Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KIMIA UNSUR

“Unsur Halogen”

Dosen Pengampu :
Dwi Rasy Mujianti, S.Si., M.Si
NIP. 19810516 200801 2 023

Disusun Oleh :
Kelompok VII
Kiki Amalia Wardhani NIM. 1711012220005
Salsabila Aqila Putri NIM. 1711012220010
Yurida NIM. 1711012220015
Siti Patimah NIM. 1711012320007

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Halogen pada sistem perodik unsur modern terdapat pada golongan VIIA.
Halogen berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata halos yang berarti garam
dan kata genus yang berarti pembentuk. Jadi halogen merupakan suatu pembentuk
garam. Hal ini didasarkan pada sejarah penemuan unsur-unsur halogen yang selalu
didapatkan dari garam. Unsur-unsur yang termasuk golongan halogen adalah Fluor
(F), Klor (Cl), Brom (Br), Iodin (I), Astatin (At), dan Tennesin (Ts). Halogen
memiliki 7 elektron valensi, sehingga sangat reaktif karena mudah menerima 1
elektron. Karena kereaktifannya unsur-unsur halogen tidak dijumpai dalam keadaan
bebas.
Halogen banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam tubuh
manusia beberapa unsur halogen berperan dalam metabolisme tubuh. Misalnya, ion
klorida yang mengatur osmosis pada jaringan sel dan plasma darah. Iodin terdapat
pada kelenjar tiroid sebagai hormon tiroksin.
Melihat banyaknya kegunaan dari unsur-unsur halogen, maka diperlukan
berbagai pengetahuan mengenai golongan tersebut seperti sifat fisika dan kimia
masing-masing unsur dalam golongan, persenyawaan unsur dengan senyawa lain,
reaksi kimia, metode ekstraksi ( cara membuat), dan pemanfaatannya dalam
kehidupan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa saja unsur-unsur pada golongan VII A ?
2. Bagaimana persenyawaan unsur halogen ?
3. Bagaimana reaksi kimia unsur halogen ?
4. Bagaimana metode ekstraksi dan preparasi unsur halogen ?
5. Bagaimana pemanfaatan unsur halogen dalam kehidupan ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui unsur-unsur pada golongan VII A.
2. Mengetahui persenyawaan unsur halogen.
3. Mengetahui reaksi kimia unsur halogen.
4. Mengetahui metode ekstraksi dan preparasi unsur halogen.
5. Mengetahui pemanfaatan unsur halogen dalam kehidupan.
1.4. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan pada penulisan makalah ini adalah dengan studi
literatur pada ebook maupun internet dan artikel ilmiah.
BAB II
ISI
2.1. Golongan Unsur Halogen

Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA atau sekarang lebih dikenal dengan
golongan 17 dalam tabel sistem periodik unsur, yang mempunyai elektron valensi 7
pada subkulit ns²np⁵.  Istilah  halogen  berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis dari
abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani, yaitu halo genes yang artinya
‘pembentuk garam’ karena unsur-unsur tersebut dapat bereaksi dengan logam
membentuk garam. Halogen merupakan sekumpulan unsur nonlogam  yang saling
berkaitan erat, lincah, dan berwarna terang. Dan secara alamiah bentuk molekulnya
diatomik.
            Untuk mencapai keadaan stabil (struktur elektron gas mulia) atom-atom ini
cenderung menerima satu elektron dari atom  lain atau dengan  menggunakan
pasangan elektron secara bersama hingga membentuk ikatan kovalen. Atom  unsur
halogen sangat mudah menerima elektron dan  membentuk ion bermuatan negatif
satu. Ion negatif disebut ion halida, dan garam yang terbentuk oleh ion ini disebut
halida.
            Halogen digolongkan sebagai pengoksidator kuat karena kecenderungannya
membentuk  ion negatif. Selain itu, halogen adalah golongan yang paling reaktif
karena unsur-unsurnya memiliki konfigurasi elektron pada subkulit ns2 np5. Golongan
halogen  terdiri dari beberapa unsur yaitu Fluorin (F), Klorin (Cl), Bromin (Br), Iodin
(I), Astatin (At) dan unsur Ununseptium yang belum diketahui dengan jelas.
2.1.1 Fluorin (9F)

Fluorin adalah yang paling reaktif dan paling elektronegatif dari semua unsur.
Fluorin adalah gas kuning pucat, diatomik, sangat korosif, mudah terbakar, dengan
bau yang menyengat. Fluorin adalah halogen paling ringan. Unsur ini bereaksi keras
dengan air untuk menghasilkan oksigen dan asam hidrofluorik yang sangat korosif.
Kelimpahan kerak bumi: 585 bagian per juta berat, 104 bagian per juta per mol.
Kelimpahan tata surya: 500 bagian per miliar berat, 30 bagian per miliar mol. Di
alam, fluorin terjadi terutama pada mineral fluorspar (CaF2) dan kriolit (Na3AlF6).
Secara komersial, produksi fluorin melibatkan elektrolisis campuran kalium fluoride
cair dan asam fluorida. Bentuk gas fluorin di anoda, dan gas hidrogen di katoda.

Lambang F
Golongan VII A
Warna Kuning pucat
Massa Atom 18,998403
Bentuk Gas
Titik Leleh -219.6 oC, 53.6 K
Titik Didih -188.1 oC, 85.1 K
Konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p5
Massa jenis 0,001696 g/cm3
2.1.2 Klorin (17Cl)
Klorin adalah gas kuning keabu-abuan, diatomik, padat dengan bau tajam (bau
pemutih). Klorin tidak ditemukan bebas di alam karena mudah bergabung dengan
hampir semua elemen lainnya. Klorin terjadi di alam terutama sebagai garam biasa
(NaCl), karnala [KMgCl2.6 (H20)], dan sylvite (KCl). Dalam bentuk cair dan padat,
klorin adalah zat pemutihan, pengoksidasi dan desinfektan yang kuat.
Kelimpahan kerak bumi: 145 bagian per juta berat, 85 bagian per juta per mol
Kelimpahan tata surya: 8 bagian per juta berat, 0,3 bagian per juta oleh mol. Gas Cl
diproduksi secara komersial dengan elektrolisis natrium klorida (NaCl) dari air laut
dan air garam dari tambang garam. Klor memiliki 16 isotop yang umur paruhnya
diketahui, dengan jumlah massa 31 sampai 46. Klorin alami adalah campuran dari
dua isotop stabil 35Cl dan 37Cl dengan kelimpahan alami masing-masing 75,8% dan
24,3%.
Golongan VII A (halogen) dan Non-logam
Warna Kuning kehijauan
Massa atom 35,453
Bentuk Gas
Titik leleh -101 oC , 172 K
Titik didih -34 oC , 239 K
Elektron 17
Proton 17
Neutron 18
Kulit elektron 2,8,7
Konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Massa jenis (20oC) 0.003214 g/cm3

2.1.3 Bromin (35Br)


Bromin merupakan unsur halogen yang berbentuk cair dalam suhu ruang,
sehingga dikenal juga secara umum sebagai air brom. Bromin merupakan bahan
kimia dengan pemanfaatan yang sangat luas dalam industri untuk beragam
penggunaan. Sebagai contoh, unsur ini merupakan pereaksi penting untuk reaksi
hidrogenasi (penambahan atom hidrogen) pada senyawa alkena menjadi senyawa
alkana, dan atau reaksi brominasi senyawa organik. Unsur ini juga digunakan sebagai
bahan pemadam kebakaran (flame retardant) di lingkungan (SGP Meeting, 2008).
Bromin diperoleh dari deposit air garam alami. Beberapa bromin masih
diekstraksi hari ini dari air laut, yang isinya hanya sekitar 70 ppm. Brom memiliki 26
isotop yang umur paruhnya diketahui, dengan jumlah massa 68 sampai 94. Brom
yang terjadi secara alami adalah campuran dari dua isotop stabil dan ditemukan
dalam persentase yang ditunjukkan yaitu  79Br (50.7%) and 81Br (49.3%).
Simbol dan Golongan Br, Halogen, non logam, VII A
Warna Gas/cairan : merah-coklat ; padat : metalik
Massa atom 79.904
Bentuk Liquid
Titik lebur 265.8 K (-7.2 oC, 19oF)
Titik didih 332 K (58.8 oC, 137.8oF)
Konfigurasi Elektron [Ar] 4s2 3d10 4p5

2.1.4. Iodin (53I)


Yodium adalah padatan hitam kebiruan yang berkilau. Meski kurang reaktif
dibanding unsur-unsur di atasnya pada kelompok VII A (fluorin, klorin dan bromin)
masih membentuk senyawa dengan banyak unsur lainnya. Meskipun yodium adalah
non logam, namununsur tersebut menampilkan beberapa sifat logam. Bila dilarutkan
dalam kloroform, karbon tetraklorida atau karbon disulfida, yodium menghasilkan
larutan berwarna ungu. Larutan ini hampir tidak larut dalam air, merupakan larutan
yang berwarna kuning.
Kelimpahan kerak bumi: 450 bagian per miliar berat, 73 bagian per miliar mol
Kelimpahan tata surya: bagian per miliar berat, bagian per miliar mol. Di alam,
yodium terjadi dalam bentuk ion iodida, terutama di air laut. Ion dimasukkan ke
dalam rantai makanan melalui rumput laut dan tanaman laut lainnya. Yodium
ditemukan di beberapa mineral dan tanah. Secara komersial, iodin diperoleh dengan
beberapa cara, seperti mengonsumsi uap yodium dari air garam olahan, melalui
pertukaran ion air garam atau dengan melepaskan yodium dari iodat yang diambil
dari bijih nitrat.

Simbol dan Golongan I, Halogen, non logam, VII A


Warna Padat hitam kebiruan, Uap ungu
Massa atom 126,9045
Bentuk Padat
Titik Leleh 113,5 oC, 386,6 K
Titik didih 184 oC, 457 K
Elektron 53
Proton 53
Neutron 74
Kulit Elektron 2,8,18,18,7
Konfigurasi Elektron [Kr] 4d10 5s2 5p5
Massa jenis (20oC) 4.93 g/cm3

2.1.5 Astatine (85At)

Astatin (At), unsur kimia radioaktif dan anggota terberat dari unsur halogen,
atau Kelompok 17 (VIIA) dari tabel periodik. Astatin, yang tidak memiliki isotop
stabil, pertama kali diproduksi secara sintetik (1940) di Universitas California oleh
fisikawan Amerika Dale R. Corson, Kenneth R. MacKenzie, dan Emilio Segre, yang
membombardir bismuth dengan partikel alfa yang dipercepat (inti helium) untuk
menghasilkan astatine-211 dan neutron. Isotop alami astatine kemudian ditemukan
dalam jumlah kecil dalam tiga seri peluruhan radioaktif alami, di mana mereka terjadi
dengan percabangan minor (astatine-218 dalam seri uranium, astatine-216 dalam seri
torium, dan astatine-215 dan astatine- 219 dalam seri aktinium). Tiga puluh dua
isotop diketahui; astatine-210, dengan paruh 8,1 jam, adalah isotope dengan paruh
hidup terpanjang. Karena astatine tidak memiliki isotop stabil atau berumur panjang,
Astatin diberi nama dari kata astatos Yunani, yang berarti "tidak stabil."
2.1.6 Tennessine (117Ts)
Tennessin adalah logam radioaktif sintetis dan hanya diproduksi dalam jumlah
kecil. Kelimpahan pada kerak bumi adalah nihil. Kelimpahan pada Tata surya adalah
bagian per triliun berat, bagian per triliun oleh mol. Tennessin dapat diproduksi
dengan membombardir 249Bk dengan 48Ca dalam akselerator ion berat. Data awal
telah mengidentifikasi 2 isotop tennessin, dengan nomor massa 293 dan 294. Tidak
stabil. Perkiraan waktu paruh Tennessin-293 adalah 14 ms dan tennessine-294 78 ms.

Simbol dan golongan Ts, halogen (perkiraan)


Warna
Massa atom (294), isotop tidak stabil
Bentuk solid (presumed)
Titik leleh
Titik didih 883 K (610°C, 1130°F) (diperkirakan)
Elektron 117
Proton 117
Neutron 177
Kulit Elektron 2, 8, 18, 32, 32, 18, 7
Konfigurasi Elektron [Rn] 5f14 6d10 7s2 7p5 (dugaan)

2.2. Persenyawaan Unsur Halogen


Berdasarkan Graham (2000); Atkins et al (2007); Hessler et al (1921) golongan
halogen memiliki beberapa jenis reaksi yang membentuk suatu senyawa. Reaksi-
reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Reaksi dengan Air
Berdasarkan tabel potensial reduksi standar, ditentukan bahwa iodium dan
bromin tidak dapat mengoksidasi air menjadi oksigen karena memiliki potensi
reduksi yang lebih kecil daripada oksigen. Oleh karena itu, iodium dan bromin tidak
bereaksi dengan air. Namun, fluor dan klorin memiliki potensi reduksi yang lebih
besar, dan dapat mengoksidasi air.
Fluor bereaksi dengan uap air untuk membentuk oksigen dan ozon:
2F2(g) + 2H2O(g) → 4HF(g) + O2(g)
3F2(g) + 2H2O(g) → 6HF(g) + O3(g)
Reaksi air dengan klorin, ditunjukkan di bawah, berlangsung sangat lambat.
Cl2 + H2O → H+ + Cl− + HClO
Klorin dan bromin larut dalam air. Larutan ini membentuk hidrat padat di
dalam kisi es. Larutan ini merupakan agen pengoksidasi yang baik. Klorin bereaksi
secara terbalik dengan air untuk menghasilkan asam seperti pada contoh berikut, di
mana asam klorat dan asam klorida membentuk :
Cl2 + H2O ⇌ HClO + HCl
Iodium sedikit larut dalam air yang memiliki potensi reduksi standar terendah
dari halogen dan karena itu merupakan agen pengoksidasi paling kuat. Udara dan
pereaksi lainnya dapat mengoksidasi larutan ion iodida yang diasamkan.
b. Reaksi dengan Hidrogen
Semua halogen bereaksi langsung dengan hidrogen, membentuk ikatan kovalen
pada tingkat kemurnian yang cukup berbentuk gas tidak berwarna pada suhu kamar.
Hidrogen bereaksi dengan fluor, klor, brom, dan iodium dimana masing-masing
membentuk HF, HCl, HBr, dan HI. Kekuatan ikatan molekul-molekul ini menurun ke
bawah, HF> HCl> HBr> HI.
Iodium dan hidrogen bereaksi non-spontan untuk menghasilkan hidrogen iodida
H2 + I2 → 2HI
Semua hidrogen halida larut dalam air dimana mereka membentuk asam kuat
(dengan pengecualian HF). Persamaan umum hidrogen halida untuk reaksi asam
ditunjukkan pada reaksi di bawah ini.
HX + H2O → H3O+ + X−
c. Reaksi dengan Logam Alkali
Logam alkali bereaksi kuat dengan halogen untuk menghasilkan garam, garam
yang paling penting secara industri adalah NaCl dan KCl.
2Na (s) + Cl2 (g) → 2NaCl
Natrium klorida digunakan sebagai pengawet untuk daging dan untuk
melelehkan es di jalan (melalui titik beku depresi). KCl penting untuk pupuk tanaman
karena dampak positif kalium pada pertumbuhan tanaman. Halida logam ini
membentuk padatan kristal ionik putih dan semuanya larut dalam air kecuali LiF,
karena entalpi kisi-nya yang tinggi disebabkan oleh daya tarik elektrostatik yang kuat
antara ion Li+ dan F.
d. Reaksi dengan Logam Alkali Tanah
Logam alkali tanah bereaksi untuk membentuk halida terhidrasi. Halida ini
bersifat ionik kecuali yang mengandung berilium (logam paling sedikit pada
kelompok). Hal ini disebabkan logam alkali tanah cenderung kehilangan elektron dan
atom halogen cenderung mendapatkan elektron, reaksi kimia antara kelompok-
kelompok ini adalah sebagai berikut.
M + X2 → MX2
Dimana,
M mewakili logam apa pun dari kelompok logam alkali tanah
X mewakili fluor, klor, brom, atau iodium.
e. Reaksi dengan Grup 13: Kelompok Boron
Semua elemen grup 13 bereaksi dengan halogen untuk membentuk trihalida
dimana semua halida boron adalah asam Lewis dan aluminium halida mengadopsi
struktur dimerik. Pada aluminium halide, senyawa AlF 3 (Aluminium Fluorida) adalah
senyawa ionik dengan titik leleh tinggi. Namun, sebagian besar aluminium halida lain
membentuk molekul dengan rumus Al2X6 (X mewakili klor, brom, atau iodin). Ketika
dua unit AlX3 (atau, lebih umum, dua unit yang identik) bergabung bersama, molekul
yang dihasilkan disebut dimer. Aluminium halida adalah asam lewis yang sangat
reaktif. Mereka menerima elektron dan membentuk senyawa asam-basa yang disebut
aduk, seperti dalam contoh berikut:
AlCl3 + (C2H5)2O → Al(C2H5)2OCl3
Dimana pada reaksi ini, AlCl3 adalah asam lewis dan (C2H5)2O adalah basa lewis.
f. Reaksi dengan Grup 14: Kelompok Karbon
Elemen-elemen grup 14 membentuk halida dengan rumus umum MX4 (CCl4,
SiCl4, GeCl4, SnCl4, PbCl4). Tetrahalida karbon, seperti CCl4, tidak dapat dihidrolisis
karena tidak tersedianya orbital d-valensi kosong, tetapi tetrahalida lainnya dapat
dihidrolisis. Pada silikon halida, silikon bereaksi dengan halogen untuk membentuk
senyawa dari bentuk SiX4, di mana X mewakili halogen yang umum. Pada suhu
kamar, SiF4 adalah gas tidak berwarna, SiCl4 adalah cairan tidak berwarna, SiBr4
adalah cairan tidak berwarna, dan SiI4 membentuk kristal tidak berwarna. SiF4 dan
SiCl4 dapat dihidrolisis sepenuhnya, tetapi SiBr4 hanya dapat dihidrolisis sebagian.
Pada halide logam, timbal dan timah adalah logam dalam Grup 14 dimana timah
terjadi karena SnO2 dan SnO4. SnCl2 adalah agen pereduksi yang baik dan ditemukan
di batu timah. SnF2 pernah digunakan sebagai aditif untuk pasta gigi tetapi sekarang
digantikan oleh NaF.
g. Reaksi dengan Grup 16: Kelompok Oksigen
Pada oksigen dan sulfur halide, belerang bereaksi langsung dengan semua
halogen kecuali iodium. Reaksi ini secara spontan bergabung dengan fluor untuk
membentuk sulfur hexafluorida (SF6) yang gas yang tidak berwarna dan lembam.
Reaksi ini juga dapat membentuk SF4 yang merupakan agen fluorinasi kuat. Belerang
dan klor membentuk SCl2 berupa cairan merah yang digunakan dalam produksi gas
mustard beracun. Reaksi ini ditunjukkan di bawah ini:
3SF4 + 4BCl3 → 4BF3 + 3SCl2 + 3Cl2
Selain itu, oksigen bergabung dengan fluorida untuk membentuk senyawa OF 2
dan O2F2. Struktur molekul-molekul ini menyerupai hidrogen peroksida, walaupun
jauh lebih reaktif. Oksida halogen yang umum termasuk Cl 2O, ClO2, Cl2O4, dan I2O5.
Klorin monoksida, anhidrida asam hipoklorat, bereaksi kuat dengan air seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Cl2O + H2O⇌2HOCl
Klorin dioksida dan klorin perklorat terbentuk ketika asam sulfat bereaksi
dengan kalium klorat. Senyawa ini mirip dengan senyawa nitrogen NO2 dan N2O4.
Iodium pentoksida membentuk iodik anhidrida ketika bereaksi dengan air, seperti
yang ditunjukkan berikut ini.
I2O5 + H2O → 2HIO3
Pada oksid halogen, senyawa yang terdiri dari oksigen dan hidrogen dianggap
asam oksigen, atau asam okso. Asam okso umum ditunjukkan pada tabel 1 di bawah
ini. Pada halogen oksianion, biasanya berupa Oksianion klorin seperti hipoklorit
(OCl-), klorit (ClO2-), klorat (ClO3-) dan perklorat (ClO4-). Semua senyawa ini
memiliki kegunaan umum seperti natrium klorit digunakan sebagai zat pemutih untuk
tekstil. Klorat adalah zat pengoksidasi yang sangat baik dan sangat penting dalam
korek api dan kembang api.
HClO HBrO HIO

HClO2 HBrO3 HIO3


HClO3 HBrO4 HIO4
HClO4
Tabel 1. Jenis-jenis asam okso
h. Reaksi dengan Interhalogen
Halogen memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa dengan halogen
lainnya (interhalogen). Hal ini diwakili dengan notasi XY, di mana X dan Y merujuk
pada dua halogen yang berbeda. Contoh-contoh molekul jenis ini termasuk IBr dan
BrCl. Mereka juga dapat membentuk molekul poliatomik seperti XY3, XY5, XY7
yang sesuai dengan molekul seperti IF3, BrF5, dan IF7. Sebagian besar senyawa
interhalogen seperti CIF3 dan BrF3 sangat reaktif.
2.3. Reaksi Kimia Unsur Halogen
2.3.1 Reaksi Unsur Halogen dengan Nonlogam
Halogen dihargai dengan hampir semanya nonlogam. Jenis komposisi yang
terbentuk sebagian besar adalah senyawa kovalen . Beberapa contoh reaksi halogen
yang banyak ditemukan senyawanya adalah hidrogen halida atau biasa disebut asam
halida jika dilarutkan dalam udara dan nonlogam halida (reaksi halogen dengan tidak-
tidak penting seperti O, P, C, atau S).
2. 3.1.1 Hidrogen Halida
Hidrogen dihargai dengan halogen yang membentuk senyawa hidrogen halida
yang semuanya adalah gas tidak berwarna. Persamaan reaksi halogen (X) dengan
hidrogen adalah sebagai berikut: H2(g) + X2(g) –> 2HX(g)
Contoh reaksi hydrogen dan halide adalah sebagai berikut :
1. Reaksi antara Hidrogen dan Fluor : reaksi berlangsung hebat.
H2 + F2 –> 2HF
2. Reaksi antara hidrogen dan Clor : reaksi berlangsung lambat di tempat gelap.
Tetapi, jika di bawah sinar matahari, akan terjadi ledakan.
H2 + Cl2 –> 2HCl
3. Reaksi antara Hidrogen dan Brom : reaksi berlangsung pada suhu 300oC dan
menggunakan katalis Pt.
H2 + Br2 –> 2HBr  
4. Reaksi kesetimbangan antara Hidrogen dan Yod : reaksi berlangsung lambat pada
suhu 300oC menggunakan katalis Pt. reaksi bersifat dapat balik dan hanya
sebagian yang bereaksi.
H2 + I2 <–> 2HI

2.3.1.2 Nonlogam Halida


Halogen bereaksi dengan unsur-unsur nonlogam seperti C, P, O, dan S
membentuk senyawa nonlogam halida. Contoh nonlogam halida adalah CCl4, PCl3,
PF3, OF2, SCl2, dan S2Cl2. Contoh reaksi non logam dengan halide adalah:
1. Reaksi karbon dengan Clor : reaksi memerlukan panas (bersifat endotermik)
C(s) + 2Cl2(g) –> CCl4(l)
2. Reaksi fosfor dengan clor : pemanasan bertahap fosfor dalam aliran lambat klorin
menghasilkan PCl3.
2P(s) + 3Cl2(g) –> 2PCl3(l)

Jika klorin yang direaksikan berlebih, maka akan dihasilkan padatan


PCl5 dengan warna kuning pucat. 2P(s) + 5Cl2(g) –> 2PCl5(s)
2.3.2 Reaksi Halogen dengan Logam
Reaksi halogen dengan logam menghasilkan senyawa ionik. Contoh reaksi
halogen dengan logam adalah sebagai berikut:

2Na(s) + Cl2(g) –> 2NaCl(s)

Ca(s) + F2(g) –> CaF2(s)

Mg(s) + Cl2(g) –> MgCl2(s)\

2.3.3 Reaksi Halogen dengan Air


Fluorin bereaksi dengan air membentuk asam fluorida dengan reaksi sebagai
berikut:
2F2(g) + H2O(g) <–> 4HF(g) + O2(g) 
Reaksi air dan fluorin berlangsung hebat karena air terbakar di dalam fluorin.
Sementara halogen lainnya bereaksi dengan air melalui reaksi disproporsionasi
membentuk asam halida dan senyawa oksihalogen dengan reaksi sebagai berikut:
X2 + H2O <–> HOX + HX  

Contoh reaksi halogen (kecuali F2) dengan air adalah sebagai berikut:

Cl2 + H2O <–> HOCl + HCl

Br2 + H2O <–> HOBr + HBr

I2 + H2O <–> HOI + HI

2.3.4 Reaksi Halogen dengan Basa

Halogen bereaksi dengan basa membentuk senyawa halida yang kemudian


mengalami reaksi disproporsionasi membentuk senyawa oksihalogen. Berikut contoh
reaksi halogen dengan basa:

1. Fluorin bereaksi dengan basa membentuk oksigen difluorida OF2 dan ion


fluoride F–, dengan reaksi sebagai berikut:
2F2(g) + OH–(aq) –> OF2(g) + 2F–(aq) + H2O(l)
2. Klorin, bromine, dan iodine bereaksi dengan basa membentuk ion hipohalit
OX– dan ion halida X– dengan reaksi sebagai berikut:
X2(g) + 2OH–(aq) –> OX–(aq) + X–(aq) + H2O(l)
Ion OX– yang terbentuk mengalami reaksi disproporsionasi  membentuk ion halat
XO3– dan ion halida X–, dengan reaksi sebagai berikut:
3OX–(aq) –> XO3–(aq) + 2X–(aq)
Contoh reaksi halogen dengan basa membentuk ion hipohalit OX– dan ion halida
X– 
1. Chlorine dan basa : ion OCl– yang stabil pada suhu ruang akan
terdisproporsionasi menjadi ClO3– jika dipanaskan, reaksinya adalah
sebagai berikut:

Cl2(g) + 2OH–(aq) –> OCl–(aq) + Cl–(aq) + H2O(l)

3OCl–(aq) –> ClO3–(aq) + 2Cl–(aq)

2.  Bromine dan basa : ion OBr– terdisproporsionasi dengan cepat pada suhu


ruang, reaksinya adalah sebagai berikut:

Br2(g) + 2OH–(aq) –> OBr–(aq) + Br–(aq) + H2O(l)

3OBr–(aq) –> BrO3–(aq) + 2Br–(aq)

3.  Iodine dan basa : ion OI– bereaksi sangat cepat, sehingga sulit untuk
diamati, reaksinya adalah sebagai berikut:

I2(g) + 2OH–(aq) –> OI–(aq) + I–(aq) + H2O(l)

3OI–(aq) –> IO3–(aq) + 2I–(aq)

2.3.5. Reaksi Antar Halogen


Reaksi antar halogen termasuk reaksi substitusi, membentuk senyawa antar
halogen, dengan reaksi sebagai berikut:
X2 + Y2 –> 2XY 
Contoh reaksi antar halogen adalah sebagai berikut:

Cl2 + F2 –> 2ClF

I2 + Cl2 –> 2ICl

At2 + Br2 –> 2AtBr


Unsur halogen dengan periode 3 ke atas (Cl, Br, I, At) dapat bereaksi menurut
persamaan reaksi berikut:

X2 + nY2 –> 2XYn 

Reaksi ini menghasilkan senyawa halogen dengan beberapa bilangan oksidasi.


Contoh reaksinya adalah sebagai berikut:

Biloks +3: Cl2 + 3F2 –> 2ClF3

Biloks +5: Br2 + 5F2 –> 2BrF5

Biloks +7: I2 + 7F2 –> 2IF7

2.4. Metode Ekstraksi dan Preparasi Unsur Halogen


2.4.1 Fluorin (9F)
Fluorin dibuat dari proses elektrolisis asam fluorida (HF). Proses elektrolisis ini
akan menghasilkan gas H2 pada katoda dan gas F2 pada anoda. Persamaan reaksi
elektrolisis HF sebagai berikut :
2HF(aq) 2H+(aq) + 2F-(aq)

Katode (-) : 2H+(aq) + 2e- H2(g)


Anode (+) : 2F-(aq) F2(g) + 2e-
Hasil : 2HF(aq) H2(g)
+ F2(g)
2.4.2 Klorin (17Cl)
Pembuatan klorin dapat dilakukan melalui dua cara :
a. Reaksi Redoks
Skala laboratorium, klorin dapat dibuat dengan cara mengoksidasi ion klorida.
Oksidator yang dapat digunakan ialah MnO2 (batu kawi), KMnO4, K2CrO7, dan
CaOCl2. Contoh persamaan reaksinya yaitu :
CaOCl2(aq) + H2SO4(aq) CaSO4(aq) + H2O(l) + Cl2(g)
b. Elektrolisis
Klorin dapar dibuat dengan mengelektrolisis larutan NaCl pekat dengan
menggunakan elektrode inert. Persamaan reaksi sebagai berikut :
2NaCl(aq) 2Na+(aq) + 2Cl-(aq)

Katode (-) : 2H2O(l) + 2e- H2(g) + 2OH-(aq)


Anode (+) : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e-
Hasil : 2NaCl(aq) + 2H2O 2Na+(aq) + 2OH-(aq) + Cl2(g) + H2(g)
2.4.3 Bromin (35Br)
Pembuatan Bromin dilakukan melalui dua cara :
a. Reaksi Redoks
Bromin dibuat dengan cara mengoksidasi ion bromida dengan klorin.
Pembuatan gas Br2 sebagai berikut :
Cl2(g) + 2Br-(aq) Br2(g) + 2Cl-(aq)
b. Elektrolisis
Bromin dapat dibuat dengan cara elektrolisis larutan garam MgBr2 dengan
menggunakan elektrode inert. Persamaan reaksi elektrolisisnya sebagai berikut :
MgBr2(aq) Mg2+(aq) + 2Br-(aq)
Katode (-) : 2H2O(l) + 2e- H2(g) + 2OH-(aq)
Anode (+) : 2Br-(aq) Br2(l) + 2e-
Hasil : MgBr2(aq) + 2H2O(l) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) + Br2(l) + H2(g)
2.1.4. Iodin (53I)
Iodin dapat dibuat melalui dua cara :
a. Reaksi Redoks
1. Secara komersial iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion iodide yang
terdapat dalam air laut dengan klorin. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Cl(2(g) + 2I- I2(s) + 2Cl-(aq)
2. Iodin dapat dibuat dengan mereduksi NaIO3 dengan NaHSO3 dalam suasana
asam. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
IO3-(aq) + 3HSO3-(aq) I-(aq) + 3H+(aq) 3SO42-(aq)
I-(aq) + IO3-(aq) + 6H+(aq) I2(s) + 3H2O(l)
3. Pada skala laboratorium, iodine dibuat dari MnO4 + KI + H2SO4 pekat yang
dipanaskan. I2 yang terbentuk akan mengkristal pada bagian bawah cawan
(terjadi sublimasi). Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut :
2KI(s) + MnO4(s) + 2H2O4(l) K2SO4(aq) + MnSO4(aq) + 2H2O(l) + I2(s)
b. Elektrolisis
Iodin dapat dibuat melalui elektrolisis larutan garam pekat NaI dengan menggunakan
elektrode indert. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2NaI (aq) 2Na+(aq) + 2I-(aq)
Katode (-) : 2H2O(l) + 2e- H2(g) + 2OH-(aq)
Anode (+) : 2I-(aq) I2(s) + 2e-
Hasil : 2NaI(aq) + 2H2O(l) 2Na+(aq) + 2OH-(aq) + I2(s) + H2(g)
2.1.5 Astatine (85At)
Astatin dapat dibuat melalui metode radiasi. Sumber utama astatin adalah
isotop bismuth (Bi). Astatin diperoleh dari penembakan Bi dengan partikel α (He).
Astatin bersifat radioaktif dan mempunyai waktu paro pendek yaitu 8,1 jam. Produksi
astatin biasanya dalam kisaran 0,001 mg.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
209 4 211
83 Bi + 2 He 85 At + 210n
2.1.6 Tennessine (117Ts)
Tennessin dapat diproduksi dengan membombardir 249Bk dengan 48Ca dalam
akselerator ion berat. Data awal telah mengidentifikasi 2 isotop tennessin, dengan
nomor massa 293 dan 294. Tidak stabil. Perkiraan waktu paruh Tennessin-293 adalah
14 ms dan tennessine-294 78 ms.
249 48 297 297
97Bk + 20 Ca 117* 117 + 310n
2.5. Pemanfataan Unsur Halogen Dalam Aspek Kehidupan
Golongan halogen terdiri dari unsur Fluorin (9F), Klorin (17Cl), Bromin (35Br),
Iodin (53I), Astatine (85At) dan Tennessine (117Ts). Masing-masing unsur dari
golongan halogen dapat dimanfaatkan dalam aspek biologi kehidupan seperti sebagai
berikut:
2.5.1 Fluorin (9F)
Fluor adalah mineral yang secara alamiah terdapat di semua sumber air
termasuk laut. Fluor merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan
tulang, kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-senyawa kalsium
yang tinggi di dalam tulang. Selain itu fluor juga berperan dalam menghambat karies
di dalam lingkungan mulut melalui mekanisme fisik, kimiawi dan biologi.
2.5.2 Klorin (17Cl)
Klor atau klorin adalah salah satu unsur kimia dengan simbol Cl dan
mempunyai nomor atom 17. Ciri-ciri utama unsur klor merupakan unsur murni,
mempunyai unsur fisik berbentuk gas berwarna kuning kehijauan (Sofyan, 2018).
Senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit (Ca(OCl2)) yang berfungsi untuk
menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. Namun, penggunaan kaporit juga harus
diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan
kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat menyebabkan kuman yang ada di kolam
renang tidak terdesinfeksi dengan baik. Sedangkan penggunaan kaporit dengan
konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan (Cita & Adriyani, 2013).
2.5.3 Bromin (35Br)
Bromin merupakan unsur halogen yang berbentuk cair dalam suhu ruang,
sehingga dikenal juga secara umum sebagai air brom. Bromin merupakan bahan
kimia dengan pemanfaatan yang sangat luas dalam industri untuk beragam
penggunaan. Sebagai contoh, unsur ini merupakan pereaksi penting untuk reaksi
hidrogenasi (penambahan atom hidrogen) pada senyawa alkena menjadi senyawa
alkana, dan atau reaksi brominasi senyawa organik. Unsur ini juga digunakan
sebagai bahan pemadam kebakaran (flame retardant) di lingkungan (SGP Meeting,
2008).
2.5.4 Iodin (53I)
Iodin adalah salah satu unsur halogen yang memiliki sifat reaktif yang paling
rendah dengan nomor atom 53 dan massa atom 126,9044. Iodin bukan unsur logam,
dalam bentuk padat berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan dalam bentuk gas
berwarna ungu. Iodin berfungsi untuk sintesis hormon tiroid yang berlangsung di
dalam kelenjar tiroid. Hormon tiroid memainkan peran penting dalam pengaturan
metabolisme tubuh. Iodin dalam obat merah digunakan sebagai antiseptik, iodin
dalam bentuk kalium iodat (KIO3) ditambahkan pada garam dapur untuk mencegah
penyakit gondok, sedangkan iodin dalam bentuk iodoform (CHI3) yang merupakan
zat organik berperan sebagai antiseptik.
2.5.5 Astatine (85At)
Astatin adalah unsur kimia radioaktif dengan simbol At dan nomor atom 85.
Astatin adalah unsur alami paling langka di kerak bumi, hanya terjadi sebagai produk
peluruhan berbagai unsur yang lebih berat. Astatin bersifat tidak stabil dan mudah
meluruh. Isotop yang banyak digunakan adalah astatin-211. Isotop ini yang baru
terbentuk digunakan untuk membunuh sel dan jaringan kanker yang berbahaya bagi
tubuh.
2.5.6 Tennessine (117Ts)
Tennessin adalah logam radioaktif sintetis dan hanya diproduksi dalam jumlah
kecil. Tennessine adalah nama sementara dari unsur kimia buatan super berat dengan
simbol Ts dan nomor atom 117. Meskipun saat ini ditempatkan sebagai anggota
terberat dari keluarga halogen, tidak ada bukti eksperimental yang sifat kimia dari
ununseptium cocok dengan anggota ringan seperti yodium atau astatin dan analisis
teoritis yang menunjukkan perbedaan teoritis. Kegunaan tennessine belum diketahui
di luar penelitian dasar dan eksperimental kimia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Halogen merupakan golongan VIIA dalam sistem periodik. Halogen merupakan
suatu pembentuk garam. Unsur-unsur yang termasuk golongan halogen adalah Fluor
(F), Klor (Cl), Brom (Br), Iodin (I), Astatin (At), dan Tennesin (Ts). Halogen
memiliki 7 elektron valensi, sehingga sangat reaktif karena mudah menerima 1
elektron. Karena kereaktifannya unsur-unsur halogen tidak dijumpai dalam keadaan
bebas. Masing-masing unsur dari golongan halogen dapat dimanfaatkan dalam aspek
biologi kehidupan.
3.2. Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah dengan adanya penjelasan
mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam golongan halogen tersebut sebaiknya kita
dapat memahaminya dengan baik sebagai pengetahuan baru dan juga dapat
bermanfaat dalam hal-hal yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. & L. Jones. 2007. Chemical Principles. W. H. Freeman, New York

Cita, D. W & R. Adriyani. 2013. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna
Kolam Renang Di Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7 (1) : 26-31.

Hessler, J. 1921. Essentials of Chemistry. B.J. Sanborn & Co, New York.

Hill, G. & J. Holman. 2000. Chemistry in Context. Nelson Thornes, New York

Scientific Guidance Panel (SGP) Meeting. 2008. Brominated and Chlorinated


Organik Chemical Compounds Used as Flame Retardants. Meeting Of The
California Environmental Contaminant Biomonitoring Program (CECBP),
Material. 4-5.

Sofyan, D. K. 2018. Peramalan Kebutuhan Klorin (Cl 2) Pada Bagian Produksi Di PT


Pupuk Iskandar Muda. Industrial Engineering Journal. 7 (1) : 30-35.

Yu. Ts. Oganessian et al. 2010. Phys, Rev. Lett.

Anda mungkin juga menyukai