BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur-unsur yang menyusun dua golongan utama terakhir dalam tabel berkala sangat berlawanan
sifatnya. Halogen merupakan yang paling reaktif dari semua unsur dan ditemukan di daratan hanya dalam
bentuk kombinasi (senyawa) dengan unsur lain. Kecuali oksigen, halogen terdapat dalam golongan 7A
dalam tabel periodik unsur. Halogen meripakan satu-satunya unsur yang tergolong sebagai zat pengoksidasi.
Sebaliknya, gas mulia sangat reaktif sehingga dijumpai di alam hanya dalam bentuk unsurnya.[1]
Unsur-unsur dari halogen yaitu fluor, klor, brom, iod dan astatin. Beberapa unsur-unsur dan senyawa
halogen sangat reaktif dan beracun, tetapi senyawa lainnya sangat berbeda jauh sifatnya dan sengaja dipilih
untuk dimanfaatkan sifatnya yang lembam (inert) dan tidak beracun. Pada kondisi yang benar, fluorin
membentuk senyawa dengan hampir semua unsur, satu-satunya pengecualian ialah dengan helium (He),
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan halogen ini untuk mengetahui sifat fisika
dan kimia dari unsur-unsur halogen serta pembentukan garam halida dari masing-masing unsur tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lebih dari satu abad salmpau, para kimiawan mulai menyelidiki penataan unsur-unsur dalam suatu
daftar yang dapat mengelompokkan unsur-unsur yang sifat kimianya sama, serta menatanya dalam urutan
yang bernalar. Urutan tersebut umunya adalah urutan makin naiknya bobot atom, seperti diketahui usaha-
usaha tersebut menjelma menjadi jenis tabel berkala olehMendeleyev, dimana unsur-unsur ditata dalam baris
horizontal dengan panjang baris yang dipilih sedemikian hingga unsur-unsur yang serupa akan membentuk
vertikal.[3]
Salah satu golongan yang terdapat dalam tabel berkala yaitu halogen. Dimana halogen mempunyai
empat unsur dalam golongan VIIA diantaranya yaitu fluor, klor, brom, iod ini dikenal sebagai unsur dari
keluarga halogen, bahkan sebelum ada perumusan teori yang mengelompokkan mereka bersama-sama pada
tabel berkala. Selain keempat unsur tersebut, adapula sebuah halogen yang langka yaitu astatin yang dibuat
pada tahun 1940 dengan eksperimen pengeboman. Sejak saat itu, astatin telah ditemukan dalam alam, tetapi
Beberapa sifat fisika dari halogen yaitu kenaikan titik didih dan titik lelehnya disebabkan dengan
bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan fakta bahwa molekul-molekul yang lebih besar mempunyai
gaya tarik-menarik Van der Waals yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang lebih
kecil.
Halogen mempunyai energi pengionan dan keelektronegatifan yang paling tinggi dari keluarga unsur yang
manapun. Dari golongan VIIA fluorlah yang paling erat memegang elekton-elektronnya dan iod yang paling
lemah.[5]
Selain sifat fisika, halogen juga mempunyai beberapa sifat kimia yaitu ada suatu penurunan yang
teratur dalam keaktifan kimiadari fluor sampai iod, sebagaimana yang ditunjukkan oleh kecenderungan
dalam kekuatan oksidasinya. Molekul fluor yang beratom dua (diatom) itu, F2 merupakan zat pengoksidasi
yang lebih kuat daripada unsur lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik fluor maupun klor
membantu reaksi pembakaran dengan cara yang sama seperti oksigen. Hidrogen dan logam-logam aktif
terbakar dalam salah satu gas itu dengan membebaskan panas dan cahaya. Reaktivitas fluor yang lebih besar
dibandingkan klor terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan biasa termasuk kayu dan beberapa plastik akan
Fluorin menempati urutan ke 13 dalam hal kelimpahan dibatuan-batuan dalam kerak bumi dan
senyawanya digunakan sejak tahun 1670 untuk elsa dekoratif pada kaca. Namun, upaya berani untuk
mengisolasinya sebagai unsur bebas gagal selama bertahun-tahun sampai tahun 1886. Kesulitan memperoleh
fluorin unsur ini disebabkan karena sifat pengoksidasinya yang paling kuat. Unsur halogen lain tergolong
Fluorin merupakan zat pengoksidasi yang kuat yang dibuat hanya melalui elektrolisis. Sel
elektrolisis kalium fluoride dilarutkan dalam cairan hidrogen fluorida. Elektrolisis meghasilkan gas hidrogen
pada katoda dan gas fluorin pada anoda. Fluorin diproduksi secara komersial dalam jumlah besar untuk
industri batang bahan bakar nuklir uranium. Logam uranium direaksikan dengan fluorin berlebih
menghasilkan uranium heksafluorida, UF6, suatu padatan putih yang mudah menguap. Uap senyawa ini
dipisahkan melalui difusi untuk menghasilkan campuran yang mengandung bahan nuklir sekitar 4%.[8]
Klor suatu bahan kimia industri yang utama, diproduksi secara komersial dengan beberapa cara,
kedua cara atau proses utama melibatkan elektrolisis larutan natrium klorida pekat yang disebut “brine”
(larutan pekat garam). Digunakan larutan pekat garam karena dalam larutan klorida encer O2dan bukan
Cl2 yang akan dihasilkan pada anoda. Metode elektrolisis yang utama adalah proses diafragma yang
dilakukan dalam suatu alat yang menjadikan lebih dari tiga perempat dari klor/natrium hidroksida yang
Bromin (Br) dapat diperoleh dari air laut melalui oksidasi ion bromid dalam larutan oleh klorin.
Secara komersial, bromida diproduksi dari air laut panas yang dialirkan ke puncak menara, sedangkan uap
panas dan klorin dimasukkan dari bawah menara. Bromida dan uap air yang keluar dari puncak menara
diembunkan, menghasilkan distilasi lapisan terpisah. Bromin pada bawah menara dan air diatasnya. Lapisan
bromida dialirkan dan dimurnikan melalui proses destilasi. Bromida banyak digunakan untuk industri
peptisida), perak bromid (untuk film fotografi) dan logam alkali bromid (untuk sedatif). Sedangkan unsur
halogen yang keempat yaitu iod diproduksi dari air asin alam melalui oksidasi I dengan klroin yaitu :
2I + Cl2 I2 + 2Cl-
Iodin juga diproduksi dari natrium iodat, suatu pengotor dalam garam Chili, NaNO3, melalui reduksi ion
iodat oleh natrium hidrogen sulfit. Iodin juga digunakan untuk membuat film fotografi dan kalium iodida
Bilangan iod menunjukkan ukuran ketidakjenuhan atau banyaknya ikatan rangkap yang terdapat
pada asam lemak yang menyusun gliserida dari suatu minyak atau lemak. Nilai bilangan iod merupakan
parameter mutu minyak yang penting karena digunakan untuk menyatakan derajat ketidakjenuhan suatu
minyak atau lemak. Selain itu, dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan
minyak bukan pengering. Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130, sedangkan
minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.[11]
Halida adalah senyawa biner dimana salah satu bagiannya adalah salah satu atom halogen dan bagian
lainnya adalah elemen lainnya atau radikal yang mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih kecil daripada
atom halogen, untuk membentuk suatu senyawa halogen fluorida, klorida, bromida, iodida atau astatin.
Kebanyakan garam merupakan halida. Semua logam pada elemen grup 1 akan membentuk halida yang
berbentuk padatan putih dalam suhu ruangan. Ion halida adalah suatu atom hidrogen yang mengikat muatan
negatif. Anion halida contohnya fluorida (F-), klorida (Cl-), bromida (Br-), iodida (I-) serta unsur halogen
yaitu astatin (At). Semua ion ini terdapat pada garam halida ion.[12]
Suatu senyawa dari dua halogen disebut senyawa antarhalogen. Dalam suatu reaksi antara dua halogen,
unsur yang lebih elektonrgatif adalah zat pengoksidasinya dan diberi bilangan oksidasi negatif dalam
senyawa itu. Diagram emf untuk halogen, ion halida. Senyawa anorganik penting dari halogen adalah salah
satunya halida, asamokso halogen garamnya. Setiap unsur halogen membentuk senyawa biner dengan
hidrogen: HF, HCl, HBr dan HI. Semuanya merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat tajam.
Dimana hidrogen halida larut dalam air menghasilkan larutan asam yang dinamakan asam hidrohalida.
Hidrogen halide dapat dibentuk langsung melalui penggabungan unsur-unsurnya. Fluorin dan hidrogen
bereaksi secara hebat. Reaksinya tidak memiliki nilai komersial yang penting sebab flourin normalnya
dibuat dari hidrogen fluorida. Klorin dibakar dalam hidrogen berlebih menghasilkan hidrogen klorida yang
Menurut Cotton dan Wilkinson (1989, 375).[14] Pembuatan halida anhidrat adalah sebagai berikut:
1. Integrasi langsung unsur-unsur dengan halogen. Biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan
2. Dehidrasi dari halida terhidrat. Pelarut logam, oksida atau karbonat dalam larutan asam halogen yang
diikuti oleh penguapan atau pengkristalan memberikan halida terhidrat. Kadang – kadang zat ini dapat
didehidrasi dengan pemanasan dalam vakum, namun sering menjurus kepada hasil tidak murni atau
oksohalida.
4. Pertukaran halogen. Banyak halida bereaksi baik dengan halogen, asamnya atau halida yang larut atau
halida lain yang berlebih sedemikian hingga satu halogen ditukar oleh yang lain.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pemanas listrik, gelas kimia (100 mL dan
250 mL) tabung reaksi, rak tabung, lampu spiritus, pipet tetes 2 mL.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Kertas saring, larutan fluoresein,
larutan fluoresein-KBr 0,05 M, Larutan KI 0,05 M, larutan AgNO3 0,05 M, Larutan Pb (NO3)2 0,05
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
mengeringkan kertas saring, meneteskan larutan natrium bromida (NaBr) pada kertas saring 1 dan kalium
iodida (KI) pada kertas saring 2 kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas saring
tersebut. Kemudian merendam kertas saring 3 dalam larutan fluoresein-KBr dan diteteskan dengan NaCl,
masing-masing 2 buah tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes AgNO3 dan Pb(NO3)2 beberapa tetes
pada masing-masing tabung reaksi. Untuk campuran larutan NaCl dan Pb(NO3)2dipanaskan kemudian
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
fluoresein + KI bebas
fluoresein-KBr + bebas
NaCl
dipanaskan
endapan putih
putih
5 KI + AgNO3 Endapan
kuning
B. Reaksi
C. pembahasan
percobaan halogen dilakukan 2 uji, perta uji halogen bebas. Dimana pada uji halogen bebas ini
menggunakan kertas saring, kertas saring ini dicelupkan pada larutan fluoresein dan ditetesi dengan kalium
iodida (KI). Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya iod bebas. Dimana fluoresein ini berwarna kuning
dan setelah ditetesi dengan larutan kalium iodida (KI) berubah menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa
terdapat iod bebas (+), kemudian kertas saring 2 dicelupkan juga pada larutan fluoresein dan ditetesi dengan
natrium bromida (NaBr). Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya bromin bebas. Warna kertas saring
tidak mengalami perubahan. Hal ini menandakan bahwa dalam larutan tersebut tidak terdapat brom bebas (-
). Dan pada kertas saring ke 3 dicelupkan pada fluoresein-KBr kemudian ditetesi dengan natrium klorida.
Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya klorin bebas. Hasil yang diperoleh dari uji klorin ini negatif (-)
Uji selanjutnya pada percobaan ini yaitu pembentukan garam halida.Pada pembuatan garam halida,
menyiapkan 6 tabung reaksi, dimana pada masing-masing uji yaitu NaCl, NaBr dan KI membutuhkan 2
tabung reaksi. Pada larutan NaCl dilakukan pemipetan NaCl sebanyak 1 mL kedalam tabung 1 dan
ditambahkan beberapa tetes AgNO3 dimana masing-masing larutan tak berwarna menghasilkan endapan
putih dan tabung ke 2, 1 mL NaCl yang ditambahkan dengan beberapa tetes larutan Pb(NO3)2 tak berwarna
kemudian dipanaskan menghasilkan larutan jernih. Pada larutan NaBr. Memipet NaBr sebanyak 1 mL pada
tabung 1 larutan tak berwarna ditambahkan dengan bebrapa tetas AgNO3 0,05 M menghasilkan endapan
kekuning-kuningan dan 1 mL NaBr pada tabung 2 yang ditambahkan dengan beberapa tetes larutan
Pb(NO3)2 menghasilkan larutan bening. Sedangkan pada larutan KI yang tidak berwarna menghasilkan
warna larutan menjadi agak keruh dan terdapat endapan setelah diitambahkan beberapa tetas AgNO3 dan
menghasilkan warna larutan kuning dan terdapat endapan kuning setelah ditambahkan beberapa tetes
larutan Pb(NO3) pada tabung ke 2 menghasilkan warna kunung dan terdapat endapan kuning. Pada
pembuatan garam halida juga diperoleh hasil yang positif sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
larutan NaCl yang diteteskan dengan larutan AgNO3 menyebabkan larutan berubah menjadi keruh dan
terdapat endapan putih dan larutan NaCl yang ditambahkan dengan larutan Pb(NO3)2 akan menghasilkan
warna jernih pada larutan setelah dipanaskan, pada larutan NaBr yang ditetesi dengan larutan
AgNO3menghasilkan warna keruh dan endapan kekuning-kuningan. Pada larutan NaBr setelah ditetesi
dengan larutan Pb(NO3)2 menghasilkan warna keruh, dan pada larutan KI setelah ditetesi dengan larutan
AgNO3 akan tampak warna agak kuning begitupun setelah larutan ditetesi dengan larutan Pb(NO3)2.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
1. Pada percobaan kertas saring fluoresein dengan KI didapatkan hasil positif(+) yang menandakan terdapat
iod bebas dengan perubahan warna merah pada kertas saring. Sedangkab kertas saring fluoresein dengan
NaBr hasilnya negatif (-) dan kertas saring fluoresein-KBr dengan NaCl menghasilkann hasil negatif (-)
juga.
B. Saran
Saran yang disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu kertas fluoresein dan fluoresein-KBr yang
akan digunakan dikeringkan dengan baik terlebih dahulu sehingga dapat memberikan hasil dari halogen
bebas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aliem, Ono Suparno dan Kurnia Sofyan. Penentuan Kondisi Terbaik Pengempaan Dalam Produksi Minyak Biji
Karet (Hevea Brasiliensis) Untuk Penyamakan Kulit. Jurnal Teknik, vol 20 (2), 101-109
Keenan, Charles. General College Chemistry. terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jakarta: Erlangga,
1984.
Oxtoby. David, H.P Gillis dan Norman. Principles Of Modern Chemisry, terj. Setiati, Prinsip-prinsip Kimia
Modern. Jakarta: Erlangga, 1999.