Oleh:
Kelas : 4 FA 1
FAKULTAS FARMASI
2020
I. TUJUAN
Mampu menghitung parameter farmakokinetika obat setelah emberian dosis
tunggal melalui oral, berdasarkan data ekskresi urine kumulatif.
II. PRINSIP
Penentuan parameter farmakokinetik urin mencangkup tetapan eliminasi waktu
paruh dan klirens setelah pemberian obat secara oral dengan data sampel urine secara
kumulatif yang diperoleh parameter farmakokinetiknya dengan menggunakan
spektofotometer UV-Vis
b. Bahan
Urine
Obat
Tissue
Alumunium foil
Aqadest
V. PROSEDUR
1. Tentukan manusia untuk relawan. Dua heri sebelum praktikun relawan sudah mulai
minum obat uji. Satu minggu sebelum praktikum tidak diperkenankan minum obat
sejenis
dengan obat uji atau obat lain yang dapat mengganggu penetapan kadar obat uji.
2. Sebelum minum obat, tetapkan terlebih dahulu dahalu interval pengambilan cuplikan.
3. Minum obat uji (tablet 500 mg). Perhatikansistem water loading. Jangan lupa untuk
\mengambil urin blangko sebelum minuan obat.
4. Kumpulkan cuplikan urin pada sederetan irterval wakta yang ditentukan sebelumnya.
Catat volume di setiap interval waktu pengambilan cuplikan yang diperoleh. Ambil
kurang
lebih 10 ml, masukan kedalam flakon dan simpan dalam lemari es.
5. Tetapkan kadar obat uji utuh dalanm cuplikan urin.
6. Data kadar obat dalam urin yang diperoleh pada setiap interval waktu pengambilan
cuplikan, masukkan dalam tabel I. Selanjutnya hitung parameter famakokinetik obat (K
el ,
t1/2, ka, fa, persen jumlah obat yang diabsorpsi, jumlah obat yang pada akhinya
diabsorpsi), dengan cara melengkapi isian pada tabel I selanjunya, berdasarkan pada cara
perthitungan yang terdtapat pada tabel II.
7. Simpulkan hasilnya dan laporkan
0 0
06.00-08.00 2 590 2 0 3,51 2070,9 2,07 2.07
08.00-10.00 4 170 3 0,018 7,89 1341,3 1,34 3.41
10.00-14.00 8 120 6 0,837 61,23 7347,6 7,34 10.75
14.00-18.00 12 534 10 0,135 36,39 19432,26 19,43 30.18
18.00-24.00 18 70 15 0,752 186,67 13066,9 13,06 43.24
24.00-06.00 24 84 21 0,388 98,01 8232,84 8,23 51.47
ln
ln ΔT (F) 100%- 100
dAe/dt ARE ln ARE Db % Abs
dAe/dt (mg) %abs %-
%abs
51.4718 3.94142257 0 0 0 100 4.605
1,035 0,0348 49.4209 3.90037341 10.15147 12.22237 16 84 4.43
-
0,67 48.0778 3.87282053 6.575 9.9872 12.83347 87.16653 4.467
0,3995
1,835 0,6080 40.7302 3.70696983 18.00882 28.7682 36.96691 63.03309 4.143
4,857 15,806 21.29794 3.05861035 47.67809 77.8215 100 0 0
5,415 0,7783 8.23104 2.10791237 21.35114 64.6101 83.02346 16.97654 2.831
1,371 0,3163 0 0 13.45235 64.94415 83.45271 16.54729 2.806
T mid
= T0+T0 1 /2
= 0+2/2
=2
Ael (µg)
=CxV
= 3,51 x 590 = 2070,9
Ael (mg)
= Ael (µg) x 1000
= 2070,9 x 1000 = 2,07
Ae (mg)
= Ae 1 + Ael
=2.07 + 1,34 = 3.41
dAe/dt
Ae t 0− Ae t 01
=
t 0−t 0 1
2.07−0
= = 1,035
2−0
ln dAe/dt
= in 1,035
= 0,0348
ARE
= Ae terakhir- Ae skrg
= 51.47 – 0
= 51.47
ln ARE
= in 51.47
= 3.94142257
DB
= 1/Kel x dAe/dt
= 1/ 0,102 x 1,035
= 10.15147
ΔT (F) (mg)
= DB + Ae
= 10.15147 + 3.41 = 12.22237
% Abs
= ΔT (F) (mg) / ΔT (F) (mg) terbesar
12.22237
= x 100 %
77.8215
= 16 %
100%-%abs
= 100%-%abs
= 100%- 16 %
= 84 %
ln 100%-%abs
= in 100%-%abs
= in 84
= 4.43 %
Keliminasi
ARE
4.5
4 f(x) = − 0.1 x + 4.18
3.5 R² = 0.9
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
a = 4.1791
b = -0.102
Kel = 0,102/jam
R² = 0.9028
dAe/dt
2
1.5
1
f(x) = 0.03 x + 0.18
0.5 R² = 0.13
0
0 5 10 15 20 25
-0.5
a = 0.1843
b = 0.0324
Ka = 0.0324/jam
R² = 0.131
Kabsorpsi
5
4.5
4
3.5
f(x) = − 0.1 x + 4.33
3 R² = 0.3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
a = 4.3251
b = -0.1027 Ka = 0.1027/ jam
R² = 0.3006
T½
0,693
t½ ¿ =6,794 jam
0.102
Fa
77.8215
Fa ¿ ×100 %=7,78 %
1000
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai penetapan parameter
farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal menggunakan data ekskresi urin
disebabkan karena infeksi atau au sebab yang lainnya. Disamping itu Paracetamol juga
dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang
melalui urine dan 80 sampai 90% di konjugasi dengan asam gluconic atau asam sulfuric
Sampel urine umumnya digunakan jika kadar obat dalam darah terlalu kecil untuk
sampai dideteksi. Selain itu sampel urin juga digunakan apabila eliminasi obat dalam
bentuk utuh melalui ginjal cukup besar yaitu dari 40%. salah satu keuntungan sampel
urine jika digunakan dalam analisis adalah mudah dilakukan karena pengambilan sampel
lebih mudah daripada pengambilan sampel darah. Selain itu jumlah sampel yang
didapatkan banyak, lama dan sedang waktu penampungan urin sesuai dengan
karakteristik obat yang akan diuji dan umumnya tidak mengandung lipid dan protein
sehingga mudah untuk diekskresi menggunakan pelarut organik, jenis senyawa yang
umumnya didapatkan dalam urine larut air sedangkan sebagian besar obat larut lemak,
senyawa eksogen senyawa eksogen merupakan senyawa yang berasal dari luas tubuh dan
sengaja dimasukkan dengan tujuan tertentu. senyawa eksogen ini adalah paracetamol.
obat berhasiat tersebut akan berinteraksi dengan molekul-molekul yang penting secara
dalam urine proses biofarmasetik sendiri adalah proses yang menggambarkan obat mulai
Pada percobaan kali ini Penentuan model kompartemen dan penentuan dosis
mengikuti model 1 kompartemen terbuka yang terdiri dari dua fase yaitu fase absorpsi
dan fase eliminasi dan dosis yang dapat memberikan gambaran profil farmakokinetik
untuk melihat Bagaimana nasib obat didalam tubuh. model 1 kompartemen terbuka
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Konsentrasi obat dalam
model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolit di dalam darah
urin atau cairan hayati lainnya. Beberapa parameter yang digunakan meliputi keliminasi,
Pada saat pengumpulan urine dilakukan dengan rentang waktu yang telah
ditentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah obat yang diekskresi memiliki kecepatan
eliminasi yang tetap sehingga data urine yang diperoleh menjadi valid urine yang pertama
kali ditampung adalah urine blanko dimana urine tersebut belum mengandung senyawa
paracetamol blanko digunakan untuk membandingkan antara urine yang mengandung
paracetamol dengan yang tidak mengandung paracetamol. Urine blangko juga
menandakan tidak adanya partikel lain yang akan terukur nantinya selain pelarut itu
sendiri kemudian diberikan obat yang dosisnya 1000 mg paracetamol obat tersebut
diminum sekaligus untuk memaksimalkan proses biofarmasetik dimana obat akan
diabsorpsi, distribusi, dimetabolisme dan terakhir diekskresi melalui urin. Urine yang
sudah mengandung paracetamol pada saat pengumpulan urine perlu dilakukan
pengukuran volume urine yang diekskresikan pengukuran ini dimaksudkan agar dapat
ditentukan beberapa jumlah obat yang telah diekskresikan farmakokinetik obat pada urin
hanya dapat diperoleh data berupa konsentrasi bukan jumlah obat yang terkandungnya.
Keliminasi yang di dapat dengan regresi linier yaitu 0,102/jam menandakan
bahwa tubuh memiliki kecepaan sebesar 0,102/jam untuk mengeliminasi paraceamol dari
tubuh. Semakin besar kecepatan eliiminasi maka semakin besar pula laju perubahan obat.
Nilai Kabs adalah tetapan yang menggambarkan kecepatan absorpsi obat yakni masuknya
obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorbansinya (saluran cerna pada pemberian oral).
Bila terjadi hambatan dalam proses absorpsi akan didapatkan nilai Ka yang lebih kecil.
Nilai Ka yang didapa adalah = 0.0324/jam. Selanjutnya dilakukan erhitungan t½ dan di
daa nilai nya yaitu t½ = 6,794 jam dan menghitung Fa didapat nilai Fa = 7,78 %.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum kali ini maka dapat disimpulkan bahwa parameter
a. Keliminasi = 0,102/jam
b. Ka = 0.0324/jam
c. t½ = 6,794 jam
d. Fa = 7,78 %.
X. DAFTAR PUSAKA
Grafika
Jakarta
-Shargel Leon . Ph . D . 2005 . Biofarmaseika dan Farmakokinetika Terapan edisi II .