DISUSUN OLEH:
GOLONGAN I
KELOMPOK 1
1
2006). Saat ini telah tersedia data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai
parameter farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi, waktu
paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik maupun patologik.
Dimana kondisi fisiologik dan kondisi patologik ini dapat menimbulkan
perubahan pada parameter farmakokinetik obat (Setiawati, 2007).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
adalah menyerap sebagian besar bahan-bahan yang diperlukan untuk hidup.
Kemudahan pemberian sediaan per oral merupakan salah satu alasan pemilihan
rute ini (Aiache, 1993).
Adapun faktor pato-fisiologik yang berperan pada penyerapan obat per oral
adalah sebagai berikut:
A. Faktor Fisiologik
a. Umur
b. Permukaan penyerap
c. Sifat membran biologik
d. Tegangan permukaan dan kekentalan
e. pH dan perubahan pH karena formulasi
f. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung
g. Isi saluran cerna yang dapat mengubah aksi zat aktif
B. Faktor Patologi
a. Gangguan fungsi penggetahan
b. Gangguan transit
c. Gangguan penyerapan
(Aiache, 1993).
2.3 Farmakokinetika
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh
(in vivo) dimulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat yang
masuk ke dalam tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas.
Model tersebut dapat berupa model satu kompartemen atau multi kompartemen
yang sangat tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh
(Shargel dan Yu, 2005).
Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk obat bermanfaat
untuk memahami hubungan antara sifat-sifat fisikokimia dari produk obat dan
efek farmakologik atau efek klinik. Studi biofarmasetika memerlukan
penyelidikan berbagai faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang
mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan
dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut (Shargel dan Yu, 2005).
4
Obat didalam tubuh setelah mengalami proses absorpsi akan mengalami
proses distribusi dan dieliminasikan dari tubuh, tetapi kita tidak dapat mengetahui
dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi.
Penelitian farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian identifikasi dan
penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat
menggambarkan model parametrik yang khas. Untuk mengirakan hal tersebut,
maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model yang melihat tubuh sebagai
kompartemen. Tubuh manusia dapat diwakili sebagai suatu jaringan yang tersusun
secara sistem seri dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara
reversibel antara organ yang satu dengan yang lainnya (Shargel dan Yu, 2005).
5
dikeluarkan, untuk mengeluarkan obat diperlukan proses biotransformasi untuk
membuat obat tersebut dapat diekskresikan (Tjay dan Rahardja, 2007).
Ekskresi merupakan proses pengeluaran obat atu metabolitnya dari tubuh,
terutama dari ginjal melalui air seni. Proses ekskresi juga dapat melalui organ lain
seperti kulit (keringat), paru-paru (udara nafas), payudara (ASI), dll (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Respon yang diinginkan dari suatu obat biasanya berhubungan dengan kadar
obat di tempat kerjanya, namun hal ini sulit silakukan, oleh karena itu pengukuran
kadar dilakukan dengan mengukur kadar suatu obat di dalam darah. Sehingga
biasanya dalam pengobatan dipertahankan kadar obat yang cukup dalam darah
untuk berefek (Tjay dan Rahardja, 2007).
Profil dan model farmakokinetik yang didapat dari penelitian umumnya
dilakukan dengan pemberian obat secara intravena. Tubuh manusia dapat diwakili
sebagai suatu jaringan yang tersusun secara sistem seri dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara reversibel antara organ yang satu dengan
yang lainnya. Model kompartemen adalah pendekatan penyederhanaan dari
seluruh jaringan didalam tubuh ke dalam satu atau dua kompartemen yang
menggambarkan pergerakan obat di dalam tubuh (Shargel dan Yu, 2005).
6
karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen sentral.
Model ini sesuai untuk banyak obat (Setiawati, dkk., 1995).
Gambar 1. Model kompartemen dua terbuka (Gibson dan Skett, 1991).
AUCoral
F=
AUCiv
7
Volume Distribusi (Vd). Parameter ini didefinisikan sebagai hasil bagi dari
jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasinya dalam plasma.
Distribusi obat dalam tubuh dapat dihitung sebagai berikut :
AUC atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma,
darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu (dari AUC0 - AUC0-1) setelah
dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak (Setiawati,
dkk., 1995).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1. Bahan
1. Data kadar tiap waktu dengan model kompartemen dua
9
BAB IV
HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
Diketahui:
Dosis 20 mg, Klirens 200 ml/15 menit
Vd 0,5 L
Waktu A Kadar (C)
0 1,042 80,672
15 1,582 122,210
30 1,972 152,210
45 2,222 171,441
60 1,370 105,903
75 0,830 64,364
90 0,510 39,749
Ditanya:
1. Model Kompartemen
2. Persamaan Farmakokinetika
3. Parameter Farmakokinetika
Jawab:
10
1. Setelah dibuat persamaan garis linier di atas, maka model
kompartemen data di atas adalah model intravena kompartemen dua
terbuka.
2. Persamaan farmakokinetika yang didapat adalah sebagai berikut:
Cp = 809,93364e-0,05359t + 859,19112e-0,03418t
3. Parameter farmakokinetika yang didapat adalah:
11
12
BAB V
PEMBAHASAN
13
Setelah dibuat persamaan garis linear, maka model kompartemen yang
digunakan adalah model intravena kompartemen dua terbuka, Dalam model
dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi kedalam dua
kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,
yaitu darah, cairan ekstraseluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi.
Kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen
kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi
jaringan- jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Mo
del ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu,
2005). Model kompartemen ganda diperlukan untuk menjelaskan adanya
kurvakadar dalam plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai
suatu proseslaju order kesatu setelah pemberian injeksi IV cepat. Dalam model
kompartemen ganda, obat didistribusikan dengan laju reaksi yang tidak
sama ke dalam berbagai kelompok jaringan yang berbeda. Jaringan-jaringan
yang mempunyai aliran darah paling tinggi dapat berkesetimbangan dengan
kompartemen plasma. Jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi ini begitu juga
darah dapat dinyatakan sebagai kompartemen sentral.
14
Adapun parameter farmakokinetika yang ditentukan dalam praktikum kali ini
yaitu, tetapan laju eliminasi, t½ eliminasi, AUC, volume distribusi (Vd), Volume
kompartemen sentral (Vp), tetapan laju kompartemen 21 (k21), tetapan laju
kompartemen (k12), Penghitungan parameter tersebut dilakukan karena parameter
farmakokinetik memiliki peranan penting pada proses pemberian obat pada
pasien. Beberapa hasil perhitungan parameter farmakokinetik dari data kadar obat
dalam darah yang digunakan pada permodelan kompartemen 2 terbuka antara lain
konstanta laju eliminasi (kel) = 0,04147/jam, t1/2 el. = 12,9332 jam, t1/2 dist. =
20,28013 jam, AUC= 40250,54104 µg/ml, tetapan laju transfer dari sentral ke
jaringan (k12) = 0,00213/jam , tetapan laju transfer dari jaringan ke sentral (k21) =
0,04417/jam, volume distribusi = 0,29956 I/kg didapatkan juga persamaan
farmakokinetik Cp = 809,93364e-0,05359t + 859,19112e-0,03418t.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
15
Aiache, J. M. 1993. Farmasetika 2-Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya:
Airlangga University Press.
16