PENDAHULUAN
Studi klinis berguna dalam menentukan keamanan dan kemajuan produk obat.
Studi bioavailabilitas berguna dalam menetapkan pengaruh perubahan sifar fisikokimia
bahan obat dan pengaruh produk obat pada farmakokinetik obat. Studi bioekuivalensi
berguna dalam membandingkan bioavailabilitas obat yang sama dari berbagai produk
obat. Bioavailabilitas dan bioekuivalensi juga dapat dipertimbangkan sebagai ukuran
tampilan produk obat in vivo.apabila produk-produk obat dinyatakan bioekuivalen dan
ekuivalen terapeutik maka profil kemanjuran klinis dan keamanan produk obat tersebut
dianggap sama dan dapat digantikan satu dengan yang lain.
Bioekivalensi
Bioekivalen ditetapkan jika bioavailabilitas in vivo dari suatu uji produk obat
(genetik) tidak berbeda secara bermakana yaitu secara statistic dan tidak bermakna.
Dalam laju dan jumlah absorpsi obat, seperti perbandingan parameter terukur (konsentrasi
bahan obat aktif dalam darah, laju eksresi lewat urine, efek farmakodinamik) dari obat
pembanding ( produk nama dagang) jika diberikan pada molar dosis bagian aktif yang
sama dibawah kondisi percobaan yang sama, baik dosis tunggal maupun dosis ganda.
Menurut Pedoman Uji Bioekivalen Badan POM RI, dua produk obat disebut
bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi farmasetik atau merupakan alternatif
farmasetik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan
bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, baik dalam hal efikasi
maupun keamanan. Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmasetik jika keduanya
mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah dan bentuk sediaan yang sama. Dua
produk obat merupakan alternatif farmasetik jika keduanya mengandung zat aktif yang
sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester, dsb) atau bentuk sediaan atau
kekuatan.
Ekivalensi farmaseutik
Alternatif farmaseutik
Dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanya mengandung zat
aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester, dsb) atau bentuk
sediaan atau kekuatan.
Bioekuialensi ditetapakan jika bioavailabilitas in vivo dari suatu uji produk obat
(baiasanya produk obat generik) tidak berbeda secara bermakna(yakni secara statistic
tidak bermakna) dalam laju dan jumlah absorpsi obat, seperti ditentukan melalui
perbandingan parameter terukur (missal, konsentrasi bahan obat aktif dalam darah, laju
eksresi lewat urin, atau efek farmakodinamik), dari obat pembanding biasanya produk
nama dagang jika diberikan pada molar dosis bagian aktif yang smaa dibawah kondisi
percobaan yang sama, baik dosis tunggal atau dosis ganda. Suatu produk obat berbeda
dari obat pembanding dalam laju absorpsi tetapi tidak dalam jumlah absorpsi dapat
dianggap bioekuivalen jika perbedaan laju absorpsi disengaja dan dicerminkan secara
tepat dalam label dan laju absopsi tidak merugikan terhadap keamanan dan kemanjuaran
produk obat.
Penilaian Data
Untuk studi dosis tunggal, meliputi studi keadaan puasa atau studi intervensi
makanan, analisis farmakokinetik meliputi perhitungan area bawah kurva untuk tiap
subjek dari konsentrasi yang dapat dikuantifikasi terakhir AUC0-1 dan sampai tak
terhingga AUC 0-oo. Tmaks dan Cmaks sebagai tambahan, tetapan laju eliminasi k, waktu
paruh eliminasi, t1/2 dan parameter lain diperkirakan. Untuk studi dosis ganda, analisis
farmakokinetik meliputi perhitungan area bawah kurva untuk tiap subjek. AUC 0-t,
Tmaks, Cmin, Cmaks, dan persen fluktuasi (100x (CmaksCmin)/Cmin). Penilaian statistic
yang tepat pada parameter farmakokinetik yang diperkirakan hendaknya dilakukan.
Analisa varian adalah suatu prosedur statistic yang digunakan untuk menguji data
untuk perbedaan atar kelompol perlakuan dan control. Suatu produk harus menghasilkan
perbedaan yang tidak bermakna dalam semua parameter farmakokinetik yang diuji.
Ukuran bioavailabilitas yang lain juga diguanakan untuk membandingkan bioekuivalensi
dua atau lebih formulasi. Anova dapat mengevaluasi variabilitas dalam subjek, kelompok
perlakuan, waktu penelitian, formulasi dan variabel lain, bergantung pada rancangan
studi. Perbedaan statistic antarparameter farmakokinetik yang diperoleh dari dua atau
lebih produk obat dianggap bermakna secara statistic jika peluang kurang dari 1 dalam 20
kali. Untuk menurunkan peluang kegagalan untuk mendeteksi perbedaan kecil antar
produk uji dilakukan untuk menghitung peluang agar kesimpulan ANOVA sahih.
Kekuatan uji tergantung pada bersar sampel, varian data, dan tingkat kemaknaan yang
diharapkan. Makin tinggi kekuatan, makin peka pengujian dan makin besar peluang
kesimpulan ANOVA sahih.
Teknologi tablet salut saat ini menjadi umum digunakan dalam sistem
penghantaran obat. Jenis tablet salut yang berkembang yaitu tablet salut gula, lapis tipis
dan salut enterik. Tablet salut enterik merupakan salah satu sediaan yang digunakan untuk
sediaan obat dengan sistem pelepasan tertunda yaitu menahan pelepasan obat di lambung
dan lepas dengan cepat ketika memasuki usus. Obat-obat ini perlu dilapisi dengan salut
enterik dengan tujuan untuk melindungi inti tablet sehingga tidak hancur pada lingkungan
asamlambung, mencegah kerusakan bahan aktifyang tidak stabil pada pH rendah,
melindungi lambung dari efek iritasi dari obat tertentu dan untuk memfasilitasi
penghantaran obat yang diabsorpsi di usus.2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yunarto (2014), berdasarkan sifat dari
natrium diklofenak yang dapat menimbulkan efek samping terhadap saluran pencernaan,
salah satu polimer yang dapat digunakan adalah kollicoat 30 D. Kollicoat 30 D dapat
digunakan sebagai polimer tablet salut enterik dengan basis pelarut air terhadap senyawa
natrium diklofenak. Tablet salut enterik dengan formula kenaikan bobot 6% dan 8 %
memenuhi persyaratan parameter uji. Formula optimal ditunjukkan pada kenaikan bobot 8
% karena mampu menahan lepasnya zat aktif dalam medium asam dan dapat melepaskan
zat aktif dengan baik pada medium basa.
AUC
Volume Distribusi
C. Clearance(Cl)
T ½ adalah waktu yang diperlukan agar kadar obat di dalam darah berkurang
menjadi setengahnya (50%) dari kadar semula, Nilai waktu paruh eliminasi dipengaruhi
oleh perubahan volume distribusi dan klirens obat di dalam tubuh, sehingga parameter ini
tidak menerangkan perubahan eliminasi yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh.
T Max
Nilai ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai
puncak. Di samping Ka, Tmax ini juga digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan
kecepatan absorpsi, dan parameter ini lebih mudah diamati/dikalkulasi dari pada Ka.
Hambatan pada proses absorpsi obat dapat dengan mudah dilihat dari
mundurnya/memanjangnya T max. Satuan jam atau menit, dengan persamaan pada
pemberian oral sebagai berikut:
Cp Max
Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah/serum/plasma. Nilai
ini merupakan resultante dari proses absorpsi, distribusi dan eliminasi, dengan pengertian
bahwa pada saat kadar mencapai puncak, proses-proses absorpsi, distribusi dan eliminasi
berada dalam keadaan seimbang. Selain menggambarkan derajad absorpsi, nilai Cp max ini
umumnya juga digunakan sebagai tolak ukur, apakah dosis yang diberikan cenderung
memberikan efek toksik atau tidak. Dosis dikatakan aman apabila kadar puncak obat tidak
melebihi kadar toksik minimal (KTM).
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat
a. Kalulator Scientific
b. Laptop
c. Kertas Semilogaritmik
d. Alat Tulis
e. Penggaris
2.2. Bahan
a. Text Book
2.3. Kasus
Suatu sediaan NSAID Diklofenak dari 3 pabrik yang berbeda memberikan profil
konsentrasi rata rata yang dibandingkan dengan produk standar, diberikan melalui rute oral pada
10 subjek pengujian dengan dosis 50 mg, dimana nilai bioavailabilitas produk standar yaitu 0,55.
Berikut perolehan data :
Waktu Produk
Formula A Formula B Formula C
(Jam) Standar
0,5 0,32 0,19 0,09 0,22
1 0,66 0,61 0,44 0,70
1,5 1,25 1,26 0,98 1,11
2 0,40 0,34 0,44 0,28
3 0,29 0,20 0,30 0,17
4 0,20 0,13 0,20 0,11
6 0,16 0,10 0,17 0,09
Tentukan :
1. Tentukan parameter farmakokinetika masing-masing produk!
2. Apakah produk A,B dan C bioekuivalen dengan produk standar?
2.4 Prosedur Kerja
1. Dimasukkan data yang tersedia di atas pada lembar excel
2. Diblok kolom waktu dan produk standar untuk kemudian dibuatkan kurva
3. Setelah diblok, pilih “insert” kemudian pada kolom “chart” dipilih “scatter” dengan
pilihan chart lines nya adalah “scatter with smooth lines”
4. Apabila prosedur telah dilakukan dengan benar, maka akan muncul tabel seperti di bawah
ini
5. Selanjutnya di klik sumbu Y pada kurva di atas dilanjutkan lagi dengan meng-klik kanan
sumbu Y tersebut
6. Dipilih “format axis” kemudian di klik pada kolom “logarithmic scale” selanjutnya pilih
“close”
7. Diklik garis biru pada kurva kemudian klik kanan pilih “add trendline”
8. Akan muncul pilihan, klik “exponential”, klik lagi “display equation on chart”, klik juga
“display R-squared value on chart”
9. Setelah di klik seluruhnya, maka pilih “close”, kemudian akan muncul kurva seperti pada
gambar di bawah ini.
10. Apabila kurva menunjukkan model kompartemen 2 terbuka maka dilanjutkan ke fase
eliminasi, fase distribusi dan fase absorbsi, sedangkan bila kurva termasuk model
kompartemen satu tentukan fase eliminasi kemudian fase absorbsi. Penentuan masing-
masing fase dapat didasarkan atas titik pada garis kurva.
11. Selanjutnya dicari fase absorbsi, distribusi dan eliminasinya dengan metode residual
12. Untuk mencari fase eliminasi, gunakan data terbawah (lakukan prosedur yang sama
seperti pada no.1 sampai no.9 ). Pada kasus ini memiliki data yang sedikit sehingga
digunakan dua data terbawah kemudian akan muncul kurva dan persamaan seperti di
bawah ini
13. Setelah didapat persamaanya, maka di masukkan nilai t dari 0,5 jam – 3 jam untuk
mendapatkan nilai Cp terminal
14. Setelah di dapat nilai Cp terminal, dilanjutkan dengan mencari nilai C1 residual dengan
cara mengurangi nilai konsentrasi produk standar dengan nilai Cp terminal
15. Setelah mendapatkan nilai C1 residual, maka diplotkan antara waktu dan data C1 residual
pada kolom no.3 dan no.4 dari bawah untuk mendapatkan persamaan fase distribusi. Data
C1 residual dapat diabsolutkan apabila bernilai negative.
16. Setelah muncul persamaan fase distribusi pada kurva, maka selanjutnya dimasukkan nilai
t dari 0,5 jam – 3 jam untuk mendapatkan nilai Cp Distribusi
17. Setelah di dapat nilai Cp distribusi, maka selanjutnya dicari nilai C2 Residual dengan
cara mengurangi nilai C1 residual dengan Cp distribusi.
18. Setelah di dapat nilai C2 residual, kemudian diplotkan 2 data teratas antara waktu dan
nilai C2 residual. Apabila nilai negative, maka dapat diabsolutkan
19. Setelah diplotkan, maka akan muncul persamaan fase absorbsinya.
20. Setelah diketahui seluruh persamaan farmakokinetiknya, kemudian dicari parameter
farmakokinetikanya
21. Untuk data formula A,B dan C lakukan prosedur yang sama seperti di atas dengan
memplotkan masing-masing formula dengan data waktu yang tersedia.
2.5 Skema Kerja
lakukan langkah
masukan persamaan format axis dan add tentukan parameter
kurva eliminasi ke Cp trendline sehingga dan AUC
blok data untuk terminal dan hitung muncul persamaan
melihat fase yang
terjadi
lakukan langkah
check list persamaan tersebut
format axis dan add
Exponential, Display dimasukkan ke Cp
blok 3 data terakhir, trendline hingga
Equation on Chart, Distribusi
klik insert pilih chart muncul persamaan
dan Display R-
scatter tipe scatter squared Value on
with smooth line Chart.
tentukan Cp residual
buat kurva absorbsi
ke-2 dengan
menggunakan data
mengurangkan C1
teratas dengan Cp
klik kanan pada sb. Y klik kanan pada garis residual dengan Cp
residual (2)
pilih format axis dan kurva, pilih Add distribusi
logaritmic scale trendline
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Produk Standar
Kadar obat dalam plasma darah
waktu Produk
(jam) standarn
(mg/L)
0.5 0.32
1 0.66
1.5 1.25
2 0.4
3 0.29
4 0.2
6 0.16
a. Model Kompartemen
Produk Standar
10
Cp (mg/L)
1
Series1
0 2 4 6 8
0.1
t (jam)
t (jam) Cp (mg/L)
3 0.29
4 0.2
6 0.16
Fase Eliminasi
0.4 y = 0.4702e-0.186x
R² = 0.893
0.3
Cp (mg/l)
0.2 Series1
0.1
Expon.
0 (Series1)
0 2 4 6 8
t (jam)
Kurva Fase Absorbsi dan Persamaan serta Nilai R dari Produk standar
Data yang digunakan adalah data t (waktu) dan Cp Residual 3 teratas. Sehingga
menghasilkan kurva seperti berikut.
t Cp Cp Terminal Cp Residu
(jam) (mg/L) ( mg/L ) ( mg/L )
0.5 0.32 0.429547657 0.109547657
1 0.66 0.392576999 0.267423001
1.5 1.25 0.358788362 0.891211638
Fase absorbsi-distribusi
1
0.8 y = 0.036e2.096x
Cp (mg/L)
0.6 R² = 0.992
0.4 Series1
0.2 Expon. (Series1)
0
0 1 2
t (jam)
Cp = 0.470e-0.18x - 0.036e-2.096x
Parameter Farmaokinetika :
Ke = 0.18 jam-1
t1/2 = 3.85 jam
Ka = 2.096 jam-1
Dosis = 50 mg
AUC 0 - tak hingga = 3.05388889 mg.jam/Ml
Vd = (F x dosis)/(ke x AUC)
(0.55 *50 mg)/(0.18*3.005389)
50.02728759 L
cL = Vd X Ke
50.02728759*0.18
9.004911767 L/Jam
tmax = 2.3/(ka-ke) X log ka/ke
1.279788 jam
C max = Dx ka x F/(vd (ka-ke)*(e-0,18.tmax – e-2,096.tmax)
0.543657 mg/L
B. Formula A
Kadar obat dalam plasma darah
waktu Produk A
(jam) (mg/L)
0.5 0.19
1 0.61
1.5 1.26
2 0.34
3 0.2
4 0.13
6 0.1
c. Model Kompartemen
Produk A
10
Cp (mg/L)
1
Series1
0 2 4 6 8
0.1
t (jam)
Sesuai kurva yang didapat, produk standar merupakan kompartemen 1 sehingga
dicari fase eliminasi dan absorbsinya.
d. Parameter Farmakokinetika
Kurva Fase Eliminasi dan Persamaan serta Nilai R dari produk A. Data waktu (t) dan
Konsentrasi yang digunakan adalah data dari 3 terbawah, sehingga mendapatkan
kurva seperti gambar berikut.
t (jam) Cp (mg/L)
3 0.2
4 0.13
6 0.1
Fase Eliminasi
0.25
0.2
y = 0.351e-0.217x
Axis Title
0.15 R² = 0.895
0.1 Series1
0.05 Expon. (Series1)
0
0 2 4 6 8
Axis Title
Data yang digunakan adalah data t (waktu) dan Cp Residual 3 teratas. Sehingga
menghasilkan kurva seperti berikut.
t Cp Cp Terminal Cp Residu
(jam) (mg/L) ( mg/L ) ( mg/L )
0.5 0.19 0.316013907 0.126013907
1 0.61 0.28451507 0.32548493
1.5 1.26 0.256155895 1.003844105
0.6
Series1
0.4
0.2 Expon. (Series1)
0
0 0.5 1 1.5 2
t (jam)
Cp = 0.351e-0.217 - 0.042e2.086x
Parameter Farmaokinetika :
Ke = 0.217 jam-1
t1/2 = 3.1935 jam
Ka = 2.075 jam-1
Dosis = 50 mg
AUC 0 - tak hingga = 2.256191476 mg.jam/mL
Vd = (F x dosis)/(ke x AUC)
(0.55 *50 mg)/( 0.217*2.256191476)
56.16904059 L
cL = Vd X Ke
56.16904059 *0.217
12.18868181 L/Jam
tmax = 2.3/(ka-ke) X log ka/ke
1.213823598 jam
C max = Dx ka x F/(vd (ka-ke) (e-0.217.tmax – e-2.086.tmax)
0.338094755 mg/L
C. Formula B
Produk B
1
0 2 4 6 8
Cp )mg/l)
0.1
Series1
0.01
t (jam)
Sesuai kurva yang didapat, produk standar merupakan kompartemen 1 sehingga
dicari fase eliminasi dan absorbsinya.
b. Parameter Farmakokinetika
Kurva Fase Eliminasi dan Persamaan serta Nilai R dari produk B. Data waktu (t)
dan Konsentrasi yang digunakan adalah data dari 3 terbawah, sehingga mendapatkan
kurva seperti gambar berikut.
t (jam) Cp (mg/L)
3 0.3
4 0.2
6 0.17
Fase Eliminasi
0.4
0.3 y = 0.4607e-0.174x
Axis Title
R² = 0.8245
0.2
Series1
0.1
Expon. (Series1)
0
0 5 10
Axis Title
Data yang digunakan adalah data t (waktu) dan Cp Residual 3 teratas. Sehingga
menghasilkan kurva seperti berikut.
t Cp Cp Terminal Cp Residu
(jam) (mg/L) ( mg/L ) ( mg/L )
-
0.5 0.32 0.422515651 0.102515651
1 0.66 0.388085816 0.271914184
1.5 1.25 0.356461589 0.893538411
Fase absorbsi-distribusi
0.8
0.6
Cp (mg/l)
y = 0.1177e0.6287x
0.4 R² = 0.0592
0.2 Series1
0
Expon. (Series1)
0 0.5 1 1.5 2
t (jam)
Cp = 0.460e-0.17x - 0.117e0.628x
Parameter Farmaokinetika :
Ke = 0.17 jam-1
t1/2 = 4.07647 jam
Ka = 0.628 jam-1
Dosis = 50 mg
AUC 0 - tak hingga = 2.855 mg.jam/mL
Vd = (F x dosis)/(ke x AUC)
(0.55 *50 mg)/( 0.17*2.855)
56.66014217 L
cL = Vd X Ke
56.66014217 *0.17
9.632224168 L /Jam
tmax = 2.3/(ka-ke) X log ka/ke
2.849944676 jam
C max = Dx ka x F/(vd (ka-ke) (e-0.17.tmax – e-0.628.tmax)
0.484987 mg/L
D. Formula C
Kadar obat dala plasma :
t Produk C
(jam ) (mg/L)
0.5 0.22
1 0.7
1.5 1.11
2 0.28
3 0.17
4 0.11
6 0.09
c. Model Kompartemen
Produk C
1.5
Cp (mg/L)
1
0.5
Series1
0
0 2 4 6 8
t (jam)
d. Parameter Farmakokinetika
Kurva Fase Eliminasi dan Persamaan serta Nilai R dari produk B. Data waktu (t)
dan Konsentrasi yang digunakan adalah data dari 3 terbawah, sehingga mendapatkan
kurva seperti gambar berikut.
t (jam) Cp (mg/L)
3 0.17
4 0.11
6 0.09
Fase eliminasi
0.2
y = 0.2782e-0.196x
0.15
Cp (mg/L)
R² = 0.8484
0.1
Series1
0.05
Expon. (Series1)
0
0 2 4 6 8
t (jam)
Persamaan Famakokinetika untuk fase eliminasi :
y = 0.278e-0.19x
Data yang digunakan adalah data t (waktu) dan Cp Residual 3 teratas. Sehingga
menghasilkan kurva seperti berikut.
t Cp Cp Terminal Cp Residu
(jam) (mg/L) ( mg/L ) ( mg/L )
0.5 0.22 0.252805676 0.032805676
1 0.7 0.229894639 0.470105361
1.5 1.11 0.209059963 0.900940037
0.5 Series1
Expon. (Series1)
0
0 0.5 1 1.5 2
t (jam)
Cp = 0.278e-0.19x - 0.008e3.312x
Parameter Farmaokinetika :
Ke = 0.19 jam-1
t1/2 = 3.647368421jam
Ka = 3.312jam-1
Dosis = 50 mg
AUC 0 - tak hingga = 2.1236811mg.jam/mL
Vd = (F x dosis)/(ke x AUC)
(0.55 *50 mg)/( 0.19*2.123681)
68.1537553 L
cL = Vd X Ke
68.1537553 *0.19
12.94921351 L/Jam
tmax = 2.3/(ka-ke) X log ka/ke
0.914501753
C max = Dx ka x F/(vd (ka-ke) (e-0.19.tmax – e-3.312.tmax)
0.33907593mg/L
BIOEKUIVALENSI
2.256191476
= x 100 % = 73.87 %
3.05388889
2.855
= 3.05388889 x 100 % = 93.4 %
3. Bio-relatif Produk C terhadap Standar
𝐴𝑈𝐶 0−∞ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐶
= 𝐴𝑈𝐶 0−∞ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x 100 %
2.1236811
= 3.05388889 x 100 % = 69.5%
DAFTAR PUSTAKA
Annonim. 2017. Modul Praktikum Biofarmasetika. Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada
Bali. Denpasar.
Shargel, Leon dan Andrew B.C.Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya: Airlangga University Press.
Weiss, M. 1998. Analysis of Metabolite Formation Pharmacokinetics after Intravenous and Oral
Administration of the Parent Drug using Inverse Laplace-Transformation. Drug Metab.
Dispos., 26: 562-565.