Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa halogen telah dikenal dari zaman awal dan unsur-unsur telah
memainkan peran penting selama dua ratus terakhir dalam pengembangan
kimia eksperimental dan teoritis. Nama halogen diperkenalkan oleh
J.S.C. Schweigger pada tahun 1811 untuk menggambarkan properti klorin.
Pada waktu itu klorin adalah unsur yang unik di antara unsur-unsur
halogen lain jika digabungkan langsung dengan logam dapat membentuk
garam. Namanya sejak itu diperluas untuk mencakup semua lima anggota
Kelompok 17 dari tabel periodik.

Secara harfiah halogen berarti pembentuk garam, hal ini sesuai dengan
fakta bahwa unsur-unsur tersebut (fluor, klor, brom, iod, dan astatin) dapat
menghasilkan garam, yaitu jika bereaksi dengan logam-logam, terutama
logam alkali dan alkali tanah. Semua unsur halogen bersifat nonlogam,
kecuali At yang bersifat semilogam (metalloid). Astatin dihasilkan dalam
pelurulian uranium, namun ia merupakan unsur radioaktif dengan waktu
hidup (life time) yang sangat singkat sehingga segera meluruh mnjadi
unsur lain. Astatin merupakan salah satu unsur dengan kelimpahan paling
sedikit di Bumi, dalam 1 km lapisan teratas kult Bumi di perkirakan tidak
lebih dari 44 mg astatin terkandung didalamnya. Dalam pembahasan pada
makalah ini lebih ditekankan pada empat unsur halogen yang tidak
radioaktif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah makalah ini sebagai
berikut :

1. Bagaimana sumber dan kelimpahan unsur-unsur nonlogam halogen ?


2. Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia unsur-unsur nonlogam halogen ?
3. Bagaimana isolasi unsur-unsur nonlogam halogen ?
2

4. Bagaimana reaksi udara dan air dengan unsur-unsur nonlogam


halogen ?
5. Bagaimana senyawaan unsur-unsur nonlogam halogen ?
6. Bagaimana kegunaan unsur-unsur nonlogam halogen ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kimia Organik I, tujuan umum dari penulisan makalah
ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang :
1. Sumber dan kelimpahan unsur-unsur nonlogam halogen.
2. Sifat fisik dan sifat kimia unsur-unsur nonlogam halogen.
3. Isolasi unsur-unsur nonlogam halogen.
4. Reaksi udara dan air dengan unsur-unsur nonlogam halogen.
5. Senyawaan unsur-unsur nonlogam halogen.
6. Kegunaan unsur-unsur nonlogam halogen.
3

BAB II
PEMBAHASAN

Halogen merupakan golongan nonlogam yang sangat reaktif mereka ditemukan


secara alami hanya sebagai senyawa garamnya atau dalam bentuk molekul
diatomik di udara (F2, Cl2, Br2, dan I2). Mereka terjadi terutama sebagai halida.
Tetapi unsur yang paling mudah teroksidasi, I, juga ditemukan sebagai natrium
atau kalium iodat, KIO3, di alkali deposit logam nitrat. Karena banyak klorida,
bromida, dan iodida yang larut, anion ini terjadi di lautan dan di air asin. Sumber
utama F adalah kalsium fluorida, yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air
dan sering ditemukan dalam deposit sedimen (seperti fluorit, CaF2).

2.1 Sumber dan kelimpahan halogen

Fluor adalah unsur ketiga belas dalam urutan kelimpahan dalam batuan kerak
bumi, yang terjadi sejauh 544 ppm. Tiga mineral yang paling penting adalah
fluorit CaF2, kriolit Na3AlF6 dan fluorapatite Ca2(PO4)3F. Dari jumlah
tersebut, namun hanya fluorit yang secara luas diproses untuk perolehan
kembali dari fluor dan senyawanya. Cryolite adalah mineral langka, secara
komersial berada di Greenland, dan sebagian besar Na 3AlF6 dibutuhkan untuk
industri aluminium besar (sekarang disebut sintetis). Sejauh ini jumlah
terbesar dari fluor dalam kerak bumi adalah dalam bentuk fluorapatite, tetapi
ini hanya sekitar 3,5% dari berat fluor dan mineral yang diproses hampir
secara khusus untuk kadar fosfat. Meskipun demikian, sekitar 7% dari
kebutuhan dalam negeri untuk senyawa fluor di Amerika Serikat diperoleh
dari perolehan kembali asam fluorosilicic sebagai oleh-produk dari industri
fosfat besar. Sebagian kecil fluor berada di mineral langka batu topas Al 2SiO4
(OH, F)2, sellaite MgF2, villiaumite NaF dan bastnaesite (Ce,La)(CO3)F.

Klorin adalah unsur kedua puluh yang paling melimpah di batuan kerak di
mana itu terjadi sampai sebatas 126 ppm. Di laut lebih dari setengah total
salinitas rata-rata 3,4% berat adalah karena ion klorida (1,9% berat). Jumlah
4

yang lebih kecil, meskipun pada konsentrasi yang lebih tinggi, terjadi di laut
pedalaman tertentu dan di sumur air garam bawah tanah, misalnya Great Salt
Lake, Utah (23% NaCl) dan Laut Mati, Israel (8,0% NaCl, 13,0% MgCl 2,
3,5% CaCl2).

Brom adalah substansial kurang berlimpah dalam batuan kerak dibanding


fluor atau klor. Seperti klorin, sumber alam terbesar bromin adalah lautan,
yang mengandung -6,5 x 10-3 yaitu 65 ppm atau 65 mg/l. Danau garam
dan sumur air garam juga merupakan sumber kaya bromin. Konsentrasi
bromida-ion khas di perairan tersebut adalah: Laut Mati 0,4% (4 g / l),
Sakskoe Ozoro (Crimea) 0,28% dan Danau Searle (California) 0,085%.

Yodium terdiri 0.46 ppm dari batu kerak dan berada di enam puluh dalam
urutan kelimpahan. Mineral jarang ditemukan sebagai iodida, dan secara
komersial biasanya sebagai iodates, misalnya lautarite, Ca(IO 3)2 dan dietzeite,
7Ca(IO3)2.8CaCr04. Air asin yang terkait dengan sumur minyak pengeboran
di Louisiana dan California ditemukan mengandung 30-40 ppm yodium pada
tahun 1920, dan air asin bawah tanah bebas yang berlokasi di Midland,
Michigan, pada tahun 1960, dan di Oklahoma (1977), yang sekarang sumber
utama Amerika Serikat. Sumur air garam alam di Jepang (sampai l00 ppm I)
ditemukan setelah Perang Dunia Kedua, dan eksploitasi ini sekarang
memastikan Jepang tempat pertama di antara produsen yodium di dunia.
Konsentrasi yodium dalam air laut hanya 0.05ppm, terlalu rendah untuk
perolehan kembali secara komersial, meskipun rumput laut coklat dari
keluarga Laminaria (dan pada tingkat lebih rendah dari Fucus) dapat
berkonsentrasi hingga 0,45% dari berat kering mereka.

2.2 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Halogen


5

Unsur
Sifat Fisik
F Cl Br I
Nomor atom 9 17 35 53
Titik leleh(K) 53.3 172 266 387
Titik didih (K) 85 239 332 457.5
Energi fusi (kJ/mol) 0.51 6.4 10.57 15.52
Entalpi penguapan (kJ/mol) 6.62 20.41 29.96 41.57
Energi ionisasi pertama 1681 1251 1140 1008
Panjang ikatan kovalen (pm) 71 99 114 133
Panjang ikatan ion(pm) 133 181 196 220
Jari-jari van der waals 135 180 195 215
Keelektronegatifan (pauling) 4 3.2 3 2.7

Golongan nonlogam halogen sangat berbau, berwarna, dan beracun. Sesuai


dengan nomor golongannya, semua unsur halogen memiliki tujuh elektron
valensi, dua elektron dalam orbital s dan lima elektron dalam orbital p.
Konfigurasi elektron gas mulia dapat dicapai dengan menarik satu elektron

dari luar sehingga terbentuk ion negatif ( X ) untuk berikatan ionik, atau

dengan pembentukan ikatan kovalen tunggal dengan unsur nonlogam.


Berdasarkan pada hal tersebut, umumnya unsur-unsur halogen memiliki
tingkat oksidasi -1. Tingkat oksidasi yang lebih tinggi: +1,+3,+5 atau +7
hanya di mungkinkan bagi halogen yang memiliki orbital d, yaitu jika
berikatan dengan unsur lain yang lebih elektronegatif.

Potensial ionisasi dan elektronegativitas unsur-unsur halogen relatif tinggi


dibanding dengan potensial ionisasi dan elektronegativitas unsur lain yang
seperiode, ini berarti bahwa unsur-unsur halogen sangat sukar untuk
melepaskan elektronnya. Fluor merupakan unsur dengan potensial ionisasi
dan elektronegativitas tertinggi diantara semua unsur. Nilai potensial ionisasi
dan elektronegativitas unsur halogen akan berkurang dari: F, Cl, Br, I.

Dalam temperatur dan tekanan kamar semua unsur halogen bebas berupa
molekul diatomik: F2 , Cl2 , Br 2 , I2 . Gaya dispersi ( gaya
London) antar molekul-molekul halogen bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya massa molekul, oleh karena itu titik lebur dan titik didih
halogen meningkat dari F2 ke I2 . F2 memiliki titik didih yang sangat
6

rendah, karena sukar mengalami polarisasi sebagai akibat ditariknya elektron


dengan kuat ke arah inti atom.

Fluorin dan klorin berupa gas, bromin berupa zat cair yang mudah menguap,
sedangkan iodin berupa zat padat yang mudah menyublim. Bromin
merupakan satu-satunya unsur nonlogam yang berada dalam fasa cair pada
temperatur dan tekanan kamar. Secara fisik padatan iodin nampak seperti
logam, namun sifat-sifat kimianya sepenuhnya nonlogam.


Jari-jari ionik F yang kecil akan menstabilkan bilangan oksidasi tinggi

bagi pasangannya, misalnya IF 7 , PtF 6 , XeF 6 , dan lain-lain.

Ikatan Energi ikatan (kJ/mol)


F-F 155
F-Cl 190
F-Br 209
F-I 260
Cl-Cl 240
Cl-Br 212
Energi ikat pada fluor relatif
Cl-I 205
rendah, Br-Br 190 sedang dalam
halogen yang Br-I 172 lain energi ikatnya
I-I 149
lebih tinggi, hal ini merupakan
akibat interaksi antara orbital p dalam atom halogen yang satu dengan orbital
d dalam atom halogen yang lain, sehingga antara atom-atom halogen itu
terdapat ikatan selain ikatan . Pada F2 hal tersebut tidak dimungkinkan
karena F tidak memiliki orbital 2d.

Semua halogen berwarna, karena dapat menyerap sinar tampak pada panjang
gelombang tertentu. Apabila terjadi penyerapan sinar tampak oleh halogen,
maka terjadi perpindahan elektron dari tingkat dasar (ground state) ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Warna unsur merupakan komplemen dari warna
7

sinar yang diserap. Fluorin menyerap sinar lembayung, sehingga berwarna


kuning kehijauan, sedang iodin menyerap sinar kuning, sehingga berwarna
ungu dalam fasa uap dan hitam dalam fasa padat. Adapun klorin dan bromin
masing-masing berwarna kehijauan dan merah kecoklatan.

Semua unsur halogen merupakan oksidator yang sangat kuat. Fluorin


merupakan oksidator terkuat dibandingkan dengan unsur halogen yang lain,
kekuatan oksidasi ini berkurang dari F ke I. Semua unsur halogen bersifat
toksik dan dapat bereaksi dengan semua logam dan beberapa unsur
nonlogam. Toksisitas dan reaktivitas halogen menurun dari fluor ke iod.
Tingginya reaktivitas fluor disebabkan oleh rendahnya energi ikat F F,
tingginya kekuatan oksidasi, kecilnya ukuran atom dan tingginya
elektronegativitas unsur itu. Halogen lebih mudah larut dalam pelarut
nonpolar seperti karbon tetra klorida ( CCl4 dan benzena ( C6 H 6 .

Beberapa anomali fluorin jika dibandingkan dengan unsur-unsur


segolongannya adalah:

a. Energi ikatnya relatif kecil (hanya 155 kJ/mol)


Secara umum energi ikat di halogen, X 2 berkurang dari atas kebawah
dalam satu golongan. Hal ini berlaku untuk tiga anggota yang berada di
bawah F2 yaitu: Cl2 (240 kJ/mol), Br 2 (190 kJ/mol), dan I2
(149 kJ/mol). Jika didasarkan pada ekstrapolasi tiga data tersebut, maka
energi ikat F2 adalah sekitar 300 kJ/mol, namun faktanya hanya 155
kJ/mol. Lemahnya ikatan F-F tersebut diduga disebabkan oleh tolakan
antara sesama pasangan elektron yang terdapat pada kedua atom pada
molekul F2 .

b. Keterbatasan ikatan
Seperti unsur-unsur periode dua yang lain fluorin hampir selalu
membentuk hanya satu ikatan kovalen.

c. Elektronegativitas tinggi
Dengan elektronegativitas yang sangat tinggi (4) atom fluorin
membentuk ikatan hidrogen (yaitu antara molekul HF yang satu dengan
yang lain) yang paling kuat dibandingkan dengan yang dapat dibentuk
8

oleh unsur-unsur lain. Salah satu efek dari kuatnya ikatan hidrogen
tersebut adalah tingginya titik leleh maupun titik didih HF, serta


pembentukan anion poliatomik H F yang sangat stabil.
2

d. Karakter ionik kebanyakan fluorida


Logam-logam dalam tingkat oksidasi normal umumnya membentuk
fluorida yang bersifat ionik, sementara senyawa ekivalennya dengan
klorin, bromin, dan iodin bersifat kovalen. Perbedaan ini disebabkan oleh
rendahnya polarizabilitas ion fluorida (karena ukurannya sangat kecil dan
elektronegativitasnya yang sangat tinggi). Misalnya alumunium fluorida
bersifat ionik, sedang halida alumunium lainnya bersifat kovalen.

e. Tingginya tingkat oksidasi suatu logam jika bersenyawa dengan fluorin.


Fluorin merupakan oksidator kuat, sehingga mampu membawa suatu
logam ke tingkat yang lebih tinggi dibanding yang dapat dilakukan oleh
anggota halogen lainnya. Sebagai contoh, vanadium membentuk
vanadium (V) fluorida, V F5 (tingkat oksidasi vanadium +5); sedang
jika bersenyawa dengan klorin, maka tingkat oksidasi tertinggi yang
dapat dicapai oleh vanadium adalah +4, yaitu dalam V Cl 4 .

f. Perbedaan dalam kelarutan fluorida


Ion fluorida berukuran jauh lebih kecil daripada ion-ion halida lainnya,
oleh karena itu jika bersenyawa dengan kation berukuran besar
menghasilkan senyawa yang mudah larut dalam air daripada halida-
halida ekivalennya. Sebagai contoh AgF larut dalam air, sementara AgCl,
AgBr dan AgI tidak larut. Sebaliknya kalsium fluorida tidak larut, sedang
kalsium halida lainnya larut. Pola ini disebabkan oleh perbedaan energi
kisi kristal antara fluorida logam dengan halida logam lainnya. Energi
kisi kristal akan kecil apabila perbedaan ukuran antara kation dengan
+
anion besar. Ion Ag yang berukuran besar jika bersenyawa dengan


F yang berukuran kecil akan menghasilkan senyawa dengan energi

2+
kisi kristal yang relatif kecil. Sebaliknya ion dengan rapat muatan
Ca
9

yang tinggi (berukuran kecil dan bermuatan tinggi) akan membentuk


senyawa dengan energi kisi kristal yang besar jika bersenyawa dengan

F .

2.3 Isolasi Halogen

Fluor dan klor memiliki potensial reduksi yang tinggi (oksidator kuat). Jika F
dan Cl memiliki kecenderungan yang kuat menarik elektron, maka bentuk
CaF 2
alami unsur tersebut adalah ion F (misal: dan Cl (misal:

NaCl). Untuk mendapatkan halogen bebas ( X 2 dari ion halida ( X )

diperlukan oksidasi. Tidak ada bahan pengoksidasi biasa yang cukup kuat
F2 biasanya
untuk mengoksidasi F sehingga untuk memperoleh
digunakan metode elektrolisis. Secara umum periode ini menggunakan HF
dalam KH F2 cair sebagai elektrolit.

+ H 2 (g) + F2 (g)
2 H (l) + 2 F (l) elektrolisis

Klorin merupakan bahan yang sangat penting dalam industri kimia anorganik.

Dalam skala laboratorium Cl2 dapat dibuat melalui oksidasi Cl dengan
oksidator kuat seperti KMnO 4 :

+ 2+
2 MnO 4 (aq) + 16 H (aq) + 10 Cl (aq) 2
Mn
(aq) +

8 H2O (l) + 5 Cl2 (g)

Adapun dalam skala industri pembuatan Cl2 dilakukan melalui elektrolisis,


baik dari klorida cair seperti NaCl atau MgCl 2 maupun larutan-larutan
klorida tersebut dalam air.
10

2 H 2 O (l) ) H 2 (g)+
2 Cl (aq) + elektrolisis 2OH (aq) +
Cl2 (g)

Di laboratorium, ClO2 dibuat dengan oksidasi natrium klorit:

NaClO2 + Cl2 ClO2 + NaCl

Klorin dioksida dapat dibuat di laboratorium oleh reaksi kalium klorat dengan
asam oksalat:

KClO3 + H2C2O4 K2C2O4 + ClO2 + CO2 + H2O


KClO3 + H2C2O4 + H2SO4 KHSO4 + ClO2 + CO2 + H2O
Reaksi ini dasar industri alkali klor dan merupakan reaksi elektrolisis yang
paling penting, karena dapat menghasilkan tiga bahan berharga: NaOH,
H 2 ,dan Cl 2 .

Br2 dibuat dengan :

HBr + H2SO4 Br2 + SO2 + H2O

Brom terdapat sebagai bromida, dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama
klorida. Brom juga dapat diperoleh dari air laut melalui reaksi :

2Br - + Cl2 ph 3,5


2Cl- + Br2

Gas Br2 dibuat dari air laut melalui oksidasi dengan gas Cl2. Secara komersial,
pembuatan gas Br2 yaitu air laut dipanaskan kemudian dialirkan ke tanki yang
berada di puncak menara.Uap air panas dan gas Cl2 dialirkan dari bawah
menuju tanki. Setelah terjadi reaksi redoks, gas Br 2 yang dihasilkan
diembunkan hingga terbentuk lapisan yang terpisah. Bromin cair berada di
dasar tangki,sedangkan air di atasnya.Selanjutnya bromin dimurnikan melalui
destilasi.
11

Yodium diproduksi dari oksidasi anion iodida dari air laut oleh klorin. Namun,
yodium juga diproduksi dalam proses reduktif dengan mereaksikan NaIO3, diambil
dari sumber alami daerah Chili, dengan natrium hidrogen sulfit. Pentavalent yodium
berkurang ke iodida yang kemudian dibebaskan dan teroksidasi dengan jumlah yang
cukup besar untuk membebaskan unsur yodium reaksinya seperti berikut:

Berbeda dengan klorin dan bromin yang memiliki kegunaan dalam industri besar ,
yodium tidak memiliki penggunaan komersial yang dominan.

Ada juga metode lain mengisolasi elemen ini di laboratorium, misalnya,


metode yang digunakan untuk mengisolasi halogen lain: oksidasi iodida
dalam hidrogen iodida (sering dibuat in situ dengan iodida dan asam sulfat)
oleh mangan dioksida.

2.4 Reaksi-reaksi dan Senyawaan

Fluor, bromin, dan yodium tidak terlalu reaktif terhadap oksigen (O 2) atau
nitrogen (N2). Meskipun klorin oksida diketahui, klorin (Cl2) tidak reaktif
terhadap oksigen, O2, atau nitrogen, N2.

a. Reaksi dengan air

Uap pada suhu 100oC terbakar dalam F2 dengan nyala api yang lemah.
Reaksinya ialah:

2F2(g) + 2H2O(l) 4HF(l) + O2(g)


Kondisi yang berbeda menghasilkan produk yang berbeda. Fluorin
berlebih yang bersentuhan dengan air cair atau es menghasilkan hidrogen
fluorida dan hidrogen oksifluorida yang sangat tidak stabil:

F2(g) + H2O(l) HF(l) + HOF(l)

Oksigen difluorida juga terbentuk,

2F2(g) + 2H2O(l) 2HF(aq) + OF2(g)

Asam hipoklorit dibentuk dalam reaksi Cl2 dengan air.


12

Cl2(g) + H2O(l) HOCl(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)

Larutan air klor biasa digunakan sebagai senyawa pengoksidasi di


laboratorium, yang sebenarnya merupakan campuran Cl 2(aq), HOCl(aq), dan
HCl(aq).

Bromin, Br2, bereaksi dengan air untuk menghasilkan hipobromit, OBr-.


Posisi kesetimbangan sangat tergantung pada pH larutan.

Br2(g) + H2O(l) OBr-(aq) + 2H+(aq) + Br-(aq)

Iodin sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang
mengandung ion I- karena membentuk ion poliiodida I3-, misalnya I2 larut
dalam larutan KI.

I2(s) + KI(aq) KI3(aq)

b. Reaksi Pengusiran Halogen


Reaksi pengusiran halogen adalah reaksi dimana suatu unsur halogen
dapat mengusir halogen berikutnya dari senyawanya. Unsur di atasnya
dapat mendesak atau mengusir unsur di bawahnya (terjadi reaksi) sesuai
urutan unsur segolongan halogen F>Cl>Br>I. Unsur di bawahnya tidak
dapat mendesak atau mengusir unsur di atasnya (tidak ada reaksi ) contoh:
Fluor dapat bereaksi dengan klor karena fluor terletak diatas klorin.
Sementara reaksi Iod dengan Br tidak terjadi karena iod terletak di bawah
Br.
Berikut Tabel Pengusiran Halogen :

Halogen yang terletak lebih atas dalam golongan VIIA merupakan


pengoksidasi yang lebih kuat sehingga mampu mendesak ion halida
(halogen terikat) yang berada dibawahnya. Perhatikan contoh berikut.
a) F2(g) + 2KCl(aq) 2KF(aq) + Cl2(g)
Gas flourin dalam keadaan bebas mampu mendesak ion Cl - sehingga
flourin menjadi terikat ( F- atau KF ), sedangkan klorin menjadi bentuk
bebas.
13

b) Br-(aq) + Cl2(g) Br2(aq) + Cl-(aq)


Gas klorin dalam keadaan bebas mampu mendesak ion Br- yang terikat
sehingga klorin menjadi terikat dan bromin menjadi bebas.

Kedua reaksi tersebut merupakan contoh reaksi yang dapat berlangsung.


Halogen bebas yang terletak lebih dibawah memiliki daya oksidasi yang
lebih lemah sehingga tidak mampu mendesak ion halida yang letaknya
lebih diatas.

a) Cl2(g) + 2KF(aq) (tidak dapat bereaksi)


Klorin dalam keadaan bebas tidak mampu mendesak flourin dalam
keadaan terikat.
b) I2(s) + 2Cl-(aq) (tidak ada reaksi)
Iodin dalam keadaan bebas tidak mampu mendesak ion klorin yang terikat.
Jadi kedua reaksi tersebut merupakan contoh reaksi yang tidak dapat
berlangsung.

Senyawaan-senyawaan Halogen

Halida ionik

Halida alkali dan alkali tanah (kecuali Be), sebagian besar halida lantanida,
dan sedikit halida dari logam transisi, serta halida aktinida, dapat dipandang
sebagai halida ionik. Bila rapat muatan (perbandingan muatan/jari-jari) ion
logam semakin besar, sifat kovalen semakin naik. Misalnya, ditinjau
serangkaian garam klorida periode ke-4: KCl, Ca Cl2 , Sc Cl3 , dan Ti
Cl 4 . Kalium klorida (KCl) bersifat ionik sempurna, tetapi Ti Cl 4
merupakan senyawa molekuler kovalen. Begitu pula bagi suatu logam yang
tingkat oksidasinya beragam, halida yang tingkat oksidasinya lebih rendah
cenderung bersifat ion, sedang yang tnggi cenderung bersifat kovalen.
Sebagai contoh Pb Cl2 , Pb Cl 4 , dan UF 4 , merupakan padatan ionik,

sedang UF 6 adalah gas.

Kebanyakan halida ionik larut dalam air menghasilkan ion logam dan ion
halida terhidrasi. Namun, unsur-unsur lantanida dan aktinida dengan tingkat
14

oksidasi +3 dan +4 membentuk fluorida yang tidak larut dalam air. Fluorida
dari Li, Ca, Sr, dan Ba juga hanya sedikit larut. Timbal menghasilkan garam

yang sukar larut, PbClF, yang dapat digunakan untuk penentuan F secara

gravimetri. Klorida, bromida dan iodida dari Ag(I), Cu(II), Hg(I), dan Pb(II),
juga tidak larut. Kelarutan dari sederet halida ionik suatu unsur, MF n
MI n dapat beragam bergantung pada karakter ionik dan kovalennya.
Dalam hal keempat, halida tersebut lebih bersifat ion, urutan kelarutannya
adalah iodida > bromida > klorida > fluorida, karena faktor penentunya
adalah energi kisi yang akan naik bila jari-jari ion turun. Urutan tersebut
dijumpai di antara halida alkali, alkali tanah, dan lantanida. Sebaliknya jika
sifat kovalen lebih tinggi, urutan tadi akan terbalik, menyebabkan fluorida
adalah yang paling banyak larut, dan iodida yang paling sedikit larut, seperti

+ 2+
halnya pada halida-halida Ag dan Hg 2 :

Banyak logam memperlihatkan tingkat oksidasi tertinggi dalam bentuk


fluorida. Bagi tingkat oksidasi tertinggi, yang tampak nyata pada logam
transisi, misalnya WF 6 atau OSF 6 umumnya adalah gas, cairan mudah
menguap, atau padatan, sangat mirip dengan fluorida nonlogam yang
kovalen. Adalah sukar meramalkan secara pasti apakah suatu fluorida logam
bersifat ion atau kovalen, dan perbedaan kedua jenis halida ini tidak selalu
tajam.

Halida-halida logam terhidrasi dapat dibuat dengan mereaksikan oksida,


karbonat dan hidroksida logam dengan HCl. Misalnya MgCl 2 . 6 H 2 O
dapat dibuat dengan reaksi berikut dilanjutkan dengan kristalisasi:

MgO(p) + 2HCl(aq) + 5 H 2 O(aq) MgCl 2 . 6 H 2 O(p)

Umumnya garam anhidrat tidak dapat diperoleh dengan memanaskan garam


hidratnya, karena akan terjadi dekomposisi, misalnya untuk MgCl 2 .
6 H 2 O:
15

MgCl 2 . 6 H 2 O(p) Mg(OH)Cl(p) + HCl(g) + 5 H 2 O(l)

Garam anhidrat dapat diperoleh dengan cara menambahkan tionil klorida,


SOCl2 ke dalam garam hidratnya, misalnya:

MgCl 2 . 6 H 2 O(p) + 6SOCl(l) MgCl 2( p) + 6 SO 2 (g) +


12HCl(g)


Iodida, I memiliki sifat reduksi, oleh karena itu tidak semua logam

dapat berada pada tingkat oksidasi yang tinggi dalam senyawanya dengan

I , misalnya:

+ I 2 (p)
2Cu (aq) + , 4 I (aq) 2CuI(p) +

Perhatikan bahwa Cu I 2 tidak dapat terbentuk.

,
Ion-ion Br dan I dapat dibedakan dengan cara
Cl
menambahkan larutan AgNO 3 , karena memberikan endapan dengan warna
yang berbeda. AgCl berwarna putih, AgBr berwarna krem, sedang AgI
berwarna kuning. Akan tetapi senyawa perak pada umumnya, termasuk ketiga
perak halida tersebut sentitif terhadap sinar, dan akan berubah warna menjadi
keperakan jika kena cahaya. Untuk membedakannya dapat dilakukan dengan
cara menambahkan larutan NH 3 . Padatan AgCl akan larut, membentuk

NH 3

kompleks .
+
Ag

NH 3

AgCl(p) + 2 NH 3 (aq) (aq) + Cl (aq)
+
Ag
16

AgBr hanya larut jika ditambahkan larutan NH 3 pekat, sedang AgI tetap
tidak larut pada kondisi ini.

Halida Kovalen (Halida Molekuler)

Kebanyakan unsur elektronegatif dan logam dalam tingkat oksida tinggi


membentuk halida kovalen. Zat ini umumnya berupa gas, cairan, atau padatan
mudah menguap dengan molekul-molekul yang hanya saling diikat oleh gaya
Van Der Waals. Dalam hal ini terdapat kolerasi antara meningkatnya derajat
kovalen logam dengan meningkatnya kecendrungan pembentukan senyawa
molekuler, oleh karenanya halida kovalen kadang-kadang juga disebut halida
molekuler.

Pembentukan jembatan antara dua atom lain merupakan masalah struktur


yang menarik. Jembatan yang digunakan seperti itu digambarkan sebagai
melibatkan ikatan kovalen kepada suatu atom logam, dan donasi pasangan
elektron kepada yang lain.

Namun data struktural memperlihatkan bahwa kedua ikatan kepada setiap


atom halogen jembatan adalah setara seperti berikut.
17

Longuet dan higgins menyediakan perumusan sederhana dimana gugus M-X-



M dikenal sebagai gugus tuna eletron 3-pusat 4-elektron. Untuk Cl dan


Br , jembatan cendrung melengkung (membentuk sudut), sedangkan
jembatan flourida dapat melengkung ataupun linier. Sebagai contoh dalam
BeF 2 terdapat rantai tidak terhingga,-- BeF 2 -- BeF 2 --, dengan
jembatan lengkung, mirip dengan keadaan dalam Be C l 2 . Akan tetapi
dipihak lain pentahalda logam transisi memberikan pertentangan yang
menarik perhatian. Sementara pentaklorida membentuk dimer dengan
jembatan M-Cl-M lengkung, pentaflourida membentuk tetramer siklik dengan
jembatan M-F-M linier.

Diduga hal ini dikarenakan jari-jari F yang kecil sehingga akan menimbulkan
tolakan logam-logam yang signifikan dalam jembatan lengkung.

Kebanyakan halida kovalen dapat dibuat dengan mereaksikan suatu unsur


dengan halogen. Jika lebih dari satu senyawa halida yang mungkin
dihasilkan, maka perbandingan mol harus diatur untuk mendapatkan salah
satu produk yang dominan. Misalnya dalam reaksi antara fosfor dengan
klorin, jika P berlebihan akan terbentuk PCl3 , sedangkan jika Cl2

berlebihan akan menghasilkan PCl5 :

2P(p) + 3Cl2(g) 2PCl3(g)

2P(p) + 5Cl2(g) 2PCl5(g)

Jika unsurnya lembam seperti N2 maka diperlukan jalur lain dalam


pembuatan halida unsur tersebut. Misalnya NCl3 tidak dapat dihasilkan dari
reaksi langsung antara N2 dengan Cl2, tetapi dapat dibuat dengan
mencampurkan NH3 dengan Cl2:
18

NH3(g) + 3Cl2(g) NCL3 (l) + 3HCl(g)

Sebagian besar halida kovalen bereaksi kuat dengan H 2O, misalnya untuk
PCl3:

PCl3(l) + 3H2O(l) H3PO3(I) + 4HCl(g)

Namun halida, terutama flourida, secara kinetik lembam misalnya CF 4 dan


SF6.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa logam dalam tingkat oksidasi tinggi


cenderung membentuk halida kovalen. Misalnya,SnCl4 berkelakuan seperti
halida kovalen,yaitu bewujud cair pada temperatur kamar dan bereaksi kuat
dengan air :

SnCl4(l) + 2H2O(l) SnO2(s) + 4HCl(g)

Jika suatu unsur nonlogam dapat berada dalam beberapa macam tingkat
oksidasi, maka tingkat oksidasi yang tinggi lebih stabil jika bersenyawa
dengan F2, sedang tingkat oksidasi yang rendah lebih stabil jika bersenyawa
dengan I2. Hal ini mencerminkan berkurangnya sifat oksidator halogen dari
F2>Cl2>Br2>I2.

Beberapa senyawaaan halida :

a. Boron trifluorida (BF3)


Boron trifluorida merupakan gas tak berwarna ( titik leleh -127oC dan
titik didih -100oC ) dengan bau mengiritasi dan beracun. Senyawa ini
sering digunakan sebagai katalis untuk polimerisasi kationik. Pada
kondisi normal BF3 berupa gas sebagai molekul monomer triangular
dan dapat berikatan koordinasi dengan basa-basa lewis seperti : amonia,
amina, eter, fosfin, dan sebagainya, karena sifat asam lewisnya cukup
kuat. Adduct (addition product ) antara BF3 dengan dieteleter,
(C2H2)2O : BF3, merupakan cairan yang dapat didestilasi. Adduct ini
merupakan reaktan yang digunakan untuk preparasi deboran, B2H6.
19

b. Tetrafluoroborot (BF4)
Tetrafluoroborat merupakan anion berstruktur tetrahedral yang
dihasilkan oleh reaksi antara BF3 dengan alkali flourida. Beberapa
senyawa yang mengandung anion ini di antaranya AgBF 4, NOBF4 dan
HBF4. Karena kemampuan koordinasinya lemah, BF 4 dapat digunakan
untuk kristalisasi kompleks kation logam transisi sebagai ion lawan
seperti halnya ClO4, AgBF4 dan NOBF4 juga bermanfaat sebagai bahan
pengoksidasian 1-e untuk beberapa senyawa kompleks.

c. Tetraklorosilan (SiCl4)
Tetraklorosilan merupakan cairan tak berwarna ( titik leleh -70 oC dan
titik didih57,5oC). Ia sangat bermanfaat sebagai bahan baku produksi
silikon murni dan silikon-silikon organik. Senyawa tersebut berupa
molekul tetrahedral reguler, dan bereaksi secara hebat dengan air
membentuk asam silikat da asam klorida sesuai dengan persamaan
reaksi :
SiCl4(l) + 4H2O(l) 4HCl(l) + H4SiO4(s)

d. Fosfor trifluorida (PF3)


Fosfor trifluorida merupakan gas tak berwarna, tak berbau, dan sangat
beracun (titik leleh -151,5oC Dan titik didih -101,8 oC). Struktur
molekulnya adalah piramida segitiga. Karena memiliki pasangan
elektron bebas, PF3 dapat menjadi ligan dalam pembentukan kompleks
dengan logam-logam transisi.

e. Fosfor penta klorida (PCl5)


Fosfor pentaklorida merupakan zat kristalin tak berwarna (tersublimasi
sekaligus terdekomposisi menjadi PCl3 dan Cl2 pada 160oC) . Dalam
keadaan gas struktur melekulnya adalah bipiramida segitiga, sedangkan
dalam padatan kristal berapa pasangan ion [PCl4]+ [PCl4]+ . senyawa ini
bereaksi hebat dengan air menjadi asam fosfat dan asam klorida, namun
ia juga larut dalam pelarut-pelarut, yaitu untuk klorinasi senyawa-
senyawa organik.

f. Arsen pentafluorida (AsF5)


20

Arsen pentafluorida adalah gas tak berwarna (titik leleh -79,8 oC dan
titik didih - 52,9oC). Molekulnya adalah trigonal bipiramida.
Walaupun senyawa ini terhidrolisis, senyawa ini larut dalam pelarut
organik AsF5 adalah penangkap elektron yang kuat , senyawa ini dapat
membentuk kompleks donor akseptor dengan donor elektron.

g. Belerang heksafluorida (SF6)


Belerang heksafluorida merupakan gas tak berwarna dan tak berbau
(titik leleh -508oC dan titik sublimasinya -63,8 oC). Molekulnya
berbentuk oktahedral. Ia tidak stabil dan sukar larut dalam air. Karena
memiliki sifat penahan panas yang istimewa, tidak mudah terbakar dan
tahan korosi, SF6 digunakan sebagai isolator tinggi.

h. Belerang klorida (S2Cl2)


Belerang klorida merupakan cairan yang berwarna oranye (titik leleh
-80oC dan titik didih 138oC). Mempunyai struktur yang sama dengan
hidrogen peroksida. Ia mudah larut dalam pelarut organik dan
digunakan dalam skala besar untuk vulkansasi karet.

Asam halida

Semua unsur halogen dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk asam


halida HX. Reaksi H2 dan F2 berlangsung cukup cepat,sedangkan I2 bereaksi
lambat pada temperatur kamar. HF dan HCl biasanya dibuat dengan
menambahkan asam sulfat pada garam-garam fluorida dan klorida, terutama
CaF2 dan NaCl.

CaF2(s) + H2SO4(aq) CaSO4(s) + 2HF(l)

NaCl(s) + H2SO4(aq) NaHSO(aq) + HCl(g)

HBr dan HI tidak dibuat dengan cara ini, karena asam sulfat akan
mengoksidasi garam-garam bromida menjadi Br2 dan I2 .HBr biasanya dibuat
dengan mereaksikan garam bromida dengan H3PO4, tetapi dalam skala
laboratorium pembuatan ini lebih sering dikerjakan dengan penambahan
brom kedalam campuran fosfor merah dan air.
21

2P(s) + 3Br2(l) 2PBr3(l)

2PBr3(l) + 3H2O H3PO3(aq) + 3HBr(g)

Dengan cara serupa, HI dibuat dengan menambahkan air kedalam campuran


P dan I2.

HCl, HBr dan HI merupakan gas, sedang HF berupa cairan dengan titik didih
19oC titik didih HF yang relatif tinggi, walaupun massa molekulnya kecil
sebagai akibat adanya ikatan hidrogen antar molekul-molekul HF.

Dalam keadaan gas, hidrida halogen merupakan senyawa kovalen, tetapi


dalam air senyawa ini akan terdisosiasi kuat, sehingga HCl, HBr dan HI
merupakan asam-asam kuat.

HCl(l) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)

Dalam larutan encer, HF hanya terdisosiasi sedikit sedang HCl, HBr dan HI
terdisosiasi sempurna. Dalam pelarut bukan air, seperti metanol senyawa-
senyawa ini akan terdisosiasi lebih sempurna daripada HCl. Oleh karena itu,
HI merupakan asam terkuat diantara asam halogen yang lain. Urutan
kekuatan asam untuk asam halogenida adalah : HI > HBr > HCl > HF. Hal ini
dapat dipahami mengingat I memiliki ukuran paling besar, yang berakibat H
dalam HI terikat relatif lemah sehingga H+ lebih mudah dilepaskan.

Walaupun merupakan asam lemah, HF sangat reaktif. Ia merupakan salah satu


dari hanya beberapa senyawa yang dapat bereaksi dengan kaca :

Oleh karena itu botol penyimpan HF biasanya terbuat dari plastik.

Oksida Halogen
22

Halogen oksida dapat bereaksi dengan fluorin atau halogen fluorida untuk
membentuk halogen fluorida oksida, FnXOm. Fluorida halogen oksida dapat
dianggap menjalani selfionization, mirip dengan interhalogens dan dengan
demikian dapat bereaksi dengan asam Lewis dan basa untuk membentuk
garam yang sesuai. Klorin nitrat bereaksi dengan fluor pada suhu rendah
menghasilkan F3ClO:

Fluorination dari klorat dengan klorin trifluorida pada suhu kamar


menghasilkan FClO2:

Kestabilan FClO3 yang merupakan gas yang tidak berwarna dapat dibuat
dengan fluorination kalium klorat pada suhu -40 C dengan unsur fluor.
Dengan hasil 97% pada skala industri fluorination perklorat dengan antimon
pentafluoride atau dengan superacid (campuran SbF5 dan asam
fluorosulfonic, HOSO2F). FClO3 adalah senyawa yang agak inert, terutama
pada suhu kamar.

F3ClO terurai di suhu 300C klorin trifluoride dan oksigen , sedangkan pada
suhu kamar dekomposisi ini agak lambat dan akan meningkat dengan
pemanasan atau dengan sinar UV.

Demikian pula, FClO2 terurai menjadi klorin fluoride dan oksigen karena itu
senyawa ini dapat berfungsi baik sebagai fluorinating atau oksidasi agen.
23

Kebanyakan oksida halogen tidak sangat stabil dan mudah terdekomposisi.


Dikloro oksida, Cl2O, dalam skala laboratorium dibuat dengan mereaksikan
klorin dengan oksida merkuri reaksinya sebagai berikut.

Pada skala industri, dapat dibuat dengan mereaksikan klorin dengan karbonat
lembab reaksinya sebagai berikut:

Oksida ini mudah larut dalam air untuk membentuk asam hipoklorit reaksinya
seperti berikut.

Garamnya, yang hipoklorit, cukup stabil dan digunakan dalam industri tekstil
dan untuk pemutih kayu pulp.
Klorin dioksida, ClO2, adalah oksida stabil dan dapat dibuat dengan
mengurangi klorat :

atau dalam reaksi dengan asam oksalat lembab:

Klorin dioksida adalah agen pengoksidasi yang kuat terhadap kedua bahan
organik dan anorganik.
Hexoxide dikloro, Cl2O6 dibuat oleh ozonolysis dari ClO2:

Hal ini diasumsikan menjadi senyawa ionik dalam keadaan padat, [ClO2] +
[ClO4]
Oksida yang paling stabil adalah dikloro heptoksida, Cl2O7, anhidrida dari
asam perklorat, HClO4. Hal ini dapat diperoleh dengan dehidrasi yang asam
dengan H3PO4 pada 10 C, diikuti dengan distilasi suhu rendah pada tekanan
rendah.
24

Bentuk bromin oksida seperti Br2O, Br2O3, dan BrO3 stabil pada suhu rendah
dan pada suhu kamar. Misalnya, Br2O3 senyawa (disintesis dari Br2 dan O3)
membentuk padatan kristal berwarna jingga. Senyawa bromin, yang paling
stabil adalah BrClO3, yang dapat dibuat dengan fluorination dari perbromata
dengan AsF5 atau BrF5.

Bentuk yodium yang paling stabil dari semua oksida halogen adalah I 2O5
berbentuk kristal berwarna putih. Hal ini dapat dibuat dengan dehidrasi asam
iodik HIO3 pada suhu 200C dalam aliran udara. Hal ini juga dapat dibuat
dengan interaksi langsung yodium dan oksigen dalam debit cahaya. I 2O5
mudah larut dalam air untuk membentuk senyawa induk (asam iodic). Hal ini
dapat mengoksidasi berbagai bahan kimia anorganik dan merupakan salah
satu dari beberapa agen yang mengoksidasi karbon monoksida sepenuhnya
pada suhu kamar . Reaksi ini digunakan untuk menganalisis konsentrasi CO
di udara atau dalam campuran gas.

(IO)2SO4 dihidrolisis menjadi bubuk dirumuskan sebagai I 2O4, yang


monoklinik terurai pada pemanasan untuk I2O5 dan I2.

Asam Oksi Halogen


Semua unsur halogen kecuali fluor, dapat membentuk asam oksi dengan
rumus umum HOX, HOXO, HOXO2, HOXO3, yang masing-masing disebut
sebagai asam hipohalit, asam halit, asam halat, dan asam perhalat. Adapun
fluor hanya dapat membentuk asam hipofluorit, HOF, yang dapat dibuat
dengan mengalirkan F2 ke atas es. HOF ini tidak berwarna dan tidak stabil.
Adapun HOFO, HOFO2, dan HOFO3 tidak pernah dijumpai, diduga hal ini
disebabkan oleh karena F memiliki elektronegativitas yang tinggi, sehingga
25

pasangan elektron bebas yang ada padanya dalam molekul HOF tidak dapat
mengikat O lebih banyak lagi dengan ikatan koordinasi. Pada HOFO 2 dan
HOFO3 alasan ketiadaannya juga dapat berasal dari faktor sterik.

Asam hipohalit HOCl, HOBr, HOI merupakan asam lemah , tidak stabil dan
terdapat hanya dalam bentuk larutan. Asam-asam ini diperoleh dari reaksi
antara endapan segar HgO dalam air dengan halogen yang sesuai dengan
persamaan reaksi:
2HgO + H2O + 2X2 HgO HgX2 + 2HOX

Asam hipoklorit, HOCl merupakan asam yang paling stabil dibandingkan


dengan asam hipohalit yang lain. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
bahan pemutih dalam industri tekstil.

Asam hipoiodit bersifat amfoter dan menunjukkan sifat sebagai iodium


hidroksida IOH dalam beberapa reaksi. Asam ini tidak dapat diisolasi, karena
asam hipoiodit sangat mudah berubah menjadi asam iodat dan asam iodida.

3HOI HIO3 + 2HI

Pada dasarnya, ion hipohalit dapat dihasilkan dengan melarutkan halogen


dalam basa menurut reaksi umum:

X2 + 2OH- XO- + X- + H2O

Akan tetapi ion hipohalit cenderung mengalami disproporsionasi (otoredoks)


dalam larutan basa menghasilkan ion halat :

3XO- 2X- + XO3

Produk yang diperoleh pada pelarutan halogen dalam basa bergantung kepada
laju pembuatan ion hipohalit mula-mula yang mengalami disporposionasi .
Laju ini ragam dengan temperatur. Disporposionasi ClO- lambat pada
temperatur kamar atau lebih rendah, oleh karena itu jika Cl2 bereaksi dengan
basa dalam keadaan dingin diperoleh larutan murni Cl - dan ClO-. Akan tetapi
26

dalam keadaan panas , kurang lebih 75oC, laju disporposionasi agak cepat dan
pasti menghasilkan ClO3- dengan baik.

Disporposionasi BrO- cukup cepat walaupun pada temperatur kamar. Larutan


BrO hanya dapat dibuat dan atau dijaga sekitar 0 oC. Pada temperatur sekitar
50-80 oC BrO3 secara kuatitatif:

3Br(l) + OH-(aq) 5Br-(aq) + BrO3-(aq) + 3H2O(l)


Laju disporprosionasi IO begitu cepat sehingga tidak dikenal dalam

larutan. Reaksi I2 dengan basa karenanya memberikan IO3 secara

kuantitatif menurut persamaan yang analog dengan Br 2 .

Satu-satunya asam halit yang stabil adalah asam klorit, HClO2 . Zat ini
diperoleh dalam larutan air dengan memperlakukan suspensi barium klorit

dengan H 2 SO 4 , lalu menyaring BaSO 4 -nya. Ia merupakan asam yang

relatif lemah ( K a 102 ) dan tidak dapat diisolasi. Garam klorit, MCl 2 ,

diperoleh dengan mereaksikan ClO 2 dan larutan basa:


2ClO 2( g) + 2OH (aq) ClO2 (aq) + ClO3 (aq) +

H 2 O (l)


Dalam larutan basa, ClO 2 cukup stabil walaupun dipanaskan hingga

mendidih, akan tetapi dalam suasana asam mengalami dekomposisi dengan



cepat dan dikatalisis oleh Cl :

5HClO2 4ClO2 + Cl- + H+ + 2H2O

Asam klorat HClO3 dan asam bromat HBrO3 dijumpai dalam larutan, sedang
asam iodat HIO3 merupakan padatan berwarna putih. Hal ini menunjukkan
bahwa stabilitas asam-asam halat bertambah sesuai dengan kenaikan nomor
atom halogen. Semua asam-asam ini merupakan asam kuat dan sekaligus
sebagai oksidator kuat. Pembuatan asam iodat dapat dilakukan dengan
27

mengoksidasi I2 menggunakan asam nitrat pekat, H2O2 atau O3; sedang asam
klorat dan asam bromat diperoleh dalam larutan melalui barium halat dengan
H2SO4.

Asam perklorat HClO4 ini biasanya tersedia dalam konsentrasi 70-72


berat. HClO4 murni dapat diperoleh dengan distilasi vakum yang
menggunakan pendehidrasi Mg(ClO4)2. Zat ini stabil pada 25 hanya
untuk beberapa hari, selanjutnya terurai menghasilkan Cl 2O7. HClO4 murni
dan larutannya yang pekat bereaksi eksplosif dengan senyawa organik. Ion
ClO4- merupakan ligan yang sangat lemah, oleh karena itu asam perklorat
serta alkali perklorat sering digunakan untuk membuat larutan yang dapat
meminimalkan pengompleksan katon.

Perbromat dapat diperoleh hanya melalui oksidasi BrO 3-, terutama oleh F2
dalam larutan basa:

BrO3- (aq) + F2(g) + 2OH-(aq) BrO4-(aq) + 2F-(aq) + H2O(l)

Zat tersebut merupakan pengoksidasi yang sangat kuat.

BrO4-(aq) + 2H+(aq) +2e BrO3-(aq) + H2O(l)

Larutan HBrO4 stabil sampai konsentrasi 6 M, tetapi akan terdekomposisi bila


lebih pekat.

Asam periodat dan garamnya digunakan dalam kimia organik sebagai


pengoksidasi yang biasanya bereaksi lancar dan cepat. Mereka adalah
pengoksidasi dalam analisis yang berguna, misalnya mengoksidasi Mn 2+
menjadi MnO4-.

Senyawa Interhalogen

Banyak senyawa antara sesama halogen baik dari unsur yang sama maupun
berbeda dapat terbentuk dalam berbagai kombinasi, baik netral atau ionik,
misalnya: BrCl, IF5, Br3+, I3-, dan lain lain. Dapat juga terjadi gabungan
terner dalam bentuk ion polihalida, misalnya IBrCl-.
28

Senyawa antarhalogen yang netral adalah dari jenis XX n dimana n adalah


bilangan ganjil dan X selalu halogen yang lebih ringan bila n > 1. Karena n
ganjil, senyawanya diamagnetik, elektron valensinya berada baik sebagai
pasangan yang mengikat atau pasangan yang tidak digunakan bersama.

Dalam kelompok XX tedapat senyawa-senyawa ClF, BrF, BrCl, Icl, dan IBr;
kelompok XX3 meliputi ClF3, BrF3, dan IF3. Senyawa-senyawa BrF5 dan IF5
termasuk dalam kelompok senyawa XX5 sedang senyawa IF7 merupakan
satu-satunya anggota snyawa kelompok XX7.

Senyawa interhalogen dapat dibuat melalui kombinasi langsung atau dengan


menambahkan suatu halogen kepada senyawa interhalogen yang lebih rendah.
Hasil reaksi yang akan diperoleh sangat bergantung pada kondisi reaksi
seperti konsentrasi, suhu, dan tekanan misalnya:

Senyawa BrF dapat dibuat dengan fluorinating bromin tidak dengan unsur
fluor tetapi dengan fluoride bromin lebih tinggi dalam reaksi
disproporsionasi:

Ion interhalogen bisa berupa kation maupun anion. Arsen pentafluorida


(AsF5) bereaksi dengan akseptor ion fluorida, misalnya:

2ClF + AsF5 FCl2+AsF6-

Cesium fluorida bereaksi dengan akseptor ion fluorida:

IF5 + CsF Cs+IF6-


29

Ion triiodida (I3-) yang kuning pucat terbentuk dengan melarutkan I2 dalam
larutan KI dalam air. Kemampuan lelehan I 2 dalam menghantarkan dianggap
bertalian dengan autoionisasi:

3I2 I3+ + I3-

Terdapat banyak garam I3- , namun anion trihalida lain biasanya tidak stabil
dala larutan akua walaupun mereka dapat diperoleh dalam CH 3OH atau
CH3CN, dan sebagai garam kristal dari kation-kation berukuran besar seperti
Cs+ atau R4N+. Ion triklorida (Cl3-) hanya dapat terbentuk dalam larutan pekat:

Cl-(aq) + Cl2 Cl2-(aq).

2.5 Kegunaan halogen

Fluor digunakan untuk pembuatan uranium heksa fluorometana, senyawa


235
yang dipisahkan dalam alat difusi gas untuk mengisolasi U sebagai
bahan bakar nuklir. Bahan-bahan penting yang mengandung fluor antara lain:

a. Klorofluorokarbon, diantaranya CF 2 Cl2 (diklorofluorometana) yang


juga dikenai sebagai CFC atau Feron-12. Gas ini digunakan sebagai
pendingin pada kulkas dan AC, serta sebagai gas pendorong (propelan)
pada kaleng semprotan.
b. Natrium fluorosilikat,Na2SiF6, digunakan untuk memberi fluor pada air
dan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah kerusakan.
c. Kriolit sintetik, Na5AlF6, digunakan sebagai elektrolit dalam elektraksi
elektrolitik alumunium dari Al2O3.
d. Teflon, suatu polimer karbon-fluor yang lembam dan tahan temperatur
tinggi.

Klorin dan senyawanya mempunyai manfaat yang sangat banyak dalam


industri bahan kimia yang berhubungan dengannya, diantaranya:

a. Gas klorin ( Cl2 digunakan untuk memurnikan air minum dan anti
bakteri untuk kolam renang, limbah kota, dan limbah industri.
30


Penggunaan ini didasarkan pada daya oksidasi HCl dan O Cl yang

terbentuk bila Cl2 dilarutkan dalam larutan basa.


b. Klorin juga digunakan dalam produksi C Cl 4 , suatu pelarut organik
yang penting.
c. NaCl digunakan sebagai garam dapur, KCl digunakan sebagai puuk,
sedang N H 4 Cl digunakan sebagai elektrolit pengisi baru baterai.
d. Kaporit Ca (OCl)2 digunakan sebagai disinfektan pada air.
e. PVC (poly vinil chloride) digunakan pada industri plstik untuk pipa
pralon.
f. Kloroform (CH Cl3 digunakan sebagai pelarut dan obat bius pada
pembedahan.
g. Larutan natrium hipoklorit NaClO digunakan sehari-hari sebagai
pengelantang dan dalam produksi kertas dan rayon.
h. Etilen-glikol sebagai bahan antibeku pada radiator mobil khususnya di
negara-negara beriklim dingin.

Beberapa pemanfaatan senyawaan bromin adalah:

a. NaBr digunakan dalam bidang kedokteran sebagai obat penenang saraf.


b. AgBr digunakan dalam bidang fotografi. Dalam hal ini AgBr dilarutkan
dalam film gelatin, kemudian film dicuci dengan larutan Na 2 S2 O3
untuk menghilangkan kelebihan AgBr. Ag akan tertinggal pada film
sebagai bayangan hitam.
c. CH 3 Br digunakan sebagai bahan campuran pada zat pemadam
kebakaran.
d. C2 H 4 Br2 ditambahkan pada bensin untuk mengubah timbal (Pb)

menjadi Pb Br 2 agar tidak mengendap.

Dalam skala industri, iodin diperoleh dengan meraksikan natrium iodat (Na
IO3 ) dengan natrium bisulfit ( NaH SO3 ). Iodin akan terendap sehingga
dapat disaring dan dimurnikan. Adapun kegunaan iodin dan senyawaannya,
antara lain:

a. Larutan I 2 dalam alkohol digunakan sebagai antiseptik luka untuk


mencegah infeksi.
b. KI O3 dan NaI sering ditambahkan ke dalam garam dapur untuk
meningkatkan kandungan iodium yang dapat mencegah penyakit gondok.
31

c. Dalam industri tepung, I 2 digunakan untuk identifikasi amilum.


d. Iodoform ( CHI 3 ) digunakan sebagai disinfektan untuk mengobati
luka.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari isi penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Halogen merupakan golongan nonlogam yang sangat reaktif mereka
ditemukan secara alami hanya sebagai senyawa garamnya atau dalam
bentuk molekul diatomik di udara (F2, Cl2, Br2, dan I2) sangat berbau,
berwarna, dan beracun.
2. Fluor adalah unsur ketiga belas dalam urutan kelimpahan dalam batuan
kerak bumi.
32

3. Klorin adalah unsur kedua puluh yang paling melimpah di batuan kerak
bumi.
4. Brom adalah substansial kurang berlimpah dalam batuan kerak dibanding
fluor atau klor.
5. Yodium berada di enam puluh dalam urutan kelimpahan pada batu kerak.
6. Beberapa anomali fluorin jika dibandingkan dengan unsur-unsur
segolongannya antara lain energi ikatnya relatif kecil (hanya 155 kJ/mol),
keterbatasan ikatan, elektronegativitas tinggi, karakter ionik kebanyakan
fluorida, tingginya tingkat oksidasi suatu logam jika bersenyawa dengan
fluorin, dan perbedaan dalam kelarutan fluorida.
7. Pembuatan unsur halogen bisa dilakukan dalam skala kecil
(laboratorium) maupun dalam skala besar (industri).
8. Fluor, bromin, dan yodium tidak terlalu reaktif terhadap oksigen (O 2) atau
nitrogen (N2).
9. Reaksi-reaksi yang terjadi pada unsur halogen antara lain reaksi
pengusiran halogen, reaksi dengan air, reaksi dengan hidrida, reaksi
dengan sesama unsur halogen (interhalogen), oksida halogen, dan asam
oksi halogen.
10. Fluor digunakan untuk pembuatan uranium heksa fluorometana, senyawa
235
yang dipisahkan dalam alat difusi gas untuk mengisolasi U sebagai
bahan bakar nuklir.
11. Klorin juga digunakan dalam produksi C Cl 4 , suatu pelarut organik
yang penting.
12. NaBr digunakan dalam bidang kedokteran sebagai obat penenang saraf
dan larutan I 2 dalam alkohol digunakan sebagai antiseptik luka untuk
mencegah infeksi.

3.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberi saran yang sangat
bermanfaat dan membantu penyempurnaan dalam penulisan makalah unsur
non logam halogen ini yaitu:
33

1. Perlunya penguasaan materi yang mendalam untuk kimia anorganik


khususnya materi halogen.
2. Untuk mengoptimalkan penguasaannya dianjurkan untuk melatih dan
membimbing mahasiswa mata kuliah Kimia Anorganik I.

Anda mungkin juga menyukai