Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

PENGOLAHAN DATA FARMAKOKINETIKA OBAT


MENGGUNAKAN PEMODELAN FARMAKOKINETIKA
MELALUI INTRAVENA DAN EKSTRAVENA (PERORAL)
DENGAN SOFTWARE “FARMAKOMATIC”

DISUSUN OLEH:
GOLONGAN I
KELOMPOK 1

ANDI SANJAYA (1408505062)


NURUL FEBRYANI (1608551001)
PUTU CIA INTANIA WARNAYA (1608551002)
I PUTU PURBA TEGUH GRANTICA (1608551004)
NI PUTU AYU KRISTIARA DEWI (1608551005)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetika mencakup 4 proses, yaitu absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi
dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Jalur pemberian obat ada 2, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda dkk., 1995). Jalur pemberian obat
secara intravena digunakan karena seluruh dosis obat akan masuk ke dalam tubuh
dengan segera atau bioavailabilitas 100%, selain itu dapat memberikan efek local
dan sistemik, serta cocok digunakan untuk orang yang pingsan. Dan obat akan
langsung didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem
sirkulasi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan
menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya
saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi metabolitnya (Neal, 2006).
Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan penafsiran yang lebih teliti
tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respons farmakologik. Model
kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat
didalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil pengukuran
kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati seperti pada darah (Neal,

1
2006). Saat ini telah tersedia data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai
parameter farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi, waktu
paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik maupun patologik.
Dimana kondisi fisiologik dan kondisi patologik ini dapat menimbulkan
perubahan pada parameter farmakokinetik obat (Setiawati, 2007).

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mengetahui profil farmakokinetik dari sediaan obat pada tikus.
2. Menghitung parameter farmakokinetik sediaan sulfa pada tikus.

1.3. Manfaat Praktikum


Mahasiswa mampu menghitung orde, kompartemen dan parameter
farmakokinetika rute pemberian intravena dan per oral.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Obat Secara Intravena


Penggunaan injeksi intravena diperlukan bila dikehendaki efek sistemik
yang cepat, karena larutan injeksi masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik
vena perifer (Anief, 2010). Pada umumnya, pemakaian intravena memberi mulai
kerja yang paling cepat. Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung
masuk ke dalam darah dan dalam beberapa menit beredar keseluruh bagian tubuh.
Dalam hal pemberian secara intravena, kadar puncak plasma terjadi dengan
segera, sehingga suatu puncak biasanya tidak terlihat. Kadar obat dalam plasma
pada 3 jam setelah pemberian intravena menurun ke suatu kadar yang lebih
rendah (Shargel dan Yu, 2005).
Jika dibandingkan dengan pemberian obat secara ekstravaskular (oral, rektal,
dan lain-lain), obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah secara perlahan-
lahan melalui suatu proses absorpsi sampai mencapai puncaknya, kemudian akan
turun (Utomo, 2010).

2.2 Pemberian Obat Secara Ekstravaskular


Pada pemberian obat secara ekstravaskular (oral, rektal,dan lain-lain), obat
akan masuk ke dalam sistem peredaran darah secara perlahan-lahan melalui suatu
proses absorpsi sampai mencapai puncaknya, kemudian akan turun. Pemberian
secara ekstravaskular umumnya obat mengalami absorpsi. Setelah obat masuk
dalam sirkulasi sistemik, obat akan didistribusikan, sebagian mengalami
pengikatan dengan protein plasma dan sebagian dalam bentuk bebas. Obat bebas
selanjutnya didistribusikan sampai ditempat kerjanya dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat diekskresikan dari dalam tubuh
melalui organ-organ ekskresi, terutama ginjal. Seluruh proses yang meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi disebut proses farmakokinetik dan
proses ini berjalan serentak (Wulandari, 2009).

Khususnya pemberian obat peroral merupakan cara pemberian yang paling


alamiah untuk semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh. Fungsi alat cerna

3
adalah menyerap sebagian besar bahan-bahan yang diperlukan untuk hidup.
Kemudahan pemberian sediaan per oral merupakan salah satu alasan pemilihan
rute ini (Aiache, 1993).

Adapun faktor pato-fisiologik yang berperan pada penyerapan obat per oral
adalah sebagai berikut:
A. Faktor Fisiologik
a. Umur
b. Permukaan penyerap
c. Sifat membran biologik
d. Tegangan permukaan dan kekentalan
e. pH dan perubahan pH karena formulasi
f. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung
g. Isi saluran cerna yang dapat mengubah aksi zat aktif
B. Faktor Patologi
a. Gangguan fungsi penggetahan
b. Gangguan transit
c. Gangguan penyerapan
(Aiache, 1993).

2.3 Farmakokinetika
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh
(in vivo) dimulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat yang
masuk ke dalam tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas.
Model tersebut dapat berupa model satu kompartemen atau multi kompartemen
yang sangat tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh
(Shargel dan Yu, 2005).
Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk obat bermanfaat
untuk memahami hubungan antara sifat-sifat fisikokimia dari produk obat dan
efek farmakologik atau efek klinik. Studi biofarmasetika memerlukan
penyelidikan berbagai faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang
mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan
dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut (Shargel dan Yu, 2005).

4
Obat didalam tubuh setelah mengalami proses absorpsi akan mengalami
proses distribusi dan dieliminasikan dari tubuh, tetapi kita tidak dapat mengetahui
dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi.
Penelitian farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian identifikasi dan
penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat
menggambarkan model parametrik yang khas. Untuk mengirakan hal tersebut,
maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model yang melihat tubuh sebagai
kompartemen. Tubuh manusia dapat diwakili sebagai suatu jaringan yang tersusun
secara sistem seri dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara
reversibel antara organ yang satu dengan yang lainnya (Shargel dan Yu, 2005).

2.4 Pemodelan Farmakokinetik


Pemodelan farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian identifikasi
dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat
menggambarkan model parametrik yang khas. Farmakokinetik adalah ilmu yang
mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh (in vivo) dimulai dari absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat yang masuk ke dalam tubuh akan
mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa
model satu kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada
proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh (Shargel dan Yu, 2005).
Absorbsi merupakan gerakan suatu obat dari tempatpemberian ke dalam
aliran darah. Proses absorbsi tidak berlaku pada pemberian obat melalui jalur inta
vena. Absorbsi obat dalam saluran cerna dipengaruhi oleh fisiologi GIT, aliran
darah, sediaan obat, dan factor kimiawi (Tjay dan Rahardja, 2007).
Distribusi merupakan suatu proses obat meninggalkan aliran sirkulasi darah
dan masuk ke cairan ekstraseluler jarigan obat yang dituju. Obat harus dapat
berdifusi menembus membrane sel apabila tempat kerjanya berada di intra seluler.
Obat akan dibawa oleh sirkulasi darah ke seluruh tubuh, hingga mengalami
kontak dengan jaringan tujuan (Tjay dan Rahardja, 2007).
Biotransformasi merupakan proses perombakan suatu senyawa utuh menjadi
bentuk metabolitnya dengan bantuan enzim. Pada dasarnya obat yang masuk
dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing, oleh karena itu harus

5
dikeluarkan, untuk mengeluarkan obat diperlukan proses biotransformasi untuk
membuat obat tersebut dapat diekskresikan (Tjay dan Rahardja, 2007).
Ekskresi merupakan proses pengeluaran obat atu metabolitnya dari tubuh,
terutama dari ginjal melalui air seni. Proses ekskresi juga dapat melalui organ lain
seperti kulit (keringat), paru-paru (udara nafas), payudara (ASI), dll (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Respon yang diinginkan dari suatu obat biasanya berhubungan dengan kadar
obat di tempat kerjanya, namun hal ini sulit silakukan, oleh karena itu pengukuran
kadar dilakukan dengan mengukur kadar suatu obat di dalam darah. Sehingga
biasanya dalam pengobatan dipertahankan kadar obat yang cukup dalam darah
untuk berefek (Tjay dan Rahardja, 2007).
Profil dan model farmakokinetik yang didapat dari penelitian umumnya
dilakukan dengan pemberian obat secara intravena. Tubuh manusia dapat diwakili
sebagai suatu jaringan yang tersusun secara sistem seri dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara reversibel antara organ yang satu dengan
yang lainnya. Model kompartemen adalah pendekatan penyederhanaan dari
seluruh jaringan didalam tubuh ke dalam satu atau dua kompartemen yang
menggambarkan pergerakan obat di dalam tubuh (Shargel dan Yu, 2005).

2.5 Model Kompartemen Dua


Model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam dua
kompartemen, kompartemen pertama dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu
darah, cairan ekstra-selular dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan (perifer), yang berisi jaringan-jaringan
yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini dieliminasi
dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005).
Model kompartemen dua ini pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama
dengan model kompartemen satu namun bedanya terdapat dalam proses distribusi

6
karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral.
Model ini sesuai untuk banyak obat (Setiawati, dkk., 1995).
Gambar 1. Model kompartemen dua terbuka (Gibson dan Skett, 1991).

2.6 Parameter Farmakokinetik


Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara
matematis dari model yang berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau
metabolitnya dalam darah, urin atau cairan hayati lainya. Parameter
farmakokinetik suatu obat ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran dan
mempelajari suatu kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi didalam tubuh.
Pada hakekatnya parameter farmakokinetik ada 3 jenis yaitu : parameter
primer, sekunder dan turunan. Parameter farmakokinetik primer adalah parameter
yang harganya dipengaruhi oleh perubahan salah satu atau lebih perubahan
fisiologis yang terkait. Termasuk parameter tersebut adalah ka (konstanta
kecepatan absorbsi), Fa (Fraksi obat terabsorbsi), Vd (volume distribusi), ClT
(klirens obat), ClH (kliren hepatik) dan ClR (kliren renal). Parameter
farmakokinetik sekunder adalah parameter farmakokinetik yang harganya
tergantung pada harga parameter farmakokinetik primer. Perubahan harga suatu
parameter farmakokinetik sekunder di sebabkan berubahnya harga parameter
farmakokinetik primer tertentu sebagai cerminan adalah pergeseran nilai suatu
ubahan fisiologi. Contoh parameter farmakokinetik sekunder adalah t1/2el (waktu
paruh eliminasi), Kel (Konstanta kecepatan eliminasi) dan Fe (fraksi obat yang
tereksresi). Parameter farmakokinetik turunan harganya semata-mata tidak
tergantung dari harga parameter farmakokinetik primer tapi juga tergantung dari
dosis atau kecepatan pemberian obat terkait (Donatus, 2005).
Besarnya harga bioavailabilitas suatu obat yang digunakan secara oral
digambarkan oleh AUC kadar obat dalam plasma dalam waktu, dari obat oral
tersebut dibandingkan dengan AUC nya secara iv. Ini disebut bioavaibilitas oral.
Bioavaibilitas oral = Bioavaibilitas absolute = F

AUCoral
F=
AUCiv

7
Volume Distribusi (Vd). Parameter ini didefinisikan sebagai hasil bagi dari
jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasinya dalam plasma.
Distribusi obat dalam tubuh dapat dihitung sebagai berikut :

Besarnya Vd ini ditentukan oleh besarnya ukuran dan komposisi tubuh,


fungsi kardiovaskular, kemampuan molekul obat memasuki berbagai
kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plasma dan dengan
berbagai jaringan. Obat yang tertimbun dalam jaringan yang mempunyai Vd besar
sekali maka kadar dalam plasma rendah sekali, sedangkan obat yang mempunyai
Vd yang kecil maka obat yang terikat kuat pada protein plasma mempunyai kadar
dalam plasma cukup tinggi.
Bersihan Total (Total Body Clearance = Cl). Klirens adalah volume plasma
yang dibersihkan oleh seluruh tubuh dari obat per satuan waktu. Klirens
merupakan bilangan konstan pada kadar obat apabila ditentukan dengan
menggunakan kinetika orde kesatu. Bersihan total merupakan hasil penjumlahan
bersihan berbagai organ dan jaringan tubuh, terutama ginjal dan hepar.

AUC atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma,
darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu (dari AUC0 - AUC0-1) setelah
dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak (Setiawati,
dkk., 1995).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Komputer Personal (PC) / Laptop dengan menggunakan Software
Farmakomatic 1.0
2. Alat tulis
3. Kertas HVS
4. Kertas Semilog

3.1.1. Bahan
1. Data kadar tiap waktu dengan model kompartemen dua

3.2. Prosedur Kerja

Dibuka Software Farmakomatic 1.0 pada laptop dan pada jendela


awal Farmakomatic 1.0 klik File lalu New

Dimasukkan data-data yang diperlukan seperti nama obat, jenis dosis


(tetap atau bergantung berat badan), dosis obat (mg), rute pemberian
obat (intravena atau peroral), jenis subjek, jumlah subjek, jumlah
sampel, dan satuan konsentrasi obat
Dimasukkan data waktu dan konsentrasi obat

Diklik “proses” lalu akan muncul grafik kompartemen

Dipilih jenis kompartemen yang akan digunakan yaitu kompartemen


dua

Dicatat parameter farmakokinetik yang muncul pada hasil pengolahan


data dan klik Copy Grafik untuk mengcopy grafik hasil analisis data
yang diperoleh

9
BAB IV
HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Diketahui:
Dosis 20 mg, Klirens 200 ml/15 menit
Vd 0,5 L
Waktu A Kadar (C)

0 1,042 80,672

15 1,582 122,210

30 1,972 152,210

45 2,222 171,441

60 1,370 105,903

75 0,830 64,364

90 0,510 39,749

105 0,302 23,749

120 0,178 14,210

135 0,104 8,518

Ditanya:
1. Model Kompartemen
2. Persamaan Farmakokinetika
3. Parameter Farmakokinetika

Jawab:

10
1. Setelah dibuat persamaan garis linier di atas, maka model
kompartemen data di atas adalah model intravena kompartemen dua
terbuka.
2. Persamaan farmakokinetika yang didapat adalah sebagai berikut:
Cp = 809,93364e-0,05359t + 859,19112e-0,03418t
3. Parameter farmakokinetika yang didapat adalah:

11
12
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan dan pengolahan data


farmakokinetika suatu obat yang diberikan secara intravena kompartemen dua
dengan menggunakan software Farmakomatic 1.0 untuk menentukan model
farmakokinetik, profil farmakokinetika, parameter-parameter farmakokinetika
serta persamaan farmakokinetika yang digunakan untuk meramalkan proses
farmakokinetika suatu obat dari sediaan intravena bolus dalam tubuh.
Pencapaian suatu efek terapi ataupun efek toksik suatu obat ditentukan oleh
konsentrasi obat tersebut pada reseptor. Melalui permodelan farmakokinetika
tersebut maka dapat digambarkan suatu sistem biologis yang kompleks yang
berkaitan dengan pergerakan obat dalam tubuh. Berdasarkan pada data yang
diberikan ditentukan parameter farmakokinetika, yang didahului dengan
pemilihan permodelan kompartemen yang tepat, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan perhitungan parameter untuk memperoleh formula pendekatan yang
sesuai terhadap data. Untuk memilih permodelan yang sesuai dilakukan dengan
memplot kurva hubungan konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu
(Shargel dan Yu, 2005).

Gambar 1. Kurva Ln Cp vs waktu (t)

13
Setelah dibuat persamaan garis linear, maka model kompartemen yang
digunakan adalah model intravena kompartemen dua terbuka, Dalam model
dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi kedalam dua
kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,
yaitu darah, cairan ekstraseluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi.
Kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi
jaringan- jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Mo
del ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu,
2005). Model kompartemen ganda diperlukan untuk menjelaskan adanya
kurvakadar dalam plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai
suatu proseslaju order kesatu setelah pemberian injeksi IV cepat. Dalam model
kompartemen ganda, obat didistribusikan dengan laju reaksi yang tidak
sama ke dalam berbagai kelompok jaringan yang berbeda. Jaringan-jaringan
yang mempunyai aliran darah paling tinggi dapat berkesetimbangan dengan
kompartemen plasma. Jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi ini begitu juga
darah dapat dinyatakan sebagai kompartemen sentral.

Dengan diketahui pemodelan tersebut dapat dilakukan perhitungan


parameter farmakokinetikanya, Dalam penentuan parameter farmakokinetika,
perlu ditetapkan model kompartemen yang diikuti oleh data. Untuk mengetahui
pemodelan kompartemennya, data yang dimiliki dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi obat dalam plasma (Cp) dengan waktu (t) dan kurva antara ln
konsentrasi obat di dalam plasma (ln Cp) dengan waktu (t) dari kurva tersebut
nantinya dapat disimpulkan bahwa data mengikuti orde satu atau orde nol. Jika
sebuah data mengikuti orde 0 maka pada kurva hubungan antara Cp dengan t akan
menunjukkan kurva yang linear sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
mengikuti orde 0. Namun jika pada kurva hubungan antara Cp dengan t belum
menunjukkan kurva yang linear maka akan dibuat kurva hubungan antara ln Cp
dengan t untuk mengetahui apakah kurva yang dihasilkan menunjukkan kurva
yang linear. Apabila kurva hubungan antara ln Cp dengan t menunjukkan kurva
yang linear maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengkuti orde satu.

14
Adapun parameter farmakokinetika yang ditentukan dalam praktikum kali ini
yaitu, tetapan laju eliminasi, t½ eliminasi, AUC, volume distribusi (Vd), Volume
kompartemen sentral (Vp), tetapan laju kompartemen 21 (k21), tetapan laju
kompartemen (k12), Penghitungan parameter tersebut dilakukan karena parameter
farmakokinetik memiliki peranan penting pada proses pemberian obat pada
pasien. Beberapa hasil perhitungan parameter farmakokinetik dari data kadar obat
dalam darah yang digunakan pada permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain
konstanta laju eliminasi (kel) = 0,04147/jam, t1/2 el. = 12,9332 jam, t1/2 dist. =
20,28013 jam, AUC= 40250,54104 µg/ml, tetapan laju transfer dari sentral ke
jaringan (k12) = 0,00213/jam , tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21) =
0,04417/jam, volume distribusi = 0,29956 I/kg didapatkan juga persamaan
farmakokinetik Cp = 809,93364e-0,05359t + 859,19112e-0,03418t.

BAB VI
KESIMPULAN

1. Profil farmakokinetik pada sediaan sulfa pada tikus adalah menggunakan


pemodelan farmakokinetik kompartemen dua. Dimana, parameter -
parameter yang dihitung meliputi tetapan laju eliminasi, t½ eliminasi, AUC,
volume distribusi (Vd), Volume kompartemen sentral (Vp), tetapan laju
kompartemen 21 (k21), tetapan laju kompartemen (k12);

2. Hasil perhitungan parameter farmakokinetik dari data kadar obat dalam


darah yang digunakan pada permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain
konstanta laju eliminasi (kel) = 0,04147/jam, t1/2 el. = 12,9332 jam, t1/2 dist. =
20,28013 jam, AUC= 40250,54104 µg/ml, tetapan laju transfer dari sentral
ke jaringan (k12) = 0,00213/jam , tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral
(k21) = 0,04417/jam,volume distribusi = 0,29956 I/kg didapatkan juga
persamaan farmakokinetik Cp = 809,93364e-0,05359t + 859,19112e-0,03418t.

DAFTAR PUSTAKA

15
Aiache, J. M. 1993. Farmasetika 2-Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya:
Airlangga University Press.

Donatus, I. A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Yogyakarta: Fakultas Farmasi


UGM.

Gibson, G. G. dan P. Skett. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Penerjemah: Iis


Aisyah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Setiawati, A. S. B. Zunilda, dan F. D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi


dalam Sulistia G. Ganiswara: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.

Shargel, L. dan A. B. C. Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.


Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Utomo, A. R. 2010. Transformasi Laplace. Jakarta: Departemen Teknik Elektro


Fakultas Teknik.
Wulandari, R. 2009. Profil Farmakokinetik Teofilin Yang Diberikan Secara
Bersamaan Dengan Jus Jambu Biji (Psidium guajava L.) Pada Kelinci
Jantan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah.

16

Anda mungkin juga menyukai