.1 x + 4.33
3 R² = 0.3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30

a = 4.3251
b = -0.1027 Ka = 0.1027/ jam
R² = 0.3006

 T½
0,693
t½ ¿ =6,794 jam
0.102

 Fa
77.8215
Fa ¿ ×100 %=7,78 %
1000
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini  dilakukan percobaan mengenai penetapan parameter

farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal menggunakan data ekskresi urin

kumulatif sampel yang digunakan adalah Paracetamol dosis 1000 mg

Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat analgetik

antipiretik Paracetamol utamanya digunakan Kan untuk menurunkan demam yang

disebabkan karena infeksi atau au sebab yang lainnya. Disamping itu Paracetamol juga

dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang

Paracetamol  dimetabolisme di hati sekitar 3% diekskresi dalam bentuk tidak berubah

melalui urine dan 80 sampai 90% di konjugasi dengan asam gluconic atau asam  sulfuric

kemudian diekskresi melalui urine dalam 1 hari pertama.

Sampel urine umumnya digunakan jika kadar obat dalam darah terlalu kecil untuk

sampai dideteksi. Selain itu sampel urin juga digunakan apabila eliminasi obat dalam

bentuk utuh melalui ginjal cukup besar yaitu dari 40%. salah satu keuntungan sampel

urine jika digunakan dalam analisis adalah mudah dilakukan karena pengambilan sampel

lebih mudah daripada pengambilan sampel darah. Selain itu jumlah sampel yang

didapatkan banyak, lama dan sedang waktu penampungan urin sesuai dengan

karakteristik obat yang akan diuji dan umumnya tidak mengandung lipid dan protein

sehingga mudah untuk diekskresi menggunakan pelarut organik, jenis senyawa yang

umumnya didapatkan dalam urine larut air sedangkan sebagian besar obat larut  lemak, 

sehingga dapat diekskresi dengan pelarut yang sesuai.

 Urin mengandung berbagai komponen senyawa dan salah satunya adalah

senyawa eksogen senyawa eksogen merupakan senyawa yang berasal dari luas tubuh dan

sengaja dimasukkan dengan tujuan tertentu. senyawa eksogen ini adalah paracetamol.
obat berhasiat tersebut akan berinteraksi dengan molekul-molekul yang penting secara

fungsional dalam tubuh sehingga menghasilkan respon biologis,  jika proses

biofarmasetik berlangsung dengan baik maka seharusnya jumlah Paracetamol meningkat

dalam urine proses biofarmasetik sendiri adalah proses yang menggambarkan obat mulai

dari pemberian sampai terjadinya penyerapan zat aktif.

 Pada percobaan kali ini Penentuan model kompartemen dan penentuan dosis

mengikuti model 1 kompartemen terbuka yang terdiri dari dua fase yaitu fase absorpsi

dan fase eliminasi dan dosis yang dapat memberikan gambaran profil farmakokinetik

terbaik.  Parameter farmakokinetik adalah parameter parameter yang dapat digunakan

untuk melihat Bagaimana nasib obat didalam tubuh.  model 1 kompartemen terbuka

menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan

perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Konsentrasi obat dalam

tiap jaringan tidak sama pada berbagai waktu. 

Parameter farmakokinetik adalah besaran yang diturunkan secara sistematis dari

model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolit di dalam darah

urin atau cairan hayati lainnya.  Beberapa parameter yang digunakan meliputi keliminasi,

kabsorpsi, f a, dan t1/2, Tmid.

Pada  saat pengumpulan urine dilakukan dengan rentang waktu yang telah
ditentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah obat yang diekskresi memiliki kecepatan
eliminasi yang tetap sehingga data urine yang diperoleh menjadi valid urine yang pertama
kali ditampung adalah urine blanko dimana urine  tersebut belum mengandung senyawa
paracetamol blanko digunakan untuk membandingkan antara urine yang mengandung
paracetamol dengan yang tidak mengandung paracetamol. Urine  blangko juga
menandakan tidak adanya partikel lain yang akan terukur nantinya  selain pelarut itu
sendiri kemudian diberikan obat yang dosisnya 1000 mg paracetamol obat tersebut
diminum sekaligus untuk memaksimalkan proses biofarmasetik dimana obat akan
diabsorpsi, distribusi, dimetabolisme dan terakhir diekskresi melalui urin. Urine yang
sudah mengandung paracetamol pada saat pengumpulan urine perlu dilakukan
pengukuran volume urine yang diekskresikan pengukuran ini dimaksudkan agar dapat
ditentukan beberapa jumlah obat yang telah diekskresikan farmakokinetik obat pada urin
hanya dapat diperoleh data berupa konsentrasi bukan jumlah obat yang terkandungnya. 
Keliminasi yang di dapat dengan regresi linier yaitu 0,102/jam menandakan
bahwa tubuh memiliki kecepaan sebesar 0,102/jam untuk mengeliminasi paraceamol dari
tubuh. Semakin besar kecepatan eliiminasi maka semakin besar pula laju perubahan obat.
Nilai Kabs adalah tetapan yang menggambarkan kecepatan absorpsi obat yakni masuknya
obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorbansinya (saluran cerna pada pemberian oral).
Bila terjadi hambatan dalam proses absorpsi akan didapatkan nilai Ka yang lebih kecil.
Nilai Ka yang didapa adalah = 0.0324/jam. Selanjutnya dilakukan erhitungan t½ dan di
daa nilai nya yaitu t½ = 6,794 jam dan menghitung Fa didapat nilai Fa = 7,78 %.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kali ini maka dapat disimpulkan bahwa parameter

farmakokinetik yang didapat dari data ekskresi urin kumulatif yaitu :

a. Keliminasi = 0,102/jam

b. Ka = 0.0324/jam

c. t½ = 6,794 jam

d. Fa = 7,78 %.

X. DAFTAR PUSAKA

-Donatus , Imono Argo . 2009 . Antariksa Farmakokineika . Yogyakarta . Rasmedia .

Grafika

-Farmakope Indonesia edisi IV . 1995 Departemen Kesehatan Republik Indonesia .

Jakarta
-Shargel Leon . Ph . D . 2005 . Biofarmaseika dan Farmakokinetika Terapan edisi II .

Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan : Buston , Massa Chusells

Anda mungkin juga menyukai