Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN IV

ALKOHOL DAN FENOL

OLEH :

NAMA : NURUL HASANA AKMAR

STAMBUK : F1C1 17 024

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : YUSUF AHMAD HUSAENI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang mempunyai

struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat langsung pada cincin

aromatik. Salah satu metode pengelompokan senyawa yang mengandung gugus

hidrogen dan oksigen adalah senyawa hidrokarbon. Suatu senyawa non

hidrokarbon yang mana mengandung rantai karbon atau cincin atom-atom karbon

yang sama, dan terbatas pada derivate sederhana yang diperoleh dari

menggantikan satu, dua, atau tiga atom hidrogen dalam molekul hidrokarbon,

dengan atom oksigen atau gugus hidroksil. Alkohol dan fenol sebagai senyawa

yang sama-sama mengandung gugus OH. Walaupun sama-sama memiliki gugus-

OH, akan tetapi sifat kedanya berbeda. Alkohol dan Fenol yang disebut sebagai

alkohol aromatik mempunyai rumus struktur R-OH, dimana pada alkohol (alkohol

alifatik) R adalah gugus alkil. Sedangkan perbedaan nya dengan fenol adalah

gugus R nya adalah gugus aril (Benzena yang kehilangan 1 atom H).

Alkohol banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya etanol

digunakan sebagai pelarut sterilisasi alat kedokteran, campuran minyak harum dan

lainnya. Fenol berguna dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu

bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai

flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol

adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh. Alkohol dan fenol

memiliki kemiripan dalam beberapa hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup

mendasar sehingga kedua kelompok senyawa ini dianggap sebagai kelompok


gugus fungsi yang berbeda. Salah satu perbedaan utama adalah fenol bersifat

jutaan kali lebih asam daripada alkohol. Penambahan sejumlah larutan natrium

hidroksida ke dalam fenol akan menyebabkan gugs –OH dalam molekul

terdeprotonasi, hal ini tidak akan terjadi pada alkohol. Berdasarkan latar belakang

di atas maka dilakukan percobaan alkohol dan fenol.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan alkohol dan fenol adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana sifat kimia dan sifat fisika dari alkohol dan fenol ?

2. Bagaimana membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier ?

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan alkohol dan fenol adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari beberapa sifat kimia dan sifat fisika dari alkohol dan

fenol.

2. Untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier.

C. Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada percobaan alkohol dan fenol adalah sebagai

berikut :

1. Dapat mempelajari beberapa sifat kimia dan sifat fisika dari alkohol dan

fenol.

2. Dapat membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai

struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik

dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur

lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang. Definisi asli kimia

organik berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti berasal

dari organisme hidup, namun telah dibuktikan ada beberpa perkecualian.

Mengenai unsur kimia karbon, kimia organik biasanya berkaitan dengan senyawa

karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon misalnya

oksida dan garam (Supandi, 2010).

Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol, beberapa

negara, alkohol merupakan minuman kesehatan yang mudah didapatkan sehingga

cenderung banyak disalah gunakan. Alkohol mengganggu pengaturan eksitasi

atau inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan

terjadinya disinhibisi, ataksia dan sedasi. Efek farmakologis etanol meliputi

pengaruhnya pada proses timbulnya penyakit, perkembangan prenatal, sistem

gastrointestinal, kardiovaskular dan sistem saraf pusat. Etanol mengganggu

keseimbangan eksitasi dan inhibisi transmisi listrik di otak, yang menyebabkan

disinhibisi, ataksia dan sedasi. Toleransi terhadap etanol mulai timbul setelah

penggunaan kronis yang ditunjukkan antara lain dengan gangguan psikis dan

aktivitas bila konsumsi alkohol dihentikan secara tiba-tiba. Bahaya

mengkonsumsi alkohol termasuk dalam lima besar faktor resiko untuk penyakit,

kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan


berbagai resiko terhadap kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepar,

kanker dan luka-luka akibat efek langsung maupun tidak langsung dari intoksikasi

alkohol (Tritama.,2015).

Aktivitas antioksidan dari komponen fenol dan flavonoid dengan cara

mereduksi radikal bebas tergantung pada jumlah gugus hidroksi pada struktur

molekulernya. Flavonoid merupakan salah satu golongan metabolit sekunder yang

dihasilkan oleh tanaman yang termasuk dalam kelompok besar polifenol.

Flavonoid mempunyai kemampuan sebagai penangkap radikal bebas dan

menghambat oksidasi lipid (Zuraida., 2017).

Aktivitas senyawa fenol berasal dari jumlah gugus hidroksil pada cincin

benzena dan juga memperlihatkan bahwa flavonoid dan tanin yang umumnya

terdapat dalam buah-buahan, sayursayuran, serta minuman mampu menghambat

nicotinamida adenine dinucleotida phosphat (NADPH) oksidase melalui

penghambatan ACE, peningkatan eNOS-spesifik, dan juga mengubah ekspresi

siklooksigenase-2 (Dhianawaty dan Ruslin., 2015).

Penentuan kelarutan senyawa dipengaruhi beberapa faktor kelarutan

seperti suhu, tekanan, ukuran partikel, kekuatan ionik dan kotoran yang

terkandung dalam zat yang akan dilarutkan. Kelarutan tergantung pada polaritas

zat terlarut dan pelarut. secara umum zat terlarut bagian kutub larut dalam pelarut

polar dimana kelarutan zat terlarut polar relatif rendah atau tidak larut dalam

pelarut non-polar. Kelarutan meningkat seiring dengan penambahan suhu, tetapi

tidak untuk semua kasus kelarutan, untuk proses endotermik terjadi peningkatan

suhu kelarutan dan sebaliknya pada saat proses eksotermik (Humayun dkk, 2016)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum alkohol dan fenol dilaksanakan pada hari Senin, 10 Desember

2018, pukul 07.30-09.55 WITA yang bertempat di Laboratorium Kimia Organik,

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan alkohol dan fenol adalah tabung

reaksi, pipet tetes dan gelas ukur 5 mL.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan alkohol dan fenol adalah

aquades , n-heksana, alkohol primer (etanol), alkohol sekunder (isoamil alkohol),

alkohol tersier(butanol) dan pereaksi lukas (ZnCl2).


C. Prosedur Kerja

a. Kelarutan dalam air dan n-Heksana

0,5 mL air 0,5 mL n-heksana

- disiapkan 2 buah tabung


reaksi
- dimasukkan kedalam
masing-masing tabung
reaksi
- ditambahkan 1 tetes
metanol kedalam masing-
masing tabung
- dikocok
- diperhatikan kelarutannya

Hasil Pengamatan

b. Alkohol primer, sekunder dan tersier dengan pereaksi Lukas

Pereaksi Lukas
(ZnCl2)
- disiapkan 3 buah tabung
reaksi
- dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi
- ditambahkan dengan 1 mL
alkohol primer, sekunder dan
tersier kedalam masing-
masing tabung berbeda
- dikocok
- diamati perubahannya

Hasil Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Kelarutan alkohol primer, sekunder dan terier

Jenis Alkohol Kelarutan dalam air Kelarutan dalam n-heksana


Metanol Larut dalam air tidak larut

2. Alkohol primer, sekunder, dan tersier pada pereaksi lucas

Perlakuan Reagen lucas Hasil Pengamatan


Alkohol primer (etanol) ZnCl2 Larut dan bereaksi lebih
lambat
Alkohol sekunder ZnCl2 Larut dan bereaksi
(isoamil alkohol) lambat
Alkohol tersier ZnCl2 Larut dan bereaksi cepat
(butanol)

3. Reaksi yang Terjadi

a. KelarutanAlkohol dalam air dan n-Heksana

Metanol + air : CH3OH + H2O CH3O- + H3O+

Metanol + n-heksana : CH3OH + C6H14

b. Alkohol primer, sekunder dan tersier.

ZnCl2
Etanol + reagen Lucas : C2H5OH + HCl C2H5Cl + H2O

ZnCl2
Iso amil alkohol : C5H11OH+ HCl C5H11O-Cl + H2O

ZnCl2
Ter-butanol : C4H9OH + HCl C4H9Cl + H2O
B. Pembahasan

Sifat alkohol dan fenol dapat dibedakan dengan melakukan uji kelarutan

dalam air dan n-heksana; alkohol primer, sekunder dan tersier. Alkohol tergolong

dalam kelompok senyawa organik yang dibentuk oleh hidrokarbon-hidrokarbon

pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam

jumlah yang sama dengan rumus kimia CnH2n+1OH, alkohol sebagai cairan

jernih tidak berwarna dan berbau khas dengan titik didih relatif tinggi.

Kebanyakan alkohol dengan jumlah atom karbon sampai dengan 11 atau 12

berwujud cair pada suhu kamar, alkohol juga bermanfaat sebagai agen pembunuh

kuman, penawar untuk keracunan metanol, dan menurunkan demam panas.

Terdapat tiga jenis alkohol yakni alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol

tersier, hal ini didasarkan pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH dan

yang termasuk dalam alkohol primer adalah etanol dan metanol, alkohol sekunder

adalah 2-propanol dan alkohol tersier adalah 2-metilpropanol. Salah satu sifat

alkohol sebagai zat amfoter, yakni dapat bertindak sebagai asam (donor proton)

atau sebagai basa (akseptor proton).

Fenol berbentuk butiran kristal tak berwarna yang memiliki bau yang

khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil

(-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol (fenil alcohol) merupakan zat

padat yang tidak berwarna yang mudah meleleh dan terlarut baik didalam air

karena alkohol merupakan senyawa yang bersifat polar. Fenol berfungsi sebagai

zat desinfektan yang umum dipakai dalam kehidupan sehari-hari.


Perlakuan pertama yakni menguji kelarutan alkohol dan fenol dalam air

dan n-heksana. Uji pertama yakni menguji bagaimana kelarutan alkohol primer,

sekunder dan tersier, dengan sampe uji metanol. Metanol sebagai senyawa

kimia dengan rumus kimia CH3OH dan tergolong kedalam alkohol primer atau

bentuk alkohol paling sederhana, pada keadaan atmosfer metanol berbentuk cairan

yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun

dengan bau yang khas. Uji kelarutan metanol dalam air diperoleh hasil bahwa

metanol larut dalam air, hal ini dikarenakan metanol merupakan senyawa

golongan alkohol primer yang bersifat polar, dimana kelarutan suatu senyawa

sesuai dengan prinsip like dissolve like yakni suatu senyawa hanya akan larut pada

pelarut yang sesuai, metanol bersifat polar hanya akan larut dalam pelarut yang

polar oleh karena itulah alkohol dapat larut dalam air dikarenakan air juga bersifat

polar, kepolaran suatu senyawa dapat dilihat dari struktur molekulnya yakni

terdapat pasangan elektron bebas pada atom pusat dan bentuknya tidak simetris.

Sedangkan pada uji kelarutan dalam n-heksana diperoleh hasil bahwa metanol

tidak dapat larut pada n-heksana dikarenakan perbedaan sifat kepolarannya, n-

heksana bersifat non polar yang dapat dilihat dari struktur molekulnya dimana n-

heksana bentuknya simetris dan tidak memiliki pasangan elektron bebas pada

atom pusat.

Prinsip like dissolve like yang menyatakan bahwa yakni kelarutan suatu zat

tergantung pada sifat suatu zat contohnya senyawa polar akan larut pada pelarut

polar pula, suatu zat larut pada pelarut yang mempunyai struktur yang mirip, suatu

senyawa yang memiliki rantai cabang, lebih mudah larut dalam pelarut dari pada
rantai isomernya lurus, senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi sedikit

lebih larut dalam inert dan zat cair atau padatan yang titik lelehnya rendah

umumnya lebih mudah larut dari pada zat yang titik lelehnya tingggi dalam

pelarut inert. Proses pelarutan dapat dilihat pada gambar bahwa zat yang tidak

homogen atau heterogen terdapat dua fasa yakni zat yang mempunyai massa jenis

lebih kecil mengapung atau berada di permukaan sedangkan zat yang berat

jenisnya besar berada di bawah.

Perlakuan kedua yaitu menguji alkohol primer, sekunder dan tersier

dengan pereaksi lucas (ZnCl2), untuk membedakan suatu alkohol termasuk

alkohol primer, sekunder atau tersier dapat dilakukan

menggunakan pereaksi lucas, pereaksi ini adalah campuran asam klorida pekat

dengan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika

ditambahkan dalam asam klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam dan

juga berfungsi sebagai katalis asam lewis, sedangkan asam klorida berfungsi

untuk melarutkan alkohol dan menyumbangkan atom Cl- pada pembuatan alkil

klorida dan Cl2 berfungsi sebagai katalisator pada reaksi lucas dan membantu

dalam proses pemekatan warna reagen lucas tersebut.

Uji pertama yakni senyawa jenis alkohol primer dengan sampel etanol dan

diperoleh hasil bahwa etanol larut dalam pereaksi lukas tetapi bereaksi lebih

lambat. Uji kedua yakni pengujian alkohol sekunder dalam hal ini isoamil alkohol

dan diperoleh hasil isoamil alkohol larut tetapi bereaksi lambat, dan pengujian

terakhir alkohol tersier yakni butanol dan diperoleh hasil butanol larut dan

bereaksi cepat. Perbedaan kecepatan beraksi antara alkohol primer, sekunder dan
tersier bergantung pada gugus hidroksil yang diikat oleh atom karbon. Sehingga

diketahui bahwa alkohol tersier mempunyai banyak ruang untuk berikatan dengan

senyawa lain dibanding dengan alkohol primer dan alkohol sekunder.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, yaitu:

1. Metanol dapat larut dalam air tetapi tidak larut pada dalam n-heksana. Hal itu

dikarenakan alkohol memiliki gugus –OH sehingga bersifat polar.

2. Alkohol primer, sekunder dan tersier dapat dibedakan dengan merekasikannya

dengan pereaksi lukas. Alkohol primer bereaksi dengan pereaksi lukas tetapi

sangat lambat. Alkohol sekunder bereaksi lambat dengan pereaksi lukas

sehingga membutuhkan pemanasan agar reaksi sedikit cepat terjadi. Alkohol

tersier bereaksi cepat dengan pereaksi lucas.


DAFTAR PUSTAKA

Dhianawaty, D., Ruslin., 2015. Kandungan Total Polifenol dan Aktivitas


Antioksidan dari Ekstrak Metanol Akar Imperata cylindrica (L) Beauv.
(Alang-alang). 47(1).

Humayun H. Y., Nizamuddin M. N. M., Shaarani., Ali W., Bawadi A. dan Abdus
Md. S., The Effect of Co-solvent on the Solubility of a Sparingly Soluble
Crystal of Benzoic Acid. International Conference on Process
Engineering and Advanced Materials. doi:10.1016/j.proeng.2016.06.548

Subandi M.P., 2010. Kimia Organik. Yogyakarta. Dee Publish.

Tritama, T.K., 2015. Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan.


Majority. 4(8).

Zuraida., Sulistiyani., Dondin, S., Irma, H.S., 2017. Fenol, Flavonoid, dan
Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Kulit Batang Pulai (Alstonia
Scholaris (Phenolics, Flavonoids, and Antioxidant Activity of Alstonia
scholaris R.Br Stem Bark Extract). Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
35(3).

Anda mungkin juga menyukai