Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2015 - 2016

Identifikasi Gugus Fungsi

Hari / Jam Praktikum : Rabu, Pukul 07.00-10.00

Tanggal Praktikum :2 Oktober 2016

Kelompok : A3

Asisten :1. Theresia Ratnadevi


2. Tanti Juwita

Sasqia Faturachman
260110160027

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. Tujuan
Untuk mengetahui cara identifikasi alkena, alkohol, keton, aldehida, dan alkil
halida.

II. Prinsip

1. Gugus Fungsi
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu
senyawa dan kimia senyawa tersebut (Prasojo, 2010)
2. Hidrokarbon
Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh
(Fessenden & Fessenden, 1997)
3. Subtitusi Reaksi
yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom atau gugus atom
dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus atom lain disebut dengan reaksi
substitusi (Suja & Muderawan, 2003)
4. Ikatan Rangkap
Ikatan rangkap adalah keadaan yang terjadi dalam senyawa tak jenuh yang
didalamnya terdapat dua ikatan tunggal yang menghubungkan dua atom dan
mudah dijenuhkan dengan penambahan dua atom yang lain (Pudjaatmaka,
2002)
III. Reaksi

(Hoffman,2004)

III. Teori dasar

Senyawa dialam sangat banyak dan melimpah, diperkirakan pada saat ini telah
mencapai jutaan dan akan terus bertambah dengan munculnya senyawa-senyawa baru
hasil sintesis para ahli kimia organic. Dapat dipastikan senyawa organic merupakan
senyawa yang paling banyak dibandingkan dengan senyawa lain. Senyawa karbon
atau yang biasa dikenal dengan senyawa organic adalah suatu senyawa yang unsur-
unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen,
nitrogen,sulfur, halogen, atau fosfor. (Riswiyanto,2009)

Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu
senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan berpengaruh pada sifat fisik
dan kimia senyawa tersebut. Senyawa organic yang mempunyai gugus fungsional
sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon
dan karbon-oksigen dalam senyawa organik biasanya tidak reaktif karena mereka
non polar. Golongan polar membentuk bagian yang reaktif dalam suatu molekul
organic yaitu gugus fungsional tersebut. Missal alkohol adalah suatu golongan
senyawa yang mengandung gugus fungsi hidroksil terikat pada karbon. Semua
alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama karena mengandung gugus fungsional
ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga mengandung gugusan fungsional
sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal karbon-karbon. (Prasojo,2010)

Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang
terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik yaitu reaksi
kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi
tertentu dan tidak dapat bereaksi dengan gugugus fungsi yang lain. Masing- masing
senyawa organic memiliki sifat tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang
dimilikinya. Beberapa senyawa dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat
yanga sama/mirip. (Nuriman,2007)

Alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil, −OH. Etanol mempunyai


penerapan tidak terbilang sebagai pelarut untuk bahan kimia organik dan sebagai
senyawa awal untuk pembuatan zat warna, obat-obatan sintesis, kosmetik, dan bahan
peledak. Etanol juga merupakan bagian dari minuman beralkohol. Etanol adalah satu-
satunya jenis alkohol rantai lurus yang tidak beracun (lebih tepatnya, paling sedikit
beracun) (Chang, 2005).
Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (C=O), yaitu atom karbon
yang berikatan rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat dua atom karbon
lain yang terikat pada gugus karbonil. Karbon yang terikat pada gugus karbonil dapat
merupakan rantai alifatik (bukan merupakan bagian dari cincin aromatic) atau
aromatic (merupakan bagian dari cincin aromatic). Aldehid dan keton sama-sama
mengalami reaksi yang disebut adisi nukleofilik. Aldehid dan keton memiliki sifat-
sifat fisik yaitu karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat
pada oksigen, maka tidak bias menjadi ikatan hidrogen seperti pada alcohol.
Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan membentuk gaya tarik menarik
elekstatif yang relative kuat antara molekulnya, bagian negative dari suatu molekul
akan tertarik pada bagian negative dari yang lain (Sari, 2010).

Aldehida mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen melekat pada gugus
karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau aril. Sedangkan pada
keton karbon karbonil dihubungkan dengan dua atom karbon lain. Dalam system
IUPAC, aldehid diberi akhiran –al (berasal dari suku pertama aldehida). Dan dalam
system IUPAC, keton diberi akhiran –on (dari suku akhir pada keton) (Hart, 1983).

Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system makhluk hidup. Gula ribose
dan hormone betina progesterone merupakan dua contoh aldehid dan keton yang
paling penting secara biologis. Banyak aldehida dan keton mempunyai bau khas yang
membedakannya umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau harum
(Fessenden, 1982, hal: 1). Reaktifitas reaktif aldehid dan keton dalam reaksi adisi
sebagian disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonil. Makin
besar muatan positif itu akan semakin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar
ke seluruh molekul, maka senyawa karbonil itu lebih stabil dan kurang reaktif. Gugus
karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepas electron
(Fessenden, 1982).
Amina adalah turunan organic dari ammonia. Amina dapat disebut primer,
sekunder atau tersier bergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen.
Sedangkan amida adalah turunan ammonia atau amina dari asam organic.
Senyawanya mungkin sedehana, bersubstituen satu atau dua (Wilbraham, 1992).

Amida adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak reaktif. Karena itu,
golongan senyawa ini banyak terdapat di alam. Amida yang terpenting adalah protein.
Amida diberi nama dengan mengganti akhiran asam at atau cat pada akhiran amida.
Amida mempunyai geometri datar. Sekalipun ikatan karbon nitrogen biasanya ditulis
sebagai ikatan tunggal, rotasi pada ikatan ini sangat terbatas. Alasannya ialah karena
adanya resonansi yang sangat penting pada amida (Hart, 1983).

Amina dapat dianggap sebagai turunan ammonia, dengan mengganti satu, dua
atau tiga hidrogen dari ammonia dengan gugus organic, seperti ammonia, amina
bersifat basa. Pada kenyataannya, amina dalah jenis basa organic penting di alam.
Amina sederhana diberi nama dengan menambhkan nama gugus alkil yang melekat
pada nitrogen dan akhiran amina. Gugus –NH2 atau amino kadang dianggap sebagai
subsituen. Senyawa dengan gugus amino melekat ada cincin aromatic diberi nama
sebagai turunan aniline atau system cincin aromatiknya (Hart, 1983). Cincin karbon
yang memiliki nitrogen amina disebut amina heterosiklik. Sifat asam basa amina
serupa dengan ammonia. Jadi, kemampuan pasangan electron terpatungan pada
nitrogen amina untuk menerima proton dalam larutan asam menyatakan bahwa amina
adalah basa lemah. Karena itu, amin bertindak sebagai penyangga pH di dalam cairan
hayati. Amida adalah turunan asam dan amina. Jika terbentuk dari asam karboksilat,
rumus umunya RCONH2 (amida sederhana), RCONHR (amida bersubsituen satu)
dan RCONRR (amida bersubsituen dua). Amida adalah senyawa netral, pasangan
electron terpatungan pada nitrogen amida tertarik ke arah oksigen karbonil,
membuatnya tidak tersedia untuk menerima proton (Wilbraham, 1992).
V. Alat dan Bahan

5.1. Alat

a) Gelas ukur (10 ml) d) pipet tetes

b) Gelas beaker e) rak tabung reaksi

c) Kawat Ni-Cr f) tabung reaksi

5.2. Bahan

a) 2,4 DNPH f) heksana

b) Asam kromat g) Ibuprofen

c) Aseton h) Kloroform

d) Etanol i) KMnO4 2%

5.3 Gambar Alat

a) Gelas ukur b) Gelas Beaker c) Kawat Ni-Cr

d) Pipet tetes e) Rak tabung reaksi f) Tabung reaksi


VI. Prosedur

6.1. Uji Gugus Alkena

Disiapkan dua tabung reaksi sebagai tabung I dan tabung II. Masingmasing tabung
diteteskan heksana sebanyak 4 tetes pada tabung I dan 4 tetes ibuprofen ke dalam
tabung II. Setelah itu, tabung I dan tabung II ditambahkan 2 tetes etanol dan 2 tetes
KMnO4 2%. Setiap tabung reaksi dikocok dan diamati.

6.2. Uji Gugus Keton

Disiapkan dua tabung reaksi sebagai tabung I dan tabung II. Dimasukkan 2 tetes
heksana pada tabung I dan 2 tetes aseton pada tabung II. Pada masing-masing tabung
reaksi tersebut ditambahkann sebanyak 2 ml etanol dan 3 ml 2,4 DNPH. Setiap
tabung reaksi dikocok 15 menit dan diamati.

6.3. Uji Gugus Alcohol

Disiapkan dua tabung reaksi sebagai tabung I dan tabung II. Pada tabung I
dimasukkan 2 tetes heksana dan tabung II dimasukkan 2 tetes etanol. Masing-masing
tabung reaksi ditambahkan 1 ml aseton dan 1 tetes etanol. Diamati perubahan yang
ditimbulkan.

6.4. Uji Gugus Aldehida


Disiapkan dua tabung reaksi sebagai tabung I dan tabung II. Pada tabung I
dimasukkan 2 tetes glukosa dan ditambahkan dengan 1 ml aseton dan 1 tetes asam
kromat. Tabung reaksi digoyangkan sampai terjadi perubahan. Pada tabung II
dimasukkan 2 tetes formaldehida dan ditambahkan 2 ml etanol dan 3 ml 2,4 DNPH.
Tabung reaksi digoyangkan dan tunggu selama 15 menit. Diamati perubahan.

6.5. Uji Gugus Alkil Halida

Disiapkan kawat Ni-Cr dan dibersihkan dengan cara dicelupkan pada asam nitrat lalu
dibakar hingga tidak timbul warna nyala pada kawat. Setelah dibersihkan, kawat
dicelupkan pada heksana dan dibakar selama 30 detik. Diamati warna nyala yang
ditimbulkan. Kemudian, dilakukan kembali pembersihan pada kawat Ni-Cr. Setelah
dibersihkan, kawat dicelupakan pada kloroform dan diamati warna nyala pada kawat.

VII. Data pengamatan

Uji gugus Alkena

No senyawa Uji KMnO4 Keterangan


(warna)
1 Heksana Ungu KMNO4 tidak bereaksi
dengan heksana
2 Ibuprofen Cokelat KMNO4 bereaksi
dengan ikatan rangkap,
dan terjadi reaksi
KMNO4

Uji Gugus Alkohol

No senyawa Uji Asam Keterangan


Kromat(warna)
1 Heksana Jingga Asam kromat
mengandung alkohol
menjadi gugus karbonil
2 Etanol 1 tetes Hijau tua Etanol bereaksi dengan
H2CrO4

3 Etanol+ Etanol Hijau Muda H2CrO4 beraksi


mengoksidasi etanol
menjadi gugus
Karboksil ( C=O)

Uji Gugus keton

No Senyawa Uji 2-4 Keterangan


DNPH(warna)
1 Heksana Jingga muda Heksana tidak bereaksi
dengan 2,4 DNPH

2 Aseton Jingga Aseton beraksi dengan


kemerahan 2,4- DNPH karena
aseton memiliki ikatan
C dan O

Uji gugus Aldehida

No senyawa Uji asam Uji 2,4- Keterangan


kromat(warna) DNPH
1 1 tetes Jingga Formaldehida bereaksi
Formaldehida kemerahan dengan 2,4 DNPH karena
memiliki ikatan C dan O
2 2 tetes Hijau Formaldehida bereaksi
Formaldehida dengan asam kromat yang
mengoksidasi menjadi
asam karboksilat

Uji gugus Alkil Halida

No senyawa Uji nyala Keterangan


Beilstein(warna)
1 Heksana Hijau Tidak ada perubahan
karena menggunakan
kawat Ni-Cr
2 Metilen Klorida Hijau Tidak ada perubahan
karena menggunakan
kawat Ni-Cr

VII. Pembahasan

Pada praktikkum kali ini dilakukan suatu percobaan untuk mengetahui gugus fungsi
dari alkena, alkohol, aldehid, keton, dan juga alkil halida.

Tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah agar mengetahui perbedaan
senyawa-senyawa berdasarkan gugus fungsinya yang direaksikan dengan pereaksi-
pereaksi serta mengenali gugus fungsi yang terdapat didalam suatu senyawa, Karena
setiap senyawa memiliki sifat yang berbeda. Setiap gugus fungsi memiliki cirri yang
khas yang dapat diidentifikasi dari sifat fisik dan kimianya. Pada praktikum
“identifikasi Gugus Fungsi” ini dilakukan lima jenis percobaan yang berbeda.

Bahan yang digunakan pada praktikkum kali ini adalah 2,4 DNPH, heksana, Asam
kromat, heksanal, Aseton ,pentena,metilen klorida, Etanol ,KMnO4 2%. Namun
karena terbatasnya ketersediaan bahan maka pentena diganti menjadi ibuprofen,
metilen klorida diganti menjadi kloroform dan heksanal Diganti oleh formaldehid.

Identifikasi gugus fungsi yang pertama adalah identifikasi gugus alkena. Pada
identifikasi gugus alkena digunakan dua tabung yang berisi senyawa yang akan
dibandingkan. Senyawa tersebut adalah Heksana dan ibuprofen. Tabung yang berisi
Heksana merupakan larutan yang akan menjadi larutan blangko, yaitu larutan yang
diberi perlakuan sama namun tidak mengandung analit dan berfungsi sebagai
pembanding.Dalam identifikasi ini digunakan KMnO4 sebagai pereaksi.
Digunakannya KMnO4 pada identifikasi ini karena KMnO4 dapat berekasi dan
mengoksidasi senyawa tak jenuh seperti alkena sedangkan alkana tidak reaktif
dengan KMnO4 . Mengidentifikasi dengan pereaksi KMnO4 ini juga biasa disebut
dengan uji bayer. Kemudian, digunakan etanol sebagai pelarut. Etanol sebagai pelarut
karena serbuk ibuprofen sukar larut dalam aquadest namun mudah larut dalam
etanol. Pada tabung yang mengandung ibuprofen terjadi perubahan warna menjadi
coklat setelah dilarutkan oleh etanol dan direaksikan dengan KMnO4. Perubahan
warna tersebut menurut literature menunjukkan bahwa adanya ikatan rangkap.
KMnO4 merupakan oksidator kuat yang mampu mengoksidasi ikatan rangkap dan
menghasilkan ion MnO4- dimana ion tersebut mengalami reduksi menjadi MnO2
yaitu dalam bentuk endapan coklat.

Identifikasi yang kedua adalah identifikasi gugus alkohol. Pada identifikasi gugus
alkohol digunakan 3 tabung yang berisi larutan yang berbeda. Larutan tersebut
mengandung etanol, heksana, dan etanol+ etanol. Pereaksi yang digunakan dalam
identifikasi ini adalah aseton dan asam kromat. Dalam uji asam kromat menurut
literature, prinsip percobaan dari identifikasi ini adalah penambahan senyawa asam
kromat yang akan beraksi dengan alkohol primer dan sekunder. Sedangkan alkohol
tersier tidak bereaksi dengan asam kromat. Alkohol primer akan teroksidasi menjadi
asam karboksilat dan berwarna kehijauan sedangkan alkohol sekunder akan
teroksidasi menjadi keton yang berwarna jingga.

Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam
kromat, bilangan oksidasi Cr6+ pada asam kromat yang berwarna merah kecoklatan
akan tereduksi menjadi Cr3+ sehingga warna larutan berubah menjadi hijau.

Selain menggunakan metode kromat,identifikasi gugus alkohol juga dapat dilakukan


dengan cara esterifikasi. Esterifikasi dilakukan dengan menambahkan asam
karboksilat kedalam larutan dan akan tercium bau buah apabila senyawa yang diuji
mengandung gugus alkohol.

Endapan hijau yang terdapat dalam tabung reaksi disebabkan ion dikromat (IV)
direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung ion kromium (III). Pada
tabung yang berisikan larutan etanol menghasilkan hasil yang positif yaitu berwarna
hijau tua, hal ini dikarenakan etanol merupakan alkohol primer yang jika direaksikan
dengan asam kromat akan teroksidasi menjadi asam karboksilat.

Pada tabung yang berisikan larutan heksana direaksikan dengan asam kromat
menghasilkan larutan yang berwarna jingga dan memiliki endapan,hal ini
membuktikan bahwa heksana tidak dapat bereaksi dengan asam kromat seperti
alkohol primer, larutan ini dijadikan larutan pembanding karena memiliki perbedaan
yang signifikan sehingga dapat dibuktikan bahwa perbedaan gugus mampu
menghasilkan hasil yang sangat berbeda.Pada tabung ketiga dilakukan penambahan
etanol + etanol dan didapatkan larutan berwarna hijau muda.

Identifikasi yang ketiga adalah identifikasi keton, pada identifikasi ini digunakan
bahan aseton dan etanol. Kemudian digunakan 2,4 DNPH sebagai pereaksi.
Digunakannya 2,4 DNPH ini karena pereaksi ini menunjukkan hasil positif untuk
keton, tetapi berbeda dengan alkena,ester. Uji ini menunjukkan bagaimana H2N-Z
reagen bereaksi dengan keton untuk mengeliminasi air atau disebut dengan pelepasan
H2O dan membentuk ikatan C=N-Z yang merupakan reaksi substitusi rantai utama
aseton dengan H2 sehingga menimbulkan warna jingga. DNP dapat larut dalam
air,tetapi setelah bereaksi dengan keton maka senyawa yang terbentuk langsung
mengendap dari larutan. Warna dari endapan yang terbentuk dapat memberi
informasi tertentu. Senyawa karbonil jenuh cenderung memberikan warna
kuning,sedangkan keton yang tidak jenuh memberikan warna merah atau oranye.
Eksperimen ini sangat baik sebagai penguji ketika keberadaan keton tidak diketahui.
Pada tabung yang berisi aseton yang mengandung gugus keton,saat direaksikan
dengan 2,4 DNPH warnanya menjadi jingga,hal ini sesuai dengan literature yang
menunjukkan bahwa larutan ini mengandung gugus keton. Sedangkan pada tabung
yang berisi heksana larutannya menjadi warna kuning yang berarti hasilnya adalah
negative dan berarti tidak mengandung gugus keton.
Identifikasi yang keempat adalah gugus aldehida. Bahan yang digunakan adalah
formaldehid. Larutan yang seharusnya digunkana adalah heksanal, namun karena
tidak tersedia maka dari itu digantikan dengan glukosa karena keduanya memiliki
gugus fungsi yang sama. Pada prinsipnya uji kromat menggunakan sifat aldehid yang
dapat dioksidasi oleh asam. Ketika aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat akan
terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau karena kromat tereduksi
menjadi Cr3+ namun pada tabung 1 tidak terjadi perubahan warna . pada tabung 2
digunakan larutan formaldehid lalu ditambahkan etanol sebagai pelarut dan 2,4-
DNPH sebagai reagen atau pereaksi. Hasil yang diperoleh yaitu warna larutan
menjadi kuning pucat kemudian berubah menjadi jingga setelah didiamkan selama 15
menit. Berdasarkan literature semua senyawa aldehid menghasilkan endapan dengan
pereaksi 2,4 dinitrilfenilhidrazin (2,4 DNPH). Reaksi ini umum digunakan untuk
mengetahui adanya gugus aldehid. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai
dari kuning hingga merah.

Alasan mengapa digunakannya pereaksi 2,4 DNPH dalam mengidentifikasi senyawa


aldehid dan keton karena pereaksi ini merupakan sebuah pereaksi uji untuk ikatan
rangkap C=O. 2,4-DNPH dalam sebuah campuran methanol dan asam sulfat dikenal
sebagai pereaksi brady. Walaupun nama pereaksi ini terdengar rumit dan strukturnya
agak kompleks,namun sebenarnya pereaksi ini mudah dibuat. Pada fenilhidrazin salah
satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah gugus fenil C6H5 yang
didasarkan pada sebuah cincin benzene.

Identifikasi yang kelima adalah gugus alkil halida. Bahan yang digunakan adalah
larutan asam nitrat (HNO3), kloroform,dan heksana. Sampel uji yang seharusnya
digunakan adalah metilen klorida tetapi karena sampel tidak tersedia maka diganti
dengan kloroform. Metilen klorida adalah salah satu senyawa klorometana dengan
gugus molekul CH2Cl2 sedangkan kloroform memiliki rumus molekul CHCl3,
keduanya memiliki atom Cl, oleh karena itu kloroform dapat digunakan sebagai
pengganti metilen klorida. Pada percobaan ini kawat dicelupkan ke dalam larutan
asam nitrat lalu dibakar hal ini berfungsi untuk mensterilisasi kawat dari zat-zat lain
yang dapat mengganggu proses identifikasi. Kemudian, kawat dicelupkan ke larutan
heksana kemudian dibakar. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya
perubahan warna pada kawat maupun nyala api. Setelah itu kawat dibersihkan
kembali dengan asam nitrat lalu dicelupkan ke larutan uji kloroform. Sama seperti
heksana,hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perubahan warna. Hal ini
terjadi karena pada percobaan ini kawat yang digunakan bukan kawat beilstein
melainkan kawat nikrom. Kawat nikrom hanya berfungsi untuk uji nyala pada logam,
sedangkan disini sampel yang akan diuji adalah Cl yang bersifat non logam. Kawat
beilstein berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi adanya senyawa halogen yang
ditandai dengan perubahan warna hijau pada kawat apabila uji positif.

IX. Perhitungan

Larutan KMnO4 2% 50 ml

1 ml KMnO4

49 ml air

% = m KMnO4 x 100%
m air
m = 0,98 gram

X. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan, dapat diidentifikasi alkena,


alkohol, keton, aldehida dan alkil halide berdasarkan perubahan warna yang
dihasilkan oleh reaksi. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi dengan
reagen masing masing. Untuk alkohol digunakan reagen asam kromat, untuk gugus
keton digunkan reagen 2,4 DNPH, untuk gugus alkil halide digunakan kawat
beilstein, untuk gugus alkena digunakan reagen KMnO4, dan untuk identifikasi gugus
aldehid digunakan reagen asam kromat dan 2,4 DNPH.

XI. Daftar pustaka

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Fessenden R. J dan J. S Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Fessenden, R. J., & Fessenden, J. (1997). Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina
Aksara.

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Hoffman, Robert V. 2004. Organic Chemistry 2nd Edition. America: John Wiley and
Sons.

Nuriman. 2007. Kimia Organik. Jember : Universitas Jember

Prasojo. (2010). Kimia Organik I. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Pudjaatmaka, A. H. (2002). Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Riswiyanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.


Sari, Diah Ratna. Aldehid dan Keton. http://www.chem-is-try.org. (29 oktober 2016).

Suja, I. W., & Muderawan, I. (2003). Buku Ajar Kimia Oragnik Lanjut (Stereokimia,
Struktur & Reaktivitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Wilbraham, antony C. matta, Michael S. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan


Hayati. Bandung: ITB

XII. Lampiran

Identifikasi uji gugus keton


menggunakan etanol dan 2,4 DNPH

Identifikasi uji gugus aldehida dengan


menggunakan formaldehida diteteskan
2,4 DNPH
Identifikasi uji gugus alkena
menggunakan heksana dan direaksikan
dengan KMnO4

Identifikasi uji gugus aldehida

Anda mungkin juga menyukai