KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN II
ALKOHOL DAN FENOL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari sifat fisis alkohol dan fenol serta
mempelajari reaksi kimia alkohol.
R
alkohol primer alkohol sekunder alkohol tersier
Metil alkohol yang tidak termasuk golongan ini, biasanya dianggap alkohol primer
(Hart, 1983).
Titik didih alkohol relatif sangat tinggi dibanding dengan eter atau hidrokarbon
dengan bobot molekul yang sama. Alasan tingginya titik didih alkohol ialah karena
molekul ini membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Ikatan O-H sangat polar
karena tingginya keelektronegatifan atom oksigen. Karena tingginya muatan positif
parsial dan kecilnya atom hidrogen, ia dapat berhubungan dengan dua atom oksigen
elektronegatif ( Hart, 1983 ).
Ikatan yang terjadi dalam alkohol mirip air, dimana oksigen berada dalam
keadaan hibridisasi sp3, karena oksigen mempunyai enam elektron ikatan maka
membentuk dua ikatan kovalen dan mempunyai dua orbital bersih. Dua orbital sp 3
dari atom oksigen terikat pada atom lain dan dua orbital sp3 lainnya terisi masing-
masing dengan sepasang elektron (Petrucci, 1987).
Air juga merupakan cairan yang mempunyai ikatan hidrogen. Alkohol dengan
bobot molekul rendah dapat dengan mudah mengganti molekul-molekul air dalam
jaringan ikatan hidrogen. Hal ini menyebabkan bercampurnya alkohol dan air dengan
sempurna. Tetapi, dengan bertambahnya rantai alkohol, sifatnya cenderung
menyerupai hidrokarbon, sehingga kelarutannya dalam air berkurang (Respati, 1986).
B. BAHAN
Bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah 1-butanol, 2-propanol,
sikloheksanol, t-butil alkohol, metanol, NaOH 10%, fenol, logam natrium, Na 2CO3
, NaHCO3 , amil alkohol, etanol, asam asetat dan indikator universal.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dalam air dan n-heksana
- Disiapkan 2 tabung reaksi
- Diisi kedalam masing-masing tabung 1 ml air dan 1ml n-
heksana
- Ditambahkan 2 tetes metanol kedalam tabung I dan tabung II
- Diulangi hal yang sama pada alkohol lainnya
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dicatat perubahan yang terjadi
6. Pembuatan ester
- Disiapkan 5 buah tabung reaksi
- Ditambahkan 1ml alkohol dan 1ml asam asetat glasial
- Dicatat aroma yang ditimbulkan
- Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat dan mengocok hingga
bercampur
- Campuran dipanaskan dalam penangas air suhu 60°C selama 15 menit
- Didinginkan pada suhu kamar lalu menambahkan 2 ml aquades
- Diperhatikan pemukaannya akan terlihat adanya suatu lapisan cairan
- Diambil secara hati-hati dengan menggunakan pipet tetes
- Diamati dan mencatat baunya
B. PEMBAHASAN
1. Kelarutan dalam air dan n-heksana
Pencampuran 1ml air dan 2-propanol itu menghasilkan reaksi yang larut dan
tidak mengandung endapan, sedangkan pada 1ml n-heksana ditambah 2-propanol
menghasilkan reaksi yang tidak larut dan ini terdapat endapan. Meskipun larut
sebagian dalam alkohol tetapi endapan bening ini membuktikan adanya sifat air
dalam alkohol karena adanya analog gugus –OH pada alkohol seperti yang terdapat
pada air. Apabila ditemukan adanya endapan biru ini kemungkinan disebabkan oleh
ion Cu2+ yang menyebabkan pemutusan ikatan O – H. Reaksi antara CuSO4 dengan
air dapat dituliskan sebagai berikut :
CuSO4 + H2O CuSO4.xH2O
endapan biru
Lain halnya dengan reaksi metanol dengan air dan n-heksana warna akhir dan
waena awal tetap hanya saja pada warna akhir terdapat endapan. Begitu juga reaksi
sikloheksanol dengan air dan n-heksana warna awal bening dan warna akhir bening
keruh. Begitupun pada reaksi lainnya tidak jauh berbeda dengan reaksi sebelumnya.
Hal ini menggambarkan adanya sifat fisik dan kimia alkohol dan fenol.
2. Keasaman alkohol dan fenol
Tujuan dari penggunaan pengujian ini adalah untuk menentukan golongan suatu
alkohol, apakah termasuk dalam alkohol primer, sekuder, atau tersier, berdasarkan
kecepatan reaksinya. Berdasarkan kereaktifannya bereaksi dengan asam atau
dengan halogen, alkohol tersier memiliki tingkat kereaktifan yang lebih tinggi
dibanding dengan alkohol sekuder dan alkohol primer. Dari percobaan terlihat,
t-butanol yang termasuk alkohol tersier, bereaksi cepat dengan pereaksi Lucas
CH3 dengan larutan berwarna putih. Struktur
membentuk emulsi berwarna kuning
bangun t-butanol adalah sebagai berikut :
CH3
H3C C OH
CH3
Sedangkan senyawa alkohol lain seperti etanol absolut, etanol dan 2-propanol
lambat bereaksi dengan pereaksi Lucas. Urutan kecepatan reaksi dengan uji Lucas
adalah t-butanol, 2-propanol, etanol absolut, dan etanol. Dari hasil tersebut terlihat
bahwa kecepatan reaksi dapat menentukan penggolongan dari alkohol. Reaksi t-
butanol dengan pereaksi Lucas adalah sebagai berikut :
(CH3)3COH + HCl 25C (CH3)3CCl + H2O
O
t-butanol 2-metil-2-kloropropana
3. Kecepatan reaksi antara alkohol primer,sekunder, dan tersier terhadap logam
natriun
Logam natrium merupakan suatu zat oksidator. Asam ini kemudian yang dapat
mengoksidasi alkohol. Reaksi antara K2Cr2O7 dan H2SO4 dengan metanol
menghasilkan suatu larutan berwarna bening dan larutannya itu tidak larut.
Penambahan asam sulfat pekat menyebabkan larutan menjadi panas.
Reaksi diatas terlihat bahwa reaksi antara alkohol primer dengan suatu zat
pengoksidasi menghasilkan suatu aldehid. Reaksi antara K2Cr2O7 dan H2SO4 dengan
2-propanol menghasilkan larutan berwarna bening dan larutannya menggumpal.
Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
CH3CHCH3 + K2Cr2O7 CH3C CH3 + H2O
OH O
2-propanol propanon
Terlihat bahwa reaksi alkohol sekunder dengan zat pengoksidasi menghasilkan
suatu senyawa keton. 2-propanol yang direaksikan dengan K2Cr2O7 menghasilkan
propanon. Reaksi antara alkohol sekunder dan oksidator secara umum ditulis
sebagai berikut :
O
alkohol sekunder keton
6. Pembuatan ester
Reaksi antara alkohol dengan asam asetat pekat dapat menghasilkan suatu
senyawa ester. Senyawa ester diidentifikasikan melalui baunya yang khas. Secara
umum reaksinya ditulis sebagai berikut :
alkohol asam karboksilat
ester
Reaksi esterifikasi hanya terjadi pada alkohol primer dan alkohol sekunder yang
dipanaskan dengan suatu asam karboksilat. Hal itu terlihat pada reaksi antara etanol
absolut, etanol 70%, dan 2-propanol dengan asam asetat dimana terjadi reaksi yang
menimbulkan bau yang sangat khas dan bukan merupakan bau dari pereaksi yang
digunakan. Pengaliran air menyebabkan bau yang ditimbulkan menjadi lebih
menyengat. Apabila penambahan air berlebih, maka bau yang ditimbulkan akan
kembali seperti semula, artinya seperti bau zat pereaksi seperti asam asetat.
Reaksi etanol dengan asam asetat adalah sebagai berikut :
O O
H3C – CH2 – OH + H3C – C – OH H3C – C – OCH2CH3 + H2O
Reaksi
etanol 2-propanol dengan
asam asetatasam etil asetat
Reaksi 2-propanol dengan asam asetat :
O
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Air direaksikan dengan metanol menghasilkan endapan putih, yang menandakan
air dalam larutan tidak larut sempurna, atom H bebas memiliki kedudukan khas
yang terletak pada gugus –OH
2. Reaksi air dengan larutan lainnya menghasilkan endapan bening namun keruh hal
ini menandakan dalam alkohol terdapat sifat yang analog dengan air.
3. Uji logam natrium dapat menentukan penggolongan alkohol berdasarkan
kecepatan reaksinya. t-butanol digolongkan sebagai alkohol tersier karena
reaksinya paling cepat, sedangkan 2-propanol digolongkan sebagai alkohol
sekunder, sampel yang lain termasuk alkohol primer.
4. Alkohol primer dan alkohol sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan air
melalui reaksi substitusi.
5. Ternyata pada semua reaksi tersebut adanya sifat fisik dan sifat kimia alkohol dan
fenol. Dengan dibuktikan adanya perubahan warna suatu dari suatu reaksi.
6. Reaksi esterifikasi dapat terbentuk jika alkohol primer dan sekunder dipanaskan
dengan asam karboksilat dalam kondisi asam, seperti pada alkohol absolut,
metanol, dan 2-propanol. t-butanol tidak dapat dioksidasi menjadi senyawa ester,
karena gugus –OH berikatan dengan 3 atom C yang tergolong alkohol tersier.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Universitas Jilid II. Erlangga. Jakarta.