HENRA
H041 19 1068
HENRA
H041 19 1068
ASISTEN
ALPIAN
NIM : H311 16 023
BAB I
PENDAHULUAN
mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter dan kloroform,
merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum yang digunakan di laboratorium
dan di dalam industri kimia. Etil alkohol dapat dibuat dari apa saja yang dapat
difermentasi oleh khamir. Salah satu pemanfaatan khamir yang paling penting dan
paling terkenal adalah produk etil alkohol dari karbohidrat. Proses fermentasi ini
dimanfaatkan oleh para pembuat bir, roti, anggur, bahan kimia, para ibu rumah tangga,
memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. Etanol adalah salah satu dari
keluarga senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol alami
meliputi 2-feniletanol, yaitu senyawa yang menyebabkan bau memabukkan dari bunga
mawar, sukrosa yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak lagi. Gugus
hidroksil terdapat dalam banyak molekul yang penting secara biologis. Empat alkohol
kenal dengan istilah-istilah alkohol (etanol) untuk sterilisasi, dietil eter (eter) sebagai
obat bius (anastetik), isoprofil sebagai bakterisida dan metanol yang merupakan
komponen utama spiritus. Alkohol mempunyai bagian yang larut dalam air (hidrofilik)
yaitu –OH dan yang tidak larut dalam air (hidrofobik) yaitu R- atau rantai hidrokarbon.
Bila R makin panjang maka kelarutan dalam air akan menurun (Sunarya, 2012).
Alkohol alifatik ialah senyawaan yang terdiri atas rantai hidrokarbon (jenuh atau
tak jenuh) dengan gugus hidroksil (-OH) satu atau lebih. Pembagiannya yakni mono-
mengandung lebih dari satu gugus OH. Mengenai tempat terikatnya gugus OH,
alkohol dapat dibagi menjadi alkohol primer, dimana OH terikat pada atom C primer,
alkoho sekunder, dimana OH terikat pada atom C sekunder dan alkohol tersier, dimana
Fenol merupakan alkohol khusus. Fenol merupkan enol, dan bentuk enol lebih
disukai daripada bentuk keton karena kestabilan aromatiknya. Disamping itu, senyawa
fenol bersifat lebih asam dibandingkan alkohol nonaromatik akibat kestabilan basa
alkohol dalam proses metabolisme mendasar. Namun, ada tiga alkohol fenolik yang
membentuk blok pembangun dasar dari lignin, yaitu zat polimer rumit, yang bersama-
sama dengan selulosa, membentuk bagian berkayu pada pohon. Beberapa bahan alam
fenolik yang harus dihindari ialah urushiol, yaitu bahan aktif dalam racun tumbuhan
Alkohol dan fenol merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Namun demikian, salah satu jenis alkohol dan fenol juga merupakan
senyawa yang sangat berbahaya (Pine dkk., 1988). Oleh karenanya diperlukan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat fisika dan
kimia dari alkohol dan fenol serta membedakan antara alkohol primer, sekunder dan
tersier.
3. menentukan beberapa reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3, NaHCO3 dan
FeCl3.
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kepolaran alkohol dan fenol
dengan cara mencampurkan dengan air dan n-heksana, jika larut dalam air dan tidak
larut dalam n-heksana bersifat polar, jika tidak larut dalam air namun larut dalam n-
heksana bersifat nonpolar, dan jika larut di keduanya maka sifatnya semipolar.
Membedakan jenis alkohol primer, sekunder, dan tersier serta fenol (sebangai
primer ke tersier semakin besar. Menentukan keasaman alkohol dan fenol dengan
mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaHCO3, jika bereaksi ia asam dan jika tidak
dengan FeCl3, jika bereaksi dengan FeCl3 maka ia fenol dan jika tidak bereaksi dengan
PEMBAHASAN
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat
pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R
merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. Alkohol disini tidak
termasuk fenol (gugus hidroksil berikatan dengan cincin aromatik) dan juga enol
(gugus hidroksil berikatan dengan karbon vinilik) karena sifatnya kadang berbeda.
Alkohol dianggap merupakan turunan dari air (H─ O ─H), di mana satu atom
mendekati nilai tetrahedral dan atom oksigen terhibridisasi sp3. Gugus ─OH
merupakan gugus yang polar, di mana atom hidrogen berikatan dengan atom oksigen
sehingga alkohol mempunyai titik didih lebih besar daripada eter yang bersesuaian.
Faktor lain yang membentuk besar kecilnya titik didih suatu hidrokarbon selain adanya
ikatan hidrogen adalah berat molekul dan bentuk molekulnya (lurus atau bercabang).
Dengan menaiknya jumlah atom karbon pada alkohol, maka menaik pula titik
didihnya, sebaliknya titik didihnya akan menurun jika atau dengan adanya rantai
Alkohol memiliki titik didih lebih tinggi dari pada senyawa yang mempunyai
berat molekul yang lebih besar dari pada alkohol karena alkohol, sama seperti air,
mempunyai ikatan hidrogen. Meskipun eter dan aldehid mempunyai oksigen, namun
hidrogennya hanya berikatan dengan atom karbon. Ini mengakibatkan atom hidrogen
relatif tidak bermuatan positif dan tidak dapat mengikat oksigen (Riswiyanto, 2009).
Berdasarkan strukturnya, alkohol dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis
golongan yang di dasarkan pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksil,
1) Alkohol primer (1o) adalah suatu alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terkait
pada atom karbon primer. Atom karbon primer adalah atom karbon yang mengikat
2) Alkohol sekunder (2o) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terkait pada
atom karbon sekunder. Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang mengikat
3) Alkohol tersier (3o) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terkait pada atom
karbon tersier. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang mengikat tiga atom
karbon lain.
OH OH OH
H CH3 CH3
Fenol merupakan senyawa dengan gugus ─OH yang terikat langsung pada
diding aromatik. Senyawa fenol banyak terdapat di alam dan merupakan intermediet
bagi industri untuk berbagai macam produk seperti adhesif dan antiseptik. Fenol
sendiri dapat dipakai sebagai disintifektan dan diperoleh dari tar-batubara. Beberapa
contoh fenol adalah: metil salisilat, di dapat dari pohon menjalar di Amerika Serikat,
tirosin, amino yang terdapat pada protein; eugenol, terdapat dalam minyak dari daun
tersubtitusi atau gugus fenil lain seperti naptil. Metil fenol sering disebut kresol.
Anggota yang paling sederhana dari golongan ini adalah fenol sendiri yang
merupakan zat padat yang sedikit larut dalam air. Dahulu fenol disebut juga asam
karbolat karena agak asam. Pada tahun 1800, ahli bedah bangsa inggris Joseph Lister
memperkenalkan fenol sebgai antiseptik rumah sakit. Walaupun fenol antiseptik yang
baik, fenol juga bersifat kaustik dan racun, dosis letalis dapat diabsorbsi melalui kulit.
Masuknya fenol dalam jumlah sedikit secara kronis ke dalam tubuh menyebabkan
Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa yang mengandung gugus –OH.
Alkohol yang terikat pada gugus hidroksil terikat pada karbon tetrahedral, sedangkan
fenol terikat pada karbon sp2. Alkohol dan fenol ini banyak dipakai dalam bidang
industri dan secara umum terdapat di alam. Misalnya etanol digunakan sebagai pelarut
pada minuman, dan kolesterol yang dapat menyebabkan arteri menjadi keras yaitu
alkohol pada hewan. Bila alkohol, fenol dan oksigen berada dalam air maka ini
merupakan sp3 hibrida dan mempunyai dua pasang elektron valensi yang tidak dipakai
bersama. Hal ini terjadi karena oksigen bersifat elektronegatif jika dibandingkan
dengan karbon atau hidrogen, alkohol dan fenol seperti air merupakan molekul polar.
Fenol ini adalah senyawa yang secara langsung gugus -OH melekat pada cincin
Sifat fisika alkohol berbobot molekul rendah nyatanya berbeda dari sifat fisika
hidrokarbonnya yang bersesuaian. Alkahol merupakan zat yang bertitik didih tinggi,
dan alkohol yang mempunyai kurang dari lima atom karbon mudah sekali larut dalam
air, karena gugus fungsi alkohol polar, tidaklah mengherankan kalau di dapati bahwa
etanol dan metanol larut dalam air. Ungkapan “sejenis melarutkan sejenisnya”
Alkohol dapat bereaksi dengan asam klorida, HCl membentuk alkil klorida
dengan bantuan katalis ZnCl2. Suatu larutan ZnCl2 dalam asam pekat dikenal sebagai
pereaksi lucas, digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier.
Pada suhu kamar, alkohol tersier bereaksi sangat cepat membentuk alkil klorida,
dengan titik leleh 40,85 oC dan titik didih 182 oC. Fenol adalah asam yang lebih kuat
dari alkohol dan air, karena ion fenoksida dimantapkan oleh resonansi. Jika muatan
negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada atom oksigen, tetapi pada
fenoksida muatan ini dapat didelokalisasi pada posisi-posisi orto dan para pada cincin
Oleh karena memiliki gugus fungsi yang sama, alkohol dn fenol memil banyak
kemiripan sifat. Akan tetapi, jika dengan katalis asam relatif mudah memutuskan
ikatan C-OH dari alkohol, pemusatan ikatan tersebut sukar terjadi pada fenol.
Protonasi gugus hidroksil fenolik dapat terjadi tetapi lepasnya molekul air
2.3.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Membedakan Alkohol dan Fenol
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol yaitu tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, sikat tabung, gelas ukr 10 mL dan gelas piala
50 mL. Sementara bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol
Sebanyak dua buah tabung reaksi disediakan, masing-masing diisi dengan 0,5
mL air dan 0,5 mL n-heksana. Didalam tabung reaksi 1 dan 2 ditambahkan ±10 tetes
Prosedur di atas dilakukan kembali dengan metanol diganti alkohol dan fenol lainnya.
2.3.2.2 Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier dengan cara Lukas
tabung reaksi keempat ditambahkan 1 mL fenol. Tabung reaksi dikocok dan dibiarkan
selama 3–5 menit (pada tempratur kamar). Dicatat perubahan yang terjadi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. fenol bersifat polar sementara pada alkohol semakin panjang gugus alkil alkohol
2. kecepatan reaksi pada alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi lukas
3.2 Saran
praktikum, serta penjelasan secara lengkap teori dari percobaan alkohol dan fenol,
Sebaiknya kondisi kelayakan alat dan bahan untuk praktikum seperti wastafel
yang tersumbat dan bocor dan pipet tetes yang pecah dan karetnya rusak diperhatikan
dan ditangani agar percobaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Berlian Z., Aini F., dan Ulandari R., 2016, Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan Putih
dan Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang berbeda, Jurnal
Biota, 1(2): 106
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Erlangga,
Jakarta.
Hart, H., L.E.,Craine, dan D.J., Hart, 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat edisi
kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Kiswandono, A. A., 2016, Metode Membran Cair untuk Pemisahan Fenol, Analit;
Analytical and Enviromental Chemistry, 1(1): 74.
Koyyalagunta, D., Engle, M.P., Yu, J., Feng, L., dan Diane, M, 2016, The Effectivenes
of Alcohol Versus Phenol Based Splanchnic Nerve Neurolysis for the
Treatment of Intra-aAbdominal Cancer Pain, Pain Physician, 19(1), 281-292.
Riswiyanto, 2009, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Sunarya, Y.,2012, Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Bandung.