BAB 1 PENDAHULUAN
ingin melihat masing-masing ciri dari reaksi-reaksi di atas. Apakah dia memiliki
perbedaan atau kesamaan tertentu.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari beberapa aspek yang
terkait dengan reaksi-reaksi senyawa karbon seperti reaksi adisi, esterifikasi, redoks,
polimerisasi dan yodoform.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi adisi, reaksi
polimerisasi, reaksi esterifikasi, reaksi redoks dan reaksi Iodoform dari beberapa
senyawa karbon.
Muatan parsial positif pada atom karbon menyebabkan mudah diserang oleh
anion dan spesi lain yang memiliki sepasang elektron bebas pada kult luar. Reaksi
subtitusi yaitu reaksi penggantian suatu atom ion, atau gugus fungsi dengan atom,
ion atau gugus fungsi lain. Dalam reaksi subtitusi, ion iodida merupakan halida
yang paling mudah digantikan diikuti oleh ion bromida dan ion klorida, adapun
ion fluorida sulit digantikan karena merupakan basa kuat sehingga ikatan C-F lebih
kuat daripada ikatan C-X (X selain fluorida). Dengan demikian ion Cl, Br dan I
merupakan gugus pergi yang baik (mudah digantikan) sehingga bermanfaat dalam
reaksi-reaksi subtitusi ( Marjuki dkk, 2007)
Pada reaksi subtitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu
molekul digantikan oleh atom atau gugus atom yang lain. Reaksi subtitusi
umumnya terjadi pada senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon
merupakan ikatan tunggal), tetapi dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada
senyawa tak jenuh. Contohnya halogenasi hidrokarbon (penggantian atom) (
Marjuki dkk, 2007).
2. Reaksi eliminasi
Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom atau ion dari
strukturnya. Produk dari reaksi itu adalah suatu alkena. Dalam reaksi ini, atom H
dan X keluar dari haloalkana. Oleh karena itu, reaksi eliminasi juga disebut reaksi
dehidrohalogenasi ( Marjuki dkk, 2007).
Pada reaksi eliminasi molekul senyawa berikatan tunggal berubah
menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi
merupakan kebalikan dari adisi ( Marjuki dkk, 2007).
Contoh: Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanskan dengan
asam sulfat pekat pada suhu sekitar 180oC, alkohol dapat mengalami dehidasi
membentuk alkena ( Marjuki dkk, 2007).
3. Reaksi adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap dua atau
rangkap tiga, termasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti pada C =
O dan pada C = N. Dalam reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap menyerap atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkap berubah
menjadi ikatan tunggal. Untuk alkena atau alkuna, bila jumlah atom H pada kedua
atom C ikatan rangkap berbeda, maka arah adisi ditentukam oleh kaidah
markovnikov, yaitu atom H akan terikat pada atom karbon yang lebih banyak atom
H-nya (Wilbraham, 1992).
Reaksi adisi biasanya terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul ini dapat
menerima tambahan atom atau gugus dari pereaksi tanpa melebihi angka
koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan rangkap dua karbon-karbon
(alkena) dan ikatan rangkap tiga (alkuna) serta ikatan rangkap dua karbon-oksigen
merupakan jenis struktur yang paling sering mengalami reaksi adisi. Reaksi adisi
hidrogen membutuhkan katalis (respati, 1980).
4. Reaksi Reduksi-oksidasi
Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubah atau hilangnya bilanan
oksidasi. Reaksi oksidasi dan reduksi tidak mewakili golongan reaksi terpisah,
mereka lebih mewakili perubahan yang mungkin mengikuti adisi, subtitusi atau
eliminasi. Senyawa organik juga mengalami reaksi redoks, akan tetapi
perpindahan elektron biasanya tidak diselesaikan dalam proses. Suatu perubahan
dalam ikatan kovalen antara beberapa atom dengan keelektronegatifan berbeda
terjadi. (Wilbraham, 1992)
5. Reaksi esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dimana pada percobaan
ini ester dibuat dari alkohol dengan asam karboksilat menggunakan katalis asam
(Anonim, 2016).
6. Reaksi polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah peristiwa penggabungan beberapa molekul yang
lebih besar. Polimerisasi umumnya terdiri atas dua macam, yaitu polimerisasi
reaksi rantai dan polimerisasi reaksi tahap. Pada reaksi rantai, masing-masing
reaksi bergantung pada reaksi sebelumnya untuk menyediakan pusat reaktif.
Monomer digunakan di seluruh proses polimerisasi. Panjang rantai polimer
bergantung reaksi tertentu dan keadaan polimerisasi. Sedangkan setiap reaksi
dalam polimerisasi reaksi tahap pada hakekatnya tidak bergantung pada reaksi
sebelumnya. Monomer bereaksi satu dengan yang lain menghasilkan dimer,
trimer, dan oligomer yang lebih besar, yang masing-masing masih menahan gugus
fungsi yang reaktif. (pine, 1998).
aluminium foil dan dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas dan
diperhatikan perubahan yang terjadi.
4.1 Hasil
a. Reaksi adisi
Zat-zat ang direaksikan Hasil reaksi
Aseton + NaHSO3 Terbentuk dua lapisan, membentuk bau
yang menyengat
b. Reaksi polimerisasi
Zat-zat yang direaksikan Hasil reaksi
Asetaldehida + NaOH Bening dipanaskan bening ( tetap)
c. Reaksi pengesteran
Zat-zat yang direaksikan Hasil reaksi
Alkohol 50% + H2SO4 pekat Bening dipanaskan bening (tetap)
Bau khas
d. reaksi redoks
Zat-zat yang direaksikan Hasil reaksi
Alkohol 50% + H2SO4 pekat + coklat coklat tua
K2Cr2O7 bau khas
e. reaksi yodoform
Zat-zat yang direaksikan Hasil reaksi
Iod + alkohol + NaOH Kuning kuning pucat bening
Reaksi Kimia :
a. Reaksi Adisi
C3H6O + NaHSO3 CO2 + H2O + Na + SO2
b. Reaksi pengesteran
O O
CH3 – C – OH + C2H5OH nCH3 – C – C2H5O + H2O
c. Reaksi redoks
Cr2O72+ + 14H+ 2Cr3+ + 7H2O x2
C2H5OH + H2O CH3COOH + 4H+ + 4e x3
Cr2O72- + 28 H+ + 12e- 4Cr3+ + 14H2O
Reaksi lengkap :
2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C2H5OH 2Cr2(SO4)3 + 11H2O + 3CH3COOH +
2K2SO4
d. Reaksi Yodoform
O
C2H5OH + I2 CH3 – C – H + 2HI
O O
CH3 – C – H – 3I2 CI3 – C – H
CI3COH + NaOH CHI3 + HCOONa
e. Reaksi polimerisasi
O
CH2O + NaOH Na – C – H + H2O
4.2 Pembahasan
Reaksi-reaksi senyawa karbon merupakan reaksi yang banyak melibatkan
gugus fungsi. Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa karbon, antara lain
reaksi adisi, iodoform, sterifikasi, redoks, dan polimerisasi.
Reaksi adisi merupakan penggabungan suatu senyawa dengan pereaksi
tertentu yang disertai perubahan ikatan pada senyawa tersebut, dalam reaksi adisi
molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus atom
sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Reaksi polimerisasi
merupakan reaksi perpanjangan rantai dimana unit senyawa yang akan
berpolimerisasi disebut monomer dan hasilnya disebut polimer yang tersusun dari
monomer-monomer tersebut, reaksi polimerisasi adalah peristiwa penggabungan
beberapa molekul menjadi molekul yang lebih besar. Reaksi esterifikasi adalah reaksi
pembentukan ester dimana pada percobaan ini ester dibuat dari alkohol dengan asam
karboksilat menggunakan katalis asam. Reaksi redoks merupakan reaksi antara dua
zat dimana yang satu tereduksi dan zat yang lainnya mengalami oksdiasi, biasanya
disertai perubahan kondisi larutan seperti adanya endapan, perubahan warna,
perubahan pH, perubahan viskositas dan lain-lain. Sedangkan reaksi yodoform adalah
reaksi haloform atau pembuatan senyawa haloform.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi adisi, reaksi
polimerisasi, reaksi esterifikasi, reaksi redoks dan reaksi Iodoform dari beberapa
senyawa karbon
Pada percobaan pertama yaitu reaksi adisi, dilakukan dengan menambahkan 1
mL eter dan 1 mL aseton ke dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam tabung reaksi
tersebut diteteskan secara perlahan 10 tetes NaHSO3 jenuh, didapatkan hasil
terbentuk dua lapisan dan membentuk bau yang menyengat. Pada percobaan ini
bisulfate merupakan nukleofil, sehingga reaksi adisi tersebut dapat diindikasi dari
bereaksinya aseton dengan NaHSO3 yang membentuk dua lapisan. Selain itu, reaksi
ini dapat berlangsung karena ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat
non-polar dan nukleofil tersebut menyerang ikatan phi sehingga ikatan phi dapat
terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil. Hal ini sesuai dengan literarur
dimana aseton tidak mengandung gugus besar artinya rintangan sterilnya kecil hingga
reaksi adisi dapat berlangsung.
Pada percobaan kedua yaitu reaksi polimerisasi, dilakukan dengan cara
dimasukkan 2 mL formaldehid ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL
NaOH ke dalam tabung reaksi tersebut dan dipanaskan. Didapatkan hasil yaitu larutan
tidak berubah warna atau tetap. Hal ini sesuai dengan literatur yang terbukti dengan
tepatnya perubahan warna dari larutan polimer yang dibuat.
Pada percobaan ketiga yaitu reaksi pengesteran, dilakukan dengan cara
dipanaskan sebuah tabung reaksi yang berisi 2 mL alkohol 50%, 2 mL asam asetat 6
M dan 5 tetes H2SO4 yang disini berfungsi sebagai katalis, kemudian dituang ke
dalam tabung reaksi lainnya yang berisi 3 mL air. Didapatkan hasil warna larutan
tidak berubah atau tetap dan larutan berbau khas. Hal ini sesuai dengan literatur yang
didapat dan terbukti dengan adanya bau dari larutan ester yang dibuat. Namun juga
ada keragu-raguan dari hasil yang didapat, dimana seharusnya bau ester yang
dihasilkan berbau enak seperti buah-buahan dan bebungaan. Sehingga banyak dari
ester ini yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan cita rasa makanan.
Pada percobaan reaksi redoks, setelah dicampurkan alkohol, H2SO4 pekat,
didapatkan perubahan warna dari coklat ke coklat tua dan bau larutan yang khas. Hal
ini terjadi karena alkohol teroksidasi oleh K2Cr2O7 yang merupakan oksidator kuat.
Hasil ini sesuai dengan literature bahwa dengan adanya perubahan warna
membuktikan reaksi antara zat dimana zat yang satu tereduksi dan zat yang lainnya
teroksidasi.
Pada percobaan reaksi yodoform, dengan melakukan pencampuran antara iod
dengan alkohol menghasilkan warna kuning, kemudian ditambahkan larutan natrium
hidroksida seteses demi tetes menghasilkan perubahan warna menjadi kuning pucat,
kemudian setelah dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas warna
larutan menjadi bening. Hal ini sesuai dengan literature dimana dikatakan bahwa uji
positif yodoform akan ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi kuning
pucat.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu pada percobaan reaksi esterifikasi,
hal itu bisa saja disebabkan oleh kurangnya ketelitian praktikan, pemanasan yang
tidak sesuai, alat yang digunakan kurang bersih dan telah terkontaminasi dengan
senyawa lain dan ketidaktepatan pemipetan bahan.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Reaksi adisi : aseton direaksikan dengan NaHSO3 membentuk dua lapisan.
- Reaksi Polimerisasi : formaldehid 1:1 direaksikan dengan NaOH tidak terjadi
perubahan warna
- Reaksi Esterifikasi : Reaksi yang terjadi antara alcohol 50% dan asam sulfat pekat
tidak terjadi perubahan warna, tetapi menghasilkan bau yang khas
- Reaksi Redoks : Alkohol, H2SO4 dan K2Cr2O7 menghasilkan perubahan warna
dari coklat ke coklat tua
- Reaksi Yodoform : reaksi antara iod, alcohol dan NaOH menghasilkan perubahan
warna dari kuning ke kuning pucat.
5.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan saat praktikum disiapkan sebelum praktikum
berlangsung agar saat praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Penuntun dan Laporan Praktikum Kimia Organik. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.
Syukri, S, 1997, Kimia Dasar II, Percetakan Institut Pertanian Bogor : Bandung.
Tim Dosen Kimia unhas, 2005, Kimia Dasar II, Percetakan Universitas Hasanuddin :
Makassar.
LAMPIRAN