Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dinamika, April 2011, halaman 34 - 41 Vol. 02. No.

1
ISSN 2087 - 7889

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA TARTRAZIN


DALAM MINUMAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR
KECAMATAN WARA KOTA PALOPO

Ilmiati Illing

Program Studi Kimia, Fakultas MIPA


Universitas Cokroaminoto Palopo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat pewarna tartarzin dalam
minuman jajanan yang berwarna kuning. Sampel diambil dari beberapa tempat di Sekolah
Dasar Kecamatan Wara Kota Palopo. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
yang terbagi dalam dua tahap, pertama analisis kualitatif melalui pengujian Kromatografi
Lapis Tipis untuk mengidentifikasi zat pewarna tartrazin dalam sampel. Kedua analisis
kuantitatif menggunakan Spektrofotometri Sinar Tampak yang dilakukan di Laboratorium
MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa diantara 3 sampel yang dianalisis 2 diantaranya positif mengandung pewarna
tartrazin. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kadar pewarna tartrazin dalam 2
sampel tersebut dan hasil yang diperoleh yaitu sampel A = 32,90 mg/L, sampel B = 180,3
mg/L. Konsentrasi pada sampel A masih dapat ditoleransi karena masih di bawah batas
yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu 70 mg/L, sedangkan
konsentrasi zat pewarna tartrazin pada sampel B dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi
dilihat dari kandungan zat pewarna karena berada diatas batas yang diizinkan.
Kata kunci: Tartrazin, minuman jajanan, KLT, spektrofotometer sinar tampak

PENDAHULUAN nasi rawon, nasi pecel dan sebagainya.


Makanan jajanan, juga dikenal Kelompok kedua adalah penganan atau
snacks contohnya kue-kue, onde-onde,
sebagai street food adalah jenis makanan
yang dijual di pedagang kaki lima, pisang goreng, dan lain sebagainya.
pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, Kelompok yang ketiga adalah golongan
tempat pemukiman serta lokasi yang minuman contohnya es teler, es buah, teh,
sejenis. Makanan jajanan banyak sekali kopi dan sebagainya, dan kelompok yang
jenisnya dan sangat bervariasi dalam keempat adalah buah-buahan segar dari
bentuk, keperluan dan harga. mangga, durian dan sebagainya
(Winarno, 2004).
Pada umumnya makanan jajanan
dapat dibagi menjadi empat kelompok Dari hasil survei Sosial Ekonomi
yaitu: pertama adalah makanan utama Nasional yang dilakukan oleh Badan
atau main dish contohnya nasi rames, Pusat Statistik (1999) menunjukkan
bahwa persentase pengeluaran rata-rata

34
Analisis Kandungan Zat Pewarna Tartrazin

perkapita perbulan penduduk perkotaan Anak sekolah sebagai generasi


untuk makanan jajanan meningkat dari penerus bangsa dan tonggak keberhasilan
9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pembangunan nasional perlu
pada tahun 1999 hal ini menunjukkan mendapatkan perhatian dan pembinaan
bahwa kebutuhan akan makanan jajanan dalam rangka meningkatkan taraf hidup
semakin besar (Siswono, 2005). dan kesehatan demi terjaminnya
Hal yang menjadi masalah besar kelangsungan hidup mereka. Pengadaan
ketika harga bahan makanan lebih tinggi makanan dan minuman jajanan di sekolah
dari harga yang konsumen sanggup atau diharapkan mampu membantu siswa
rela membayar, menyebabkan penjual dalam memenuhi kebutuhan gizi dan
terdesak untuk menjual makanan dan energi mereka, terutama anak yang tidak
minuman jajanan dengan jumlah yang membawa bekal dari rumah atau tidak
besar dan sama tapi dengan mutu yang makan pagi di rumah. Makanan dan
lebih rendah sehingga terjadilah minuman yang ada di lingkungan sekolah
pemalsuan atau penggantian sebagian tentu saja harus memenuhi persyaratan
bahan mentah dengan bahan lain yang yang telah ditetapkan oleh Badan
lebih murah harganya. Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Fenomena ini biasa terjadi pada Keamanan makanan dan minuman
produksi dan pemasaran makanan jajanan harus terjamin dalam hal ini
jajanan. Pemalsuan (adulteration) termasuk penggunaan pewarna sintetik.
diartikan sebagai proses yang Dari studi penelitian makanan
menyebabkan mutu produk diturunkan jajanan yang telah dilaporkan oleh
dengan cara penambahan bahan dengan berbagai lembaga penelitian diberbagai
mutu yang lebih rendah atau dengan negara mengungkapkan bahwa sekitar
mengurangi atau menghilangkan 62% dari zat pewarna makanan yang
komponen penting. dijual di daerah pinggiran kota dan
Secara umum mutu bahan makanan pedesaan ternyata berasal dari zat
sangat bergantung pada beberapa faktor pewarna yang tidak diizinkan, yaitu zat
yaitu: citarasa, warna, tekstur dan nilai pewarna yang dapat mengancam
gizi. Suatu bahan yang dinilai bergizi, kesehatan konsumen.
enak dan memiliki tekstur sangat baik, Sebanyak 66% bahan makanan dan
tidak akan dimakan apabila warna bahan minuman yang mengandung zat pewarna
tersebut tidak sedap dipandang atau yang diizinkan dan telah diteliti ternyata
memberi kesan telah menyimpang dari memiliki ambang batas jauh lebih tinggi
warna aslinya (Winarno, 2002). (730 ppm) dari ambang batas yang
Dikalangan anak-anak warna diizinkan yaitu 220 ppm. Jadi bukan
menjadi daya tarik paling utama hanya penggunaan zat warna yang
disamping bentuk dan kemasan. Mereka dilarang yang harus diawasi dan
terkadang tidak mempedulikan dikendalikan tetapi juga dosis zat
bagaimana rasa makanan dan minuman pewarna yang diizinkan perlu dimonitor
yang ingin mereka beli selama warna, juga (Winarno, 2004).
bentuk, dan kemasannya menarik.

35
Ilmiati Illing (2011)

Diantara zat pewarna yang 1. Sebagai bahan informasi kepada


diizinkan, tartrazin merupakan zat masyarakat tentang kandungan dan
pewarana yang paling sering dilaporkan bahaya zat pewarna khususnya dalam
sebagai penyebab keracunan dan erat minuman jajanan.
kaitannya dengan gejala hypersensitivitas 2. Sebagai bahan masukan untuk
bila digunakan dalam dosis terlalu tinggi peneliti selanjutnya yang
(Miller dalam Winarno 2004). berhubungan dengan penelitian ini.
Tartrazin atau FD&C Yellow 5.
kode pewarna E 102. merupakan pewarna 3. Sebagai bahan masukan bagi instansi
kuning lemon. Tartrazin adalah turunan yang terkait dalam mengawasi dan
dari coal tar, yang merupakan campuran mengontrol kelayakan minuman
dari senyawa fenol, hidrokarbon jajanan yang menggunakan zat
polisiklik, dan heterosiklik. Karena pewarna khususnya pewarna tartrazin
mudah larut dalam air, tartrazin umum di Sekolah Dasar Kecamatan Wara
digunakan sebagai bahan pewarna Kota Palopo.
minuman. Untuk menghasilkan warna
lain, tartrazin dapat dicampurkan dengan
METODE PENELITIAN
Brilliant Blue FCF atau Green S untuk
menghasilkan variasi warna hijau. a. Alat dan Bahan
Berdasarkan hal tersebut di atas Alat yang digunakan dalam
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini berupa: neraca analitik,
suatu penelitian tentang analisis gelas piala, gelas ukur, corong pisah,
kandungan zat pewarna tartrazin dalam spritus, pinset, labu takar, pH universal,
minuman jajanan di sekolah dasar pipet ukur, bola isap, gelas kimia, satu set
Kecamatan Wara Kota Palopo. alat kromatografi Spektrofotometri UV-
VIS: Thermo, Model Genesys 10-UV.
TUJUAN DAN MANFAAT Bahan yang digunakan dalam
PENELITIAN penelitian ini berupa: sampel minuman
A. Tujuan Penelitian jajanan yang berwarna kuning, zat
1. Untuk mengetahui kadar zat pewarna standar tartrazin Cl No.19140, eter,
tartrazin yang terkandung dalam butanol, benang wol bebas lemak, plat
minuman jajanan di Sekolah Dasar KLT, asam asetat, aquades, HCl 2 %,
Kecamatan Wara Kota Palopo. NaOH 10 %, H2SO4 pekat, Ninhydrin 0,3
%.
2. Untuk mengetahui apakah minuman
jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan b. Teknik Pengumpulan Data
Wara Kota Palopo mengandung zat Data diperoleh dengan melakukan
pewarna tartrazin dalam batas yang penelitian secara kualitatif dan kuantitatif
diizinkan oleh Departemen tentang kandungan zat pewarna tartrazin
Kesehatan. dalam minuman jajanan di Sekolah Dasar
B. Manfaat Penelitian Kecamatan Wara Kota Palopo. Metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi

36
Analisis Kandungan Zat Pewarna Tartrazin

jenis zat pewarna adalah Uji 2. Penentuan Kadar Pewarna Tartrazin


Kromatografi Lapis Tipis dan untuk dengan Cara Spektrofotometri Sinar
mengetahui kadar zat pewarna dilakukan Tampak
metode Spektrofotometri Sinar Tampak. a. Larutan sampel
c. Prosedur Kerja Sebanyak 30 mL sampel minuman
Data diperoleh dengan melakukan berwarna kuning dimasukkan ke dalam
penelitian secara kualitatif dan kuantitatif corong pisah. Selanjutnya ditambahkan 1
tentang kandungan zat pewarna tartrazin mL asam sulfat (1:3) dan diekstraksi
dalam minuman jajanan di Sekolah Dasar dengan 10 mL n-butanol sebanyak empat
kecamatan Wara kota Palopo. Metode kali ekstraksi. Fase organik yang
yang digunakan untuk mengidentifikasi mengandung zat warna ditambahkan eter
jenis zat pewarna adalah Uji dengan volume yang sama lalu
Kromatografi Lapis Tipis dan untuk diekstraksi dengan 10 mL aquades
mengetahui kadar zat pewarna dilakukan sebanyak tiga kali. Fase akhir yang
metode Spektrofotometri Sinar Tampak. diperoleh dimasukkan dalam labu takar
50 mL lalu diencerkan sampai tanda
1. Pengujian Kromatografi Lapis Tipis batas. Larutan ini kemudian diuji dengan
Sebanyak 30 mL larutan sampel menggunakan Spektrofotometri UV-VIS:
minuman berwarna kuning diasamkan Thermo, Model Genesys 10-UV pada
dengan HCl 2% (sampai pH 2). Ke dalam panjang gelombang 430 nm.
larutan sampel dimasukkan benang wol b. Pembuatan larutan
bebas lemak (± 45 cm) agar zat warna 1) Pembuatan larutan induk tartrazin
dalam sampel terserap kebenang wol. 1000 ppm
Larutan kemudian dipanaskan selama ± Menimbang 1,0000 gram zat
30 menit selanjutnya benang wol warna tartrazin ditimbang
diangkat lalu dicuci dengan NaOH 10% kemudian dilarutkan dengan
sehingga zat warna yang melekat pada aquades dan dimasukkan ke
benang wol larut. Larutan hasil pencucian dalam labu ukur 1000 ml sampai
diuapkan di atas penangas air. Setelah tanda batas. Larutan induk ini
dingin sampel kemudian diidentifikasi setara dengan 1000 ppm kadar
dengan menggunakan Kromatografi tartrazin
Lapis Tipis. Pengelusi yang digunakan
terdiri dari campuran larutan n-butanol, 2) Pembuatan larutan baku tartrazin 100
asam asetat glasial dan air dengan ppm
perbandingan (n-butanol : asam asetat Sebanyak 10 ml larutan induk
glasial : air yaitu 4 : 5 : 1). Hasil tartrazin diencerkan dengan
kromatografi dapat diidentifikasi aquades dalam labu takar 100 ml
berdasarkan warna yang nampak setelah sampai tanda batas.
disemprot dengan pereaksi ninhydrin 3) Pembuatan larutan standar tartrazin
yaitu warna ungu jika mengandung a) Pembuatan larutan standar 2,5 ppm
tartrazin.

37
Ilmiati Illing (2011)

Sebanyak 1,25 ml larutan baku Dari hasil penelitian yang


tartrazin diencerkan dengan aquades dilakukan pada pengukuran panjang
dalam labu takar 50 ml sampai tanda gelombang 430 nm kemudian dibuat
batas. kurva kalibrasi antara serapan dengan
b) Pembuatan larutan standar 5,0 ppm konsentarsi zat pewarna tartrazin.
Sebanyak 2,5 ml larutan baku
tartrazin diencerkan dengan aquades
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam labu takar 50 ml sampai tanda
batas. a. Hasil Penelitian

c) Pembuatan larutan standar 7,5 ppm 1. Penentuan Jenis Zat Pewarna pada
Sebanyak 3,75 ml larutan baku Minuman
tartrazin diencerkan dengan aquades Sebanyak 30 ml sampel berupa
dalam labu takar 50 ml sampai tanda minuman diasamkan dengan HCl
batas. kemudian dilakukan penarikan zat warna
d) Pembuatan larutan standar 10 ppm dengan benang wol bebas lemak, setelah
Sebanyak 5 ml larutan baku tartrazin itu dicuci dengan NaOH dan diuapkan
diencerkan dengan aquades dalam dengan cara dipanaskan dengan
labu takar 50 ml sampai tanda batas. menggunakan spritus yang selanjutnya
diuji dengan menggunakan Kromatografi
e) Pembuatan larutan standar 12,5 ppm Lapis Tipis. Namun setelah pengujian,
Sebanyak 6,25 ml larutan baku bercak noda tidak tampak sehingga untuk
tartrazin diencerkan dengan aquades membuat bercak noda menjadi tampak
dalam labu takar 50 ml sampai tanda digunakan cara menyemprotkan ninhidrin
batas. pada kromatogram sehingga
menghasilkan bercak noda berwarna
d. Teknik Analisis Data
ungu. Setelah itu dilakukan pengukuran
1. Penentuan Nilai Rf Sampel Secara pada jarak yang ditempuh oleh pelarut
Kromatografi Lapis Tipis dan jarak yang ditempuh oleh bercak
Penentuan nilai Rf sampel warna masing-masing sehingga diperoleh
dilakukan dengan cara mengukur jarak nilai Rf sampel. Hasil pengukuran nilai
yang ditempuh oleh bercak noda dengan Rf sampel yang diperoleh dapat dilihat
jarak yang ditempuh oleh garis depan pada tabel 1 berwarna kuning.
pelarut.
Nilai Rf pada sampel dapat ditentukan
melalui rumus berikut :
Jarak Rembesan Contoh
Rf =
Jarak Rembesan Zat Pengembang

2. Analisis Kadar Zat Pewarna Tartrazin


dengan Spektrofotometer UV-VIS

38
Analisis Kandungan Zat Pewarna Tartrazin

Tabel 1. Nilai Rf sampel minuman yang diambil dari beberapa tempat di Sekolah Dasar
Kecamatan Wara Kota Palopo.

No Sampel Rf Sampel Lokasi Pengambilan Sampel Keterangan

1 Standar 0,452
2 A 0,3809 SD No.80 Lalebbata Positif tartrazin
3 B 0,333 SD No.370 Lagaligo Positif tartrazin
4 C 0,2143 SD No.440 Salekoe Negatif tartrazin

2. Analisis Kandungan Zat Pewarna takar 50 mL dan diencerkan sampai tanda


dalam Minuman batas. Dari tiga sampel minuman
Sebanyak 30 ml sampel berupa berwarna kuning yang dianalisis dua
minuman berwarna kuning ditambahkan diantaranya positif mengandung pewarna
dengan asam sulfat (1:3) lalu diekstarksi tartrazin yaitu sampel A dan sampel B
dengan butanol 10 ml sebanyak empat yang diambil dari beberapa tempat di
kali kemudian dipisahkan. Fase organik Sekolah Dasar Kecamatan Wara Kota
yang diperoleh ditambahkan eter dengan Palopo. Penentukan kadar pewarna
volume yang sama lalu diekstraksi lagi tartrazin dalam sampel dilakukan dengan
dengan aquadest sebanyak tiga kali analisis Spektrofotometri Sinar Tampak
kemudian dipisahkan. Hasil akhir pada panjang gelombang 430 nm
kemudian dimasukkan kedalam labu sehingga diperoleh hasil pengukuran
seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kadar tartrazin dalam sampel minuman berwarna kuning yang diambil dari
beberapa tempat di Sekolah Dasar Kecamatan Wara Kota Palopo.
Konsentrasi Kadar Tartrazin dalam
No Sampel Absorbansi
(mg/L) Sampel (mg/L)
1 A 0,752 19,74 32,90
2 B 0,404 10,82 180,3

b. Pembahasan pedagang minuman jajanan yang


Minuman jajanan adalah minuman dijumpai pada umumnya berpangkal
siap diminum yang dijual ditempat umum disekolah-sekolah.
yang terlebih dahulu dipersiapkan atau Pewarna makanan atau minuman
dimasak di tempat produksi, di rumah merupakan bahan tambahan pangan yang
atau di tempat berjualan. Cara berjualan dapat memperbaiki penampakan

39
Ilmiati Illing (2011)

makanan agar menarik, menyeragamkan Palopo masih berada dibawah batas


dan menstabilkan warna, serta menutupi kadar maksimum zat pewarna tartrazin
perubahan warna akibat proses yang diizinkan oleh Departemen
pengolahan dan penyimpanan. Kesehatan Republik Indonesia yaitu 70
Diantara zat pewarna yang mg/L berdasarkan hasil tersebut maka
diizinkan, tartrazin merupakan zat dapat dikatakan bahwa zat pewarna
pewarna yang paling sering dilaporkan tartrazin yang digunakan pada minuman
sebagai penyebab keracunan dan erat tersebut masih layak untuk dikonsumsi.
kaitannya dengan gejala hypersensitivitas Sedangkan kadar zat pewarna tartrazin
bila digunakan dalam dosis terlalu tinggi. dalam sampel B sebanyak 180,3 mg/L
dapat dikatakan tidak layak untuk
Berdasarkan penelitian yang dikonsumsi karena berada diatas batas
dilakukan sampel yang diambil berwarna kadar maksimum zat pewarna tartrazin
kuning, berwarna orange muda dan yang diizinkan.
orange pekat. Sampel yang positif
mengandung pewarna tartrazin berwarna KESIMPULAN
kuning dan berwarna orange muda. Masa
ketahanan warna sampel mengandung Berdasarkan hasil penelitian dan
pewarna tartrazin bisa mencapai tiga hari pembahasan maka dapat disimpulkan
atau bahkan lima hari jika disimpan bahwa:
dalam lemari pendingin. 1. Minuman jajanan di SD No. 440
Berdasarkan penelitian yang Salekoe negatif menggunakan zat
dilakukan pada penentuan jenis pewarna pewarna tartrazin
pada minuman yang berwarna kuning 2. Minuman jajanan di SD No. 80
diperoleh hasil bahwa dari 3 sampel yang Lalebbata dan SD No. 370 Lagaligo
dianalisis 2 diantaranya positif positif menggunakan zat pewarna
mengandung pewarna tartrazin. Hal tartrazin.
tersebut terlihat pada tabel 2 dimana nilai 3. Kadar zat pewarna tartrazin minuman
Rf kedua sampel yaitu A = 0,3809, B = jajanan di SD No. 80 Lalebbata
0,333. mendekati nilai Rf larutan standar. adalah 32,90 mg/l dan masih dibawah
Sampel lain yaitu sampel C tidak batas yang diizinkan oleh
mengandung pewarna tartrazin karena Departemen Kesehatan RI.
nilai Rf sampel sangat jauh dari nilai Rf 4. Kadar zat pewarna tartrazin pada
larutan standar, hal tersebut dapat dilihat minuman jajanan di SD No. 370
pada tabel 2. Lagaligo adalah 180,3 mg/l dan telah
Penentuan kadar zat warna tartrazin melewati batas yang diizinkan oleh
dalam sampel diperoleh hasil bahwa Departemen Kesehatan RI.
kadar tartrazin dalam sampel A sebanyak
32,90 mg/L, yang terdapat pada tabel 3
yang diambil dari Sekolah Dasar No. 80
Lalebbata di Kecamatan Wara Kota

40
Analisis Kandungan Zat Pewarna Tartrazin

DAFTAR PUSTAKA
Winarno F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Anonim. 2003. Waspadai Gizi. PT. Gramedia Pustaka
BahanTambahanMakanan. Utama. Jakarta.
http://www.pontianak post online.
Diakses 20 Februari 2009 Winarno F.G. 2004. Keamanan Pangan.
. Jilid 1. PT. Gramedia Pustaka
Anonim. 2005. Bahan Tambahan Utama. Jakarta.
Makanan : Fungsi dan
Turunannya dalam Makanan.
http://www.diglib.umn.ac.id/go.
Diakses 23 Februari 2009.

Gandjar, I. G. dan Rohman, Abdul. 2009.


Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

Khopkar S.M. 2003. Konsep Dasar


Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Mulja, M. dkk. 1995. Analisis


Instrumental. Airlangga
University Press. Surabaya.

Pitojo, Setijo dan Zumiati. 2009.


Pewarna Nabati Makanan.
Kanisius. Yogyakarta.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan


Nasional. 2000. Metode Analisis
Pangan. Badan POM. Jakarta.

Rahmawati. 2005. Identifikasi Zat


Pewarna Pada Saus Lombok
Lokal yang Beredar di kota
Palopo. Jurusan Kimia. FMIPA
UNM. Makassar.

Riandini, N. 2008. Bahan Kimia dalam


Makanan dan minuman. Shakti
Adiluhung. Bandung.

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan.


Widya medika. Jakarta.

Siswono. 2005. Keamanan Jajanan


Tradisonal. Gizi net
http://www.kompas.co.id. Diakses
20 Februari 2009.

41

Anda mungkin juga menyukai